Anda di halaman 1dari 6

Etos Kerja Profesionalisme

Dalam Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan

Ridho Harta
Bambang Agus Diana

ABSTRAK

Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memapu menghargai tatanan dalam
berbagai kegiatan dalam kehidupannya, begitu juga dalam melaksanakan pekerjaan
sehari-hari seperti memiliki Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti
rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika
lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.

Pada era otonomi saat ini, yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan
Birokrasi Pemerintah, diperlukan pondasi-pondasi penyelenggaraan negara yang kokoh
sebagai penyangganya. Untuk melaksanakan fungsi yang semakin luas dan kompleks,
maka sektor pemerintah tentunya memerlukan berbagai sumber daya yang memadai.
Bersamaan dengan proses perluasan fungsi dan peranan aparatur pemerintah, telah
terjadi pula “harapan/tuntutan” yang semakin meningkat dari kalangan masyarakat
(publik) terutama yang berkaitan dengan etos kerjanya. Etos kerja merupakan nilai dasar
moralitas yang dapat memberi dorongan mental maupun spiritual bagi seorang aparat
birokrasi untuk dapat berprestasi dalam menjalankan profesinya.

Kata kunci: Etos kerja, sumber daya manusia, pemerintahan.

A. Pendahuluan seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi,


menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika
Pada dasarnya pembangunan sumber lainnya bisa sangatlah menunjang agar
daya manusia (SDM) khususnya sektor penyelenggaraan pemerinatahan dapat berjalan
pemerintah, merupakan kunci pengamanan masa dengan baik untuk terciptanya good governance.
depan bangsa. Karena bagaimanapun potensi Untuk menciptakan aparatur peme-
perkembangan ekonomi suatu negara sangat rintahan yang memliki etos kerja yang tinggi,
dipengaruhi oleh SDM dengan kualitas maka pemerintah sedini mungkin mengusahakan
pengetahuan dan keterampilannya, pandangan profesionalisme aparaturnya. Walaupun harus
budayanya, sikapnya terhadap kerja, serta diakui bahwa profesionalisme aparatur bukan
semangat juangnya dalam meningkatkan satu-satunya jalan untuk meningkatkan kinerja
kemandirian. Dengan kata lain, adanya etos kerja birokrasi, karena masih ada alternatif lain,
yang mandiri dan profesional merupakan suatu misalnya dengan menciptakan sistem dan
conditio sine quanon bagi terselenggaranya prosedur kerja yang efisien. Namun adanya
pemerintah yang efektif dan efisien. selain itu aparatur yang profesional tidak dapat dihindari
Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja oleh pemerintah yang bertanggung jawab.

103
Etos Kerja Profesionalisme Dalam Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan 104

Bermacam-macam pelayanan terhadap masya- peranan birokrasi sebenarnya sangat penting,


rakat, mulai dari pemberian izin-izin (lisensi) bahkan menjadi salah satu ciri dari masyarakat
sampai kepada penyediaan jasa-jasa, bahkan modern.
distribusi barang-barang yang mencakup semua Bila kita mengamati secara jujur, apa
aspek kehidupan masyarakat. Hal ini tentunya yang disebutkan oleh Riggs tersebut juga
memerlukan penanganan yang serius dari terdapat pada birokrasi negara kita. Pertanyaan
pemerintah, sebab jika tidak, bukan mustahil etis kembali muncul sehubungan dengan
pemerintah akan kehilangan kepercayaannya dari kurangnya perhatian (concern) para aparatur
masyarakat sebagai pengguna jasa. birokrasi terhadap kebutuhan warga negara
tersebut. Untuk memperoleh pelayanan yang
sederhana saja, pengguna jasa (masyarakat)
B. Pembahasan sering dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. Selain itu,
1. Birokrasi dan Pelayanan Publik rutinitas tugas-tugas pelayanan dan penekanan
yang berlebihan kepada pertanggungjawaban
Birokrasi pelayanan publik pada dasarnya formal telah mengakibatkan adanya prosedur
merupakan hal yang utama yang harus dilakukan yang kaku dan lamban. Para pegawai tidak lagi
oleh pemerintah sebagai pelayan masyarakatnya, merasa terpanggil untuk meningkatkan efisiensi
karena hal itulah merupakan suatu kewajiban dan memperbaiki prosedur kerja, tetapi lebih
yang harus dilakukan pemerintah terhadap sering justru menolak adanya perubahan. Etos
rakyatnya dengan memberikan pelayanan sebaik kerja yang cenderung mempertahankan status
mungkin. melihat pada pengertian dan konteks quo ini telah menumbuhkan persepsi masyarakat
birokrasi sendiri, di negara manapun akan sama bahwa berhubungan dengan birokrasi berarti
bahwa fungsi utama birokrasi selain memungut berhadapan dengan berbagai prosedur yang
pajak dari masyarakat adalah memberikan berbelit-belit. Bahkan tidak sedikit pemberian
pelayanan kepada masyarakat. Di dalam pe- pelayanan acapkali ditunggangi oleh kepentingan
nanganan pelayanan kepada masyarakat ini, agar pribadi dan dijadikan alat komoditas untuk
memiliki kualitas pelayanan yang bermutu dan kepentingan pribadi atau kelompok.
memiliki keunggulan, maka diperlukan aparat- Sikap para birokrat yang kurang me-
aparat pemerintah yang handal dan profesional, layani masyarakat secara adil dan merata itu
bersih dan berwibawa yang dilandasi etos kerja tampak di hampir sebagian besar instansi yang
yang tinggi. ada di negara kita. Pendapat bahwa “Bekerja
Pengertian “birokrasi” yang dicetuskan dengan rajin atau tidak rajin tetap mendapat gaji
oleh Max weber telah bergeser dari makna yang sama setiap bulan” ini turut mempertebal
sebenarnya. Pengertian birokrasi itu sendiri alasan keengganan para pegawai untuk bekerja
antara lain sebagai suatu sistem pengelolaan dengan sebaik-baiknya.
dalam organisasi skala besar seperti organisasi Sementara itu, kelambanan dalam
pemerintah, yang ditandai oleh adanya pelayanan umum tidak hanya disebabkan kurang
keteraturan, ketertiban, pembagian wewenang baiknya cara pelayanan di tingkat bawah, namun
dan jalur hirarkhi yang jelas, dan sebagainya. ternyata masih banyak faktor yang mem-
Tetapi pengertian terapannya yang berkembang pengaruhi tata kerja dalam birokrasi. Sikap
adalah bahwa birokrasi sebagai suatu sistem pandang organisasi birokrasi pemerintah kita,
dimana kelembagaan, prosedur yang berbelit- misalnya, terlalu berorientasi kepada kegiatan
belit, dan tata aturan yang ruwet menjadi ciri dan pertanggungjawaban formal. Penekanan
utamanya. Bahkan menurut Riggs (1985), kepada hasil kerja atau kualitas pelayanan
birokrasi sering dihubungkan dengan prosedur sangatlah kurang, sehingga berimplikasi pada
kerja yang panjang dengan peraturannya yang pekerjaan dalam organisasi menjadi kurang
aneh-aneh dan sewenang-wenang. Padahal menantang. Dengan ditambah etos kerja yang
Etos Kerja Profesionalisme Dalam Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan 105

buruk, maka jadilah suasana rutinitas yang pengontrolan (sepihak) informasi inilah, secara
semakin menggejala dan akhirnya aktivitas- teoritis birokrasi cenderung tidak dapat
aktivitas yang dijalankan itu menjadi “counter mengelola sumber-sumber daya secara efisien
productive”. dan efektif.
Masalah kekakuan prosedur juga
melanda institusi-institusi pemerintah, yang 2. Etos Kerja Sebagai Nilai Dasar Moralitas
seharusnya melaksanakan aktivitas secara
profesional. Birokrasi seolah-olah menjadi Etos kerja merupakan nilai dasar
mahluk yang semakin gemuk, tetapi pada saat moralitas yang dapat memberi dorongan mental
yang sama semakin lamban gerakannya. maupun spiritual bagi seorang aparat birokrasi
Dominasi birokrasi pada badan-badan usaha untuk dapat berprestasi dalam menjalankan
yang monopolistik itu tidak ditunjang dengan profesinya. seperti nilai-nilai etika yang
sistem manajemen dan efisiensi yang baik, dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja,
sehingga tidak heran jika terlontar banyak keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun
ungkapan bahwa birokrasi kita merupakan dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan
sumber utama ekonomi biaya tinggi (hisg cost pada masyarakat dan bangsa lain. Berikut adalah
economic) yang mengurangi daya saing produk- pengertian “etos” menurut Geertz yang dikutip
produk kita. Hal ini antara lain disebabkan karena Kumorotomo (1992 : 327) adalah : “sikap yang
kurang adanya manajemen yang berdasarkan mendasar terhadap diri dan dunia yang
sasaran (management by objective) serta ka- dipancarkan hidup.” Secara luas bangsa In-
burnya tolok ukur untuk menilai prestasi. donesia sesungguhnya telah memiliki pijakan
Sebagaimana dikemukakan Sudarsono yang kuat untuk membina etos kerja yang dapat
(1994 : 44) bahwa ketidakmampuan birokrasi menunjang kemajuan. Disamping sikap hidup
menghasilkan jasa dengan mengolah sumber- yang religius, bangsa Indonesia mempunyai
sumber yang efisien disebabkan dua hal. Pancasila sebagai dasar nilai-nilai luhur yang
Pertama, karena tidak ada kompetisi. Dalam hal tidak pernah kering. Konsep-konsep yang serupa
ini sebagian besar birokrasi sektor publik dengan dasar-dasar etos kerja, telah kita miliki,
memegang monopoli atas barang dan jasa yang seperti budi pekerti, gotong royong dan
dihasilkan. Penyediaan jasa izin perdagangan, pengadilan, Kini tinggal bagaimana kita
izin perindustrian, izin pertanahan, dan memanfaatkan gagasan-gagasan spiritual ter-
sebagainya, semua dilakukan oleh birokrasi sebut ke dalam gagasan-gagasan pembangunan.
sektor publik dengan monopoli yang penuh. Tujuan pembangunan hendaknya tidak
Walaupun kini mulai banyak muncul jasa-jasa terhenti dalam refleksi verbal, melainkan juga
pelayanan swasta, misalnya rumah sakit, dalam aksi riil. Untuk melaksanakan aksi-aksi riil
pendidikan, dan lain-lain. Ini tidak berarti bahwa yang berkaitan langsung dengan kemajuan dan
fungsi monopoli birokrasi berakhir. Kedua, pembangunan dalam segala aspeknya, pe-
adanya gejala ketidaksempurnaan informasi nyempurnaan dan pengembangan etos kerja para
(imperpect imformation) juga menyebabkan pejabat publik haruslah dilaksanakan tanpa henti.
birokrasi tidak dapat mengelola informasi Bagi seorang pegawai negeri atau pejabat
tentang permintaan barang-barang kolektif, pemerintah, etos kerja yang baik bukan saja akan
misalnya pendidikan, jasa kesehatan, dan menghasilkan sikap-sikap produktif, seperti kerja
sebagainya dari masyarakat, baik tentang keras, berperhitungan, jujur, dan hemat, tetapi
kualitas, kuantitas, maupun pelayanan sulit sekali juga akan menciptakan mekanisme kendali diri
didapat guna menghadapi berbagai persoalan dalam
Posisi dan jaringan kerja birokrat dapat tugas kedinasan maupun mengatasi godaan dari
menguasai informasi lebih banyak misalnya luar.
politisi atau kelompok-kelompok kepentingan Penggambaran di atas, mungkin terlalu
(interest group) lainnya. Dengan penguasaan dan idealis apabila kita melihat praktek pelaksanaan
Etos Kerja Profesionalisme Dalam Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan 106

tugas-tugas layanan umum dalam birokrasi kita. 3. Etos Kerja Profesionalisme dalam
Harus diakui bahwa tidak setiap pejabat memiliki Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan
kadar pemahaman tentang nilai pengabdian yang
sama, dan setiap orang harus mencukupi Dalam penyelenggaraan pemerintah
kebutuhan keluarganya, disamping kewajiban menuju good governance tentunya perlu adanya
untuk melayani kepentingan umum. Akan tetapi, dukungan sumber daya manusia yang memiliki
justru dengan idealisme seperti itulah sesung- kualitas sesuai bidangnya, agar dalam
guhnya kita masih akan bisa berharap banyak melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan
bagi pembangunan dan peningkatan kemak- dapat berjalan dengan baik dan profesionalisme,
muran rakyat melalui layanan dan tata kerja apalagi dalam menghadapi persaingan dengan
birokrasi. negara lain sumber daya manusia yang
Telah menjadi fenomena umum, berkualitas sangat diperlukan, kalau tidak negara
bahwa kendala untuk meningkatkan etos kita akan ketinggalan. profesionalisme dalam
kerja dalam organisasi publik ialah kurang penyelenggaraan pemerintahan kan menjadi
mapannya ukuran untuk menilai produk- sebuah tuntutan yang sangat penting terkait
tivitas pegawai. Barangkali kita perlu dengan layanan birokrasi baik untuk internal
mengingat lagi bahwa penekanan pada administrasi pemerintahan maupun dalam
efektivitas dengan mengorbankan efisiensi memberikan layanan terhadap masyarakat. untuk
sama sekali bukan gagasan yang baik dalam menuju pemerintahan yang profesional, dalam
rangka peningkatan produktivitas. Yang birokrasi pemerintahan perlu adanya upaya-
diperlukan bagi organisasi-organisasi upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pemerintah sekarang ini adalah pandangan sumber daya manusia yang dimilikinya. Untuk
yang sistematis untuk mencanangkan prog- mengetahui bagaimana ciri birokrasi yang
ram-program produktivitas tanpa meng- semestinya dimiliki dalam menjalankan
hilangkan daya tanggap terhadap kebutuhan pemerintahan yang profesional, sebagai
masyarakat. acauannya adalah salah satu ciri birokrasi ideal
Setiap pejabat atau pegawai wajib sebagaimana yang dikemukakan Max weber
mentaati prosedur, tata kerja, dan peraturan- adalah bahwa birokrasi harus menunjukkan
peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesionalisme menuju efisiensi. Dengan kata
pemerintah. Sebagai pelaksana kepentingan lain, dapat dikemukakan profesionalisme adalah
umum, para pejabat wajib mengutamakan suatu ciri utama administrasi negara dalam
aspirasi masyarakat dan peka terhadap ke- masyarakat industrial dan masyarakat yang
butuhan-kebutuhan masyarakat. Sebagai ma- sedang berada dalam transisi ke arah era industri.
nusia yang bermoral, pejabat selayaknya Aparatur negara tentunya dituntut untuk
memperhatikan nilai-nilai etis dalam bertindak memiliki keahlian dan kepiawaian dalam bidang
dan berperilaku. Dengan kata lain, seorang spesialis tertentu dalam menjalankan roda
pejabat harus memiliki kewaspadaan profesional pemerintahan, demikian dikatakan Glasser,
dan kewaspadaan spiritual. Kewaspadaan Abelson dan Gorrison, yang dikutip
profesional berarti bahwa ia harus mentaati Suryawikarta (1994 : 42).
kaidah-kaidah teknis dan peraturan-peraturan Dalam The American Heritage
sehubungan dengan kedudukannya sebagai Dictionary yang dikutip oleh Nimran (1994 : 1-
seorang pembuat keputusan. Sedangkan ke- 3), bahwa : “Profesionalisme merupakan suatu
waspadaan spiritual merujuk pada penerapan status, metode, karakteristik, atau standar tertentu
nilai-nilai kearifan, kejujuran, keuletan, sikap untuk menghasilkan dan /atau ukuran bagi
sederhana dan hemat, tanggung jawab, serta kualitas suatu karya, produk dan jasa yang
akhlak dan perilaku yang baik. dihasilkan oleh seorang yang profesional di
dalam menjalankan tugas di bidangnya.” Dalam
hubungan ini, kualitas kerja yang prima,
Etos Kerja Profesionalisme Dalam Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan 107

pelayanan yang memuaskan, jaminan ketepatan lakukan untuk anda (what can I do for you ?”.
dan kecepatan waktu, kesetiaan dan kecintaan Akan tetapi sebaliknya :”Apa yang dapat anda
pada profesi adalah beberapa contoh ciri-ciri lakukan untuk saya (what can you do for me) ?”.
profesionalisme dalam sektor publik/bisnis dan Untuk adanya peningkatan kualitas
kehidupan sehari-hari. pelayanan kepada masyarakat, menurut Thoha
Dari uraian tersebut di atas, dapat dike- (1997 : 7) haruslah dimulai dengan melakukan
mukakan permasalahan bagaimana menciptakan revitalisasi, restrukturisasi, dan reformasi
aparatur negara yang ahli dalam bidangnya (debirokratisasi dan deregulasi) terhadap
masing-masing khsusunya dalam menjalankan birokrasi pemerintah. oleh karena itu birokrasi
birokrasi pemerintahan yang profesional, publik harus memikirkan langkah-lahkah seperti
sehingga mampu memberikan pelayanan yang perampingan, penyederhanaan dan efisiensi,
semakin meningkat baik jenis maupun mutunya mulai dari jumlah kepegawaian dan kelembagaan
kepada masyarakat, terutama menciptakan organisasinya. Perampingan, penyederhanaan
profesionalisme dalam konteks makro mengkait dana efisiensi dari pusat sampai daerah perlu
kepada pengembangan sumber daya manusia dilakukan. Organisasi departemen yang kurang
(human resources development), sedangkan merangsang kinerja birokrasi yang efisien untuk
dalam konteks mikro terkait dengan berperan melayani masyarakat perlu dianalisis
pengembangan karier. Pengembangan sumber kemungkinan masih bisa dimanfaatkan atau
daya manusia dan pengembangan karier ber- tidak. Lebih dari itu, semua perilaku birokrasi
muara pada upaya-upaya berbagai macam mulai dari pimpinan sampai ke aparat yang
pendidikan dan latihan. Dengan demikian paling bawah harus menunjukkan sikap jujur,
profesionalisme akan dicapai dengan melalui bersih, berkarakter, profesional, mempunyai rasa
pendidikan dan latihan serta diperkaya dengan malu dan mendahulukan melayani publik dengan
pengalaman berpraktek. Oleh karena itu, perlu sikap yang ramah, karena selama ini bahawa
disusun suatu program pendidikan dan latihan aparat birokrasi pemerintahan dalam mem-
yang relevan dengan praktek dan profesi yang berikan layanannya selalu berbelit belit selain itu
bersangkutan. selalu memandang bahwa para parat birokrasi
Untuk itu dalam rangka mengantisipasi sering melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.
pada masa mendatang, maka tuntutan kebutuhan Oleh karena itu, citra negatif birokrasi dan aparat
masyarakat akan semakin bertambah yang harus perlu segera dipulihkan menjadi lebih positif
ditanggapi oleh pemerintah. Hal ini berarti dengan strategi pembangunan aparatur negara
tuntutan pelayanan publik juga meningkat yang yang mengacu pada pembinaan dan
dapat dipenuhi oleh aparatur pemerintah yang pengembangan SDM secara profesional dan
profesional. Berdasarkan pengalaman selama ini, pembenahan manajemen pemerintahan
profesionalisasi aparatur ini kalah cepat dengan
perkembangan tuntutan pelayanan publik, se- C. Penutup
hingga terdapat gejala-gejala ketidakpuasan
masyarakat mengenai kinerja atau performance Pembinaan dan pengembangan kualitas
aparatur negara. Sikap aparatur di negara-negara sumber daya manusia (SDM) aparat pemerintah
berkembang dalam banyak hal bukan sebagai atau birokrasi yang dilandasi etos kerja dan
aparat penyelenggara negara dan kesejahteraan profesionalisme, merupakan hal yang mutlak
sosial yang melayani kepentingan masyarakat, diperlukan. Kendatipun bukanlah hal yang
akan tetapi sebaliknya. Kedudukannya lebih mudah menciptakan suatu sistem manajemen
dirasakan sebagai suatu “privilage” ketimbang pelayanan yang baik, tetapi jalan pikiran yang
dalam kaitan dengan tugasnya sebagai suatu sedang mengarah secara terencana untuk
kewajiban. Sebab itu dalam tugasnya mereka meningkatkan sumber daya manusia aparatur
bukan bersikap melayani, tetapi minta dilayani. negara dan kemampuan manajemen sektor publik
Mereka tidak bertanya “Apa yang dapat saya terus diupayakan, dan mau tidak mau pemerintah
Etos Kerja Profesionalisme Dalam Penyelenggaraan Birokrasi Pemerintahan 108

harus meningkatkan kualitas aparatur sumber Prismatis (terjemahan). CV Rajawali,


daya manusianya hal tersebut untuk menciptakan Jakarta.
sumberdaya manusia yang lebih profesional lagi
terutama dalam penyelenggaran pemerintahan Santoro, Priyo Budi. 1993. Birokrasi Pemerintah
yang baik dan jika tidak indonesia akan Orde Baru (Perspektif Kultural dan
ketinggalan oleh negara lain terkait dengan struktural). PT Raja Grafindo, Jakarta.
penyelenggaraan pemerintahannya.
Dengan etos kerja dan profesionalisme Suryawikarta, Bay. 1994. Tanggung Jawab
diharapkan dapat memperoleh tingkat pelayanan Administrasi Negara Dalam Mening-
yang prima, seperti ketepatan waktu, keunggulan katkan Kinerja Pelayanan Melalui
mutu, pengurangan biaya untuk memperoleh Penyempurnaan Kelembagaan dan SDM.
pelayanan, serta perlakuan yang semakin LAN RI, Bandung.
menempatkan masyarakat sebagai pihak yang
memiliki martabat dan kedaulatan, semakin Thoha, Miftah. 1997. Deregulasi dan De-
mendapat perhatian. Tentu banyak elemen yang birokratisasi Dalam Upaya Penin-katan
harus ditata untuk menciptakan sebuah sistem Mutu Pelayanan Masyarakat. Makalah
yang pro-active seperti itu. Diperlukan sikap dan Dalam Seminar Nasional Persadi
iklim yang kondusif untuk menumbuh- “Pembangunan Administrasi Dalam
kembangkan kinerja birokrasi pemerintah yang Repelita, 7 Maret 1977, Bandung.
kreatif dan handal dengan dilandasi etos dan
moral kerja yang tinggi. Pada konteks ini, makna
profesionalisme aparatur dan manajemen
pemerintahan menjadi hal yang urgen. Sebab
aparat yang profesional, berwibawa, dan
bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya
dalam proses manajemen akan dapat me-
wujudkan kinerja organisasi serta menciptakan
pelayanan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi, 1992. Etika


Administrasi negara, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Nimran, Umar. 1994. Strategi Pengambangan


Profesionalisme Administrasi (Pokok-
pokok Pemikiran), dalam Temu Ilmiah
Nasional Mahasiswa dan sarjana
Administrasi Indonesia, UNIBRAW,
Malang.

Riggs, Freud W. 1985 Administrasi Negara-


negara Berkembang, Teori Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai