Anda di halaman 1dari 25

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

No. Izin : 2049/503/PP.II.50.A8/04/2018


JL.KH. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lombok Timur

Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693

Bismillahirrahmanirrahim

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : /SK/DIR/RSI-N/II/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan,


lindungan dan ridho Allah SWT :
Menimbang : a. Bahwa keperawatan merupakan suatu profesi yang mempunyai
keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan harus memenuhi tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan profesional.

b. Bahwa untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut maka salah satu


upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk Komite
Keperawatan.

c. Bahwa Komite Keperawatan merupakan organisasi Non Struktural


yang mempunyai otonomi dalam mengawasi dan mengendalikan
setiap kegiatan yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit.

d. Bahwa untuk mencapai hal tersebut diatas perlu ditetapkan


dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Namira.

Mengingat : 1. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

4. Undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


5. Permenkes RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

6. Permenkes RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang


Perizinan Rumah sakit
7. Permenkes RI Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang
Pedoman Pengorganisasian Rumah sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 856 tahun 2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat RS

9. Kepmenkes RI nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar


Pelayanan Minimal Rumah sakit

10. Keputusan Menteri Kesehatan RI (di tanda tangani Dirjen BUK


Akmal Taher an Menkes RI) No.HK.02.03/i/0347/2013 tanggal 19
Februari 2013 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum
Islam Namira Provinsi Nusa Tenggara Barat (sebagai Rumah
Sakit Umum Kelas D).

11. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira


Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VIII/2015 tentang Pemberlakuan
Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Namira

12. Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Namira Nomor


1186/KBJ/RSI-N/XI/2018 tentang Kebijakan Pemberlakuan Buku
Wajib Rumah Sakit Syariah

13. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Terpadu Satu Pintu Kabupaten Lombok Timur Nomor
2049/503/PM.II.50.A8/04/2018 tanggal 12 April 2018 tentang Izin
Operasional Rumah Sakit.

14. Fatwa DSN-MUI Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syariah

15. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira Pancor


Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017 tentang Pengangkatan dr. H.
Utun Supria, M.Kes, sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Namira
terhitung mulai 1 Juli 2017 sampai dengan 30 Juni 2020

MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA : Membentuk Komite Keperawatan Rumah Sakit Islam Namira dengan
susunan sebagaimana tercantum pada Lampiran Surat Keputusan ini

KEDUA : Tugas Komite Keperawatan :


1. Memberi masukan pada Supervisi Keperawatan dan atau Direktur
Rumah Sakit tentang perkembangan keperawatan
2. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan karir perawat
Mengevaluasi secara berkesinambungan terhadap mutu Asuhan
Keperawatan yang sedang dan telah dilaksanakan

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lombok Timur
Tanggal : 7 September 2018 M
22 Rabiul Akhir 1439 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

(dr. H. Utun Supria, M.Kes)


Direktur

Tembusan disampaikan Kepada Yth :


1. Ketua Yayasan RSIN PANCOR
2. Arsip

LAMPIRAN SK DIREKTUR

NOMOR : /SK/DIR/RSI-N/II/2018

TENTANG : Pemberlakuan Pedoman Pengorganisasian Komite Keperawatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai wadah perwujudan kesejahteraan umum seperti termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945, adalah meliputi kesehatan badan, rohani, sosial dan bukan
hanya keadaaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Usaha peningkatan
derajat kesehatan mencakup peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (curatif), dan pemulihan (rehabilitatif). Usaha peningkatan derajat
kesehatan tersebut membutuhkan kerjasama seluruh komponen dirumah sakit
termasuk komite keperawatan. Komite keperawatan sebagai wadah organisasi
perawat dan bidan di instansi rumah sakit mempunyai peran strategis untuk
suksesnya upaya pemerintah dalam peningkatan derajat kesehatan manusia
indonesia. Komite keperawatan bertanggung jawab dalam hal pengembangan mutu,
kredensialing dan pembinaan etik profesi bagi perawat dan bidan sebagai pemberi
asuhan kepada pasien. Oleh karenanya perlu adanya pengorganisasian yang baik
agar pelayanan yang diberikan perawat dan bidan merupakan pelayanan standar dan
berkualitas serta dapat dipertanggung jawabkan.
Asuhan yang berkualitas mempunyai beberapa elemen :
1. Meningkatkan kesehatan dalam waktu sesingkat mungkin.
2. Meningkatkan pada pencegahan, menemuan dini, dan treatmen.
3. Diberikan pada waktu yang tidak tertunda.
4. Dengan landasanpemahaman terjadi kerjasama dan partisipasi klien dalam
membuat keputusan tentang proses asuhan.
5. Berdasarkan prinsip-prinsipilmiah dan cakap dalampenggunaan teknologi dan
sumber-sumber keprofesian.
6. Menunjukan kesadaran akan stress dan kecemasan klien dan keluarga dengan
concern akan kesejahteraan klien secara menyeluruh.
7. Memanfaatkan dengan efisien teknologi yang tepat dan sumber-sumber asuhan
kesehatan lain.
8. Secara memadai didokumentasikan untuk memungkinkan kontinuitas asuhan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi komite keperawatan dalam menyelenggarakan kegiatan
untuk meningkatkan profesionalisme perawat.
2. Tujuan Khusus
a. Terbentuknya persamaan pemahaman, persepsi dan cara pandang serta
paradigma dalam penyelenggaraan komite keperawatan di Rumah Sakit Islam
Namira.
b. Terselenggaranya komite keperawatan di Rumah Sakit Islam Namira yang
memiliki makna terhadap tata kelola klinis (clinical governance) keperawatan
sesuai evidence based.
c. Terbentuknya iklim professional keperawatan/kebidanan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Islam
Namira sehingga berdampak pada kepuasan terutama pada pelanggan
Rumah Sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Deskripsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Namira merupakan Rumah Sakit tipe D sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.03/I/0347/2013
dengan izin operasional nomor 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018, berlokasi di Jl. KH.
Ahmad Dahlan No. 17 Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB)
Telp. 0376 (21004), fax 0376 (22693), dengan alamat email :
namira_klinik@yahoo.com.
Rumah Sakit Islam Namira merupakan rumah sakit swasta yang memberikan
pelayanan kesehatan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan penunjang
lainnya, baik dari pelayanan yang bersifat umum maupun spesialistik
Pelayanan Rumah Sakit Islam Namira terdiri dari pelayanan IGD 24 jam,
pelayanan penunjang (farmasi, laboratorium, radiologi), pelayanan spesialistik rawat
poliklinik jalan (poliklinik penyakit dalam, anak, bedah, bedah vascular, kandungan,
mata, THT, saraf, jiwa, jantung, gigi serta kulit dan kelamin), instalasi rawat inap, unit
hemodialisa, IBS (Instalasi Bedah Sentral), unit ruang bersalin, ICU (belum buka) serta
fisioterapi.

B. Sejarah Rumah Sakit


Keberadaan Rumah Sakit Islam Namira ini dimulai dari sebuah Klinik Rawat Inap
yang berdiri di Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Selong, Lombok Timur atas inisiatif
seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam yaitu dr. Hj. Wikan Tyasning, Sp.PD.
FINASIM. Awalnya klinik rawat inap Namira hanya memiliki jumlah tempat tidur 4 buah,
IGD dan laboratorium sederhana. Klinik spesialis ini saat itu hanya menerima rujukan
perintah rawat inap dari para spesialis yang bekerjasama dengan Klinik Namira. Saat
itu ada 4 bidang spesialistik yang bekerjasama yaitu Penyakit Dalam, Obsgyn
(kebidanan dan kandungan), Anak dan Bedah. Untuk proses operasi pasien Obsgyn
masih bekerjasama dengan Klinik Bersalin Kuncup Bunga, sedangkan operasi bedah
bekerjasama dengan RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
Pada tahun 2011 Klinik Namira berkembang menjadi Rumah Sakit Type D
dengan jumlah tempat tidur 24 buah, ditangani oleh tenaga yang terdiri dari 5 orang
Dokter Umum dan 19 orang Paramedis. Dengan memakai nama Rumah Sakit Islam
Namira akhirnya dikukuhkan sebagai salah satu pusat rujukan kesehatan di Kabupaten
Lombok Timur, sehingga dengan status tersebut Rumah Sakit Islam Namira harus
berbenah diri memperluas wawasan dan kualitas pelayanan agar dapat menjalankan
tugas dan fungsinya dengan baik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
memasyarakatkan keberadaan Rumah Sakit Islam Namira, program-programnya serta
pembinaan yang telah dan akan dilaksanakan. Dengan semakin meningkatnya
kegiatan dan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka
mulai dirintis pembangunan gedung baru yang berlokasi di belakang gedung lama.
Pembangunan dilakukan secara bertahap sejak tahun 2012. Seiring dengan
perkembangannya melalui pembangunan gedung-gedung baru dan penambahan
Sumber Daya Manusia maka Rumah Sakit Islam Namira pun semakin mengalami
perkembangan dan kemajuan. Usaha ini pun terus dilakukan demi memenuhi
persyaratan untuk naik kelas menjadi Rumah Sakit Type C.
Peningkatan status Klinik Namira menjadi Rumah Sakit kemudian diikuti dengan
pembentukan struktur organisasi pada tahun 2013, Rumah Sakit Islam Namira
dipimpin oleh seorang Direktur dibantu para pejabat pengelola berdasarkan Surat
Keputusan Ketua Pembina Yayasan Rumah Sakit Namira Pancor. Pada bulan Juli
2017 terjadi pergantian Direktur berdasarkan SK Ketua Dewan Pembina Yayasan
Rumah Sakit Namira Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017.
Saat ini Rumah Sakit Islam Namira telah berkembang menjadi salah satu Rumah
Sakit yang diperhitungkan dengan jumlah tempat tidur 97 bed dan pelayanan oleh 17
Dokter Spesialis di 13 bidang spesialistik. Walaupun hasil visitasi oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan
Juni 2017 Rumah Sakit Islam Namira dianggap belum bisa naik kelas, tetapi pelayanan
dan fasilitas yang ada sudah sangat kompetitif dibandingkan dengan Rumah Sakit lain
yang ada di Lombok Timur.
BAB III
VISI MISI NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

A. Visi
Visi Rumah Sakit Islam Namira adalah Menjadi Rumah Sakit Syariah Pilihan Utama
Masyarakat Lombok Timur Dan Sekitarnya

B. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang paripurna, bermutu, terjangkau
dan berorientasi pada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Islami sesuai standar Rumah Sakit
Syariah
3. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Insani yang memiliki integritas,
profesional dan berakhlakul karimah.
4. Menciptakan suasana kerja yang kondusif, nyaman dan produktif.

C. Motto
1. Respect
Pelayanan kepada masyarakat diberikan dengan ikhlas tanpa membedakan status
sosial, yang merupakan tindakan terpuji, sehingga masyarakat merasa dipedulikan
dan akan menumbuhkan rasa cinta dan senang kepada rumah sakit.
2. Safety
Pelayanan menyertakan nilai-nilai Islami.
3. Islami
Pelayanan harus menjamin keselamatan bagi pasien dan keluarganya serta
petugas dan masyarakat, agar terhindar dari bahaya dan ancaman yang bisa
menyebabkan cidera, tertular penyakit, maupun kejadian yang tidak diinginkan
4. Nyaman
Pelayanan yang memberikan rasa nyaman kepada pasien yang dirawat, keluarga
pasien maupun pengunjung

D. Tujuan
Rumah Sakit mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan berkualitas dengan standar tinggi (sesuai
standar kualitas yang berlaku)
2. Menerapkan pelayanan kesehatan yang bernilai Syar’i dalam setiap aktivitasnya
dengan berdasar kepada regulasi tentang standar RS Syariah yang diakui
pemerintah.
3. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Insani yang memiliki integritas,
profesional dan berakhlaq baik
4. Menciptakan iklim kerja yang nyaman, kondusif dan produktif serta menjamin
terpeliharanya kesejahteraan karyawan
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Struktur organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Islam Namira ditetapkan sebagai berikut ;

A. Yayasan
Yayasan Rumah Sakit Islam Namira Selong bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup, perkembangan dan kemajuan RSI Namira sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat.

B. Dewan Pengawas Syariah


Dewan pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pengelolaan Rumah Sakit yang dilakukan oleh Pejabat Pengelolaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Direktur
Direktur mempunyai tugas memimpin, menetapkan kebijakan, membina,
mengkoordinasikan dan mengawasi serta melakukan pengendalian terhadap
pelaksanaan tugas Rumah Sakit.

D. Komite, Tim dan Panitia


Unsur organisasi yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada kepala atau
direktur Rumah Sakit.

E. Kepala Divisi Umum dan Keuangan


Kepala Divisi Umum dan Keuangan bertugas merumuskan kebijakan,
mengembangkan, mengkoordinasikan, mengawasi, membina dan mengendalikan
kegiatan bagian umum dan keuangan. Kepala Divisi Umum dan Keuangan
membawahi Sub divisi Umum, Sub divisi Keuangan dan perencanaan, Sub divisi
Kepegawaian, Unit Kerohanian serta unit Marketing.

F. Kepala Divisi Pelayanan Medik dan penunjang Medik


Kepala Divisi pelayanan bertugas merumuskan kebijakan, mengembangkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, membina dan mengendalikan kegiatan pelayanan
medik, penunjang medik, dan instalasi di bawah koordinasinya. Dalam menjalankan
tugasnya, K.A Divisi pelayanan membawahi Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah
Sentral, Unit Labotarorium, Radiologi, Hemodialisa, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi,
Instalasi Rekam Medis & SIM RS.

G. Kepala Divisi Keperawatan


Kepala Divisi keperawatan bertugas merumuskan kebijakan, mengembangkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, membina dan mengendalikan kegiatan instalasi/unit
dibawahnya dan Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dan asuhan
keperawatan Rumah Sakit. Kepala Divisi Keperawatan membawahi Instalasi Rawat
Inap, Instalasi Rawat Jalan & Rehab Medis, Unit Sterilisasi Sentral &Linen, serta Unit
Ruang Bersalin.
Gambar 1 : Struktur Organisasi RSI Namira
BAB V

VISI, MISI, FALSAFAH DAN TUJUAN KOMITE KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

A. VISI
Mewujudkan budaya penerapan disiplin ilmu keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan (Application Health Oriented Nursing)

B. MISI
1. Terciptanya dokumentasi keperawatan yang sesuai standar.
2. Terciptanya standarisasi tindakan keperawatan
3. Terciptanya Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) yang aplikatif
4. Terciptanya tenaga keperawatan/kebidanan yang mampu dan kompeten
dibidangnya masing-masing
5. Terciptanya komite keperawatan yang tertib program, tertib dokumen dan tertib
pelaporan.

C. FALSAFAH TUJUAN
1. Terlaksananya asuhan keperawatan
2. Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan.
3. Memberikan masukan kepada pimpinan rumah sakit berkaitan dengan
profesionalisme perawat dan bidan dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
4. Menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan penerapan disiplin dan kode
etik keperawatan.
5. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
6. Mengembangkan pendidikan dan pelatihan
7. Menciptakan sistem penghargaan
8. Menciptakan kerja yang kondusif
9. Terwujudnya semua kegiatan secara efektif dan efisien.
BAB VI

STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN JABATAN KOMITE KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

A. PENGERTIAN

Komite Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dari


struktur organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan
mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat dan bidan sehingga
memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan dan ide dari staf
profesional keperawatan. Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang berfungsi
sebagai wahana bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan
masukan tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan. Komite
keperawatan di Rumah Sakit Namira adalah pejabat yang ditunjuk untuk
menghimpun, merumuskan dan mengkomunikasikan tentang hal(hal yang terkait
dengan masalah profesi dan tehnis keperawatan.

B. ORGANISASI KOMITE KEPERAWATAN

Susunan organisasi Komite Keperawatan sekurang(kurangnya terdiri dari:


1. Ketua Komite Keperawatan
2. Sub komite.

Bagan struktur organisasi Komite Keperawatan


Rumah Sakit Islam Namira

KETUA KOMITE
KEPERAWATAN

SUB KOMITE SUB KOMITE MUTU SUB KOMITE ETIK &


KREDENSIAL PROFESI DISIPLIN PROFESI
BAB VII

URAIAN JABATAN

A. KETUA
1. Memberikan motivasi, dukungan, bimbingan dan arahan kepada sub komite
2. Memberikan masukan kepada bidang keperawatan dan direktur rumah sakit
terhadap ketenagaan, sistem dan standar pelayanan keperawatan
3. Bersama pengurus lain dan anggotanya menyususn rencana program komite
keperawatan
4. Mengesahkan rencana program komite ke direktur rumah sakit dan
mensosialisasikan dengan bidang keperawatan dan anggota komite keperawatan
5. Terlibat langsung dalam pembuatan, pengembangan dan evaluasi standar praktek
keperawatan
6. Memfasilitasi dalam penyusunan, pelaksanaan pengembangan profesi
keperawatan
7. Terlibat langsung dalam penyusunan standar etik, evaluasi penerapan kode etik
profesi dan proses pembinaan
8. Memberikan rekomendasi terhadap pemecahan masalah keperawatan
9. Berkoordinasi dengan bidang keperawatan dalam pelaksanaan, evaluasi standar
praktek keperawatan, penerapan etik profesi dan peningkatan profesionalisme
tenaga keperawatan
10. Melakukan kajian berbagai isu yang berkembang dan merujuk ke sub komite yang
sesuai
11. Memberikan pertimbangan tentang penempatan tenaga keperawatan di rumah
sakit
12. Memantau kegiatan/ program kerja dari sub komite
13. Menjalin hubungan dengan organisasi profesi nasional seperti PPNI

B. SUBKOMITE KREDENSIAL
Proses Kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam
memberikan pelayanankeperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi. Proses Kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi
terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.
Berdasarkan hasil proses Kredensial, Komite Keperawatan merekomendasikan
kepada Direktur Rumah Sakit untuk menetapkan Penugasan Klinis yang akan
diberikan kepada tenaga keperawatan berupa Surat Penugasan Kerja Klinis (SPKK).
Penugasan Klinis tersebut berupa daftar Kewenangan Klinis yang diberikan oleh
direktur Rumah Sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan atau asuhan kebidanan dalam lingkungan Rumah Sakit untuk suatu
periode tertentu.
1. Tujuan
a. Memberi kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan
b. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan memiliki kompetensi
dan Kewenangan Klinis yang jelas
c. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga keperawatan yang berada di
semua level pelayanan.
2. Tugas
Tugas sub komite Kredensial adalah:
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan KlinisI
b. Menyusun buku putih (white paper ) yang merupakan dokumen persyaratan
terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar kompetensinya.
c. Menerima hasil Verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM meliputi:
1) Ijazah
2) Surat Tanda Registrasi (STR)
3) Sertifikat kompetensiI
4) Logbook yang berisi uraian capaian kinerja
5) Surat penyataan telah menyelesaikan program orientasi Rumah Sakit atau
orientasi di unit tertentu bagi tenaga keperawatan baru
6) Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.
d. Merekomendasikan tahapan proses Kredensial:
1) Perawat dan bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh
Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan
2) Ketua Komite Keperawatan menugaskan Sub komite Kredensial untuk
melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau
kelompok)
3) Sub komite membentuk panitia untuk melakukan review, verifikasi dan
evaluasi dengan berbagai metode: porto folio, asesmen kompetensi
4) Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat
menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
e. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
keperawatan.
f. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.
g. Sub komite membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk diteruskan ke direktur Rumah Sakit.
3. Kewenangan
Sub komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi
rincian Kewenangan Klinis untuk memperoleh SPKK (clinical appointment).
4. Mekanisme Kerja
Untuk melaksanakan tugas sub komite Kredensial, maka ditetapkan mekanisme
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area
praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit.
b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
Kredensial dimaksud
c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang
disepakati
d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi
memperolehPenugasan Klinis dari direktur Rumah Sakit.
e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh
PenugasanKlinis dari direktur Rumah Sakit dengan cara:
1) Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh
Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan
2) Ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite Kredensial untuk
melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau
kelompok)
3) Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai
metode: porto folio, asesmen kompetensi.
4) Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat
menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkala
g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan.

C. SUBKOMITE MUTU PROFESI


Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan,
maka tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki kompetensi,
etis dan peka budaya. Mutu profesi tenaga keperawatan harus selalu ditingkatkan
melalui program pengembangan profesional berkelanjutan yang disusun secara
sistematis, terarah dan terpola terstruktur. Mutu profesi tenaga keperawatan harus
selalu ditingkatkan secara terus menerus sesuai perkembangan masalah kesehatan,
ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan standar profesi, standar pelayanan
serta hasil-hasil penelitian terbaru. Kemampuan dan keinginan untuk meningkatkan
mutu profesi tenaga keperawatan di Rumah Sakit masih rendah, disebabkan karena
beberapa hal antara lain: kemauan belajar rendah, belum terbiasa melatih berpikir
kritis dan reflektif, beban kerja berat sehingga tidak memiliki waktu, fasilitas-sarana
terbatas, belum berkembangnya sistem pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
keperawatan. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu
profesi tenaga keperawatan antara lain audit, diskusi, refleksi diskusi kasus, studi
kasus, seminar/simposium serta pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun di luar
rumahsakit. Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan
mengambil keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam
pelayanan keperawatan dan kebidanan. Akhirnya meningkatkan tingkat kepercayaan
pasien terhadap tenaga keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan dan
kebidanan.
1. Tujuan
Memastikan mutu profesi tenaga keperawatan sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan dan kebidanan yang berorientasi kepada keselamatan
pasien sesuai kewenangannya.
2. Tugas
Tugas sub komite mutu profesi adalah:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan
c. Melakukan audit asuhan keperawatan
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

3. Kewenangan
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasitindak lanjut audit keperawatan, pendidikan keperawatan
berkelanjutan serta pendampingan.
4. Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan
mekanismesebagai berikut :
a. Koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data
dasar tentang profil tenaga keperawatan di RS sesuai area praktiknya
berdasarkan jenjang karir.
b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite
Kredensial sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan perubahan standar profesi. Hal tersebut menjadi dasar
perencanaan pengembangan professional berkelanjutan (continuiting
professional Deelopment/CPD) .
c. Merekomendasikan perencanaan CPD kepada unit yang berwenang.
d. Koordinasi dengan praktisi tenaga keperawatan dalam
melakukan pendampingan sesuai kebutuhan.
e. Melakukan audit keperawatan dengan cara :
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit
2) Penetapan standar dan criteria
3) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit
4) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan Kriteria
6) Menerapkan perbaikan
7) Rencana reaudit.
f. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada Ketua
Komite Keperawatan.

D. SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI


Setiap tenaga keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam
memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan dan menerapkan etika profesi
dalam praktiknya. Profesionalisme tenaga keperawatan dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik
dalam kehidupan profesi. Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga keperawatan
sebagai landasan dalam memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada
pasien. Prinsip “caring” merupakan inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga
keperawatan. Pelanggaran terhadap standar pelayanan, disiplin profesi keperawatan
hampir selalu dimulai dari pelanggaran nilai moral-etik yang akhirnya akan merugikan
pasien dan masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau
timbulnya masalah etik antara lain tingginya beban kerja tenaga keperawatan,
ketidakjelasan Kewenangan Klinis, menghadapi pasien gawat/kritis dengan
kompetensi yang rendah serta pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis.
Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada
saat di masa studi/pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan
diimplementasikan dalam praktik. Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin
profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan
dengan semangat yang tinggi sehingga, pelayanan keperawatan yang diberikan
benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapat kepuasan.
1. Tujuan
Subkomite etik dan disiplin profesi bertujuan:
a. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam memberikan
asuhan keperawatan
b. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan
yang tidak professional
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
2. Tugas
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan\
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan
e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan atau surat
Penugasan Klinik (clinical appointment).
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.
3. Kewenangan
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul
rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (clinical privilege) tertentu,
memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis
(delineation of clinical privilege). Serta memberikan rekomendasi pemberian
tindakan disiplin.
4. Mekanisme kerja
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dandisiplin di
dalam rumah sakit
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin
profesi.
b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi
dilakukan dengan melibatkan panitia Adhoc.
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:
1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi
keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit melalui Ketua Komite
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medik dan
keperawatan/direktur keperawatan melalui Ketua Komite Keperawatan
3) Rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis diusulkan kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk diteruskan kepada direktur RumahSakit.
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan, meliputi:
1) Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam
pelaksanaan praktik keperawatan dan kebidanan sehari-hari.
2) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topik dan metode
serta evaluasi.
3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya "coaching”,
symposium "bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan lain-lain
disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.
e. Menyusun laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan kepada Ketua
Komite Keperawatan.
BAB VIII

TATA HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja keanggotaan Komite Keperawatan yang ada di Rumah Sakit


Islam Namira adalah :
1. Semua pelayanan keperawatan dilakukan oleh setiap staf keperawatan di
Rumah Sakit berdasarkan surat penugasan kerja klinis dari Direktur Rumah
sakit Islam Namira.
2. Dalam keadaan kegawat daruratan staf keperawatan dapat diberikan
penugasan kerja klinis untuk melakukan asuhan keperawatan di luar
kewenangan klinis yang dimiliki sepanjang yang bersangkutan memiliki
kemampuan untuk melakukannya.
3. Dalam melaksanakan tugas wajib menerapkan prinsip koordinasi integrasi dan
sinkronisasi baik dilingkungannya maupun dengan staf keperawatan
fungsional lain atau instansi lain yang terkait.
4. Untuk menangani pelayanan keperawatan tertentu Direktur Rumah Sakit Islam
Namira dapat membentuk panitia atau kelompok kerja.

SIM RS
BAB IX

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI

KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Kualifikasi
No Nama Jabatan Sertifikasi/Pelatih Pengalaman Kerja
Formal
an Kualifikasi

1. Ketua Komite Pendidikan Sarjana o Bersertifikat o Pengalaman


Keperawatan Keperawatan PPGD kerja >5 tahun
o Pelatihan o Mampu
Managemen mengembangkan
Bangsal pelayanan
keperawatan.
o Mempunyai
semangat
professionalisme
o Reputasi baik

2 Sub Komite Pendidikan Sarjana Bersertifikat PPGD o Pengalaman


Kredensial Keperawatan kerja >5 tahun.
o Mempunyai
semangat
professionalisme
o Reputasi baik

3 Sub Komite Mutu Pendidikan Sarjana Bersertifikat PPGD o Pengalaman


Profesi Keperawatan kerja >5 tahun.
o Mempunyai
semangat
professionalisme
o Reputasi baik

4 Sub Komite Etik & Pendidikan Sarjana Bersertifikat PPGD o Pengalaman


Disiplin Profesi Keperawatan/D-III kerja >5 tahun.
Keperawatan o Mempunyai
semangat
professionalisme
o Reputasi baik
BAB X

KEGIATAN ORIENTASI

Orientasi merupakan kegiatan pengenalan mengenai Komite Keperawatan di


rumah sakit yang meliputi tentang penyelenggaraan Komite Keperawatan, susunan
organisasi, tatakerja serta prosedur tetap di Komite Keperawatan. Kegiatan orientasi
tentang Komite Keperawatan:

1. Sasaran Orientasi Komite Keperawatan


a. Calon tenaga keperawatan di Rumah Sakit Islam Namira
b. Tenaga Keperawatan Kontrak Khusus di Rumah Sakit Islam Namira

2. Tanggung jawab
a. Direktur Rumah Sakit Islam Namira bertanggung jawab untuk menyediakan
sarana prasarana bagi program orientasi.
b. Ketua Komite Keperawatan bertanggung jawab untuk membuat usulan tentang,
materi, waktu pelaksanaan, metode dan biaya yang berhubungan dengan program
orientasi.

3. Tujuan
a. Agar calon tenaga keperawatan di rumah sakit mengetahui, memahami falsafah
dan tujuan serta penyelenggaraan Komite Keperawatan
b. Mengetahui Struktur organisasi dan tata Kerja di Komite Keperawatan
c. Mengetahui dan memahami Prosedur Kerja di Komite Keperawatan

4. Metode
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Melihat langsung pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan

5. Waktu
Waktu kegiatan orientasi disesuaikan dengan jadwal orientasi bagi pegawai baru
dirumah sakit.

6. Alokasi biaya
Biaya disesuaikan dan dibebankan pada anggaran Rumah Sakit Islam Namira dan
direncanakan dalam RAPB Rumah Sakit Islam Namira
BAB XI

PERTEMUAN/RAPAT

A. Pengertian
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu
masalah tertentu

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu terselenggaranya program kerja Komite Keperawatan yang ada di
Rumah Sakit Islam Namira.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan program kerja komite
keperawatan.
b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang terkait
dengan program kerja komite keperawatan guna peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit.

C. Kegiatan Rapat
1. Rapat rutin komite keperawatan
a. Rapat rutin diselenggarakan terjadwal paling sedikit satu kali dalam
sebulan dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
b. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, melakukan
klarifikasi, mencari alternatif solusi berbagai masalah pelayanan
keperawatan dan membuat usulan tentang kebijakan pelayanan
keperawatan.
c. Hasilrapat rutin akan disampaikan pada setiap rapat rutin berikutnya.
2. Rapat rutin subkomite
Diselenggarakan pada saat prnyusunanprogram kerja subkomite dan pada
saat akan dilaksanakan program kerja serta evaluasi hasil dari kegiatan
program kerja yang telah diselenggarakan.
BAB XII

PELAPORAN

A. Monitoring
Monitoring kegiatan komite keperawatan dilakukan oleh Ketua Komite.

B. Evaluasi
3. Evaluasi program kerja komite keperawatan dilakukan oleh Ketua Komite
dengan frekuensi minimal setiap bulan
4. Analisa evaluasi program kerja komite keperawatan oleh Komite Keperawatan
setiap 3 bulan.

C. Laporan
Prinsip pelaporan mutu pelayanan keperawatan:
1. Laporan kegiatan komite keperawatan dilaporkan oleh komite keperawatan
2. Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat waktu dan informatif
3. Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau table (bila perlu).
4. Laporan dibuat bulanan, triwulan, dan tahunan.
5. Laporan disertai analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian.
6. Laporan dipresentasikan dalam bentuk rapat koordinasi dengan pimpinan.

Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi


tersebut untuk menetapkan strategi selanjutnya. Laporan disampaikan pada
seluruh anggota komite keperawatan, pimpinan rumah sakit, ruangan atau unit
terkait.

BAB XIII

PENUTUP
Demikian Pedoman Pengorganisasian Komite Keperawatan Rumah Sakit Islam
Namira ini dibuat dalam rangka upaya memenuhi segala peraturan undang -undang yang
berlaku di Rumah Sakit Islam Namira sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang
dimilikinya.

Dalam penyusunan Pedoman Pengorganisasi Komite Keperawatan ini kami


menyadari masih banyak kekurangan sehingga kami sangat membutuhkan usulan
perbaikan . Kami juga mohon semua dukungan demi keberhasilan seluruh program dalam
pedoman ini demi tercapai Visi, misi dan tujuan Rumah Sakit Islam Namira yang kita
cintai. Amin.

Ditetapkan di : Lombok Timur


Tanggal : 7 September 2018 M
22 Rabiul Akhir 1439 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

(dr. H. Utun Supria, M.Kes)


Direktur

Anda mungkin juga menyukai