Anda di halaman 1dari 13

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03.04.

04
RUMAH SAKIT TK. IV 03.07.01 KENCANA

PANDUAN
DIKURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
RUMKIT TK. IV 03.07.01 KENCANA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian

Pengurangan resiko infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan


kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para professional
pelayanan kesehatan.Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infection) dan
pneumonia (seringkali dihbungkan dengan ventilasi mekanis).Pusat dari eliminasi infeksi ini
maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) baik handrub maupun
handwash yang tepat.
Dihubungkan dengan lingkup perawatan medikal-bedah, pengurangan resiko infeksi
(cuci tangan, sarung tangan, handscoon, masker, google, dll) sangat penting pada penyakit-
penyakit yang umum diderita pada pasien dewasa, seperti TBC, kanker, pneumonia,
HIV/AIDS, trauma/ luka terbuka kecelakaan, dll. Selain itu, salah satu penurunan resiko
terjadinya infeksi adalah dengan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan invasive,
tindakan yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien, tindakan operasi, dll.

B. Tujuan

1. Menghilangkan atau meminimalkan mikroorganisme di tangan.


2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas ke pasien, dari pasien ke petugas
dan dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar pasien.
3. Tindakan utama untuk mencegah dan mengendalikan infeksi nosokomial.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan dan dilaksanakan semua pasien, pengunjung, petugas


kesehatan, dan petugas non kesehatan yang berada di lingkungan Rumkit Tk. IV 03.07.01
Kencana.

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. Rantai Penularan Infeksi

Agen Penyebab Infeksi


(bakteri,Jamur, virus,
riketsia, parasit)

Pejamu Rentan (orang Reservoir (tempat agen


yangdapat terinfeksi) Hidup)

Tempat masuk (lapisan Tempat keluar (ekskresi,


mukosa, sal cerna, sal kemih sekresi, droplet)

Cara Penularan (kontak,


droplet, udara, benda,
vektor)

B. Kewaspadaan Isolasi

Pedoman Isolasi terbaru diterbitkan oleh CDC (Central for Disease Control and
Preventions) pada tahun 1994 dan direvisi kembali pada tahun 1997 yaitu :
1. Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)
Kewaspadaan lapis pertama ini merupakan kombinasi antara Kewaspadaan
Universal (Universal Precautions) dan Isolasi Cairan Tubuh (Body Substance
Isolations)yang bertujuan untuk menurunkan risiko penularan dari infeksi yang sudah
atau belum diketahui dan diperlakukan untuk semua pasien apapun diagnosanya.
Prinsip Kewaspadaan Standar :

3
adalah darah dan semua jenis cairan tubuh, sekret dan ekskreta (kecuali keringat dan air
mata), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa/selaput lendir, semuanya potensial
untuk menularkan infeksi, Penerapan/Pelaksanaan Kewaspadaan Standar :
a. Hand Hygiene
b. Menggunakan Alat Pelindung Perorangan (APP) ketika akan bersentuhan dengan
darah, cairan tubuh (sekret/ekskreta), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa.
c. Penanganan alat-alat pasien dan linen yang terkontaminasi oleh darah dan cairan
tubuh pasien.
d. Pencegahan dari tertusuk jarum/benda tajam habis pakai (needlestick/sharp injuries).
e. Pembersihan lingkungan.
f. Pengelolaan sampah/limbah dengan benar.

2. Kewaspadaan Berdasarkan Penularan (Transmission Based Precautions)


Ditujukan untuk pasien yang terbukti atau diduga berpenyakit menularatau yang
secara epidemiologis mengidap kuman patogenyang memerlukan lebih dari
kewaspadaan standar untuk mencegah transmisi silangnya. Terdiri dari :
a. Kewaspadaan penularan lewat udara (Airborne Precautions).
1) Didisain untuk mengurangi transmisi penyakit yang dapat menular melalui udara.
2) Transmisi lewat udara terjadi ketika partikel yang dikeluarkan berukuran kurang
dari 5 mikron. Partikel tersebut berada lama diudara.
3) Contoh penyakit : TB Paru Aktif, varisella, campak.
4) Kewaspadaan yang dibutuhkan :
a) Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku).
b) Tempatkan pasien pada ruangan tersendiri (single room) yang mempunyai
aliran udara bertekanan negatif (ruangan bertekanan negatif) yang
termonitor. Udara yang dikeluarkan dari ruangan tersebut harus difilter tingkat
tinggi sebelum beredar diseluruh rumah sakit.
c) Setiap orang yang memasuki ruangan tersebut harus menggunakan masker
khusus ( contoh N 95).
d) Batasi transportasi pasien untuk hal-hal yang perlu saja, selama transportasi
pasien mengunakan masker (masker bedah)
b. Kewaspadaan penularan lewat droplet (Droplet Precautions).
1) Transmisi secara droplet terjadi apabila terdapat kontak antara membran mukosa
hidung, mulut atau mata dari penderita yang rentan dengan sejumlah besar
partikel droplet (berukuran > 5 mikron).

4
2) Partikel droplet biasanya menyebar dari pasien saat batuk, bersin, berbicara atau
ketika patugas melakukan prosedur seperti suctioning.
3) Contoh penyakit : pneumonia, difteria, influensa tipe B, meningitis.
4) Kewaspadaan yang dibutuhkan :
a) Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku).
b) Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri (single room), apabila tidak
tersedia tempatkan pasien bersama pasien lainnya dengan mikroorganisme
aktif yang sama (kohorting) dengan jarak tempat tidur 1-2 meter.
c) Pergunakan masker (masker bedah) ketika bekerja dalam jarak 1-2 meter
dari pasien.
d) Batasi transportasi pasien untuk hal-hal yang perlu saja, selama transportasi
pasien mengunakan masker (masker bedah).
e) Penanganan udara dan ventilasi secara khusus tidak diperlukan.

c. Kewaspadaan penularan lewat kontak (Contact Precautions).


1) Penyakit yang dapat ditransmisikan secara kontak meliputi infeksi-infeksi kulit,
usus serta kolonisasi /infeksi dengan organisme yang resisten terhadap berbagai
antibiotika.
2) Kewaspadaan yang dibutuhkan :
a) Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku).
b) Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri (single room), apabila tidak
tersedia tempatkan pasien bersama pasien lainnya dengan mikroorganisme
aktif yang sama (kohorting).
c) Pergunakan sarung tangan, jubah yang bersih (non-steril) ketika memasuki
ruangan pasien/kontak dengan pasien dan permukaan lingkungan.
d) Batasi pemindahan pasien untuk hal-hal yang perlu saja.
Jenis-jenis kewaspadaan tersebut di atas pada pelaksanaannya dapat juga berupa
kombinasi, apabila suatu penyakit mempunyai beberapa cara penularan dan setiap tipe
merupakan tambahan terhadap kewaspadaan standar.

C. Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)

1. Pengertian :
Melakukan cuci tangan (hand washing) yang bisa menggunakan air atau tanpa air (cuci
tangan kering) / handrubs, penggunaan antiseptik untuk cuci tangan.

5
“Hand washing is the simplest and most cost-effective way of preventing the
transmission of infection and thus reducing the incidence of health-care-associated
infections”(Practical guidelines for infection control in health care facilities, WHO 2009).

2. Mikroorganisme (Flora) Tangan :


a. Flora Transien
1) Diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain atau
permukaan (meja periksa, lantai atau toilet) selama bekerja.
2) Flora ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat sebagian dengan cuci tangan
pakai sabun biasa dan air mengalir serta dapat dihilangkan dengan cuci tangan
aseptik dan cuci tangan bedah.
3) Contoh : Escherichia coli
b. Flora Residen
1) Tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta serta didalam folikel rambut dan
dapat dikurangi dengan cuci tangan bedah.
2) Contoh : Coagulase negative staphylococci

3. Kapan melakukan cuci tangan :


a. Setelah bersentuhuan dengan darah, cairan tubuh pasien baik sekret maupun
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan membran mukosa.
b. Diantara kontak dengan pasien yang berbeda .
c. Sebelum dan setelah melakukan suatu tindakan/prosedur.
d. Diantara berbagai tindakan/prosedur yang sama pada satu pasien tetapi dengan
area tubuh yang berbeda (untuk menghindari kontaminasi silang).
e. Sebelum dan setelah memakai sarung tangan.
f. Segera setelah keluar dari toilet dan membersihkan sekresi hidung.
g. Sebelum makan.
h. Sebelum meninggalkan ruangan/rumah sakit
i. Setelah 6 (enam) kali cuci tangan menggunakan handrub, berikutnya cuci tangan
dengan hand wash untuk menghindari kerusakan kulit.

6
4. Lima moment melakukan praktek membersihkan tangan :

Sebelum tindakan
aseptik &
prosedur bersih

5. Fasilitas dan Material Yang Dipergunakan Untuk Mencuci Tangan


a) Air mengalir
1) Air yang dipergunakan tidak boleh terkontaminasi.
2) Apabila air terkontaminasi gunakan air yang telah didihkan selama 10 menit dan
disaring guna menghilangkan partikel kotoran (jika diperlukan) atau mendisinfeksi
air dengan cara menambahkan larutan sodium hipoklorit dengan konsentrasi
0,001 %.
3) Apabila air mengalir tidak tersedia pergunakan antiseptik untuk cuci tangan
kering ( handrub ) misal campuran 100 cc Alkohol 60% - 90% (70 %) dan 2 cc
gliserin 10 %
b) Sabun : sabun biasa atau sabun antimikroba.
c) Antiseptik :
1) Klorheksidin glukonat 2% - 4% (Hibiscrub, Hibitane).
2) Klorheksidin glukonat dan cetrimide dalam berbagai konsentrasi (Savlon).
3) Triklosan 0,2% - 2% .
4) Kloroksilenol 0,5% - 4% (dettol)

7
d) Pengering tangan setelah cuci tangan
1) Handuk kertas, apabila tidak ada keringkan tangan dengan udara atau membawa
handuk kecil / sapu tangan pribadi dan cucilah setiap hari. Tidak dibenarkan
menggunakan handuk secara bersama-sama

6. Persiapan-Persiapan Sebelum Melakukan Cuci Tangan :


a. Lepaskan perhiasan (cincin, gelang), jam tangan.
b. Kuku harus dipotong pendek.
c. Gulung lengan baju sampai diatas sikut

7. Prosedur Cuci Tangan yang menggunakan air (cuci tangan basah)


a. Prosedur Cuci Tangan Rutin/higienis
1) Menggunakan sabun, sebaiknya sabun cair dan air mengalir
b. Prosedur Cuci Tangan Aseptik/Prosedural
1) Menggunakan antiseptik dan air mengalir.
2) Dilakukan ketika akan melakukan tindakan-tindakan aseptik
c. Prosedur Cuci Tangan Bedah
1) Menggunakan antiseptik dan air mengalir.
2) Dilakukan ketika akan melakukan prosedur pembedahan

8. Prosedur Cuci Tangan Rutin/Higienis


a. Posisi tangan lebih tinggi dari sikut.
b. Basahi tangan dengan air.
c. Taruh sabun dibagian telapak tangan yang telah basah.
d. Gosok kedua telapak tangan.
e. Gosok kedua punggung tangan.
f. Gosok sela-sela jari tangan.
g. Gosok kedua kuku-kuku jari tangan bergantian.
h. Gosok kedua ibu jari tangan bergantian.
i. Gosok kedua ujung jari tangan bergantian.
j. Gosok kedua pergelangan tangan bergantian.
k. Keringkan dengan handuk kertas / handuk kain sekali pakai pakai.
l. Tutup kran dengan perantara siku tangan.

8
9. Prosedur Cuci Tangan Aseptik/Prosedural
a. Sama dengan prosedur cuci tangan rutin hanya sabun diganti dengan antiseptik dan
setelah cuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
b. Tangan dibasahi sampai dengan setinggi pertengahan lengan bawah.

10. Cuci Tangan dengan Sabun & Air

11. Prosedur Cuci Tangan Kering (tanpa air)/Handrub


a. Menggunakan antiseptik berbasis alkohol (etil/isopropyl alkohol) ditambah emolien
(gliserin, glikol propilen atau sorbitol)untuk melembabkan kulit.
b. Antiseptik untuk handrub tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga
jika tangan sangat kotor atauterkontaminasi oleh darah, cairan tubuh harus mencuci
tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu.
c. Untuk mengurangi penumpukkan emolien pada tangan setelah pemakaian antiseptik
untuk handrub yang berulang, tetap diperlukan mencuci tangan dengan sabun dan
air, biasanya setiap 5 – 10 kali aplikasi handrub.
d. Handrub yang berisi alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek residual yang
terbatas dibandingkan dengan yang berisi campuran alkohol dan antiseptik seperti
klorheksidin.
9
12. Kapan Melakukan Handrub ?
a. Pada kondisi dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau/tidak memadai. Sehingga
handrub merupakan alternatif pengganti cuci tangan yang menggunakan air (cuci
tangan basah).
b. Saat ronde di ruangan yang memerlukan antisepsis tangan

13. Antiseptik untuk handrub


Rumkit Tk.IV 03.07.01 Kencanamembuat formula untuk handrub (sesuai yang
dianjurkan oleh CDC) dan telah dilakukan uji coba tingkat kenyamanan dalam
pemakaian yaitu :
- Alkohol 70 % 100 cc + Gliserin 10 % 2cc.

14. Cuci Tangan Dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

10
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Melakukan monitoring pelaksanaan pencegahan infeksi (penerapan kewaspadaan


baku) di masing-masing unit/ruangan, dengan prioritas kebersihan tangan dan
penggunaan APD dan menganalisis kepatuhan mencuci tangan berdasarkan volume
hands rub yang digunakan terhadap jumlah pasien serta petugas.
2. Melakukakan monitoring kejadian luka tusukan benda tajam/jarum bekas pakai.
3. Monitoring hasil sterilisasi yang dilakukan oleh CSSD.
4. Monitoring kebersihan lingkungan dan mutu baku sumber air dilakukan oleh instalasi
kesehatan lingkungan.
5. Membuat laporan tertulis hasil kegiatan surveilans harian infeksi Rumah Sakit setiap
bulan dan disampaikan kepada Kepala Rumkit Tk. IV 03.07.01 Kencana melalui
bidang Perencanaan dan Evaluasi.
6. Membuat laporan tertulis hasil kegiatan surveilans daftar tilik Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit kepada Komite Medik dan Komite Keperawatan
Rumah Sakit.

11
BAB V
PENUTUP

Demikian Buku Panduan Dikuranginya Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


ini dibuat sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
di rumah sakit, maka pelaksanaan kegiatan mengurangi risiko infeksi di rumah sakit
sangatlah penting. Melalui panduan ini diharapkan dapat menunjang tercapainya sasaran
keselamatan pasien, sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap Rumah Sakit Kencana.

Ditetapkan di Serang
Pada tanggal 4 Januari 2018
Kepala Rumkit Tk. IV 03.07.01 Kencana,

dr. Kadri Lubis


Mayor Ckm NRP 11040000600775

12
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien. Berita Negara RI Tahun 2017, No. 308. Sekretariat Negara.
Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai