Anda di halaman 1dari 80

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN UPAH

TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN


KERJA WANITA KOTA MAKASSAR
PERIODE 2000-2009

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat


Guna Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi

Oleh :
ILHAM AKBAR M

A111 04 052

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ABSTRAK

Tujuan dari penilitian ini adalah unuk dapat mengetahui seberapa besar

pengaruh pertumbuhan ekonomi dan upah terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) Wanita kota Makassar periode 2000-2009. Dengan variable bebas pertumbuhan

ekonomi kota Makassar yang di proxikan dengan tingkat PDRB atas dasar harga konstan

dan upah minimu kota Makassar sedangkan variable terikat adalah Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) Wanita kota Makassar. Data diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS) propinsi Sulawesi selatan dengan runtun waktu tahun 2000-2007.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dan Upah Minimum Kota Makassar berpengaruh positif dan singnifikan

terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Wanita Kota Makassar.

iii
ABSTRACT

The purpose of this research is able to transform and find out how much

influence economic growth and wages to the Labor Force Participation Rate (LFPR) for

Women 2000-2009 period the city of Makassar. With free variable of economic growth

in the city of Makassar is proxi the level of GDP at constant prices and wages, while

variable minimu Makassar city is bound to Labour Force Participation Rate (LFPR)

Women Makassar city. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in

southern Sulawesi province in 2000-2007 time series.

The results showed that the variables Gross Regional Domestic Product (GDP)

and the Minimum Wage Makassar and singnifikan positive influence on Labour Force

Participation Rate (LFPR) Women of Makassar.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkah dan hinadayah-Nya yang memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi Dan Upah Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita

Kota Makassar Periode 2000-2009” untuk digunakan sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi ( SE ) pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Hasanuddin. Salam dan salawat juga penulis haturkan atas Rasulullah

Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya.

Penulis tentunya tidak akan pernah sanggup menyelesaikan skripsi ini tanpa

didukung dengan doa dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, secara khusus penulis

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Orang Tua, Ayahanda Mukhtar Tahir dan Ibunda Haslipa atas doa dn kasih

sayangnya. Saudara penulus, Kaka dan adikku, Srihastarti, dan Ratna Dewi

Kartini. We are D best!!!

2. Bapak Pimpinan Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, Sp.B.,

Sp.BO.; pimpinan Fakultas Ekonomi, Dr. H. Muhammad Ali, SE. MS., M.A.;

dan pimpinan Jurusan Ilmu Ekonomi, Prof. Dr. Hj. Rahmatia, MA. yang

menjadi bagian dari Almamater, serta penasehat akademik penulis selama

menjalani perkuliahan, Semoga pengabdian dan jasa-jasa Bapak terus diberikan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di Universitas Hasanuddin.

v
3. Dra. Sri Undai Nurbayani, M. Si. Selaku Penasihat Akademik yang telah

banyak memberikan prioritas pilihan dalam penyelesaian studi penulis.

4. Pembimbing I dan Pembimbing II, Dra. Hj. Fatmawati, M. Si. dan Nurhaena

Bakhtiar, SE., M.SE. Atas arahan, masukan dan kebijasanaannya yang sangat

sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada Dosen penguji, Bapak Dr. H. Madris, DPS., M.Si, Dr. H. Abd. Hamin

Paddu, SE, MA, Dr. Abdul. Rahman Rasak, MS.

6. Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi yang telah mengisi khasanah keilmuan dan

pengalaman penulis.

7. Staff Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanudin: Pak Parman dan Ibu Ros,

yang banyak membantu penulis dalam banyak hal and more...

8. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan pengaruhnya bagi

kehidupan penulis: Tante Ida, Om Akib, Om Anas sek.. Nene dua sek.., dan yang

lainnya. Semoga jasa-jasa Kalian dapat kubalas! Doa-doaku akan selalu menyertai

Kalian.

9. Kepada sahabat dan rekan-rekan seangkatan penulis di Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin: Neno (begitu memang hidup, kadang

d kalah terus kadang juga g pernah menang, hahaha...), Darsam (tuami Inzaghi

partner, mendingan Zarate hehehe...), Muswar (my bassist, belajar ketukan dulu

yee), Udien (berapami anamu Cess), Sandy (my guitarist, katax seh paling jago se

makassar, hoeek cuih...), , AlKausar (roma merda, forza forza LAZIO), , Ezri

(kapan kita merumput bareng lagi? saya tunggu assistnya ye, hohoho), Mitha (si

anak manis), Mulvi (sahabat paling baik seekonomi, pulx g abis2 men), Wulan

vi
(my vokalis, kapan ngejam bareng lagi nih? M.Arif Nur (ture namax ine, sok

keren lagi kwakakakak...) langgeng ya..., Astri (2 sisi mata uang), Andri (the old

friend), Arul (manamoko fuckner?), Anggi (apaji ?hehehe), Attoe (Apaji

sekampuang G mana S2), Rizal (om kita semua), Nawi (yang suka bingung), Fitri

Oetami (weits.. partner, aga karebax skripsita?), Rika (yang pux sidrap

hahaha...), Odha (g mana Aktanya Udah jadi guru), Adon (masih Jualan aja),

Isnaeni (g mana bisnisnya bro, udah sukseeya), Gaffal (g mana kabarnya papua,

aja2 bro proyekmu), Rias, Idjha, Tiny, Afni , Yakhin, Jikun, Achie, Lela,

Ummul, Haeria, Thamy, Mustaina, Dewi , Lana, Thessa, Arin dan teman-teman

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun turut berarti dalam

kehidupan penulis selama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dan teman.

10. Teman seperjuangan: FurQan (sangkampung, kamu pasti bisa selesaimako

cepat), BasrI Ribas (theks atas pinjaman prinnya bro, giman masih ada g batu

baramu ada yang mau beli ha...ha..haa). M Aqzan Alias karaeng hitam putih

(theks brooo atas bantuannya selama ini), Ipul (kapan nikahnya

broooo....????sudah ada ijasah pake melamar), Zain (pamancanya unhas),

Isnaini (hidup adalh perjuangan bro jangan pernah menyerah), Hamza

(Panglimanya kapal........), Bams Aswar (to matuanya kajang....), Naja (jangan

Ngintip terus brooooo....... theks atas pinjaman tvnya), Ka`Nawir Stimik (theks

atas bantuannya selama ini kanda),

11. Teman-teman di pondok paldana. Ismail Al-farabi (biarpun bagai mana messi

yang no. One, C7 hanya yg kedua broooo), Indra (gimana kelincinya udah di

potong), Mas Endeng alias adrian yang bnyak namanya kpan main bola lagi),

vii
Mukhlis (orang Paling ibuk sedunia...), Coji (jangan tidur terus bro,,,urus

pertanianmu), Herman (gimana kabarnya sapimu,,ko` rumput d setrika), Arwan

(Arsiteknya paldana), Ukhy (mana manggamu brooo), Suppri(), Satria (kpan

terangkat jadi gurun), Safri (ahlinya bahasa inggris), Komar Sp09 (mantap

rambutmu coy....),.. Tidak lupa juga teman-teman di pondok madinah, Habhi,

Yunus, Obet, Robin, Akbar, Anto, Herman, Ilham

12. Modipala etc. Baji (no coment dah...), Wahyu (rajax ikan bolu,

kwakakakakak...), Mido (dimanako sekarang bro…….), Ajis (yang g pernah jago

maen futsal), Hozea (my kebyoardis...), Eta (one step again fuckner, kok d

tinggalin?), Marfek (bahannya modipala, hehehe...yang sekarang di papua), Yuli

(slamat tinggal sobal, kau kanselalu ada di ingatan kami...), Iin (yang suka

solkar), n Ima (jagox english,,,,,,). Kisah kita g sampe sini fuckner, masih sangat

panjang...

Serta seluruh pihak yang turut mewarnai hari-hari dan hidup penulis yang

mungkin terlupa atau sengaja tidak dicantumkan, thank’s for all, semua pasti ada

harganya, good bless you!

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan, Harapan dan doa semoga diridhai oleh Allah SWT, Amin.

Makassar, 2 Agustus 2011

Ilham Akbar M

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………........... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………................. 7

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan…………………………………….............. 8

1.4 Manfaat Penelitian.......................……………………………………........... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Konsep Tenaga Kerja …………………………......................... 9

2.1.1Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja………..................................... 12

2.2 Peranan Wanita Dalam Ketenagakejaan...….…………………................... 17

2.3 Pertumbuhan Ekonomi..............…………………………….......................... 20

2.4 Upah Minimum......................................................…........………………...... 27

2.5 Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja......... 31

2.6. Hubungan Upah Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…………… 33

ix
2.7. Studi Empiris..................................................................................................... 35

2.8. Kerangka Pikir……………………………………......................................... 36

2.9. Hipotesis.......................................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penilitian…………………………………………................. 38

3.2 Jenis dan Sumber Data..........……………………………………………....... 38

3.3 Metode Pengumpulan Data………………………………………….............. 38

3.4 Metode Analisis………………………………………………………........... 39

3.5 Batasan Variabel………………...…………………….................................. 40

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Makassar..……………………………….................. 42

4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Wanita...................................... 47

4.3 Pertumbuhan Ekonomi.......…………………………………………............. 51

4.4 Upah Minimum...................……………………………………………….... 55

4.5 Hasil Dan Pembahasan….....…………………………..................................... 57

BAB V PENUNTUP

5.1 Kesimpulan.....................................……………………………….................. 61

5.2 Saran................................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Penduduk Kota Makassar Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2005-2008…… 3

Table 1.2 Penduduk Berumur 10 Tahun Menurut Kagiatan Pada Tahun 2005………… 4

Table 4.1.1 Luas kota Makassar di Rinci Menurut Luas Kecamatan Tahun 2009……….. 43

Table 4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin,

Tahun 2009……………………………………………………….…………. 44

Tabel 4.1.3 Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Kota Makassar,

Tahun 2009……...………….………………………………………………… 45

Table 4.2 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Wanita Kota

Makassar, 2000-2009………………………………………………………... 49

Tabel 4.3 Produk Domestic Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kota

Makassar, Tahun 2000-2009……………………………………………….… 53

Table 4.3.1 Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di

Kota Makassar……………………………………………………………….. 54

Table 4.4 Upah Minimum Kota Makassar, 2000-2009………………………………….. 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja……………………………… 12

Gambar 3. Kurva hukum okun…………………………………………………………… 31

Gambar 2. Kerangka piker………………………………………………………………... 36

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembangunan yang terjadi diNegara yang sedang berkembang

dewasa ini termasuk Indonesia yang sedang giat melaksanakan pembangunan di

segala bidang, hampir selalu ditandai dengan usaha meningkatkan pendapatan di

seluruh sektor dan bidang kehidupan.

Dalam pola pembangunan tercantum tujuan pembangunan nasional dan

hakekat pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur

yang merata materil dan spiritual melalui pembangunan manusia seutuhnya

dengan menitik beratkan pada sumber daya manusia yang berkualitas.

Pembangunan ekonomi dimaksudkan sebagai peningkatan pendapatan nasional

riil atau pendapatan riil perkapita dalam jangka panjang, dengan kata lain sasaran

pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mencapai

harapan dan tujuan tersebut, berbagai program pembangunan telah dicanangkan

dalam segala bidang kehidupan misalnya kehidupan ekonomi dan sosial.

Namun di tengah-tengah pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduknya banyak masalah yang munculpun dan

tidak dapat dihindari. Salah satu masalahya adalah masalah jumlah penduduk

yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan kualitas penduduk yang

begitu rendah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat maka

jumlah penduduk usia kerjapun mengalami peningkatan. Jumlah pengangguran

strukturalpun semakin besar hal ini karena struktur ekonomi yang ada belum
mampu menciptakan kesempatan kerja yang sesuai dan dalam jumlah yang cukup

untuk menampung angkatan kerja yang ada.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa penanganan yang baik akan

menjadi beban bagi pelaksanaan pembangunan dimasa mendatang dan

berkelanjutan yang antara lain berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Hal ini di sebabkan karena pertumbuhan penduduk tersebut akan berdampak pada

meningkatnya jumlah Penduduk Usia Kerja (PUK), Tingkat Partisipasi Sekolah

(TPS) dan Angkatan Kerja (AK), yang tentunya akan memasuki pasar tenaga

kerja. Tetapi apabila pertumbuhan penduduk usia kerja lebih banyak yang masuk

ke dalam golongan bukan angkatan kerja akan menyebabkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja menjadi rendah, dan selanjutnya akan berakibat pada rendahnya

pertumbuhan ekonomi.

Penduduk sebagai sumber daya manusia yang berjumlah sangat besar

apabila di bina dan di pekerjakann sebagai tenaga kerja yang efektif, maka

penduduk akan menjadi modal pembangunan yang besar dan sangat

menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang.

Penduduk merupakan modal atau potensi yang besar untuk peningkatan

produksi nasional jika tersedia lapangan pekerjaan yang cukup, tetapi di lain pihak

jika penduduk banyak yang menganggur sebagai akibat tidak tersedianya

lapangan pekerjaan akan mengakibatkan semakin merosotnya tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat. Perkembangan dan pertumbuhan angkatan kerja

yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah perubahan penduduk secara

tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memiliki pertumbuhan

2
ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah

produksi. Sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasar domestiknya lebih besar. Tetapi apakah hal ini akan memberikan dampak

positif atau negatif, hal itu tergantung pada kemampuan sistem perekonomian sutu

negar untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja

tersebut.

Dari data sensus tahun 2010 Pertumbuhan Penduduk di kota Makassar dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan dimana pada tahun 2005 tercatat

1.193.434 jiwa yang terdiri dari 582.572 laki-laki dan 610.862 perempuan. Jumlah

perempuan kota Makassar lebih besar dari laki-laki seperti yang di perlihatkan

pada Table di bawah ini :

Table 1.1 penduduk kota Makassar berdasarkan jenis kelamin 2005-2009


Tahun Laki-laki (%) Perempuan (%) Jumlah (%)
2005 582.572 - 610.862 - 1.193.434 -
2006 601.049 3,17 622.401 1,89 1.223.540 2,52
2007 604.233 0,53 631006 1,39 1.235.239 0,95
2008 608.410 0,69 645246 2,25 1.253.656 1,49
2009 610.270 0,30 662079 2,61 1.272.349 1,49
Sumber; BPS, Sensus Penduduk, 2010

dari data Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk kota

makassar tahun 2006 sebesar 1.223.540 jiwa atau mengalami kenaikan sebesar

2,52 persen yang terdiri dari laki-laki 601.049 jiwa atau 3,17 dan wanita 1,89.

Tahun 2007 sebesar 1.235.239 terdiri dari laki-laki 604.233 atau 0.53 dan wanita

sebesar 631.006 jiwa atau 1,39. Tahun 2008 penduduk kota makassar mencapai

jumlah 1.253.656 jiwa atau bertunbuh sebesar 1,49 persen yang terdiri dari laki-

3
laki 608.410 atau tumbuh sebesar 0,69 persen dan wanita sebesar 645.246 atau

2,25 persen. Pada tahun 2009 mencapai 1.272.349 jiwa atau mengalami

pertumbuhan sebesar 1,49 yang terdiri dari laki-laki 610.270 atau 0,30 persen dan

wanita sebesar 662.079 atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,61 persen.

Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar tenaga kerja

terutama di Indonesia mempunyai kontribusi yang besar, dalam artian bahwa,

jumlah wanita yang menawarkan dirinya untuk bekerja cukup besar.

Partisipasi kaum wanita dalam berbagai kegiatan ekonomi telah meningkat

pada semua sektor. Tidak saja pada keseluruhan pasar kerja tetapi terlebih di

sektor formal telah terjadi proses feminisasi dan status wanita pekerja telah

membaik. Perkembangan demikian terjadi pada periode pertumbuhan ekonomi

dan perubahan struktural yang cepat, pasar kerja umumnya juga telah membaik

(T. Zannatos, 2004).

Oleh karena itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita merupakan

salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam pembangunan nasional. Data

statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa komposisi wanita dalam jumlah

penduduk makassar adalah 51,2%, lebih besar dari komposisi penduduk laki-laki.

Namun jumlah perempuan yang besar tidak di ikuti dengan jumlah partisipasi

wanita angkatan kerja waita yang lebih sedikit haya mencapai 35,74% dari pada

laki-laki mencapai 66,14%, hal ini dapat kita liha dalam table 1.2 dibaawah ini.

4
Tabel 1.2 penduduk kota makassar berumur 10 tahun menurut kagiatan
pada tahun 2005
Jenis kelamin
Kegiatan Utama Jumlah
Laki-laki (%) Perempuan (%)
Bekerja 263.286 67,66 125.869 32,34 389.155
mencari pekerjaan 39.449 43,09 52.088 56,9 91.537
Sekolah 115.715 49,04 120.262 50,96 235.977
Mengurus Rumah Tangga 5.745 3,17 175.815 96,94 181.360
Lainnya 33.517 89,71 3.849 10,29 37.361
Tenga Kerja 457.712 47,89 477878 50,01 955.590
TPAK 66,14 - 35,74 - 50,30
Sumber; BPS, sensus penduduk 2006

Dari Tabel 1.2 diatas menunjukan bahwa penduduk yang termasuk tenaga

kerja berjumlah 955.590 jiwa yang terdiri dari laki-laki 457.712 dan perempuan

sebesar 319.921. penduduk yang melakukan kegiatan bekerja tercatat 389.155

jiwa terdiri dari 263.286 laki-laki dan 125.869 perempuan. Penduduk yang

melakukan kegitan bersekolah sekitar 235.977 jiwa yang terdiri dari laki-laki

115.715 jiwa dan perempuan 120.262 jiwa. Dengan tingginya perempuan yang

masuk ke dalam kegiatan bersekolah berakibat rendahnnya tinakat partisipasi

ankatan kerja wanita yang hanya mencapai 35,74 persen.

Walaupun peran tenaga kerja wanita dalam melengkapi pembangunan

ekonomi mempunyai kontribusi yang patut diperhitungkan, namun masih banyak

faktor-faktor yang menghambat eksistensi tenaga kerja wanita yang merupakan

unsur keterbatasan dari wanita untuk masuk kepasar tenaga kerja sehingga tingkat

pengangguran wanitapun jauh lebih tinggi dari pengangguran laki-laki.

5
Tingginya tingkat pengganguran wanita dari pada laki-laki ini adalah

akibat dari anggapan masyarakat kota Makassar dimana mereka mengangap

bahwa laki-lakilah yang bertugas untuk mencari nafkah untuk keluarga.

Sedangkan wanita hanya bertugas untuk mengurus rumah tangga dan akan bekerja

bila penghasilan suami tidak mencukupi atau kurang untuk kebutuhan keluarga.

Selain anggapan tersebut yang menyebabkan tingginya pengangguran wanita

adalah kurangn mamadainya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh

waita sehingga sulit untuk ikut bersaing dalam pasar kerja.

Faktor tingkat upah masuk ke dalam penelitian ini di karenakan tingkat

upah dapat mempengaruhi orang untuk masuk atau tidak kepasar tenga karja,

dimana jika tingkat upah tinggi maka makin banyak masyarakat akan masuk

kedalam pasra tenaga kerja, dan secara otomatis meningkatkan tingkat partisipasi

angkatan kerja.

Selama ini masalah yang sering timbul dalam hal pengupahan adalah

adanya perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha

dan pekerja sehingga dalam hal ini diperlukan kebijakan pemerintah untuk

mengatasi perbedaan kepentingan tersebut. Perbaikan upah berarti peningkatan

pendapatan dan daya beli masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan

meningkatkan permintaan akan barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya

secara makro mendorong perusahaan untuk menambah produksi.

partisipasi wanita dalam pembangunan ekonomi diharapkan tidak

mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga dan membina generasi muda

khususnya dalam rangka pembinaan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya

6
dalam rangka itu maka perlu adanya peningkatan taraf pendidikan dan

ketrampilan wanita serta kesempatan kerja bagi mereka sehingga dapat

meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita yang imbasnya adalah

meningkatnya peran serta mereka dalam pembangunan bangsa. Diharapkan

dengan meningkatnya partisipasi wanita dalam pembangunan maka akan

mengurangi tingkat pengangguran wanita dan secara tidak langsung akan

menambah pendapatan keluarga dan meningkatkan pembangunan ekonomi

nasional.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik menganalisis sejauh mana

pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat upah terhadap tingkat partisipasi

angkatan kerja wanita terutamanya wilayah kota makassar yang merupakan ibu

kota propinsi sulawesi selatan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul

“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Upah Terhadap Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Wanita Kota Makassar Periode 2000-2009”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi masalah pokok dalam penulisan ini adalah:

“Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan timgkat upah terhadap

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita kota Makassar periode 2000-2009”.

7
1.3 Tujuan Penilitian

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah:

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan

Tingkat Upah Minimum terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Wanita kota Makassar periode 2000-2009.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun mamfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam menyusun

strategi/kebijakan ketenaga kerjaan di masa yang akan datang.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada penelitian yang relevan di

masa yang akan datang

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Konsep Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja adalah mencakupi angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang sedang

bekerja, dan penduduk yang sedang menganggur atau sedang mencari pekerjaan.

Sedangkan yang tergolong bukan angkatan kerja antara lain penduduk yang

melakukan kegiatan seperti bersekolah, mengurus rumah tangga, penduduk dan

penduduk yang melakukan kegiatan lainnya seperti, menerima pendapatan, cacat

jasmani, pensiunan.

Menurut (Simanjuntak 2001) yang dimaksud tenaga kerja adalah,

Penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang

melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti bersekolah, mengurus rumah tangga

dan penerima pendpatan lain. Batas umur mínimum tenaga kerja yaitu 15 tahun

tanpa ada batas umur maksimum.

Menurut (Soeroto 1992) bahwa tenaga kerja secara keseluruhan adalah

kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu untuk

menghasilkan barang dan jasa baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang

lain.

Sedangkan pengertian tenaga kerja menurut Kusumowidhjo (1981)

adalah penduduk dalam usia kerja yang diatur biasanya adalah penduduk yang

9
berusia 15 sampai 65 tahun, tetapi kebiasan yang dipakai di Indonesia adalah

penduduk yang berumur 10 tahun ke atas.

Menurut (Dumairy 2000) yang dimaksud tenaga kerja adalah penduduk

yang berumur di dalam batas usia kerja, baik yang sedang bekerja maupun sedang

mencari pekerjaan dengan batas usia minimum 15 tahun ke atas tanpa batas umur

maksimum.

Dari pengertian di atas dapatlah kita ketahui bahwa tenaga kerja yaitu

meliputi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, baik yang sudah bekerja

maupun yang sedang mencari pekerjaan serta yang melakukan kegiatan lain

seperti sekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan lain yang

menerima pendapatan.

Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas

dan penduduk yang berumur dibawah 10 tahun digolongkan bukan tenaga kerja

atau penduduk usia muda. Alasan pemilihan 10 tahun sebagai batas umur batas

mínimum didasarkan kenyataan bahwa dalam batas umur tersebut sudah banyak

penduduk Indonesia terutama di pedesaan yang sudah bekerja atau sedang

mencari pekerjaan, alasan lain penggunaan batas umur yang dikenakan untuk

tenaga kerja umur 10 tahun ke atas oleh badan pusat statistik (BPS), batasan umur

mínimum ini merupkan upaya pemerintah untuk melindungi tenaga kerja dibawah

umur 10 tahu, namun semenjak dilaksanakan Sakernas 2001, batas usia kerja yang

semula 10 tahun dirubah oleh pemerintah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti

definisi yang dianjurkan oleh International Labour Organization (ILO), selain

batasan umur yang diterapkan oleh pemerintah untuk melindungi tenaga kerja di

10
bawah umur pemerintah juga melaksanakan bebarbagia prongram antara lain

membuat prongram wajib belajar sembilan tahun.

Berdasakan uraian diatas, dapat dilihat bahwa Indonesia tidak memiliki

batasan umur maksimum tenga kerja, karena Indonesia belum mempunyai

jaminan sosial nasional, dan hanya pegawai negeri yang menerima tunjangan hari

tua dan haya sebagian kecil pegawai dari perusahaan swasta, namun tunjangan ini

biasanya tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka. Oleh sebab itulah

mereka yang sudah mencapai usia pensiun biasanya masih tetap aktif dalam

kegiatan ekonomi makanya tetap digolongkan sebagai tenaga kerja, itulah

mengapa sebabnya di Indonesia tidak menganut batasan umur maksimum.

Di dalam pengertian tenaga kerja, di mana tenaga kerja dibedakan menjadi

dua golonga yaitu angkatan kerja dan bukan ankatan kerja. Golongan angkatan

yaitu kelompok yang ikut serta dalam pasar tenaga kerja dimana kelompok ini

terbagi mejadi dua golongan yaitu golongan bekerja dan menganggur atau sedang

mencari pekerjaan. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terbagi menjadi

tiga kelompok yaitu kelompok bersekolah, mengurus rumah tangga (MRT), dan

yang terakhir adalah kelompok yang menerima pendapatan. Meskipun kelompok

ini tidak bekerja tetapi secara fisik dan mental mereka mampu bekerja dan

sewaktu-waktu dapat masuk kedalam kelompok angkatan kerja, Oleh karena itu

kelompok ini dapat juga disebutkan sebagai angkatan kerja potensial (Potential

Labor Force).

11
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tenaga kerja

meliputi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, atau dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

Untuk dapat lebih jelas memahami pengertian tenaga kerja menurut

konsep lobour force approush, maka dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

PENDUDUK

TENAGA KERJA BUKAN TENAGA


KERJA

ANGKATAN BUKAN ANGK.


KERJA KERJA

MENGANGGUR BEKERJA SEKOLAH MENGURUS PENERIMA


RUMAH PENDAPAT
TANGGA AN

Gambar 2.1. Bagan Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja (Simanjuntak, 2000)

2.2 Angkatan Kerja Dan Bukan Angkatan Kerja

Setiap pembicaran mengenai angkatan kerja pasti menyangkut penduduk,

karena angkatan kerja merupakan bagian dari pada penduduk dan tenaga kerja

yang terus-menerus bertambah sejalan dengan perkembangan penduduk.

12
Untuk mengetahui pengertian angkatan kerja, penulis mengemukakan

beberapa pendapat, yaitu menurut Payman Simanjuntak yang dimaksud dengan

angkatan kerja adalah, Penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang mempunyai

pekerjaan tertentu dalam suatu kegiatan ekonomi dan mereka yang tidak bekerja

tetapi sedang mencari pekerjaan (Simanjuntak, 2001).

Untuk lebih jelasnya pengertian angkatan kerja, maka akan dikemukakan

beberapa pendapat seperti yang di kemukakan oleh (Swasono dan

Sulistyaningsih 1983) bahwa angkatan kerja adalah bagian dari penduduk usia

kerja baik yang bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan.

Angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai berikut, Sebagian dari jumlah

penduduk dalam usia kerja yang mempunyai dan yang tidak mempunyai

pekerjaan tapi telah mampu dalam arti sehat fisik dan mental secara yuridis tidak

kehilangan kebebasannya untuk memilih dan melakukan pekerjaan tanpa ada

unsur paksaan (Soeroto, 2002).

Sedangkan menurut Kusumowindo (1981) angkatan kerja adalah bagian

dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam

kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa.

Dari definisi tersebut di atas, maka angkatan kerja adalah penduduk yang

telah mencapai usia kerja dengan pengertian apakah mereka bekerja atau tidak,

dalam kondisi mau bekerja, mereka mampu melaksanakan pekerjaan yang

diberikan kepadanya dan tidak sedang kehilangan kebebasannya untuk memilih

dan melakukan pekerjakan yang diberikan. Pertumbuhan jumlah angkatan kerja

13
ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk dan kebijaka

pemerintah.

Sebagaimana dengan golongan angkatan kerja, golongan bukan angkatan

kerja menurut (Simanjuntag 1985) juga termasuk dalam bagian tenaga kerja.

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri atas tiga golongan yaitu :

1. Golongan yang bersekolah yaitu mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.

2. Golongan yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah

tangga dan tidak diberi upah.

3. Golongan lain-lain termasuk didalamnya :

a. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan kegiatan

ekonomi tetapi memperoleh pendapatan misalnya tunjangan pensiun,

bunga atas simpanan atau sewa atas milik.

b. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya karena lanjut

usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis.

Yang termasuk bukan angkatan kerja seperti yang telah di jelakan di atas

(kecuali yang terakhir yaitu mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain)

sewaktu-waktu dapat terjun untuk bekerja. Oleh karena itu kelompok ini dapat

juga disebutkan sebagai angkatan kerja potencial (Potential Labor Force).

Demikian halnya dengan golongan yang masih bersekolah, apabila kondisi

pekerjaan menarik, tingkat upah yang tinggi atau bila keluarga tidak mampu

membiayai sekolahnya, maka tenaga kerja yang tergolong bersekolah akan

meninggalkan sekolahnya untuk sementara dan mecari pekerjaan. Dan sebaliknya

14
akan kembali ke bangku sekolah bila kondisi pekerjaan tidak menarik atau

keluarga sudah mampu membiayai sekolahnya.

Golongan yang mengurus rumah tanggapun demikian, dimana golongan

ini akan memasuki pasar tenaga kerja jika tingkat upah tinggi atau bila

penghasilan keluarga rendah dan tidak mencukupi kebutuhan keluargaya. Dan

mereka kembali mengurus rumah tangga apabila terjadi keadaan yang sebaliknya,

golongan penduduk seperti ini disebut angkatan kerja sekunder, yang dibedakan

terhadap angkatan kerja primer yaitu mereka yang secara terus-menerus berada

dalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan).

Jumlah orang bekerja dalam suatu daerah atau wilayah sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor diantaranya faktor demografi, faktor ekonomi, dan faktor

sosial. Faktor demografi yaitu tingginya jumlah penduduk, karena tingginya

jumlah penduduk maka akan berakibat pada kebutuhan barang dan jasa yang juga

akan meningkat dan hal ini menjadi keharusan bagi sejumlah orang termasuk

wanita untuk bekerja dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor ekonomi di tentukan oleh kondisi dan kegiatan ekonomi suatu daerah,

dimana dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dalam suatu daerah maka setiap

orang akan tertarik untuk terlibat dalam kegiatan tersebut untuk memperoleh atau

menambah pendapatannya sehing dapat meningkatkan kesejahtraanya dan

keluarganya. Faktor sosial yaitu faktor sosial di pengaruhi oleh tingkat pendidikan

dan tingkat pelayanan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan dan kesehatan

maka akan meningkatkan motivasi orang yang makin kuat untuk memasuki pasar

kerja.

15
Dalam kegiatan produksi, permintaan perusahaan akan tenaga kerja pada

dasarnya tergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan

jasa. Dimana permintaan tersebut di pengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat

upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan

permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Besar jumlah orang yang bekerja

atau tingkat employment dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan

permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga

kerja dipengaruhi oleh tingkat upah.

Makin tinggi permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, maka

makin tinggi pula permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja dan besarnya

permintaan terhadap barang dan jasa tersebut tergantung pada jumlah penduduk

dan tingkat pendapatan.

Besarnya supply (penawaran) tenaga kerja dalam masyarakat yaitu orang

yang menawarkan jasanya untuk kegiatan produksi itu tergantung dari jumlah

penduduk usia kerja yang siap untuk bekerja, sedangkan besarnya permintaan

akan tenaga kerja berasal dari pengusaha tergantung dari kegiatan ekonomi dan

permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang dihasilkannya. Proses

terjadinya terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui permintaan dan

penawaran tenaga kerja disebut pasar kerja. Seseorang memasuki pasar kerja

berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi, apakah dia sedang bekerja atau

mencari pekerjaan.

pasar tenaga kerja merupakan suatu posisi tertentu yang terbentuk oleh

adanya interaksi permintaan dan penawaran tenaga kerja. (Todaro 2000)

16
menyatakan bahwa dalam pasar persaingan sempurna (perfect competition), di

mana tidak ada satupun produsen dan konsumen yang mempunyai pengaruh atau

kekuatan yang cukup besar untuk mendikte harga-harga input maupun output,

tingkat penyerapan tenaga kerja (level of employment) dan harganya (tingkat

upah) ditentukan secara bersamaan oleh segenap harga-harga output dan faktor-

faktor produksi selain tenaga kerja.

Pasar tenaga kerja berfungsi menyalurkan tenaga kerja dan menyediakan

pendapatan karena tenaga kerja yang menawarkan jasanya, akan memperoleh

pendapatan guna membiayai kebutuhan hidup. Sedangkan yang mempekerjakan

tenaga kerja tersebut akan memperoleh keuntungan atau laba.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara jumlah

angkatan kerja dengan penduduk usia kerja.

TPAK = x 100%

Dari rumus diatas maka dapat simpulkan bahwa tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) adalah, rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah

tenaga kerja. Jika golongan tenaga kerja lebih banyak masuk ke golongan

angkatan kerja maka hal ini dapat meningkatkan tingkat partisipasi angkatan

kerja. Sebaliknya jika tenaga kerja lebih banyak yang masuk ke golongan bukan

angkatan kerja maka akan menurunkan jumlah angkatan kerja dan akan

menurunkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).

Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah Jumlah

17
penduduk yang masih bersekolah, jumlah penduduk yang mengurus rumah

tangga, umur, tingkat upah. Pendidikan, kegiatan ekonomi dan tinggal yang

dibedakan antara kota dan desa.

2.3 Peranan Wanita Dalam Ketenagakerjaan

Partisipasi kaum wanita dalam angkatan kerja di negara-negara dunia

ketiga telah meningkat secara dramastis pada tahun 1990 di mana untuk negara-

negara Asia meningkat sampai 4,3%. Tetapi kebanyakan kaum wanita tersebut

hanya bekerja di tempat-tempat yang tidak banyak menghasilkan pendapatan,

mereka terpusat di sektor pertanian sebanyak 80% atau sektor-sektor informal

perkotaan 25 hingga 40%. Kaum wanita hampir selalu mengalami diskriminasi

dalam hal perolehan imbalan dan peningkatan dalam pekerjaan (Todaro, 2000).

Jumlah angkatan kerja wanita lebih rendah dari pada jumlah angkatan

kerja laki-laki, di mana jumlah tenaga kerja perempuan yang masuk ke dalam

pasar kerja hanya sekitar separuh dari jumlah laki-laki (Suyanto 2006). Tetapi

jumlah wanita yang secara absolute lebih besar dari pada jumalah penduduk laki-

laki, dengan jumlah wanita yang begutu besar maka mereka merupakan potensi

yang harus di perdayakan untuk ikut serta dalam proses pembangunan.

Sekalipun partisipasi wanita dalam pasar kerja telah meningkat secara

signifikan, namun diskriminasi terhadap wanita yang bekerja tetap menjadi

masalah besar. Sebagian dari perbedaan tingkat upah antara wanita dan laki-laki

(ILO, 2003). Diskriminasi itu sering tercermin dalam perlakuan dan persyaratan

bekerja yang berbeda, lebih banyak wanita dari laki-laki.

18
Menurut perspektif gender perbedaan peran antara perempuan dan laki-

laki berakar pada ideologi gender (Gailey 1987). Ideology gender ini bersumber

dari kontruksi sosial masyarakat. Diyakini bahwa secara biologis perempuan dan

laki-laki itu berbeda maka peran mereka juga harus berbeda. Hal inilah yang

menyebabkan ketimpangan dalam pasar kerja antara laki-laki dan perempuan.

Ketimpangan keterlibatan perempuan dalam pasar kerja bukan bersumber pada

masalah perempuan tetapi bersumber dari luar diri mereka yaitu pandangan

masayarakat bahwa kualitas sumberdaya perempuan kurang berkualitas

dibandingkan dengan laki-laki sehingga meletakkan perempuan sebagai alat

produksi yang dapat dimanfaatkan dan dapat dibayar murah dalam proses

pembangunan (Murniati 2001).

Perubahan di bidang sosial ekonomi yang dialami oleh Indonesia dewasa

ini telah menetukan persamaan gender dalam masyarakat dimana peranan dan

kedudukan wanita dalam masyarakat agar dapat di samakan dalam status

sosialnya dimana wanita sebagai mitra yang sejajar dengan pria yang mandiri

dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan adanya persamaan hak dan

kewajiban, wanita bersama pria mempunyai kesetaraan hak dan tanggung jawab

yang sama atas kesejahtraan dan kebahagian keluarga. Untuk mewujudkan hal

tersebut maka di perlukan kerja keras di sertai dengan peningkatan kualitas dan

produktivitas tenaga kerja wanita sehingga dapat bersaing di segala sektor tanpa

memperhatikan perbedaan koadrat perempuan.

Peranan wanita dalam pembanguan semakin meluas di mana pada GBHN

1973 meletakkan peranan wanita dalam pembangunan berkaitan dengan

19
kehidupan keluarga. Pada GBHN tersebut juga di jelaskan bahwa Negara

memperluas peranan wanita dalam pembangunan tanpa mengurangi peranannya

dalam bidang kesejahtraan keluarga.

GBHN 1993 menganjurkan ikim sosial budanya perludikembangkan agar

lebih mendukung upayah mempertinggi harkat dan martabat wanita hingga dapat

semakin berpengaruh dalam masyarakat dan dalam keluarga secara selaras dan

serasi. Wanita memegang kunci utama dalam mencipatakan keluarga sejahtera

yang pada akhirnya bangsapun ikut menjadi makmur (Simbolon 2010).

GBHN 1999 antara lain mengamanatkan perlunya penigkatan kedudukan

dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui

kebijakan nasional untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam

berbagai bidang pembangunan baik di pusat maupun di daerah.

Degan meningkatnya peranan wanita dalam pembangunan dimana wanita

ikut serta dalam dunia kerja untuk meningkatkan kesejahtraan keluarganya. Agar

wanita yang masuk ke dunia kerja tidak didiskriminasi dan dapat bersaing dengan

tenaga kerja laki-laki dalam pasar kerja maka wanita perlu dibekali dengan

pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan ikut

sertanya wanita dalam dunia kerja diharapkan wanita tidak melupakan peranannya

dalam keluarga.

2.4 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno 2000).

20
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi

dalam jangka panjang yang dapat diukur berdasarkan kemampuan suatu negara

untuk menghasilkan barang dan jasa dari satu periode ke periode lainnya.

Kemampuan tersebut disebabkan adanya faktor–faktor produksi yang akan selalu

mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal

ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya

jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga akan bertambah. Pertumbuhan

ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika

pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan oleh sutu negara lebih kecil dari

pada pertumbuhan angkatan kerja hal ini akan mendorong terjadinya

pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan tidak terbatas maka

perekonomian harus mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk

memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan

kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan (income

redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi

yang tinggi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapaita dalam

jangka panjang (Budiono 1999). Dalam pengertian ini teori tersebut harus

mencakup teori mengenai pertumbuhan output perkapita dan teori mengenai

pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan,

maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang

ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu

21
apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita

menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.

Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga)

komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari

meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju

merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada

penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan

adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat,

(Jhingan 2000).

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output

perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses” bukan

suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari

suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang

atau berubah dari waktu ke waktu.

Adapun pertumbuhan ekonomi menurut (Jhingan 1988), pertumbuhan

ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap, yang

22
terjadi melalui kenaikan tabungan dan produksi. Perkembangan ekonomi dapat

dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari

pertumbuhan ekonomi seperti perubahan dalam teknik produksi, masyarakat

dalam lembaga-lembaga. Perubahan tersebut menghasilkan pertumbuhan

ekonomi.

Pengertian di atas, dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui

peningkatan pertumbuhan ekonomi disuatu Daerah/ Wilayah. Apakah ada

pertumbuhan struktur ekonomi/pola perekonomian suatu Wilayah/Daerah.

Pertumbuhan ekonomi terjadi dalam proses jangka panjang, yang secara

berangsur-angsur bergerak atas terjadinya peningkatan pada tabungan, investasi

dan konsumsi masyarakat, sehingga semakin meningkat pula pertumbuhan

ekonomi yang dicapai suatu Negara atau Daerah. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi yang dicapai suatu Negara atau Daerah maka semakin mantap pula

struktur perekonomian Negara/Daerah tersebut.

menurut Winardi (1983) Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai

perbaikan elemen-elemen produksi dasar (yaitu faktor-faktor produksi tenaga

kerja, sumber-sumber alam, alat-alat serta benda-benda kapital/modal.

Menurut (Case dan Fair 2004) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

adalah kenaikan dan keluaran total suatu perekonomian. Sedangkan menurut

(Nanga 2002) memberikan pengertian pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan

dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang

dan jasa-jasa. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan pada

23
perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan

data Gross National Product (GNP).

Yang dimaksud dengan Gross National Product adalah total nilai pasar

dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan di dalam suatu

perekonomian selama kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. Jadi untuk

mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan rumus :

GNPt – GNPt-1
Pertumbuhan ekonomi/tahun t = X 100%
GNPt-1

Dimana :

Tahun t = Tahun yang dihitung pertumbuhannya

GNPt = Gross National Product tahun t

GNPt-1 = Gross National Product tahun tahun sebelumnya

Jadi pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses bukan gambaran ekonomi

pada suatu saat. Di sini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian yaitu

melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke

waktu. Ada atau tidaknya pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara dapat di

gunakan tiga pendekatan (Syafril 1999), yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat penghidupan masyarakat

Artinya apakah terdapat peningkatan konsumsi potensial saat sekarang

dibandingkan dengan tingkat konsumsi di masa lampau.

2. Sumber-sumber produksi.

24
Apakah dalam Negara-negara tersebut ditemukan sumber-sumber

produksi baru, serta sumber-sumber yang ada dapat dipertahankan dan

dimamfaatkan lebih efisien.

3. Tingkat pendapatan nasional.

Apakah pendapatan nasional sekarang lebih meningkat dibandingkan

dengan pendapatan nasional sebelumnya. Tetapi apabila pendapatan

nasional yang meningkat tidak diiringi dengan pendistribusian yang baik

dan merata maka akan tidak berarti.

Untuk menghitung nilai barang dan jasa yang diciptakan oleh sesuatu

perekonomian menurut Sukirno (2000) digunakan 3 cara perhitungan yaitu:

1. Cara pengeluaran, dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan

cara menjumlahkan pengeluaran atas barang-barang dan jasa yang

diproduksikan oleh Negara tersebut. Hasil perhitungan ini biasanya

disebut Produk Nasional Bruto (PNB).

2. Cara produksi atau cara produk netto, dengan cara ini pendapatan nasional

dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang

diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian,

hasil perhitungan ini disebut Produk Domestik Bruto (PDB).

3. Cara pendapatan, dalam perhitungan ini pendapatan nasional diperoleh

dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor

produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Hasil

perhitungan ini disebut Pendapatan Nasional (PN).

Dalam menghitung produk nasional masih sering menghadapi hambatan.

Karena adanya perubahan harga yang berlaku dari tahun ke tahun. Untuk

25
mengatasi hal ini, dalam membandingkan nilai pendapatan nasional yang dihitung

menurut harga tetap (konstan). Sedangkan pendapatan nasional yang dinilai

menurut harga berlaku pada tahun dimana produksi yang sedang dinilai

dinamakan pendapatan nasional menurut harga berlaku.

Sementara itu menurut (Todaro 2000), bahwa faktor-faktor atau

komponen pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat adalah sebagai

berikut:

1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah,

peralatan fisik, dan sumber daya manusia.

2. Perkembangan populasi, yang akan mengakibatkan terjadinya

pertumbuhan angkatan kerja walaupun terlambat.

3. Kemajuan teknologi, terutama untuk sektor industri.

Dengan menggunakan teori Harrod-Domar, (Todaro 2000) menekankan

bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-

luasnya dengan lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang

padat karya seperti sektor pertanian dan industri-industri berskala kecil.

Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam

bentuk GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi di dalamnya.

Sementara itu di sisi lain inflasi ini sebenarnya dapat memicu pertumbuhan

ekonomi yang pada akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja.

Sedangkan Menurut (Arsyad 2000) menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

26
tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi

atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung

ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa tolak ukur dari

keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah tingkat PDRB daerah

tersebut. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola

sumber daya alam dan faktor-faktor produksi. PDRB juga merupakan jumlah dari

nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau

sebagai nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah.

(Mankiw 2000) menjelaskan bahwa secara umum PDRB dapat dihitung

berdasarkan harga konstan atau berdasarkan harga berlaku. Berdasarkan harga

berlaku maka PDRB dihitung atas harga berlaku pada tahun bersangkutan,

sedangkan berdasarkan harga konstan PDRB dihitung atas dasar harga tetap, atau

ditentukan harga tahun dasarnya. Harga konstan adalah merupakan ukuran

kemakmuran ekonomi yang lebih baik, sebab perhitungan output barang dan jasa

perekonomian yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga atau

dihitung atas harga tetap .

2.5 Upah

Membahas mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi

perbedaan dimana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan

peningkatan upah minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk

sebagian pekerja. Namun mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal

untuk mengentaskan kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.

27
Sementara itu kajian tentang upah minimum yang dilakukan oleh Carl,

Katz, dan Krueger (Menkiw 2000) menemukakan suatu hasil bahwa peningkatan

upah minimum ternyata malah meningkatkan jumlah pekerja. Kajian ini dilakukan

pada beberapa restoran cepat saji di New Jersey dan Pennsylvania Amerika

Serikat. Dalam kajian ini dijelaskan dalam restoran-restoran cepat saji di New

Jersey yang meningkatkan upah minimum, sedangkan restoran-restoran cepat di

Pennsylvania tidak menaikkan upah minimum pada saat yang sama. Menurut teori

standar, seperti yang diungkapkan oleh Brown Mankiw (2000) bahwa ketika

pemerintah mempertahankan atau meningkatkan upah agar tidak mencapai tingkat

equlibrium, hal itu dapat menimbulkan kekuatan upah yang menyebabkan

peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja namun akan meningkatkan

pengangguran terbuka, hal ini terjadi ketika tingkat upah meningkat maka

semakain banyak orang yang masuk ke pasar tenaga kerja, sehingga jumlah

angkatan kerja meningkat melebihi jumlah permintaan akan tenaga kerja,

sehingga meningkatkan pengangguran. Namun kenyataannya dalam kasus

kesempatan kerja di restoran-restoran di New Jersey berlawanan dengan teori

standar, di mana kesempatan kerja yang seharusnya menurun dibandingkan

dengan kesempatan kerja di restoran-restoran Pennsylvania, ternyata dari data

yang ada menunjukkan bahwa kesempatan kerjanya semakin meningkat.

Sedangkan menurut (Suryadi 2003) bahwa kefisien dari upah minimum

untuk semua pekerja dari angkatan kerja adalah negatif, kecuali pekerja kerah

putih (white collar). Hal ini sesuai dengan kerangka teoritis bahwa upah minimum

akan mereduksi kesempatan kerja dari pekerja dengan skill yang rendah di sektor

formal.

28
Semakin tinggi tingkat upah yang ditawaran dalam pasar maka semakin

banyak orang yang tegolang ke dalam usia tenaga kerja lebih banyak memilih

masuk ke golongan angkatan kerja dari pada ke golongan bukan angkatan kerja,

sehingga menyebabkan meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja. Degan

adanya peningkatan tingkat upah makah harga waktu yang ditawarkan akan

meningkat hal ini menyebabkan para pekerja rela mengorbankan waktu

senggangnya untuk bekerja.

Sedangkan menurut (Simanjuntak, 2005) salah satu faktor yang

mempengaruhi jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) adalah tingkat

upah. Semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar kerja, maka

semakin banyak orang yang tertarik masuk ke pasar tenaga kerja, namun

sebaliknya apabila tingkat upah yang ditawarkan rendah maka orang yang

temasuk usia angkatan kerja tidak tertarik untuk masuk ke pasar tenaga kerja dan

lebih memilih untuk tidak bekerja atau lebih memilih masuk ke golongan bukan

angktan kerja.

Tingkat upah mempengaruhi jumlah penawaran tenga kerja. Apabila

tingkat upah naik, maka jumlah tenaga kerja yang di tawarkan akan meningkat

dan sebaliknya. Tingkat upah mempunyai peranan langsung terhadap waktu kerja

yang ditawarkan. Pada kebanyakan orang, upah yang tinggi menjadi rangsangan

atau motivasi untuk bekerja, secara umum upah mempunyai korelasi positif dngan

waktu kerja yang ditawarkan.

Upah tenaga kerja memainkan peranan penting dalam ketengakerjaan.

Upah merupakan salah satu faktor yang jika dilihat dari sisi penawaran

29
ketenagakerjaan mempengaruhi terhadap penyerapan tenga kerja. Menurut

Michael (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat upah yang

ditawarkan kepada tenaga kerja hal ini akan menurunkan tingat penyerapan tenaga

kerja. tingkat upah yang tinggi dapat meningkatkan kualitas tenga kerja,

sedangkan jika tingkat upah yang ditawarkan rendah akan menyebabkan kualitas

tenaga kerja yang kurang terlatih.

Besarnya upah yang ditawarkan oleh suatu perusahaan biasanya

ditentukan oleh tingkat produktifitas, kualitas dan waktu kerja para tenaga keraj

itu sendiri. Dalam menentukan upah kerja biasnya perushaan menetapkan target

pencapaian hasil kerja sesuai dengan jam kerja yang digunakan untuk menentukan

besarnya tingkat produtivitas yang lanyak untuk diupah. Menurut Satria (2004)

menyatakan tingkat upah dalam produktifitas kerja, perusahaan biasanya

menentukan tingkat pencapaian hasil kerjan berdasarkan penggunaan waktu kerja.

Dalam pembangunan ekonomi ketenagakerjaan dimana tingkat upah

sangat penting dan memiliki pengaruh terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK). Tingkat upah yang tinggi akan merangsang orang untuk masuk ke

pasar tenga namun dengan tingginya upah yang ditawarkan dalam pasar tenga

kerja yang tidak diikuti dengan pertumbuhan lapangan kerja maka tingkat upah ini

dapat peningkatan laju pertumbuhan angkatan keraj yang lebih besar dibandingka

dengan laju pertumbuhan lapangan kerja sehingga sehingga dapat mengakibat

peningkatan pengguran.

30
2.6 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Partispasi

Angkatan Kerja

Kegiatan ekonomi harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dari

pertambahan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Keadaan ini sangat

diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran terbuka. Jika pertumbuhan

ekonomi tidak lancar, maka jumlah orang yang menjadi pengangguran makin

besar. Sebaliknya, jika perekonomian suatu Negara dalam keadaan makmur maka

makin kecil jumlah orang yang menganggur (mencari pekerjaan).

Menurut Okun yang memperkenalkan hukum Okun (Mankiw 2000)

menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat pengangguran dengan

GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat hubungan yang negatif

antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini dapat diartikan

bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja dengan GDP

riil.Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk menunjukkan

hukum Okun ini seperti terlihat pada Gambar 2.6.1

Gambar 3. Kurva hukum Okun


Perubahan persentase
dalam GDP riil

Garis titik sebaran


setiap pengamatan

Perubahan dalam tingkat


pengangguran
sumber: mankiw (2000)

Pada Gambar 2.2 di atas merupakan titik sebar dari perubahan dalam

tingkat pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam

31
GDP riil pada sumbu vertikal. Gambar ini menunjukkan dengan jelas bahwa

perubahan dalam tingkat pengangguran tahun ke tahun sangat erat kaitannya

dengan perubahan dalam GDP riil tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik

sebar pengamatan yang berslope negatif.

Dengan demikian jelaslah bahwa pembangunan ekonomi sangat

diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran. Dengan pembangunan

ekonomi, diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada

tingkat yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk. Melalui

pembangunan ekonomi diharapakan dapat meningkatkan kegiatan perekonomian

menjadi lebih luas sehingga dapat memperkecil jumlah orang yang menganggur.

Sebaliknya, tanpa adanya pembangunan ekonomi maka kegiatan perekonomian

akan menjadi sempit. Hal ini akan berakibat pada makin kecilnya kesempatan

kerja shingga mempertinggi tingkat pengangguran di masyarakat (Wirosuharjo,

1981).

Jadi dengan pembangunan ekonomi yang mengarah pada pertumbuhan

ekonomi diharapkan bahwa kegiatan perekonomian akan menjadi luas yang

artinya menuntut lebih banyak lagi keterlibatan angkatan kerja untuk ikut terlibat

dalam kegiatan ekonomi tersebut sehingga menyebabkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja ikut meningkat.

Hal senada dikemukakan oleh (Simanjuntak 2000) yang menyatakan

bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja juga dipengaruhi oleh kegiatan

ekonomi. Program pembangunan di satu pihak menuntut keterlibatan lebih banyak

orang. Di pihak lain program pembangunan membutuhkan harapan-harapan baru.

32
Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan

dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah kegiatan ekonomi

semakin besar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang

tinggi akan mengakibatkan tingginya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Hal ini

dimaksudkan bahwa jumlah mereka yang terlibat dalam pasar tenaga kerja akan

bertambah besar pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan yang

signifikan.

2.7 Hubungan Upah Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam ketenagakerjaan adalah

ketidak seimbangan anatara permintaan akan tenaga kerja (demand for labour)

dan penawaran tenaga kerja (supply of labour) pada suatu tingkat upah. Ketidak

seimbangan tersebut dapat berupa :

1. Lebih besarnya penawaran dibandingkan permintaan terhadap tenaga kerja

(adanya excess supply of labour).

2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya

excess demand for labour).

Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja

akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap

tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat.

Upah sangan berpangaruh terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK), dimana jika semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar

tenga kerja maka semakin banyak jumlah penduduk usia kerja yang memilih

33
masuk ke pasar tenga kerja, maka dengan otomatis akan meningkatkan jumlah

angkatan kerja dan menurunkan jumlah bukan angkatan kerja, dengan

meningkatnya jumlah angkatan kerja maka akan meningkatkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK).

Denga menigkatnya tigkat partisipasi angkatan kerja yang diakibatkan oleh

kenaikan upah yang ditawakan maka akan meningkatkan pengangguran terbuka,

hal ini terjadi ketika tingkat upah meningkat maka penduduk usia kerja semakain

banyak yang masuk ke pasar tenaga kerja dan otomatis meningkatkan jumlah

angkatan kerja yang tidak di ikuti dengan peningkatan lapangan pekerjaan,

sehingga jumlah angkatan kerja meningkat melebihi jumlah permintaan akan

tenaga kerja, sehingga meningkatkan pengangguran.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di pengaruhi oleh tigkat upah.

Semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam masyarakat, maka semakin

banyak anggota keluarga yang masuk ke dalam pasar tenaga keraja (simanjuntak

2005).

Tingkat upah yang ditawarkan dalam masyarakat yang terlalu tinggi akan

menyebabkan meningkatnya angkatan kerja, namun tidak diikuti dengan

penigkatan lapangan kerja hal ini akan menyebabkan meningkatkan penganguran

terbuka. Namun dalam penelitian tengatang upah yang dilakukan oleh Carl, Katz,

dan Krueger (Menkiw 2000) menemukakan suatu hasil bahwa peningkatan upah

minimum ternyata malah meningkatkan jumlah pekerja. Kajian ini dilakukan pada

beberapa restoran cepat saji di New Jersey dan Pennsylvania Amerika Serikat.

Dalam kajian ini dijelaskan dalam restoran-restoran cepat saji di New Jersey

34
meningkatkan upah minimum, sedangkan restoran-restoran cepat di Pennsylvania

tidak menaikkan upah minimum pada saat yang sama.

Menurut teori standar, seperti yang diungkapkan oleh Brown Mankiw

(2000) bahwa ketika pemerintah mempertahankan atau meningkatkan upah agar

tidak mencapai tingkat equlibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah

yang menyebabkan Peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja namun akan

meningkatkan pengangguran terbuka, hal ini terjasi ketika tingkat upah meningkat

maka semakain banyak orang yang masyuk ke pasar tenaga kerja, sehingga

jumlah angkatan kerja meningkat melebihi jumlah permintaan akan tenaga kerja,

sehingga meningkatkan pengangguran. Namun kenyataannya dalam kasus

kesempatan kerja di restoranrestoran New Jersey berlawanan dengan teori standar,

di mana kesempatan kerja yang seharusnya menurun dibandingkan dengan

kesempatan kerja di restoran-restoran Pennsylvania, ternyata dari data yang ada

menunjukkan bahwa kesempatan kerjanya semakin meningkat.

2.8 Studi Emperis

Mahulette (2002) Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Sulawesi Selatan, hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pengaruh Tingkat Pendidikan dan

Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan.

Pabidang (2000) Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat

Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Sulawesi Selatan, hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Tingkat Pendidikan dan

Pertumbuhan Penduduk menunjukkan hasil yang positif dan signifikan.

35
Simbolon (2010) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Partisi Angkatan Kerja Wanita di Kota Medan. Hasil penilitian ini

menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel bebas yang berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap partisipasi angkatan pekerja wanita di Kota Medan, yaitu

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan wanita, namun pendapatan

lain berpengaruh negatif, sedangkan 1 (satu) variabel bebas yaitu umur tidak

signifikan mempengaruhi partisipasi pekerja wanita di Kota Medan.

Ringo (2007) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan

Kerja Pada Industri Menengah dan Besar di Provisi Sumatera Utara. Hasil

penilitian ini bahwa variable bebas yang terdiri dari tingkat upah, tingkat bunga

dan produk domestic regional bruto berpengaruh singnifikan terhadap

kesempatan kerja pada inustri manufaktur skala menengah dan besar di provinsi

Sumatra utara.

2.9 Kerangka Pikir

Konsep kerangka pikir dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Pertumbuhan
Ekonomi

Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK) wanita

Upah Minimum

Gambar 2.3: bagan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan upah minimum
terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) wanita.

36
2.10 Hipotesis

Berdasarkan pemikiran yang terkandung dalam masalah pokok dan tujuan

yang henddak dicapau maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

“diduga bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat upah minimum

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat partisipasi

angkatan kerja wanita periode 2000-2009”

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat sebagaimana pengaruh

pertumbuhan ekonomi dan tingkat upah minimum terhadap tingkat patisipasi

angkatan kerja wanita di kota makassar. penelitian ini menggunakan data

sekunder.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan

penelitian kepustakaan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

1. Data Kuantitatif yaitu merupakan data time series dari tahun 2000-

2009 yang terdiri data PDRB dalam satuan rupiah, tingkat Upah

Minimum dalam satuan rupiah, Tenaga Kerja Wanita, Angkatan Kerja

Wanita, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita di kota

Makassar.

2. Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh dari berbagai artikel, buku-

buku dan hasil studi kepustakaan yang berguna bagi analisa

pembahasan dan penulisan skripsi ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

untuk melengkapi data dan referensi yang di perlukan dalam penyusunan

skripsi ini, maka ditetapkan cara sebagai berikut:

38
1. library research (penelitian kepustakaan)

yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan guna mendapatkan

referensi (bacaan) yang ada kaitannya dan berhubungan dengan

penulisan skripsi ini.

2. field research (penelitian lapangan)

yaitu penelitian yang langsung di lakukan ditempat atau instansi-

instansi terkait yang menyediakan data dan informasi yang berkaitan

dengan penulisan skripsi ini.

3.4 Metode Analisis

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

metode analisis yang digunakan adalah model analisis regresi . maka hubungan

fungsional antara ketiganya dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = f (X1, X2,)

(1)

Maka dibuat persamaannya sebagai berikut :


µ
Y = β0 X1β1 X2β2 e

(2)

Y = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + µ

(3)

Dimana: Y = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita

X1 = Pertumbuhan Ekonomi dalam satuan rupiah

X2 = Upah minimum dalam satuan rupiah

β 0 = Konstanta

39
β 1, β 2 = para meter yang hendak diukur

Selanjutnya untuk menguji tingkat singnifikansi dari variabel independen

terhadap variabel dependen, maka digunakan berbagai ujian statistik diantaranya:

1. uji F

untuk mengetahui validnya model regresi berganda yang ada, maka

digunakan uji-F pada tingkat signifikansi tertentu. Dikatakan signifikan

(valid) jika nilai F hitung sama atau lebih besar dari nilai F table.

2. Uji t

Untuk menguji tingkat singnifikansi dan pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variable terikat, maka di gunakan uji-t pada tingkat

signifikansi tertentu. Dikatakan singnifikan jika nilai t-hitung lebih besar dari

pada nilai t-tabel.

3.5 Batasan Variabel

Untuk pembahasan lebih lanjut, penulis memberikan batasan variable-

ariable yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi yakni perkembangan kegiatan dalam perekonomian

yang menyababkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat

bertambah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun dikota

makassar, yang diproxy dengan PDRB atas dasar harga konstan.

2. Upah yakni Upah Mínimum Propinsi, yang merupakan standar upah yang

ditetapkan (dalam satuan rupiah) di kota makassar dalam periode 2000-

2009.

40
3. Tenaga Kerja wanita adalah Penduduk Usia Kerja yakni wanita yang

berusia 15 tahun ke atas.

4. Angkatan Kerja wanita adalah wanita yang tergolong dalam angkatan

kerja baik yang mempunyai pekerjaan maupun yang tidak mempunyai

pekerjaan, tetapi sedang mencari pekerjaan.

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita adalah rasio antara

jumlah angkatan kerja wanita dengan jumlah wanita yang masuk usia

kerja.

41
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar secara administratif sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi

Selatan dan sebagai pusat perkembangan dan pelayanan pembangunan. Secara

geografis Kota Makassar selain sebagai pusat pengembangan dan pelayanan

pembangunan di kawasan Timur Indonesia yang letaknya di pesisir pantai Barat

Sulawesi Selatan pada koordinat 119 24,17,29” – 119 32” 31”, 03” Bujur Timur

dan antara 5º 30, 81 - 5º 14’ 6, 49” Lintang selatan dengan ketinggian yang

bervariasi antara 0 – 25 m dari permukaan laut, dengan suhu antara 22º C sampai

dengan 32º C dan curah hujan antara 2000 – 3000 mm dengan rata-rata hujan 108

hari pertahun. Adapun batas-batas administrasi Kota Makassar sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

Posisi kota Makassar secara ekonomi merupakan pusat pertumbuhan

ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, dan telah berkembang dengan cukup pesat,

di mana pada tahun 2008/2009 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 9,20 %

pertahun.

42
4.1.1 Luas Wilayah

Secara keseluruhan Kota makassar memiliki luas 175,77 Km² yang terdiri

dari 14 Kecamatan, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Luas kota Makassar di Rinci menurut Luas Kecamatan dan
Tahun 2009
No. Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)
1 Mariso 1,82 1,04
2 Mamajang 2,25 1,28
3 Tamalate 18,18 11,50
4 Rappocini 9,23 5,25
5 Makassar 2,52 1,43
6 Ujung Pandang 2,63 1,50
7 Wajo 1,99 1,13
8 Bontoala 2,10 1,19
9 Ujung Tanah 5,94 3,38
10 Tallo 8,75 3,32
11 Panakukang 13,03 9,70
12 Manggala 24,14 13,73
13 Biringkanaya 48,22 27,43
14 Tamalanrea 31,84 18,11
Jumlah 175,77 100,00
Sumber : BPS kota Makassar, dalam angka 2010

Pada Tabel diatas dapat terlihat bahwa luas Kota Makassar menurut

Kecamatan sangat beragam. Kecamatan yang paling luas yaitu Kecamatan

Biringkanaya yang luasnya mencakup 48,22 Km2, kemudian menyusul

Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Manggala, Kecamatan tamalate, Kecamatan

Panakukang, Kecamatan Rappocini, Kecamatan Tallo, Kecamatan Ung Tanah,

Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, kecamatan Mamajang,

Kecamatan Bontoala, Kematan Wajo dan yang terakhir adalah Kecamatan Mariso

yang mempunyai luas wilayah yang paling kecil.

43
4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk suatu wilayah merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki

oleh wilayah yang harus diberdayakan demi peningkatan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Komposisi penduduk Kota Makassar tahun

2009 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table 4.1.2.

Table 4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Menurut Kecamatan dan


Jenis Kelamin, Tahun 2009
Rasio Jenis
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelami
1 Mariso 26.719 28.712 55.431 93,06
2 Mamajang 29.705 31.589 61.2094 94,04
3 Tamalate 74.745 79.719 154.464 93,76
4 Rappocini 69.137 75.953 145.090 91,03
5 Makassar 39.832 44.311 84.143 89,89
6 Ujung Pandang 13.795 15.269 29.064 90,35
7 Wajo 17.147 18.368 35.533 93,26
8 Bontoala 29.460 33.271 62.731 88.55
9 Ujung Tanah 24.185 24.918 49.103 97,06
10 Tallo 67.101 70.232 137.333 95,54
11 Panakukang 64.365 72.190 136.555 89,16
12 Manggala 48.219 52.265 100.484 92,26
13 Biringkanaya 62.660 67.991 130.651 92,16
14 Tamalanrea 43.200 47.273 90.473 91,38
Total 610.270 662.079 1.272.349 92,17
Sumber : BPS, kota Makassar dalam angka 2010.

Pada Tabel diatas dapat terlihat penyebaran penduduk kota Makassar

menurut kecamatan, Pada Tabel diatas dapat kita melihat komposisi penduduk

Kota makassar menurut kecamatan dan jenis kelamin tahun 2009, jumlah

penduduk kota makassar sebesar 1.272.349 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki

sebanyak 610.270 jiwa atau 47,96 persen dari jumlah penduduk dan jumlah

wanita sebanyak 662.079 jiwa atau 52,04 persen. Ini berarti bahwa rasio jenis

44
kelamin penduduk kota makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap

100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki. Sedangkan penyebaran

penduduk kota Makassar menurut kecamatan, dimana penduduk kota Makassar

yang paling banyak bermukim berada pada kecamatan Tamalate yang sekitar

154.464 jiwa yang terdiri dari 74.745 jiwa laki-laki dan 79.719 jiwa perempuan.

Sedangkan penduduk yang paling sedikit jumlah penduduknya adalh kecamatan

ujung pandang dimana jumlah penduduknya hanya mencapai 29.064 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 13.795 jiwa dan perempuan 15.269.

Selanjutnya komposisi penduduk Kota Makassar berdasarkan kelompok

umur dapat dilihat pada Tabel 4.1.3

Tabel 4.1.3 Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Kota
Makassar, tahun 2009
Kelompok Laki- Jumlah
No (%) Wanita (%) (%)
Umur laki (Jiwa)
1 0–4 67.309 11,02 56.306 8,50 123.615 9,72
2 5–9 63.494 10,40 66.162 9,99 129.656 10,19
3 10 – 14 61.488 10,08 56.040 8,46 .528117 9,23
4 15 – 19 60.285 9,88 72.389 10,93 132.674 10,43
5 20 – 24 66.806 10,95 87.280 13,18 154.086 12,11
6 25 – 29 .27256 9,22 71.356 10,78 127.628 10,03
7 30 – 34 55.521 9,09 56.561 8.54 112.082 8,80
8 35 – 39 45.491 7,45 52.304 7,89 97.795 7,69
9 40 – 44 37,014 6,07 29.526 4,46 66.540 5,23
10 45 – 49 25.729 4,22 29.164 4,40 54.893 4,31
11 50 – 54 18.456 3,02 24.183 3,65 42.639 3,35
12 55 – 59 15.296 2,51 19.563 2,95 34.859 2,73
13 60 – 64 18.558 3,04 17.179 2,59 35.737 2,81
14 65 + 18.551 3,04 24.066 3,63 42.617 2,34
Total 610.270 100,00 662.079 100,00 1.272.349 100,00
Sumber : BPS, Kota Makassar dalam angka 2010

Pada Tabel 4.1.3 diatas dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk kota

makassar menurut umur kelompok terbesar adalah kelompok umur 20-24 tahun

45
yang merupakan usia produktif yang sangat mendukung pengembangan ekonomi

wilayah. Jumlah penduduk wanita kota makassar yang mencapai jumlah 662.079

jiwa dimana komposisi penduduk wanita ini sebagian besar berusia produktif.

dimana kelomopok yang paling besar adalah kelompok umur 20-24 tahun sebesar

87.280 jiwa atau sekitar 13,18 persen dari jumlah penduduk wanita, yang diikuti

dengan kelompok umur 15-19 tahun dengan jumla 72.389 jiwa atau 10,93 persen,

selanjudnya kelompak umur 25-29 dengan jumlah 71.356 jiwa atau 10,78 persen,

sedangkan kelompok penduduk wanita yang paling rendah adalah berumur 60-64

sebesar 17.179 jiwa atau hanya meningkat 2,59 persen dari jumlah penduduk

wanita di kota makassar tahun 2009.

Pada Tabel 4.1.3 diatas dapat kita lihat jumlah laki-laki sebear 610.270

jiwa dimana jika dilihat gambaran komposisi penduduk laki-laki sebagian besar

berada pada usia yang tidak prouktif dimana jumalah laki-laki yang paling besar

adalah berumur 0-4 tahun yang berjumlah 67.309 jiwa atau 11,02 persen, yang

diikuti oleh kelompok umur 20-24 tahun yang berjumlah 66.806 jiwa atau 10,95

persen, kelompok umur 5-9 tahun yang berjumlah 63.494 jiwa atau 10,40 persen,

kelompok umur 10-14 tahun sebesar 16.488 atau 10,08 persen, umur 25-29 tahun

27.256 jiwa atau 9,22 persen, dan kelompok umur yang paling rendah adalah

berumur 55-64 sebesar 15.296 jiwa atau hanya 2,51 persen dari jumlah laki-laki.

Ini menunjukan bahwa jumlah penduduk yang masuk usia produktif lebih banyak

wanita dari pada laki-laki.

Jumlah penduduk Kota Makassar tentu saja akan terus tumbuh seiring

dengan perkembangan Kota Makassar itu sendiri, sebagai pusat perdagangan,

46
pendidikan dan kebudayaan di Kawasan Timur Indonesia, dan pesatnya

pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh kelahiran dan urbanisasi yang

cukup besar. Implikasi pertumbuhan penduduk yang cukup cepat tersebut tentu

saja menimbulkan masalah-masalah sosial ekonomi di perkotaan dan memberikan

pekerjaan yang besar bagi Pemerintah daerah Kota Makassar untuk

pengelolaannya, seperti masalah pengelolaan prasarana dan sarana ekonomi

perdagangan masyarakat kota dan pengangguran.

4.2 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja (TPAK) Wanita

Penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja wanita adalah wanita

yang secara ekonomis berpotensi menghasilkan pendapatan baik yang sudah

bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Jumlah wanita yang bekerja

dalam suatu daerah atau wilayah sangat dipengaruhi oleh berbagai foktor

diantaranya faktor demografis, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor agama dan

budanya.

Faktor demografi yaitu, dimana jumlah tenaga kerja wanita yang bekerja di

pengaruhi oleh jumlah dan umur penduduk, karena dengan jumlah penduduk yang

tinggi akan berakibat pada kebutuhan akan barang dan jasa akan meningkat dan

inilah yang menjadi keharusan bagi sejumlah orang termasuk wanita untuk

bekerja dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor ekonomi di tentukan oleh kondisi dan kegiatan ekonomi. Wanita

yang bekerja untuk menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahtraan

keluarganya, hal ini terjadi karena kondisi pendapatan kepala keluarganya yang

47
tidak mencukupi kebutuhan keluarganya, selain itu kegiatan ekonomi suatu daerah

juga dapat mempengaruhi wanita untuk bekerja, semakin tinggi kegiatan ekonomi

suatu daerah maka semakin banyak wanita yang ingin ikut dalam kegitan ekonomi

untuk mendapatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan

keluarganya.

Faktor sosial, yaitu jumlah wanita yang bekerja dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, tingkat pelayanan kesehatan, agama dan budaya. Bagi tenaga kerja

wanita semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita atau meningkatnya

pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja wanita makan ini akan meningkatkan

motivasi wanita untuk dapat ikut serta dalam dunia kerja. Jumlah wanita yang

bekerja di sautu wilayah juga di pengaruhi oleh agama dan budanya dimana

masih banyak yang percaya bahwa yang wajib untuk bekerja dan mencari nafkah

adalah kaum laki-laki, sedangkan kaum wanita hanya dapat bekerja dirumah dan

mengurus pekerjaan rumah tangga, hal inilah yang menyebabkan rendahnya

tingkat angkatan kerja wanita dari pada laki-laki. Dengan rendahnya tingkat

angkatan kerja wanita maka akan mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja.

Dalam kegiatan produksi, permintaan dan penawaran akan tenaga kerja

pada dasarnya tergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barang

dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga semakin tinggi pula

permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja untuk ikut terlibat dalam kegiatan

ekonomi perusahaan. Besarnya permintaan terhadap barang dan jasa tersebut

tergantung pada jumlah penduduk dan tingkat pendapatan atau penghasilan

penduduk.

48
Besarnya penawaran tenaga kerja wanita dalam masyarakat yaitu wanita

yang menawarka jasanya untuk kegiatan produksi tersebut tergantung dari jumlah

wanita usia kerja yang siap masuk ke dalam kelompok angkatan kerja, sedangkan

besarnya permintaan akan tenaga kerja yang berasal dari perusahaan tergantung

dari kegiatan ekonomi dan besarnya permintaan penduduk terhadap barang dan

jasa yang dihasilkan oleh perusahan, proses ini terjadinya penempatan atau

hubungan kerja melalui permintaan dan penawaran tenaga kerja yang terjadi di

pasar tenaga kerja. Sesorang wanita memasuki pasar tenaga kerja berarti dia

menawarkan jasanya untuk ikut dalam kegiatan produksi, baik apakah dia sedang

bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Pasar tenaga kerja berfungsi untuk menyalurkan tenaga kerja wanita dan

menyediakan pendapatan bagi kaum wanita guna untuk menambah pendapatan

keluarganya dan membiayai kebutuhan hidupnya. Sedangkan pengusaha yang

mempekerjakan tenaga kerja wanita melalui kegiatan ekonominya berusaha untuk

memperoleh keuntungan atau laba.

Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Wanita Kota Makassar, 2000-2009
Angkatan Kerja Penduduk Usia
Tahun TPAK wanita (%)
Wanita (%) Kerja Wanita (%)
2000 126.713 - 416.345 - 29,76 -
2001 134.642 7,961 417.952 0,39 32.21 8,23
2002 143.628 6,67 418.986 0,25 34,28 6,42
2003 149.341 3,98 422.584 0,86 35,34 3,09
2004 158.678 6,25 431.072 2,01 36,81 4,16
2005 172.531 8,73 446.163 3,5 38,67 5,05
2006 185.200 7,34 464.743 4,16 39,85 3,05
2007 193.982 4,47 473.242 1,83 40,99 2,86
2008 209.900 8,21 469.891 -0,7 44,67 8,98
2009 237.286 13 502.619 6,97 47,21 5,69
Sumber : BPS, makassar dalam angka 2010

49
Pada Tabel 4.2 dapat terlihat keadaan perkembangan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Wanita Kota Makassar selama periode tahun 2000-2009

mengalami kenaikan terus namun pada tahun 2008 mengalami peurunan sekita

0,77 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan Penduduk usia kerja wanita yang

terbesar terjadi pada tahun 2009 dimana jumlah penduduk usia kerja wanita

mencapai angka 502.619 atau mengalami kenaikan sekitar 6,97 persen dari tahun

sebelumnya.

Walaupun ada penurunan pada jumlah penduduk usia kerja wanita namun

angkatan kerja wanita tetap menagalami kenaikan. pada tahun 2005 angkatan

kerja mengalami kenaikan terbesar mencapai angka 172.531 atau mengalamin

kenaikan dari tahun sebelumnya sekitar 8,73 persen dan yang terendah

kenaikannya terjadi pada tahun 2003 dimana angkatan kerja wanita tecatat sebesr

149.341 atau mengalami kenaikan 3,98 persen dari tahun sebelumnya.

Tingat partisipasi angkatan kerja merupakan persentase atau risio antar

jumlah angkatan kerja wanita dengan jumlah usia kerja wanita. pada tahun 2000

jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Wanita kota Makassar

mencapai angka 29,76. pada tahun 2001 mencapai angka 32,21 atau mengalami

kenaikan sekitar 8,23 persen, selanjudnya pada tahun 2002 tingkat partisipasi

angkatan kerja wanita mengalami kenaikan yang mencapai angka 34,28 atau

meningkat sebear 6,42 persen dari tahun sebelumnya.

Selanjutnya ditahun-tahun berikutnya tingkat partisipasi angkatan kerja

wanita mengalami kenaikan terus diman kenaikan terbesar terjadi pada tahun

2009 dimana TPAK Wanita mencapai angka 44,67 atau mengalami kenaikan

50
sekitar 8,98 persen dan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2007 yang

mencanpai 40,99 atau hanya mengalami kenaikan sekitar 2,86 persen dari tahun

sebelumnya.

Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita ini mengalami kenaikan setiap

tahunnya hal ini disebabkan oleh meningkatnya angkatan kerja wanita terus

menerus dari tahun ketahun dan dengan adanya perubahan keyakinan bahwa yang

dapat mencari nafkah bukan hanya laki-laki saja yang mencari nafkah tetapi

wanita juga mempunyai hak dan kewajiban untuk mencari nafkah dan

meningkatkan kesejahtraan keluarga.

4.3 Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu cara untuk melihat tingkata pertumbuhan ekonomi yang dicapai

suatu daerah dapat tergambarakan dari nilai pertumbunhan Produk Domestic

Regional Bruto (PDRB) yang sekaligus juga mencerminkan potensi ekonomi yang

dimiliki oleh daerah tersebut. Produk Domestic Regional Bruto merupakan nilai

dari seluruh barang dan jasa yang di produksi oleh suatu daerah dalam kurun

wakru tertentu, biasanya satu tahun tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi itu.

Nilai dari Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dapat dihitung

melalui tiga pendekatan, sebagai berikut :

1. Segi produksi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah netto atas

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu wilayah

dan biasanya dalam jangka waktu terentu (1 tahun).

51
2. Segi pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa (pendapatan)

yang diterima oleh faktor-faktor produksi karena ikut sertanya dalam proses

produksi dalam suatu wilayah dengan jangka waktu tertentu.

3. Segi pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah pengeluaran yang

dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan lembaga swasta non profit,

investasi serta ekspor netto (ekspor dikurang impor) yang biasanya dilihat

dalam jangka waktu yang tertentu pula.

Dalam pengajiannya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selalu

dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Adapun defenisi

dari pembagian Produk Domestik Regional Bruto tersebut adalah sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku adalah jumlah nilai

barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai

sesuai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan,

termasuk memperhatikan keadaan inflasi yang sedang terjadi saat ini.

2. Produk Domestic Regional Bruto Bruto atas dasar harga konstan adalah nilai

barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai

berdasarkan harga pada tahun dasar.

Dalam penilitian ini kategori Produk Domestik Regional Bruto yang

dipergunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan periode tahun 2000-2009

yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

52
Tabel 4.3 Produk Domestic Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Di kota Makassar, Tahun 2000-2009
PDRB atas Dasar Harga Konstan
Tahun Persentase %
tahun 2000 (Millar Rupiah)
2000 7.114.355,27 -
2001 7.633.905,12 7.30
2002 8.178.880,13 7,14
2003 8.882.254,69 8,60
2004 9.785.333,89 10,17
2005 10.492.540,67 7,16
2006 11.341.848,21 8,09
2007 12.261.538,92 8,11
2008 13.561.827,18 10,52
2009 14.789.187,68 9,20
Sumber : BPS Makassar, PDRB Makassar, 2000-2009

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat keadaan perkembangan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) atasa dasar harga konsan tahun 2000 di kota Makassar

selama periode tahun 2000-2009 mengalami kenaikan terus dari tahun ketahun.

kita dapat melihat pada tahun pada tahun 2000 PDRB kota Makassar mencapai

angka Rp7.114.355,27 (dalam milliar), tahun 2001 PDRB mencapai

Rp8.178.880,13 atau mengalami kenaikan 7,14 persen, pada tahun 2002 PDRB

Kota Makassar sebesar Rp.13.561.827,18 atau mengalami kenaikan sekitar 7,14

persen, tahun 2003 mencapai Rp. 8.882.254,69 atau mengalami kenaikan sekitar

8,60 persen, pada tahun 2004 PDRB kota makassar sebesar 9.785.333,89 atau

mengalami kenaikan sebesar 100,17 persen. Dan ditahun-tahun berikutnya PDRB

kota makassar mengalami kenaikan sekit 8 persen pertahunnya.

Pada tahun 2008 kenaikan PDRB atas harga konstan Kota Makassar

mengalami kenaikan yang paling besar selama tahun 2000-2009 dimana PDRB

kota makassar sebesar 13.561.827,18 atau menagalami kenaikan sebesar 10,52

persen dari tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya PDRB Kota Makassar ini

53
menunjukan bahwa akivitas perekonomian Kota Makassar mengalami

perkembangan terus.

4.3.1 Struktur Ekonomi

Manfaat lain dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah untuk

mengetahui struktur perekonomian suatu daerah atau wilayah yang dengan

melihat peranan masing-masing sektor terhadap total PDRBnya. Pada tabel 4.2.1

terlihat keataan perkembangan struktur ekonomi kota Makassar tahun 2000-2009,

dimana sektor ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi di kota

Makassar adalah sektor perdagan resturan dan hotel Yang selanjutnya diikuti

dengan sektor industri pengelolaan.

Tabel 4.3.2 Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha Di Kota Makassar
Lapangan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Usaha
Pertanian 1,44 1,35 1,28 1,08 1,00 0,95 0,89 0,79 0,73 0,68
Pertambangan/
Penggaluan
0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Industri
26,74 26,15 25,74 24,59 23,57 23,56 23,13 22,48 21,76 21,18
Pengelolaan
Listrik,
2,13 2,35 2,27 2,10 1,82 2,00 1,95 1,94 1,99 1,99
gas,dan air
Bangunan 7,60 7,38 7,51 7,64 7,68 7,78 7,80 7,85 8,34 8,60
Perdagangan
Restaura 27,65 27,53 28,55 28,94 28,19 28,44 28,39 28,73 29,29 29,56
& Hotel
Angkutan &
Komunikasi
13,95 14,83 14,35 15,29 15,91 15,98 15,92 16,20 16,14 16,17
Keungan,
Persewaan &
Jasa
7,18 7,08 7,08 7,97 10,18 9,84 10,19 10,47 10,55 10,79
Perusahaan
Jasa-jasa 13,26 13,31 13,21 12,39 11,63 11,44 11,73 11,53 11,19 11,02
Sumber : BPS Makassar, Struktur ekonomi kota Makassar, 2000-2009

54
Pada Tabel di atas kita dapat melihat persentase PDRB menurut lapangan

usaha kota Makassar periode tahun 2000-2009 dimana sektor perdagangan dan

hotel yang paling besar contribusinya terhadap PDRB kota makassar dimana yang

tertinggi mencapai 29,56 persen pada tahun 2009, dan paling rendah 27,53 pada

tahun 2001. Dan sekor yang besar menyumbang terhadap PDRB setelah

perdagangan dan hoterl adalah sektor industri pengelolaan diman pada tahun 2000

mencapai 26,74, dan mengalami penurunan dari tahun ketahun hingga mencapai

nilai 21,18 persen pada tahun 2009. Sektor angkutan dan komunikasi mencapai

16,20 persen pada 2007, dan paling rendah pada tahun 2000 yang mencapai 13,95

persen. Sedangkan sektror jasa-jasa menempati peringkat keempat kontribusinya

dalam PDRB dimana yang terringgi mencapai 13,31 persen pada tahun 2001

sedangkan yang terendah pada tahun 2009 mencapai 11,02 persen. Sedangkan

sektor yang paling kurang menyumbang terhadap Produk Domestik regional

Bruto kota Makassar yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang hanya

mencapai 0,01 dan 0,02 yang paling tinggi.

4.4 Upah Minimum

Upah merupakan perolehan jasa yang diterima karyawan atas hasil

kerjanya. Sejak bergulirnya era tahun 1980-an, pola hubungan industrial telah

mengalami perubahan yang memungkainkan bagi para pekerja untuk

memperjuangkan berbagai hak, Kebebasan untuk menyuarakan berbagai keluhan

seperti kondisi kesehatan, keselamatan kerja perlakuan yang tidak adil dan

peningkatan kesejahteraan termasuk penentuan upah minimum.

55
Peningkatan upah minimum sebenarnya dapat merangsang orang untuk

masuk di pasar tenaga kerja, sehingga jumlah angkatan kerja semakin meingkat

dan dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah TPAK, namun peningkatan

TPAK yang diakibatkan dari peningkatan upah minimum yang terlalu cepat dan

tinggi yang tidak diikuti dengan laju pertumbuhan lapangan kerja maka akan

berpotensi meningkatkan jumlah pengguran terbuka.

Tabel 4.4 Upah Minimum Kota Makassar, 2000-2009


Tahun Perhari Perbulan persentase
2000 8.000 200.000,- -
2001 12.000 300.000,- 50
2002 15.000 375.000,- 25
2003 16.600 415.000,- 10,67
2004 18.200 455.000,- 9,64
2005 20.400 510.000,- 12,09
2006 24.480 612.000,- 20
2007 26.928 673.200,- 10
2008 36.200 905.000,- 34,43
2009 40.000 1.000.000,- 10,49
Sumber: BPS Makassar, Sulawesi selatan dalam Angka 2010

Pada Tabel 4.2. diatas dapat kita lihat tingkat upah minimum kota

Makassar selama tahun 2000-2009, mengalami kenaikan terus dari tahun ketahun.

Dimana pada tahun 2000 upah minimum di kota makassar sebesar Rp200.000,-

perbulan dengan Rp8.000,- perharinya, kemudian pada tahun 2001 Upah

minimum Kots Makassar Rp300.000,- pebulannya dan perharinya Rp12.000,-

atau naik skitar 50 persen. Dan pada tahun 2003 dan 2004 mengalami kenaikan

dimana upah pada saat 2003 sebesar Rp415.000,- perbulannya, Rp16.600,-

perharinya, Sedangkan pada tahun 2005 upah minimum mencapai Rp510.000,-

perbulan, Rp 20.400,- perharinya. Pada tahun 2008 Rp905.000,- perbulannya, dan

56
pada tahun 2009 upah minmu kota Makassar mencapai angka Rp1.000.000,-

perbulan.

4.5 Hasil Dan Pembahasan

Analisis ini dimaksudkan untuk menguji dan membuktikan hipotesis yang

diajukan dalam penulisan ini, maka dalam melakukan pengujian digunakan

perhitungan regresi dengan metode Ordinary Least Square. Metode Ordinary

Least Square (OLS) adalah suatu metode analisis kuantitatif yang digunakan

untuk menghitung koefisien regresi, hubungan variabel bebas dengan variabel

terikat secara individual dan menyeluruh.

Dalam analisis regresi ini yang menjadi varibel terikat (dependent) adalah

tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (Y). sedangkan untuk variable bebasnya

(independent) adalah PDRB (X1) dan Upah minimum (X2) yang merupaka data

time series selama 10 tahun yang dimulai sejak tahun 2000-2009. Setelah

dilakukan perhitungan regresi dengan metode estimasi ordinary Laeast Square

dan melalui bantuan program SPSS versi 17, maka di peroleh hasil sebagai

berikut :

TPAK = -4,238 + 0,136X1 + 0,042X2

(-4,086) (3,081) (1,916)

Angka dalam kurung menunjukan nilai t

F-hitung = 323,986

R Square (R2) = 0 ,989

57
Adjusted R2 = 0,986

Besarnya konstanta pada persamaan diatas adalah -4.238, ini berarti bahwa

pada saat tidak ada pengaruh dari PDRB dan Upah Minimum maka jumlah tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) wanita kota makassar akan turun sebesar 4.238

persen.

Untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara

parsial dengan asumsi bahwa variabel lainnya adalah konstan, maka dapat dilihat

pada koefisien regresinya. Untuk PDRB (X1), koefisien regresinya sebesar 0,136.

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen akan menaikkan

Tingkat Patisipasi Angkatan Kerja Wanita sebesar 0,136 persen. Atau sebaliknya

dengan asumsi variabel lainnya dalam keadaan konstan.

Kemudian untuk variabel Upah minimum (X2), koefisien regresinya

menunjukkan angka 0,042, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan Upah minimum

sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan kenaikan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Wanita sebesar 0,042 persen atau sebaliknya dengan asumsi

variabel lainnya dalam keadaan konstan.

Setelah diketahui besarnya pengaruh dan arah hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat secara persial berdasarkan koefisien regresinya.

Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikansi antara variabel bebas dan

varaibel terikat secara persial maka dilakukan uji-t. dengan derajat kepercayaan

yang digunakan yakni sebesar 0,05 persen, dikatan signifikan jika t-hitung lebih

besar dari pada t-tabel (t-hitung > t-tabel).

58
Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa variabel PDRB (X1)

diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,081 (t-tabel1,895), ini menunjukkan bahwa nilai

t-hitung lebih besar dari pada nilai t-tabel, hal ini berarti bahwa PDRB

mempunyai pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap peningkatan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di kota Makassar.

Selanjutnya untuk variabel Upah Minimum (X2). Diperoleh nilai t-hitung

1,916 (t-tabel 1,895). Keadaan ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar

dari pada nilai t-tabel, yang berarti bahwa Upah minimum mempunyai pengaruh

yang nyata dan signifikan terhadap peningkatan penigkat partisipasi angkatan

kerja wanita di kota Makassar.

Untuk menguji pengaruh tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel

bebas (PDRB, Upah Minimum) terhadap varabel terikat (Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Wanita) secara simultan (keseluruhan), maka dilakukan uji F.

Dikatakan signifian jika F-hitung lebih besar dari F-tabel, hasil regresi

menunjukkan nilai F-hitung 323,986 (F-tabel 4,78), hal ini menunjukan bahwa

nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, ini berartih bahwa variabel bebas

(PDRB dan Upah Minimum) secara simultan mempunyai mempunyai pengaruh

yang nyata dan signifikan terhadap peningkatan Tigkat Partisipasi Angkatan Kerja

Wanita di kota Makassar.

Kemudian untuk mengetahui proporsi/ sumbangan terhadap variabel bebas

(Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita) terhadap naik turunnya variabel

terikat, maka dapat dilihat pada uji analisis R Squared (R2), hasil regresi

menunjukkan besaran keofisien determinasi sebesar 0,989 atau 98,9 persen

59
variasi naik turunnya peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita

dipengaruhi oleh PDRB dan Upah minimum, sedangkan sisanya sekitar 0,011

atau 1,1 persen di pengaruhi oleh variabel lain di luar medel.

60
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa variabel produk Domestic

Regional Bruto (PDRB) dan Upah Minimu memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Wanita.

5.2. Hasil uji F menunjukan bahwa PDRB dan Upah mimum mempunyai

pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) wanita, dimana hal ini dapat terlihat dari hasil uji F dimana

nilai F-hitung lebih besar dari pada F-tabel yaitu F hitung = 321.485 > F

tabel = 4.76.

5.3. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka yang perlu disarankan sesuai dengan hasil

penilitian ini sebagai berikut:

1. Untuk lebih meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita

dalam kegiatan ekonomi maka salah satu upaya yang harus dilakukan

adalah dengan meningkatkan tingkat pendidikan, baik dari segi kualitas

dan kuantistas agar para wanita dapat besaing dalam dunia kerja. dengan

meningkatnya kualitas dan jumlah tenga kerja maka diharapkan

61
pertumbuhan ekonomi dapat terus mendorong ketersediannya lapangan

kerjar bagi para pencari kerja. Penduduk wanita hendaknya menghilangkan

anggapan bahwa wanita sebaiknya hanya di rumah saja untuk mengurus

rumah tangga, karena dengan anggapan ini wanita pasti akan membatasi

kegiatan diluar rumah sehingga akan membuat TPAK wanita akan

berkurang.

2. Disarankan agar pemerintah dalam menentukan tingkat upah minimum

timgkat upah haru menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan tenga kerja

dan keadaan ekonomi daerah agar tidak terjadi kekuatan upah yang

akhirnya dapat meningkatkan pengangguran.

3. Penulis berharap agar penilitian ini dapat di lanjutkan oleh pihak lainnya

pada tahun-tahun yang akan dating.

62
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi


Daerah. Yogyakarta. BPFE.

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta

Dumairy. ( 1997 ). Perekonomian Indonesia, Cetakan Kedua, Penerbit Erlangga,


Anggota IKAPI, Jakarta

Jhingan, M. L. (1988). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Rajawali


Grafindo Persada. Jakarta.

--------------- (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Press.


Jakarta

Kusumowindo, Sisdjiatmo. (1981 ). ” Angkatan Kerja ” Dalam Dasar-Dasar


Demografi, Lembaga Demografi. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.

Mankiw, N Gregory. (2000). Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Terjemahan :


Imam Nurmawan. Erlangga. Jakarta
Munir, Rozy. (1986). Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Bina Aksara.
Jakarta.

Nanga, Muana. (2002).Makroekonmi Teori, Masalah Dan Kebijakan. PT. Raja


granfindo Persada. Jakarta

Pabidang, r. Martha (2000). Pengaruh pertumbuhan penduduk dan tingka


tpendidikan terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja di Sulawesi
selatan. Skripsi, Makassar.

R. A. Mahulette, Muchammad. (2002). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan


Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Di
Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar. UNHAS

Ringo Siringo Rimmar. (2007) ” Analisis Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi


Kesempatan Kerja Pada Industri Menengah Dan Besar Di Propinsi
Sumatera Utara. Tesis. Medan.USU.
Sawono, Yudo, dan Sulistyningsi, Endang. (1983). Metode Perencanaan Tenaga
Kerja. BPFE. Yogyakarta.

Simanjuntak, Payman, (2001), Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,


Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI.
Simbolon. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisi Angkatan Kerja
Wanita di Kota Medan. Tesis .Meda.USU.

Soeroto, 2002, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja, Gajah


Mada University Press. Jakarta

Sukirno, Sadono, 1996. Pengantar teori makroekonomi. PT. Raja Grafindo


Persada, Edisi Kedua, Jakarta

--------------- 2000 Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik


Hingga Keynesian Baru. Raja grafindo pustaka. Jakarta

Suryahadi, Asep. 2003. Minimum Wage Policy and Its Impact on Employment in
The Urban Formal Sector. BIES.

Suryahadi, Asep. 2003. Minimum Wage Policy and Its Impact on Employment in
The Urban Formal Sector. BIES.

Syafril, Salim Djasni dan Hidayat Wahyu. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.
Jakarta :Bumi Aksara, 1999

Todaro. Michael p. (2000). Pembangunan ekonomi di dunia ketiga edisi ketujuh


terjemahan haris munandar. Erlangga. Jakarta

http://www.google. Com.

http://www. Repository.usu.ac.id

Dokumen-dokumen :
-------------------------,Tahun 2000-2009. Sulawesi Selatan Dalam Angka, BPS,
Makassar
-------------------------,Tahun 2000-2009. Makassar Dalam Angka, BPS, Makassar.

-------------------------,Tahun 2000-2009. Produk Domestik Regional Bruto Kota


Makassar, BPS, Makassar.
LAMPIRAN TABEL I
(Y) (X1) (X2)
TAHUN PDRB TINGKAT UPAH
TPAK WANITA
(Juta Rupiah) MINIMUM
2000 29.76 7.114.355.27 200.000
2001 32.21 7.633.905.12 300.000
2002 34.28 8.178.880.13 375.000
2003 35.34 8.882.254.69 415.000
2004 36.81 9.785.333.89 455.000
2005 38.67 10.492.540.67 510.000
2006 39.85 11.341.848.21 612.000
2007 40.99 12.261.538.92 673.200
2008 44.67 13.561.827.18 905.000
2009 47.21 14.789.187.68 1.000.000
Sumber : Data Diolah Dari Beberapa Sumber
(Y) (X1) (X2) (Y) (lnX1) (lnX2)

TAHUN
TPAK WANITA TINGKAT TPAK WANITA TINGKAT
PDRB PDRB
KOTA UPAH KOTA UPAH
MAKASSAR MINIMUM MAKASSAR MINIMUM

2000 0.2976 7114355270000 200000 0.2976 29.59313573 12.20607265

2001 0.3221 7633905120000 300000 0.3221 29.65862064 12.61153775

2002 0.3428 8178880130000 375000 0.3428 29.73257635 12.8346813

2003 0.3534 8882254690000 415000 0.3534 29.81507655 12.9360338

2004 0.3681 9785333890000 455000 0.3681 29.91190584 13.0280527

2005 0.3867 10492540670000 510000 0.3867 29.98168571 13.1421663

2006 0.3985 11341848210000 612000 0.3985 30.05952038 13.32448756

2007 0.4099 12261538920000 673200 0.4099 30.13748856 13.41979774

2008 0.4467 13561827180000 905000 0.4467 30.23828014 13.71569022

2010 0.4721 14789187680000 1000000 0.4721 30.32491747 13.81551056


HASIL REGRESSION DATA MELALUI PROGRAM SPSS 17

Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 x2, x1 . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .995 .989 .986 .00637

a. Predictors: (Constant), x2, x1


b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression .026 2 .013 323.986 .000

Residual .000 7 .000

Total .027 9

a. Predictors: (Constant), x2, x1

b. Dependent Variable: y
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -4.238 1.037 -4.086 .005

x1 .136 .044 .616 3.081 .018

x2 .042 .022 .383 1.916 .097

a. Dependent Variable: y

Anda mungkin juga menyukai