Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU ALAMIAH DASAR

ISU LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Nama Anggota :
1. Chinta Putri Ambar Sari (1360100053)
2. Robyan Kundari (1360100138)
3. Kms Sabda Toha (1360100118)

Kelas 3E

S1 TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala ni’mat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Lingkungan”. Salawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang
menjadi tauladan bagi kita semua.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan penulis hanya
dapat mengucapkan terimakasih atas pengarahnya. Penulis berharap semoga segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan sara penulis butuhkan untuk menjadi lebih baik. Semoga makalah yang sederhana ini
mampu memberi manfaat bagi penulis dan teman-teman lainnya. Terimakasih

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini berlangsung sangat
cepat. Banyak komponen kehidupan manusia yang tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seperti sandang, pangan, dan papan. Manusia sekarang ini hampir tidak dapat
hidup tanpa teknologi. Teknologi dapat dengan mudah dijumpai di belahan bumi manapun
dan usia berapapun, dapat dipastikan teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok manusia
pada zaman sekarang ini. Namun, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia untuk
menciptakan teknologi canggih tersebut, sebagian besar diambil dari alam.
Pemanfaatan teknologi dari alam oleh manusia yang berlebihan dapat merusak
keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan kerugian bagi manusia dan alam. Manusia
mengekspoitasi alam sebanyak-banyaknya tetapi tidak memperbaikinya. Hal tersebutlah yang
menyebabkan berbagai masalah muncul. Masalah yang muncul dari kerusakan alam antara
lain pemanasan global, keracunan zat adiktif, banjir, kerusakan hutan, sampah, dan banjir
lumpur lapindo di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan mengkaji masalah tersebut dalam
makalah yang berjudul “Memahami dan Memiliki Wawasan tentang Isu Lingkungan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah yang berjudul “Memahami dan Memiliki Wawasan tentang Isu Lingkungan” ini
akan mengkaji tentang :
1. Bagaimana pengaruh manusia dalam lingkungan ?
2. Bagaimana memahami isu lingkungan global ?
3. Bagaimana memahami isu lingkungan nasional ?
4. Bagaimana memahami isu lingkungan lokal ?
5. Bagaimana memahami isu perubahan iklim dan pemanasan global?
C. Tujuan
Makalah yang berjudul “Memahami dan Memiliki Wawasan tentang Isu Lingkungan” ini
bertujuan untuk :
1. Memahami pengaruh manusia dalam lingkungan
2. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan global
3. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan nasional
4. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan lokal
5. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu perubahan iklim dan pemanasan global ( global
Warming )
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Manusia dalam Lingkungan

Manusia dengan pengetahuannya mampu mengubah keadaan lingkungan sehingga


meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya perubahan itu dalam
lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Pada zaman Neolitikum kira-kira
12.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita dari berburu kemudian memelihara hewan
buruannya. Dari manusia pemburu berubah menjadi manusia pemelihara, dari manusia
nomadis berubah menjadi manusia menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam.
Ekosistem sekarang ini dalah ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan
kebutuhan manusia. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk
mengubah lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang
awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan
timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia. (Maskoeri Jasin, 1988:132)
Berbagai kerusakan ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia yang
menyadari pentingnya alam untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan manusia
memperbaiki alam yang telah rusak dan mengurangi hal-hal yang merugikan alam. Manusia
melakukan upaya penyelamatan hutan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan
kehidupannya pada alam. Namun, banyak pula manusia yang terus mencemari alam tanpa
memikirkan resiko yang ditimbulkan ke depan. Mengembalikan keseimbangan alam
merupakan pekerjaaan yang sulit dan selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup
seperti yang diharapkan.

LINGKUNGAN HIDUP

Isu lingkungan hidup menempati bagian penting dari diskursus publik internasional
kontemporer. Ini dessebabkan oleh krisis keseimbangan ekologis yang dialami dunia dengan
percepatan terutama setelah Perang Dunia II. Planet yang kita diami ini tengah mengalami
proses “global warming” yang disebabkan oleh pengeluaran yang berlebihn dari gas-gas
“rumah hijau” yang paling terkenal diantaranya adalah kloroflorokarbon (CFCS ).
Gas-gas ini menyebabkan berkurangnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari
sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh Matahari. Masalah lainnya meliputi deforestasi hutan
tropis, yang berguna untuk mensirkulasi gas-gas berbahaya menjadi oksigen, yang terjadi
pada tingkat yang menakutkan, yaitu 30.000-37.000 mil persegi pertahun, di Sub-Sahara
proses desertifikasi terjadi dengan tingkat per tahunnya sebesar 6 juta hektar. Dunia pun
mengalami prospek musnahnya ratusan ribu spesies dalam waktu dua puluh tahun ke depan.
Bila tingkat perusakan lingkungan seperti yang ada sekarang berlanjut, planet Bumi tidak
akan sanggup lagi menunjang para penghuninya.
Baik negara berkembang yang sedang membangun ekonominya maupun negara-
negara industri sama-sama memiliki kepentingan nasional yang mempengaruhi sikap dan
kebijakan mereka dalam mengatasi isu lingkungan hidup global.
Persoalan utama yang terjadi di Negara-negara berkembang adalah upaya pemerintahan yang
berkuasa untuk menjadikan pembangunan ekonomi sebagai sumber legitimasi kekuasaan
sehingga kemudian menjadi semacam ideology yang tak boleh diganggu gugat.
Umumnya ekspor negara berkembang bertumpu pada sumber daya alam. Indonesia
misalnya, mengandalkan minyak bumi dan ekspor kayu tropis. Kondisi demikian mudah
diduga akan berdampak pada percepatan pengurasan sumberdaya alam. Selain itu, rezim
perdagangan bebas Internasional mempunyai tujuan meningkatkan volume perdagangan
dengan membebaskan perdagangan dari segala bentuk proteksi. Pengalaman empiris
menunjukkan ekonomi global tidak dapat tumbuh tanpa ada pengurasan ekonomi alam.
Kondisi inilah yang melatarbelakangi munculnya standarisasi produk berwawasan
lingkungan pada era perdagangan bebas.
Bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, kedua hal di atas dapat menjadi
dilema. Di satu pihak, terdapt kesadaran bahwa permasalahan lingkungan hidup terasa cukup
serius. Namun di lain pihak, era perdagangan bebas menuntut produk-produk yang bermutu
baik dan murah. Ketentuan standarisasi akrab llingkungan tentunya akan menambah ongkos
produksi barang yang akan menjadikan produk-produk tersebut kurang kompetitif
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh Negara-negara maju yang telah terlebih dahulu
mempunyai infrastruktur produksi berwawasan lingkungan.
B. Isu Lingkungan Global

Masalah yang dialami bumi sekarang ini adalah pemansan global. Menurut tim IAD
MKU UMS, TIM MUP (2008:150), pemanasan global adalah peningkatan suhu bumi, yang
meliputi peningkatan suhu atmosfer, hidrosfer,dansuhu lithosfer.
Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca,
seperti CO2 akibat dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi
ketika radiasi dari sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut
akan sampai bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap
oleh bumi, dan sebagian bumi akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi
penuh dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa.
Akibatnya, panas kembali ke bumi. adanya pemanasan global menyebabkan banyak pengaruh
pada kehidupan yang ada di bumi.

1. Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain
di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena
uap air merupakan gas rumah kaca. Sehingga, keberadaannya akan meningkatkan efek
insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak, akibatnya akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar,
di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.

2. Peningkatan Permukaan Laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang
stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 –
25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang
sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida
Everglades.

3. Suhu Global Cenderung Meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis
semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun
yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5. Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang


berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-
lain.
6. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini, maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksikan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perubahan ekosistem yang ekstrem ini. Hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(Climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti
ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

7. Perdebatan tentang Pemanasan Global

Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global.
Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang
lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu
dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga
dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan
global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga
menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa
daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga
perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan
perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama
tiga dekade pada pertengahan abad ke-20, bahkan ada masa pendinginan sebelum naik
kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya
separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak
memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin
dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara
yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga
dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar.
Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol
terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih. Keadaan pemanasan global
sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara
besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup
data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh
para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut
memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan. Suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih
tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir,
ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan
di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer
tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya.
Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences
untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat
diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model
tidak dapat dijelaskan secara jelas.

Upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain:


1. Menanam pohon, karena pohon berperan besar dalam mengurangi pemanasan global karena
pohon dalam foto sintesis pada siang hari menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Sehingga
dapat megurangi kandungan karbondioksida di udara yang dapat memicu menipisnya ozon
dan terjadi pemanasan global.
2. Menghijaukan hutan yang telah gundul, karena sekarang ini banyak pembalakan liar yang
menyebabkan penggundulan hutan.
3. Melakukan efisiensi pada penggunaann bahan bakar fosil. Selain dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan global, eksploitasi yang berlebihan pada bahan bakar fosil juga akan
menyebabkan kelangkaan pada bahan bakar fosil tersebut, kerena bahanbakar fosil tidak
dapat diperbarui.
4. Mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan dan harganya terjangkau oleh
masyarakat luas.

C. Isu Lingkungan Nasional

Tanam Untuk Kehidupan adalah satu komunitas yang punya perhatian untuk isu-isu
lingkungan. Tujuan utama digelar acara ini adalah sebagai ajang pendidikan dan hiburan
untuk membuka opini masyarakat agar peduli lingkungan bermaksud mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat lingkungan mereka sendiri.
Di negara Indonesia banyak terjadi perusakan lingkungan yang mengakibatkan tidak
seimbangnya ekosistem di alam. Menurut TIM IAD MIKU & TIM MUP (2012:155).
ada beberapa isu lingkungan nasional, diantaranya :
1. Banjir
Banjir merupakan suatu peristiwa terbenamnya daratan (yang pada keadaan normal kering)
karena meningkatnya volume air. Banjir dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
akibat pemanasan global, yaitu dapat meningkatkan tinggi permukaan air laut, sehingga
beberapa daerah di pesisir pantai akan terkena luapan air tersebut. Selain itu banjir juga
disebabkan karena meningkatnya curah hujan dan tidak adanya saluran air yang baik dan
cukup untuk menampung air hujan. Banjir juga dapat disebabkan karena peluapan air sungai
akibat meningkatnya curah hujan atau karena sebab lain, seperti pecahnya bendungan sungai.
Banjir yang banyak melanda kota-kota besar biasanya disebabkan karena kurangnya
kesadaran masyarakat yang membuanga sampah ke sungai atau saluran air lain. Banjir juga
disebabkan oleh kurangnya resapan air karena tanah telah tertutup bangunan. Banjir
menyebabkan kerugian pada segi perekonomian, kesehatan, dan lingkungan.
2. Kerusakan hutan di Indonesia
Hutan di Indonesia banyak berkurang dan yang masih ada banyak mengalami kerusakan.
Penyebab kerusaan hutan paling besar karena ulah manusia. Manusia melakukan eksploitasi
dari hutan secara berlebihan dan mengabaikan segi ekologisnya. Faktor alam yang merusak
hutan salah satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dipicu oleh musim kemarau
yang panjang maupun pemanasan global.
3. Sampah
Manusia sebagai konsumen setiap harinya menghasilkan sampah/limbah. Libah yang
dihasilkan berupa organik dan anorganik. Sampah anorganik dihasilkan dari rumah tangga
maupun industri. Sampah merupakan masalah sosial yang dapat menyebabkan konflik. Di
Indonesia masalah sampah kurang mendapat penanganan yang baik.
4. Banjir lumpur panas di Sidoarjo
Banjir lumpur panas di Sidoarjo merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi
pengeboran PT Lapindo Brantas sejak tanggal 27 Mei 2006. Bajir lumpur panas tersebut terus
meningkat dan penyebab utama semburan tersebut belum jelas. Semburan tersebut
menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan peridustrian. Masalah banjir
lumpur panas ini telah menjadi masalah nasional, yang memaksa pemerintah pusat turut
campur dalam upaya penanggulannya.
5. Kebaran Hutan : Proses kebakaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia .
kebakaran oleh manusia biasanya karena bermaksut pembukaan lahan untuk perkembunan.
Dampaknya: memeberi kontribusi CO2 di udara, hilangnya keaneragaman hayati, asap yang
dihasilkan dapat mengganggu kesehatan dan asapnya bisa berdampak kenegra lain. Tidak
hanya pada local namun ke negra tetanggapun juga terkena.
6. Pencemaran minyak lepas pantai : hasil ekploitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke
tempat pengolahan minyak bumi. Pencemaran minyak lepas pantai diakibatkan oleh sistem
penampungan yang bocor atau kapal tenggelam yang menyebankan lepasnya minyak ke
perairan.
Dampak : mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung gelombang air laut.
Dapat berdampak kebeberapa negara, akibatnya tertutupnya lapisan permukaan laut yang
menyebabkan penetrasi matahari berkurng menyebabkan fotosintesis terganggu, pengikatan
oksigen, dan dapat menyebabkan kematian organisme laut.

D. Isu Lingkungan Lokal

Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah


diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya
lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari
alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa
makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara
menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena
akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan.
Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para ilmuwan
memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan latar belakang
keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi
masalah yang telah santer belakangan ini.

Ada beberapa penyebab masalah lingkungan lokal, diantaranya :


1. Kekeringan : kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak:
menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
2. Banjir : merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan
karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan
air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia
terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
3. Longsor : adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang.
Dampaknya: terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu perekonomian
dan kegiatan transportasi
4. Erosi pantai : adalah terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak:
menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan
pariwisata.
5. Instrusi Air Laut: air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh
manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya:
terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.

E. Isu perubahan iklim dan pemanasan global ( global Warming )

Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Komposisi, suhu dan kemampuan
membersihkan diri selalu bervariasi sejak planet bumi ini terbentuk. Makin meningkatnya
jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama dalam
bidang transportasi, maka pakar-pakar atmosfer dunia memprediksi akan terjadi kenaikan
suhu diseluruh permukaan bumi yang dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan global
terjadi sangat cepat yang disebabkan peningkatan efek rumah kaca dan gas rumah kaca.
Perubahan (kenaikan) suhu yang cepat akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang
cepat. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga
mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Lebih jauh
lagi, pemanansan global dapat menyebabkan lepasnya karbon yang tersimpan di tanah dalam
bentuk bahan-bahan organik yang kemudian teruraikan menjadi CO2 dan CH4 oleh kegiatan
mikroba tanah. Iklim yang bertambah panas akan meningkatkan aktivitas mikroba yang pada
akhirnya akan meningkatkan pemanasan global.

Pemanasan global menyebabkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat


menimbulkan naiknya permukaan air laut, yang dapat mengancam pemukiman pinggir
pantai, erosi di wilayah pesisir, kerusakan hutan bakau dan terumbu karang, perubahan lokasi
sedimentasi, berkurangnya intesitas cahaya di dasar laut serta naiknya gelombang air laut.
Jadi perubahan iklim akibat pemanasan global bukan saja berdampak negatif terhadap
ekosistem, melainkan melainkan juga langsung mempenggaruhi social-ekonomi dan
kelangsungan masyarakat.

a. Hujan asam
Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan masalah urban kini mulai
berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta turunnya hujan asam dan pencemaran udara
regional atau lintas batas lainnya. Atmosfer dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan
kilometer jauhnya sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi.
Dampak negatif dari hujan asam selain rusaknya bangunan dan berkaratnya benda-benda
yang terbuat dari logam, juga terjadinya kerusakan lingkungan terutama pengasamana
(acidification) danau dan sungai.ribuan danau airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada
lagi kehidupan akuatik, dikenal dengan “danau mati”. Selain itu, hujan asam juga
mengancam komodisi pertanian dan merusak hutan.

b. Menipisnya lapisan Ozon


Lebih dari setengah abad lamanya dirasakan adanya kerusakan lapisan ozon sehingga terjadi
penipisan lapisan tersebut di stratosfer. Hal ini teramati pada setiap musim semi di wilayah
selatan bumi, suatu lubang terbuka pada lapisan di bagaian atas ozon. Pada ketinggian 15-20
km diatas Antartika, 95% lapisan ozon telah lenyap.

Lubang ini bertambah besar sejak tahun 1979. Lapisan ozon ini juga telah dibuktikan oleh
data satelit cuaca Nimbus 7 milik badan ruang angkasa Amerika Serikat (NASA) dan
terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa penipisan lapisan ozon telah terjadi diseluruh
dunia.
Rusaknya lapisan ozon berpengaruh pada intensitas sinar ultraviolet matahari yang berbahaya
bagi mahluk hidup di bumi. Radiasi ultraviolet menyebabkan kanker kulit, katarak mata,
menekan efisiensi sistem kekebalan tubuh, sehingga memudahkan kanker menyebar luas,
menurunkan kualitas komoditi pertanian (seperti : tomat, kentang, kubis, kedelai) dan
kehutanan. Radiasi ultraviolet tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan sampai 20 m
dibawah permukaan air yang jernih, terutama berbahaya bagi plankton, benih ikan, udang dan
kepiting serta tumbuhan yang memegang peranan penting dalam rantai makanan di laut.

F. DAMPAK DARI PEMANASAN GLOBAL

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan
telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

1. Iklim Mulai Tidak Stabil


Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya
lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit
serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

2. Peningkatan permukaan laut


Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 –
88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah
Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.

3. Suhu global cenderung meningkat


Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis
semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun
yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di
kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya
disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul
penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain.

G. PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-
langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah
pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang
timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah
dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa
negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap
menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan
ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk
menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi
keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau
aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di
mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah
mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan
karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan
dengan batubara. Beberapa konferensi dan perjanjian tingkat internasional juga semakin
gencar diupayakan. Perjanjian itu lebih mengarah ke perdagangan karbon dan peraturan
pemotongan emisi bagi negara-negara industri yang memegang presentase paling besar dalam
pelepasan gas-gas rumah kaca.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Dari hasil Makalah yang dibahas oleh kelompok kami dapat disimpulakan bahwa isu
lingkungan global yang telah menjadi pembicaraan umum semua lapisam masyarakat ini
merupakan hasil keteledoran semua lapisan masyarakat itu sendiri. Kesalahan bukan hanya
milik pemerintah atau pengusaha pabrik yang menggeluarkan limba sebarangan tetapi juga
kesalahan semua lapisan masyarakat yang masih tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya
seperti dengan tidak membuang sampah pada tempat nya dan masih banyak lainya.
Kelalaian sebagian manusia hingga hari ini berakibat pada kondisi alam yang semakin
memburuk sebagai contohnya pemanasan global, efek rumah kaca dan lubang ozon
sehingga suhu bumi saat ini tidak stabil.
Maka dari itu perlulah kita mengambil beberapa langkah untuk mengurangi dampak isu
negative alam global diantaranya:
 Batasi emisi bahan karbon dioksida
 Menanam pohon lebih banyak
 Daur ulang dan gunakan ulang
 Gunakan alat transportasi alternatif untuk mengurangi emisi karbon

SARAN :
Dengan telah banyak beredar nya isu lingkungan global yang meresahkan masyarakat
mari kita mulai cintai lingkungan dari diri kita sendiri. Dengan tidak membuang sampah
sembarangan dan mencoba menanam tumbuhan dan pohon dilingkungan rumah kita karena
satu pohon yang kita tanam dapat membantu mencegah terjadinya global warming yang
menjadi hantu yang menggerikan bagi kehidupan anak cucu kita kelak. Dan mari kita jaga
bumi untuk kelangsungan anak cucu kita dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.


TIM IAD MKU UMS, TIM MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta: Muhammadiyah
University Press
Lurangung.2012. Isu Lingkungan Lokal. www.korekan.com diakses tanggal 28 Maret 2013
http://www.id.wikipedia.org. Diakses tanggal 1 Juni 2013
http://my-shoppin.blogspot.com/2013/05/makalah-isu-lingkungan-global-warming.html
http://kupangcomunity.blogspot.com/2013/01/makalah-isu-lingkungan-nasional.html
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0
CFkQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Fdosen.narotama.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2012%2F12%2Fmodul-1-pengantar-arsitektur-dan-
lingkungan.doc&ei=ootNUqXdEYaMrAeJ1YDoAQ&usg=AFQjCNEJQrU7CDNAUNsRG5
9Xm7RGHQW67A

Anda mungkin juga menyukai