Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH

ACARA III
Pengenalan Bentuk-Bentuk Penggunaan Lahan pada Berbagai Jenis Citra
Penginderaan Jauh

Aisyah Nurul Lathifah (15405241014)

A. Tujuan

1. Memperkenalkan bentuk-bentuk klasifikasi penggunaan lahan pada foto udara

dan citra.

2. Melatih untuk dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk penggunaan lahan pada

citra pengideraan jauh.

B. Dasar teori

Definisi penginderaan jauh (PJ) atau remote sensing (RS) dalam Indarto (2014:3)

dapat dijumpai di berbagai literatur. Remote berarti dari jauh, sedangkan sensing

berarti mengukur. Jadi, remote sensing berarti mengukur dari jauh atau mengukur

tanpa menyentuh objek yang diukur. Salah satu definisi penginderaan jauh menurut

Rango (1996) dalam Indarto (2014:3), pengideraan jauh adalah ilmu dan seni untuk

memperoleh informasi tentang suatu objek, luasan, atau tentang fenomena melalui

analisis data yang diperoleh dari sensor. Dalam hal ini, sensor tidak berhubungan
langsung dengan objek atau benda yang menjadi target.

Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh.

Definisi citra banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu di antaranya pengertian

tentang citra menurut Hornby (1974) dalam Sutanto (1994: 5) dapat dibagi menjadi
lima, berikut ini tiga di antaranya :

1. Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood, stone,


etc.
2. Mental pictures or idea, concept of something or someone.
3. Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.
Citra dalam Lichwatin (2014:4-5) dihasilkan melalui proses perekaman dengan
bantuan sensor. Sensor ada dua, yaitu sensor fotografik dan sensor non-fotografik.

Sensor non fotografik masih dapat dirinci menjadi sensor peminadi (pelarik/penyiam

atau scanner) dan sensor radar/gelombang mikro.


1. Sensor Fotografik
Sensor ini menangkap kenampakan obyek melalui perekaman besarnya

pantulan sinar (gelombang elektromagnetik) dari obyek yang masuk melalui

susuan lensa pada kamera dan kemudian mengenai lapisan film yang peka
cahaya. Variasi warna yang muncul pada gambar yang dihasilkan tergantung

pada :

a. Sistem lensa, diafragma, dan filter yang digunakan untuk menerima cahaya.

b. Jenis dan kepekaan film.

c. Spektrum panjang gelombang yang diizinkan masuk ke dalam sistem


kamera.

Proses fotografik:

a. Sinar yang diizinkan masuk tersebut secara serentak menerpa film.

b. Sinar yang meninggalkan jejak kekuatan energi paparan pada tingkat

pembakaran yang ada pada film tersebut.

c. Film kemudian diproses secara kimiawi di laboratorium, dan dicetak


menjadi foto udara berwarna maupun hitam putih, tergantung pada jenis
film dan pencetakan yang digunakan.

2. Sensor Non-Fotografik

Sensor non-fotografik berupa scanner menerima pantulan dari satu wilayah

sangat sempit pada permukaan bumi (instanteous field of view/IFOV = medan

pandang sesaat) yang masuk ke dalam sistem lensa, dan kemudian mendeteksi

besarnya pantulan tersebut dengan detektor peka cahaya.

Citra foto sendiri dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, yakni (TIM
SISWAPEDIA, 2016) :

1. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat

dibedakan menjadi 3 macam yaitu foto ultraviolet, foto ortokromatik dan foto
pankromatik.
a. Foto Ultraviolet merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan
spektrum gelombang ultraviolet dengan panjang gelombang 0,29

mikrometer. Foto ini akan menghasilkan warna yang sangat kontras

sehingga cocok untuk membedakan antara dua zat, misalnya untuk melihat
tumpahan minyak di laut, mengetahui jaringan jalan aspal dll.
b. Foto Ortokromatik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan

spektrum gelombang tampak disekitar warna biru hingga sebagian warna

hijau (sekitar 0,4 – 0,56 mikrometer). Dari sini banyak objek yang bisa
nampak jelas dan bisa melihat objek di bawah permukaan air hingga

kedalaman kurang lebih 20 meter. Foto ini sangat cocok untuk mempelajari

daerah pantai.

c. Foto Pankromatrik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan

spektrum cahaya tampak sehingga kepekaan dalam menangkap objek


akan sama dengan kepekaan mata. Foto pankromatik dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu pankromatik hitam-putih dan foto infra merah.

- Foto pankromatik hitam-putih akan menghasilkan warna objek sama

seperti warna aslinya. Biasanya digunakan untuk memantau lalu lintas,

sumber kebakaran hutan (titik api), perencanaan kota dll.

- Foto Infra Merah merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan


spektrum gelombang infra merah. Biasanya digunakan dalam dunia
militer, pertanian atau perkebunan (untuk membedakan tumbuhan

yang sehat dengan yang sakit).

2. Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi

Berdasarkan arah sumbu kamera, citra foto dapat dibedakan menjadi dua

macam, yakni foto tegak dan foto miring.

a. Foto tegak merupakan foto yang diambil tegak lurus terhadap permukaan

bumi atau sekitar 0 sampai 10 derajat.


b. Foto miring merupakan foto yang diambil dengan sudut minimal 10 derajat

terhadap permukaan bumi. Foto miring/condong ini dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu foto agak condong (cakrawala masih nampak)

dan foto sangat condong (cakrawala tidak tampak).


3. Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu foto tunggal dan foto jamak.

a. Foto tunggal yaitu foto yang dibuat menggunakan kamera tunggal.


b. Foto jamak yaitu foto yang dibuat lebih dari satu pada saat waktu yang
sama di daerah lokasi yang sama.

4. Berdasarkan Warna yang Digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu
foto berwarna semu dan foto berwarna asli.

a. Foto bewarna semu akan menghasilkan warna yang berbeda dengan warna

aslinya.

b. Foto bewarna asli akan menghasilkan seperti warna objek aslinya.

5. Berdasarkan Wahana yang Digunakan


Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dapat kita bagi menjadi foto

udara dan foto satelit.

a. Foto udara merupakan foto yang dibuat dari pesawat atau balon udara.

b. Foto satelit atau foto orbital merupakan foto yang dibuat dari satelit.

Citra nonfoto merupakan citra yang diambil menggunakan sensor, biasanya

menggunakan satelit. Dan istilah yang dikenal yaitu citra satelit. Citra nonfoto dapat
kita bedakan menjadi 3 jenis yaitu (TIM SISWAPEDIA, 2016) :
1. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Citra infra merah termal merupakan citra yang dibuat dengan spektrum

infra merah thermal. Perbedaan warna disebabkan karena adanya

perbedaan suhu antar objek.

b. Citra radar dan citra gelombang mikro merupakan citra yang dibuat
dengan spektrum gelombang mikro.

2. Berdasarkan Sensor yang Digunakan

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu :


a. Citra tunggal merupakan citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
b. Citra multispektral merupakan citra yang dibuat dengan sensor jamak.
3. Berdasarkan Wahana yang Digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu :


a. Citra dirgantara (airborne image) merupakan citra yang dibuat dengan
wahana yang beroperasi di udara (dirgantara).

b. Citra satelit (satellite/spaceborne image) merupakan citra yang dibuat

dari antariksa atau angkasa luar.


Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Purwoko (2009: 144), penggunaan

lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di

permukaan bumi. Pada sektor pertanian lahan digunakan orang untuk areal

persawahan, kebun dan ladang sedangkan untuk bidang lainnya lahan digunakan

untuk pemukiman, prasarana umum, pekarangan dan lain-lain.


Penggunaan lahan menurut Malingreau (1978) dalam Ritohardoyo (2009) dalam

Anonim (2014) adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara permanen

ataupun secara skil terhadap suatu sekumpulan sumber daya alam dan sumber daya

buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi

kebutuhan-kebutuhan manusia baik secara spiritual ataupun secara kebendaan

ataupun keduanya.
Berikut adalah penjelasan mengenai pertanian lahan basah dan lahan kering (Sari,
2015) :

1. Pertanian Lahan Basah

Pertanian lahan basah merupakan jenis kegiatan pertanian yang

memanfaatkan lahan basah. Lahan basah yang dimaksud pada pertanian lahan

basah ini adalah lahan yang kontur tanahnya merupakan jenis-jenis tanah yang

jenuh dengan air.

Ciri-ciri dari pertanian lahan basah :


a. Memiliki kadar air yang tinggi.

b. Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air.

c. Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa

yang merupakan lahan basah musiman.


d. Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil.
e. Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air.
f. Memiliki muka air tanah yang dangkal.

g. Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada

tumbuhan air ataupun tumbuhan bakau.


h. Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.
Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan

untuk kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang

memang selalu terisi dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-
ciri air tanah yang baik. Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga

dibudidayakan pada sebuah lahan basah adalah tanaman padi, yang

membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki kandungan air tetap, agar bisa

tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang berlimpah.

Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini biasanya bisa
berupa sumber air alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah hutan bakau,

dimana berlokasi dekat denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki

genangan air, ataupun merupakan sebuah lahan yang memang sengaja dialiri

oleh aliran air, seperti saluran irigasi. Selain dimanfaatkan sebagai sebuah lahan

pertanian, terkaang lahan basah seperti ini juga dilakukan sebuah konversi

mejadi dataran kering. Lahan basah yang sudah dikonversi menjadi sebuah
dataran kering biasanya akan dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian
kering, ataupun dimanfaatkan sebagai kepentingan pendirian bangunan, baik

itu sebuah residensial atau perumahan, ataupun bangunan lainny ayang

mendukung kehidupan manusia.

2. Pertanian Lahan Kering

Pertanian lahan kering ini merupakan kebalikan dari sebuah pertanian

lahan basah. pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang dilakukan

pada sebuah lahan yang kering, yaitu lahan yang memilki kandungan air yang
rendah, bahkan ekstrimnya adalah lahan kering ini merupakan jenis lahan yang

cenderung gersang, dan tidak memiliki sumber air yang pasti, seperti sungai,

danau ataupun saluran irigasi.

Pertanian lahan kering ini merupakan jenis pertanian yang lahannya banyak
terdapat di Negara Indonesia. Iklim di Indonesia juga kebanyakan beriklim
tropis, hal ini disebabkan karena cuaca yang panas, sehingga membuat banyak
sumber air yang berkurang dan juga sedikit. Namun demikian, biasanya sebuah

pertanian lahan kering ini memanfaatkan crah hujan untuk membantu

meningkatkan hasil pertanian yang dimilikinya. Hal in isangat mungkin terjadi,


karena lokasi dimana pertanian lahan kering ini berada, memiliki curah hujan
yang cenderung lebih tinggi dan juga banyak terjadi.

Ciri-ciri dari pertanian lahan kering :

a. Merupakan daerah yang biasanya memiliki curah hujan tinggi.


b. Terdapat pada daerah tropis.

c. Memiliki kadar air yang cenderung terbatas.

d. Memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi.

e. Bukan merupakan lokasi gurun pasir.

f. Memiliki kontur tanah yang cenderung lembut dan tidak keras.


g. Bukan merupakan lokasi pertanian yang lahannya mengalami kekeringan,

hingga tanahnya pecah-pecah.

h. Biasanya merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi daerah

resapan air.

i. Banyak dimanfaatkan untuk menanam tanaman pohon buah dan pohon

lainnya.
j. Memiliki letak yang cukup jauh dari sumber air alami ataupun buatan,
seperti sungai, danau dan saluran irigasi.

k. Lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman

penduduk.

l. Memilki kebutuhan air yang digantungkan pada curah hujan.

m. Banyak terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi.

n. Berada pada ketinggian 500 hingga 1500 meter diatas permukaan laut.

C. Alat dan bahan


Alat :
1. Bolpoint untuk menulis hasil praktikum yang telah diperoleh pada lembar

lampiran yang telah ditentukan.

2. Penggaris untuk membuat tabel 1 sampai tabel 3 di lampiran.


3. HVS ukuran A4 sebagai lembar lampiran.
4. Spidol OPV ukuran F warna merah, hitam, biru, dan hijau untuk membuat blok-

blok antar obyek yang ada pada citra.

Bahan :
1. Citra pankromatik hitam putih sebagai obyek analisis citra.
2. Citra inframerah sebagai obyek analisis citra.

3. Citra ASTER – Sangabriel (topografi dan pemukiman) sebagai obyek analisis

citra.
4. Plastik transparan untuk mendeliniasikan Citra ASTER Sangabriel.

D. Langkah kerja
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan seperti HVS, bolpoint, dan

penggaris.

2. Membuat tabel lampiran, yaitu tabel pengamatantingkat kerumitan obyek pada

foto udara dan citra, tabel tingkat kemudian pengenalan obyek pada berbagai

jenis foto dan citra, serta tabel hasil identifikasi bentuk penggunaan lahan pada

citra dan foto udara.

3. Mendeliniasikan kenampakan yang ada pada citra-citra tersebut, baik

kenampakan alam maupun kenampakan budaya serta memberikan kode

kenampakan.

4. Mengisikan pada tabel berbagai kenampakan pada citra yang telah diamati.

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Tabel 1 Hasil Pengamatan Tingkat Kerumitan Obyek pada Foto Udara dan Citra

Tingkat Kerumitan
No. Jenis Skala
M S SL
1. Pankromatik
- √
Hitam Putih
2. Inframerah - √
3. Multispektral
(ASTER- - √
Sangabriel)
Keterangan :

M : Mudah
S : Sedang
SL : Sulit

Tabel 2 Tingkat Kemudian Pengenalan Objek pada Berbagai Jenis Foto Udara dan

Citra

FU. Pankromatik
FU Inframerah (IR) ASTER-Sangabriel
Jenis Obyek Hitam-Putih
M S SL M S SL M S SL
Tubuh
√ √ √
Perairan
Pemukiman √ √ √
Vegetasi √ √ √
Lahan
√ √ √
Pertanian
Jalan √ √ √
Batuan/Tanah √ √ √
Sawah √ √ √
Keterangan :
M : Mudah

S : Sedang

SL : Sulit

Tabel 3 Hasil Identifikasi Bentuk Penggunaan Lahan pada Citra dan Foto Udara

Pankromatik Hitam
Penggunaan Inframerah ASTER-Sangabriel
No. Putih
Lahan
TA S AM M TA S AM M TA S AM M
Sawah
1. √ √ √
Irigasi
2. Sungai √ √ √
3. Gisik √ √ √
Laut
4. √ √ √
Terbuka
Hutan
5. √ √ √
Mangrove
Keterangan :
TA : Tidak ada

S : Sulit
AM : Agak mudah

M : Mudah
Pembahasan

Gambar 1 Citra Inframerah


Citra inframerah yang diamati, terdapat berbagai kenampakan yang dapat

diidentifikasi. Namun, dalam hal ini, tingkat kesulitan analisis kenampakan tergolong

sedang. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya membedakan kenampakan yang satu

dengan yang lain karena tidak memiliki perbedaan warna dan kedetailan yang
kurang. Menurut dasar teori yang saya peroleh, citra ini menggunakan spektrum

gelombang inframerah. Citra tersebut tergolong citra inframerah yang tidak

berwarna.

Kenampakan-kenampakan objek yang dapat dikenali dengan mudah antara lain

tubuh perairan, vegetasi, lahan pertanian, dan sawah. Tubuh perairan yang

tertangkap citra, berada di bagian kiri citra dan berukuran besar. Tubuh perairan
berukuran cukup besar dan berkelok atau meandering. Sungai tersebut tergolong
sungai tua karena berbentuk meander dan memiliki gosong pasir serta point bar.

Gosong pasir dapat dilihat pada salah satu kelokan yang sedikit menjorok ke tengah.

Sedangkan point bar berada di salah satu kelokan bagian dalam karena adanya

pengendapan material yang terbawa oleh arus sungai. Selain itu, sungai memiliki

rona yang gelap. Hal tersebut disebabkan karena air memiliki penyerapan energi

sinar matahari yang besar sehingga memiliki warna atau rona yang gelap daripada

kenampkan-kenampakan lainnya. Pada citra vegetasi bertekstur halus yang


merupakan daerah pertanian atau persawahan. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk

petakan-petakan lahan pada citra. Selain itu terdapat vegetasi atau pepohonan yang

menyebar namun mengelompok pada masing-masing daerah. Pada citra,

kenampakan yang paling dominan adalah vegetasi. Pada zona vegetasi memiliki
penyerapan yang tinggi karena penyerapan kanopi daun yang tinggi untuk
berfotosintesis sehingga memiliki rona gelap dan tekstur yang cukup kasar.

Pada citra infra merah, terdapat pula kenampakan-kenampakan yang sangat

sulit diidentifikasi, antara lain pemukiman, jalan, dan batuan atau tanah. Hal tersebut
dikarenakan kenampakan lahan yang saling berimpitan dan tidak memiliki
perbedaan warna sehingga sulit diidentifikasi. Kenampakan jalan berbentuk

memanjang dan ditemukan pada daerah sepanjang persawahan. Kenampakan

pemukiman dan tanah sendiri sangat sulit ditemukan sehingga jaringan atau
aksesibilitas juga sulit ditemukan karena mayoritas jalan atau jaringanbiasanya

berhubungan dengan pemukiman sebagai aksesibilitas penduduk sekitar.

Penggunaan lahan pada citra inframerah dominan digunakan sebagai lahan

pertanian sehingga dapat ditemukan sawah irigasi dan sungai sebagai sumber air

pertanian. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut merupakan wilayah mata
pencaharian penduduk sekitar yang mayoritasnya sebagai petani. Lahan pada citra

tergolong lahan basah karena lahan pertanian sendiri sangat membutuhkan lahan

basah dan memiliki tanah dengan kesuburan yang tinggi. Tanah pada lahan

pertanian basah ini memiliki kandungan air yang tinggi. Lahan pertanian sangat

membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi dan memilki kandungan air

yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik. Tanaman yang paling banyak
ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan basah adalah tanaman padi,
yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki kandungan air tetap, agar

bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang berlimpah. Lahan

pertanian pada citra dikatakan lahan basah karena lahan pertanian dekat dengan

tubuh perairan berupa sungai dan jauh dari pemukiman penduduk.

Gambar 2 Citra Pankromatik Hitam Putih


Citra pankromatik hitam putih di atas memiliki tingkat identifikasi yang mudah.
Kenampakan-kenampakan yang teridentifikasi dengan mudah antara lain tubuh

perairan dan batuan atau tanah. Hal tersebut dikarenakan kenampakan yang

tertangkap pada citra merupakan kenampakan topografi. Kenampakan topografi


berupa igir-igir dimana terdapat mata air yang membentuk tubuh perairan berupa
sungai yang bercabang atau memiliki dua orde dan hulunya berada di tekuk lereng.

Igir-igir terjadi karena adanya erosi akibat curah hujan dan suhu tinggi di daerah

tersebut. Sungai pada citra juga termasuk sungai tua karena sungai tersebut
berbentuk meander. Sungai yang tertangkap pada citra berukuran kecil dan gelap.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa air memiliki penyerapan yang tinggi

terhadap energi matahari sehingga menimbulkan rona gelap. Sedangkan daerah

tanah dan batuan kemungkinan memiliki tekstur pasir karena di daerah topografi

yang tinggi sehingga pantulannya tinggi dan ronanya cerah.


Kenampakan yang sulit ditemukan adalah kenampakan pemukiman dan

jaringan. Jaringan pada citra pankromatik hitam putih sangat sulit karena warna

pemukiman dan warna jaringan hampir sama yaitu berwarna abu-abu cerah.

Pemukiman sendiri berada di bagian atas citra. Pemukiman memiliki warna cerah

karena atap pemukiman terbuat dari seng mengingat daerah tersebut berada di

sekitar lereng. Untuk mengatasi suhu yang rendah, maka penduduk membuat
bangunan atap dengan bahan dasar seng supaya merasa hangat. Selain itu bahan
baku seng mudah memantulkan energi sinar matahari sehingga kenampakan

pemukiman yang tertangkap pada citra memiliki rona yang cerah.

Vegetasi yang ditemukan hanya sedikit, yaitu berada di bagiat atas citra. Sawah

irigasi pun sulit ditemukan karena bentuk dan warna yang sulit dibedakan. Namun

kemungkinan lahan pertanian terdapat pada lahan basah mengingat pemukiman

penduduk yang jarang ditemukan dan dekat dengan sumber mata air di lereng

gunung. Apabaila diamati, petakan sawah terdapat di bagian atas namun sedikit ke
tengah walaupun tidak begitu jelas.
Gambar 3 Citra Satelit ASTER Sangabriel
Citra ASTER Sangabriel memiliki tingkat kerumitan yang sedang. Citra ini

memiliki resolusi yang tinggi sehingga kenampakan yang ada sangat detail. Namun

kesulitan dalam hal ini disebabkan oleh cakupan wilayah yang tertangkap pada citra
sangat luas sehingga kenampakan pemukiman dan sekitarnya sangat kecil sehingga

terdapat kesulitan membedakan beberapa area.

Kenampakan yang mudah diidentifikasi pada Citra ASTER Sangabriel antara lain,

tubuh perairan, vegetasi dan jaringan. Deliniasi kenampakan pada CITRA ASTER

Sangabriel untuk tubuh perairan berwarna biru, vegetasi berwarna hijau, dan

jaringan berwarna merah. Deliniasi kenampakan pada citra diberikan kode sesuai
yang tertera pada lampiran II.

A.2.2.1

Gambar 4 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan sungai


B.b.1.1.1.1.1.1.b

Gambar 5 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan hutan hujan


pegunungan tinggi

Pada citra, terdapat suatu bentuklahan yaitu bentuklahan vulkanik. Pada citra,

nampak sangat jelas bentukan topografi vulkanik terutama igir-igir. Igir-igir

terbentuk karena proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan

terbentuknya relief kasar dan topografi tinggi dengan kemiringan lereng yang
curam. Proses erosi pada bagian hulu terjadi sangat kuat disebabkan oleh curah

hujan yang tinggi sehingga membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan

rapat. Igir-igir sangat runcing, saling tegak lurus satu sama lain dengan pola

mengikuti aliran sungai-sungainya. Dilihat dari foto udara, tekstur citra pada

topografi yang lebih tinggi umumnya kasar tetapi seragam pada ketinggian yang

sama. Sebaliknya semakin ke bawah semakin halus. Topografi dataran tinggi tersebut
didominasi oleh vegetasi yang mungkin ditumbuhi lumut ataupun berbagai jenis
tanaman. Hal ini disebabkan oleh suhu yang rendah yang meningkatkan kelembaban

udara. Variasi vegetasi juga disebabkan oleh ketinggian tempat. Biasanya pada hutan

pegunungan tinggi, semakin tinggi ketinggiannya, semakin langka tanaman yang

ditemukan atau semakin pendek. Sungai pada citra juga tergolong sungai tua karena

memiliki percabangan yang cukup banyak dan berbentuk meandering. Sungai-

sungai tersebut berasal dari mata air yang muncul di tekuk lereng.

A.1.2.4.1.4.1

Gambar 6 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan waduk tunggal


Waduk tunggal dibuat sebagai cadangan air saat terjadi kelebihan air ketika
musim penghujan guna keperluan pertanian atau kekeringan di musi kemarau.

Waduk tunggal biasanya digunakan untuk memenuhi salah satu kebutuhan saja

seperti tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir atau lainnya. Di sekitar waduk tunggal
terdapat kenampakan permukiman. Hal tersebut mungkin digunakan sebagai
sumber air penduduk untuk di konsumsi mengingat daerah waduk jauh dari daerah

pertanian.

A.1.1.2.1.2.1

Gambar 8 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan danau vulkanik

C.1.1.1.1.2.2

Gambar 9 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan danau vulkanik


Danau vulkanik terbentuk akibat aktivitas vulkanisme. Hal tersebut

memungkinkan karena letak danau tersebut berada di bawah lereng topografi tinggi.
Pada saat gunungapi tersebut mengalami erupsi, maka kemungkinan lava yang
keluar membentuk suatu cekungan sehingga pada saat hujan, danau terisi air. Pada

saat erupsi, gunung api juga mengeluarkan material-material debu yang

menyebabkan puncak gunung tersebut ditutupi oleh pasir.

B.1.1.1.1.1.1

Gambar 10 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan sawah


Kenampakan sawah yang terlihat hanya beberapa. Hal ini karena identifikasi
kenampakan yang sulit terlihat. Sawah ditemukan apabila dilihat dari bentuknya

yang berundak-undak menyerupai kepundan. Lahan pertanian ini kemungkinan

merupakan lahan kering karena lahan pertanian ini berada di sekitar pemukiman
penduduk yang cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori yang saya
peroleh yaitu beberapa ciri dari lahan kering antara lain memiliki kadar air yang

cenderung terbatas, memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah

mengalami erosi, dan lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan
pemukiman penduduk. Tanah pada daerah tersebut termasuk mudah berubah akibat

aktivitas erosi pada topografi sekitar persawahan.

D.5 Jaringan

D.2 (Pemukiman)

Gambar 11 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan jaringan dan


pemukiman

Sedangkan kenampakan yang sulit diidentifikasi antara lain pemukiman dan

batuan atau tanah. Seperti yang terlihat di deliniasi, Pemukiman berada di sekitar
jalan raya yang mengelompok namun sulit dibedakan dengan adanya batuan atau
tanah karena ukuran kenampakan yang sangat kecil menyebabkan identifikasi

kenampakan sulit. Pemukiman berada di bagian kaki lereng karena terdapat sumber

mata air yang berasal dari tekuk lereng. Pola pemukiman penduduk menyebar

karena topografinya tergolong kasar. Pada citra, kenampakan pemukiman berwarna

abu-abu cerah mungkin disebabkan oleh bahan baku atap rumah yang terbuat dari

seng. Seng memiliki sifat pantulan tinggi dan menyerap panas. Hal ini dipengaruhi

oleh topgrafi sekitarnya yang berupa dataran tinggi sehingga penduduk memilih
bahan baku seng sebagai atap rumah yang dapat menyerap panas dan

menghangatkan tempat tinggal. Jaringan sendiri digunakan untuk mempermudah

aksesibilitas penduduk dari tempat satu ke tempat yang lain dengan pola

memanjang.
F. Kesimpulan
Citra pankromatik hitam putih, citra inframerah, dan citra ASTER Sangabriel

memiliki ciri dan kegunaan yang berbeda. Citra yang paling detail antara satu objek

dengan objek yang lain adalah citra ASTER. Penggunaan lahan sebagai lahan
pertanian ditemukan pada citra inframerah (IR), citra pankromatik hitam putih
digunakan sebagai pertanian, pemukiman dan topografi, sedangkan citra ASTER

Sangabriel dominan digunakan untuk permukiman, topografi, dan sedikit

persawahan. Lahan yang paling baik untuk pertanian adalah lahan yang tertangkap
pada citra inframerah sedangkan yang tidak cukup baik untuk lahan pertanian adalah

lahan yang berada pada citra ASTER Sangabriel. Karena, lahan pertanian pada citra

ASTER Sangabriel jauh dari sumber air yang ada. Kenampakan sungai pada citra-citra

tersebut tergolong mudah dan semuanya merupakan sungai berstadium tua apabila

dilihat dari karakteristiknya. Pada citra ASTER Sangabriel ditemukan kenampakan lain
seperti danau vulkanik dan waduk tunggal yang merupakan sumber air dari

penduduk. Selain itu, ditemukan pula bukit pasir pada puncak gunungapi yang juga

dipengaruhi oleh erupsi gunungapi.

G. Daftar Pustaka

Anonim. 2014. Aplikasi Citra Quickbird Untuk Pemetaan Penggunaan Lahan di


Sebagian Wilayah Kecamatan Kota Besi Kabupaten Kotawaringin Timur. Diakses
pada hari Rabu, 12 April 2017 pukul 13.30 WIB di www.eprints.ums.ac.id

Indarto. 2014. Teori dan Praktek Pengideraan Jauh. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Linchwatin, Titin. 2014. Pengenalan Jenis-Jenis Citra. Diakses pada hari Senin, 27

Maret 2017 pukul 11.36 WIB di www.files.wordpress.com

Purwoko, Agus. 2009. Analisis Perubahan Fungsi Lahan di Kawasan Pesisir dengan

Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di


Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut), Jurnal
Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009.

Sari, Maya. 2015. Pertanian Lahan Basah dan Lahan Kering. Diakses pada hari Rabu,

13 April 2017 pukul 07.35 WIB di www.ilmugeografi.com

Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: UGM Press.


TIM SISWAPEDIA. 2016. Jenis Citra pada Pengideraan Jauh. Diakses pada hari Selasa,
28 Maret 2017 pukul 19:01 WIB di www.siswapedia.com
Lampiran II

TABEL KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENURUT MALINGREAU

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV


Kode Penggun- Kode Penggunaan Kode Penggunaan Kode Penggunaan lahan
aan lahan lahan lahan
A. Air 1 Tubuh 1.1 Laut 1.1.1 Laut terbuka
perairan 1.1.2 Muara
1.1.3 Corong
1.1.4 Teluk
1.1.5 Selat
1.2 Danau 1.2.1 Danau vulkanik,
kawah, caldera,
vulkanik tektonik,
1.2.2 Danau tektonik
1.2.3 Atol koral tertutup
1.2.4 Danau tapal
1.2.5 Laguna
1.3 Ponds 1.3.1 Tebat ikan tawar
(tebat) 1.3.2 Tambak
1.3.3 Tambak garam
1.4 Waduk 1.4.1 Maksud tunggal
1.4.2 Maksud ganda
1.5 Daerah
banjir
1.6 Rawa
Marse
2 Aliran air 2.1 Sungai, kali
2.2 Saluran
irigasi
2.3 Saluran
drainase
2.4 Saluran
irigasi dan
drainase
B Area
Vegetasi
a. daerah 1 Daerah 1.1 Tanaman 1.1.1 Sawah:
pertani- pertanian musiman a Sawah irigasi
an menetap b Sawah tadah hujan
c Pasang surut
d Lebak
e Sawah surjan
f Mina padi

1.1.2 Tegalan tanah tinggi


Tegalan
a Hortikultura
b (sayuran)

1.2 Sistem hutan 1.2.1 Tegalan


pertanian 1.2.2 Kebun
1.2.3 Campuran
1.2.4 Pekarangan
1.2.5 Kebun
1.2.6 Talun
1.3 perkebunan 1.3.1 Perkebunan
perusahaan
a Tanaman keras
b Teh
c Karet
d Kelapa
e Kopi
f Kelapa sawit
g Coklat
h Cengkeh
i Tanama lain
j Tembakau
k Tebu
l Panili

1.3.2 Perkebunan rakyat


2 Daerah 2.1 Ladang, 2.1.1 Dalam hutan belukar
pertanian huma Dalam alang-alang
tidak 2.1.2 Tumpang sari
menetap 2.2 Sistem hutan 2.2.1 Dalam hutan berawa
pertanian 2.2.2
b. daerah 1 Hutan 1.1 Hutan 1.1.1 Hutan hujan tanah
non primer klimatik tinggi
pertanian a HH peg. Rendah
b HH peg. Tinggi
campuran tusam

1.1.2 HH daerah rendah

1.1.3 Hutan musim


- eucalyptus
- jati
Hutan bambu
1.2 Hutan 1.2.1 Hutan payau, bakau,
edhapik nipah, palma
Hutan pantai
1.2.2 Hutan rawa
1.2.3 Hutan gambut
1.2.4 Hutan gerbang
1.2.5
2 Hutan 2.1 Formasi
sekunder klimatik
2.2 Formasi
edhapik
3 Belukar/ 3.1 Daerah a Terus menerus
semak kering b Belukar
c Semak terpencar
d Pepohonan dan
semak
e Savana dan semak
3.2 Daerah
basah
4 Rumput 4.1 a Alang-alang
b Savana
c Padang rumput
4.2 Rumput 4.2.1 Muras pantai
rawa 4.2.2 Muras
4.2.3 Pedalaman
waduk+vegetasi
hifdrik
5 Tanaman 5.1 Tanaman 5.1.1 Jati
hutan hutan 5.1.2 Mahoni
5.1.3 Pinus
5.1.4 Lainnya
5.2 Reboisasi

C Tanah tak 1 Daerah kritis 1.1 Pasir pantai 1.1.1 Gisik


bervegetasi tandus 1.1.2 Bukit pasir
, daerah 1.1.3 Pematang gisik
yang tidak 1.2 Singkapan
dikerjakan batuan
untuk 1.3 Lava dan
pertanian lahar
1.4 Gosong pasir
sungai
1.5 Liang
terbuka
D Permukima 1 Kota
n dan 2 Kampung
daerah- 3 Industri
daerah 4 Lapangan
yangtelah terbang
dibangun 5 Jaringan
6 Komunikasi
7 Tempat
rekreasi
Lampiran III
FOTO CITRA YANG DIAMATI

Gambar 1 Citra Inframerah Gambar 2 Citra Pankromatik Hitam-Putih

Gambar 3 Citra Satelit ASTER Sangabriel


Lampiran IV
PRE TEST

Anda mungkin juga menyukai