Anda di halaman 1dari 12

Tugas akhir Modul 1 : Aliran Linguistik

Oleh : Sukawati Salim S.Pd


No Peserta PPG : 19330615610105
Bidang Studi Sertifikasi : Bahasa Indonesia
1. Kajian Linguistik Zaman Yunani dan Romawi

A. Linguistik Zaman Yunani


Lebih kurang abad ke-5 SM sampai lebih kurang abad ke-2 SM merupakan
perkembangan studi ilmu linguistik. Masalah yang menjadi pertentangan para linguis
pada waktu itu adalah pertama, pertentangan antara fisis dan nomos, dan kedua,
pertentangan antara analogi dan anomali.
Para filsuf Yunani berdebat apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat
konvensi (nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya adalah bahasa memiliki
hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar
manusia itu sendiri. Oleh karena itu, dalam bidang semantik, kaum naturalis
berpendapat bahwa setiap kata memiliki hubungan dengan benda yang ditunjuknya
dengan kata lain setiap kata memiliki makna secara alam. Misalnya kata-kata yang
disebut onomatope, atau kata yang terbentuk berdasarkan peniruan bunyi. Tetapi,
kaum konvensionalis berpendapat bahwa bahasa adalah sesuatu yang bersifat
konvensi. Makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan-
kebiasaan, yang memiliki kemungkinan bisa berubah. Onomatope menurut kaum
konvensional hanyalah suatu kebetulan saja. Sebagian besar dari konsep benda, sifat,
dan keadaan yang sama diungkapkan dalam bentuk kata yang berbeda.
Selain itu, masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Kaum
analogi,seperti Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur.
Karena adanya keteratutan itulah kata dapat dibentuk, seperti contoh pembentukan
jamak bahasa inggris : boy→boys, girl→girls, dan book→books.
Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur.
Kalau bahasa itu teratur mengapa bentuk jamak bahasa Inggris child menjadi children,
bukannya childs. Mengapa bentuk pas tense bahasa Inggris dari write menjadi wrote,
dan bukannya menjadi writed ?
Dari keterangan diatas tampak bahwa kaum anomali sejalan dengan kaum
naturalis, dan kaum analogi sejalan dengan kaum konvensional. Pertentangan kedua
kelompok itu, anomali dan analogi masih berlangsung sampai sekarang, terutama jika
orang berbicara mengenai filsafat bahasa. Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini
kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh yang memiliki peranan besar dalam
studi bahasa itu.

1) Kaum Sophis
Kaum atau kelompok Sophis ini muncul pada abad ke-5 SM. Mereke dikenal dalam
studi bahasa,sepertikarena :
a) Mereka melakukan kerja secara empiris
b) Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran
tertentu
c) Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa
d) Mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna
Salah seorang tokoh Sophis, yaitu Protogoras, membagi kalimat menjadi kalimat
narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan
undangan. Tokoh lain, Georgias, membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal
sekarang.
2) Plato (429 – 347 SM)
Plato yang hidup sebelum abad Masehi itu, dalam studi bahasa terkenal,seperti
karena :
a) Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoog. Juga
mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional
b) Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira : bahasa adalah
pernyataa pikiran manusia dengan perantaraan onomata dan rhemata
c) Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema.
Apakah yang dimaksud dengan onoma dan rhema itu? Onoma (bentuk tunggalnya
onomata) dapat berarti :
(1) nama, dalam bahasa sehari-hari
(2) nomina, nominal, dalam istilah tata bahasa, dan
(3) subjek, dalam hubungan subjek logis.
Sedangkan yang dimaksud dengan rhema (bentuk tunggalnya rhemata), dapat
berarti :
(4) ucapan, dalam bahasa sehari-hari
(5) verba, dalam istilah tata bahasa, dan
(6) predikat, dalam hubungan predikat logis. Keduanya onoma dan rhema,
merupakan anggota dari logos, yaitu kalimat atau klausa.

3) Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa dia terkenal,
anatara lain, karena:
a) Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat gurunya,
Plato, yaitu dengan syndesmoi. Jadi, menurut Aristoteles ada tiga macam
kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan
syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan
sintaksis. Jadi, syndesmoi itu lebih kurang sama dengan kelas preposisi dan
konjungsi yang kita kenal sekarang;
b) Dia membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga, yaitu maskulin,
feminin, dan neutrum.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa Aristoteles selalu bertolak dari logika.
Dia memberikan pengertian, definisi, konsep, makna dan sebagainya selalu
berdasarkan logika.

4) Kaum Stoik
Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permulaan abad
ke-4 SM. Dalam studi bahasa kaum Stoik terkenal, antara lain, karena :
a) Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara
tata bahasa
b) Mereka menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa
c) Mereka menciptakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu (1)
tanda simbol, sign, atau semainon; (2) makna, apa yang disebut
semainomen atau lekton; (3) hal-hal diluar bahasa yakni benda atau situasi
d) Mereka membedakan legein, yaitu bunyi uang merupakan bagian dari
fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa
yang mengandung makna
e) Mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja,
syndesmoi dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan
jumlah
f) Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak komplet,
serta kata kerja aktif dan pasif.

Dari uraian di atas tampak bahwa yang telah dihasilkan kaum Stoik lebih jauh
daripada yang telah dihasilkan oleh atau pada masa Aristoteles.

5) Kaum Alexandria
Kaum Alexandria menganut paham analogi dalam studi bahasa. Oleh karena
itulah dari mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa
Dionysius Thrax sebagai hasil mereka dalam menyelidik kereguleran bahasa Yunani.
Buku Dionysius Thrax ini lahir lebih kurang tahun 100 SM. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Remmius Palaemon pada permulaan abad pertama Masehi
dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam
penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena model dalam penyusunan buku
tata bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal dari buku
Dionysius Thrax.
Sezaman dengan sarjana-sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400
SM. Panini seorang sarjana Hindu telah meyusun lebi kurang 4000 pemerian tentang
struktur bahasa Sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang masih
dipakai dalam linguitik modern. Leonardo Bloomfield (1887-1949), seorang tokoh linguis
strukural Amerika menyebut panini sebagai one of the greatest monuments of the
human intelligence karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyasi merupakan
deskripsi lengkap dari bahasa Sansekerta yang ada pertama kali.
B. Zaman Romawi
Dari Yunani ke Roma memasuki dunia yang sangat berbeda. Seseorang dengan
tepat berbicara mengenai era Yunani-Romawi sebagai kurun waktu peradaban yang
merupakan suatu kesatuan di sekitar wilayah Laut Tengah, akan tetapi peranan Yunani
dan Roma masing-masing berbeda dan saling melengkapi. Tanpa yang satu, kontribusi
masing-masing kepada peradaban Eropa akan menjadi kurang penting dan kurang
produktif. Zaman Romawi merupakan kelanjutan dari zaman Yunani.
Tokoh pada zaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM) dengan
karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
1) Varro “De Lingua Latina”
Varro adalah penulis bangsa Latin pertama yang bersungguh-sungguh mengenai
masalah-masalah linguistik. Jumlah tulisannya dipuji oleh penulis-penulis yang
sezaman dengannya, dan karyanya De Lingua Latina, yang merupakan ungkapan
pendapat-pendapat linguistiknya, terdiri atas 25 jilid, yang 5-10 diantaranya dan
beberapa bagian dari jilid-jilid lainnya masih ada sampai sekarang. Varro masih juga
memperdebatakan masalah analogi dan anomaly seperti pada zaman Stoik di Yunani.
Varro memiliki kajian linguistic yang dibagi tiga, yaitu etimologi, morfologi, dan sintaksis.
Etimologi, adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata berserta artinya.
Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke
zaman, dan perubahan makna kata.Perubahan bunyi misalnya dari
kata duellummenjadi belum yang artinya ‘perang’.
· Morfologi, adalah cabang linguistic yang mempeljari kata dan
pembentukannya. Apakah kata itu? Menurut varro kata adalah bagian dari ucapan yang
tidak dapat dipisahkan lagi, dan merupakan bentuk minimum.
Varro membedakan adanya 2 macam deklinasi, yaitu deklinasi naturalis dan
deklinasi voluntaris.
a) Deklinasi naturalis, adalah perubahan yang bersifa alamiah, sebab perubahan itu
dengan sendirinya dan sudah berpola.
b) Deklinasi voluntaris, adalah perubahan yang terjadi secara morfologis, bersifat
selektif dan manasuka.

Menyusun kelas kata, varro membagi kelas kata Latin dalam empat bagian, yaitu
:
a) Kata benda, termasuk kata sifat, yakni kata yang disebut berinfleksi kasus.
b) Kata kerja, yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi kala.
c) Partisipel, yakni kata yang menghubungkan atau menggabungkan (dalam kata
benda dan kata kerja), yang berinfleksi kasus dan “tense”.
d) Adverbium, yakni kata yang menghungkan, yang tidak berinfleksi.
2) Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Ada 16 jilid megenai morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis dianggap sangat
penting, karena:
a) Merupakan buku tata bahasa Latin yang paling lengkap yang dituturkan oleh
pembicara aslinya.
b) Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahas
secara tradisional.

Dengan dua buah alasan diatas, buku tata bahsa ini kemudian menjadi
model dan contoh dalam penulisan buku tata bahasa, bahasa-bahasa Eropa dan
dibagian dunia lain.
Ø Fonologi. Dalam bidang fonologi pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf
yang disebut litterae. Yang dimaksud dengan litterae ini adalah bagian terkecil dari
bunyi yang dapat dituliskan. Bunyi itu disebut potestas.
Bunyi ini dibedakan atas empat macam, yaitu :
a) vok artikulata, bunyi yang di ucapkan untuk membedakan makna,
b) vox martikulata, yaitu bunyi yang tidak di ucapkan untuk menunjukan makna.
c) vox litterata, yaitu bunyi yang dapat dituliskan baik yang artikulata maupun yang
martikulata.
d) vox ilitterata, yaitu bunyi yang tidak dapat dituliskan.
· Morfologi, dalam bidang ini dibicarakan,sepertimengenai dictio atau kata.
Yang dimaksud dengan kata atau dictio adalah bagian yang minimum dari sebuah
ujaran dan harus diartikan terpisah dalam mkna sebagai satu keseluruhan.
Kata di bedakan atas delapan jenis yang disebut partes orationis. Kedelapan jenis
kata itu adalah :
a) nomen, termasuk kata benda dan kata sifat menurut klasifikasi sekarang;
b) verbum, yaitu yang menyatakan perbuatan atau dikenai perbuatan;
c) participium, yaitu kata yang selalu berderivasi dari verbum, mengambil kategori
verbum dan nomen;
d) pronomen, yaitu kata-kata yang dapat menggantikan nomen;
e) adverbium, yaitu kata-kata yang secara sintaksis dan semantic merupakan atribut
verbum;
f) praepositio, yaitu kata-kata yang terletakdi depan bentuk yang berkasu
g) interjection, yaitu kata-kata yang menyatakan prasaan, sikap, atau pikiran; dan
h) conjunctio, yaitu kata-kata yang bertugas menghubungkan angota-angota kelas kata
yang lain untuk menyatakan hubungan sesamanya.·
Sintaksis. Bidang sintaksis membicarakan hal disebut oratio, yaitu tata susun kata
yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.
Akhirnya dapat dikatakan bahwa buku Institutiones Grammaticae ini menjadi dasar
tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan.

2. Analisis Kalimat Berdasarkan Aliran Struktural

Linguistik struktural dalam menganalisis satuan-satuan ujaran, termasuk kalimat,


menggunakan teknik analisis yang disebut Immediate Constituent Analysis (IC
Analysis). Teknik ini menyatakan bahwa setiap satuan ujaran terdiri atas dua unsur
terdekat, atau dua unsur langsung yang membentuk satuan ujaran itu, umpamanya
kalimat (9) berikut.

(5) Ayah membaca koran fajar di teras rumah.

Kalimat (9) tersebut akan dianalisis mula-mula menjadi dua unsur langsung:
(a) Ayah, dan
(b) Membaca Koran fajar di teras rumah.

Lalu, unsur (b) akan dianalisis menjadi dua unsur langsung:

(b1) Membaca Koran fajar, dan

(b2) di teras rumah.

Unsur (b1) akan dianalisis lagi menjadi dua unsur langsung:

(b1.1) Membaca, dan

(b1.2) Koran fajar.

Unsur (b1.2) akan dianalisis menjadi dua unsur langsung:

(b1.2.1) koran, dan

(b1.2.2) fajar.

Sementara itu, unsur (b2) akan dianalisis menjadi dua unsur langsung:

(b2.1) di, dan

(b2.2) teras rumah

Lalu, unsur (b2.2) akan dianalisis menjadi dua unsur langsung:

(b2.2.1) teras, dan

(b2.2.2) rumah.

Analisis tersebut tampak jelas dalam bagan kotak berikut ini.

Ayah membaca koran fajar di teras rumah


membaca koran fajar di teras rumah
koran fajar di teras rumah
koran fajar di teras rumah
teras rumah

Atau dalam bagan:


(6) Ayah membaca koran fajar di teras rumah.

3. Analisis Kalimat Berdasarkan Aliran Tegmemik

Salah satu aliran struktural adalah yang disebut aliran tagmemik. Aliran ini
berpendapat bahwa satuan dasar sintaksis tidak hanya dinyatakan dengan fungsi-
fungsi saja, seperti subjek + predikat + objek: juga tidak dapat dengan hanya
menyatakan deretan bentuk seperti frasa nominal + frasa verba + frasa nomina;
melainkan harus dinyatakan bersamaan, dan ditambahkan dengan peran yaitu pengisi
makna. Perhatikan contoh berikut!

S Pron. P Vt O N K FP

Aruna melukis pemandangan dengan cat minyak

Keterangan:

S : Fungsi subjek

P : Fungsi predikat

O : Fungsi objek

K : Fungsi keterangan

Pron. : Pronomina

Vt : Verba transitif

N : Nomina

FP : Frasa preposisional
pel : Pelaku

ak : Aktif

sas : Sasaran

al : Alat

4. Hubungan fungsional antarunsur dalam frase akan dijelaskan berdasarkan


jenis frase. Penjelasan juga ditambahkan dengan makna gramatikal yang terjadi
akibat hubungan tersebut. Berikut penjelasan hubungan fungsional dalam frase
dengan makna gramatikalnya.

a. Hubungan Fungsional Antarunsur dalam Frase Endosentris dan Makna


Gramatikalnya Contoh: 1. Pedagang besar kendalikan pasar. 2. Keberadaab
pangkalan angkot belum mampu mengurai kemacetanFrase pedagang besar
pada contoh (1) terdiri atas dua unsur yaitu unsur inti dan unsur pewatas. Yang
menjadi unsur inti pada frase ini adalah kata pedagang, sedangkan yang menjadi
unsur pewatasnya adalah kata besar. Makna gramatikal yang terjadi akibat
hubungan ini adalah keadaan. Frase belum mampu pada contoh (2) terdiri atas
dua unsur yaitu unsur inti dan unsur pewatas yang terletak di depan unsur inti.
Yang menjadi unsur inti dalam frase ini adalah kata mampu, namun yang
menjadi unsur pewatasnya adalah kata belum. Adapun makna gramatikal dari
konstruksi ini adalah makna keselesaian. Frase jutaan generasi bangsa pada
contoh (3) terdiri atas dua unsur yaitu unsur inti dan unsur pewatas. Yang
menjadi unsur inti adalah kata generasi , sedangkan unsur pewatasnya adalah
kata bangsa dan jutaan. Makna gramatikal dalam konstruksi ini adalah milik dan
jumlah.
b. Hubungan Fungsional Antarunsur dalam Frase Eksosentris dan Makna
GramatikalnyaContoh: 4. Pemerintah akan memperluas jaringan pipa gas ke
permukiman. 5. Program imuniasi di Tanah Air masih belum merata. 6.
Pemerintah kota Padang mengandeng pihak ketiga untuk berinvestasi. Frase ke
permukiman pada contoh (4) terdiri atas perangkai dan sumbu. Yang nenjadi
unsur perangkai dalam frase ini adalah kata ke , sedangkan unsur sumbu adalah
kata permukiman. Makna dalam konstruksi frase ini adalah makna arah. Frase di
Tanah Air pada contoh (5) terdiri atas unsur perangkai yaitu kata di dan sumbu
yaitu kata Tanah Air. Adapun makna gramatikalnya adalah tempat. Frase untuk
berinvestasi pada contoh (6) terdiri atas dua unsur yaitu unsur perangkai dan
sumbu.

Hubungan Fungsional Antarunsur dalam rase Nominal dan Makna Gramatikalnya

a) FN: N + N/FN Cobtoh: 7. Permasalahan ras inti pewatas 8. bakat mereka inti
pewatas 9. kelompok negara Islam inti pewatas Frase permasakahan ras
pada contoh (7), bakat mereka pada contoh (8), dan kelompok negara Islam (9)
merupakan frase nominal berkonstruksi nomina sebagai unsur inti dan nomina
atau frase nomina sebagai pewatasnya. Unsur inti pada contoh (7) adalah kata
permasakahan, pada contoh (8) adalah kata bakat, dan pada contoh (9) adalah
kata kelompok. Adapun unsur pewatasnya terletak di belakang unsur inti. Yang
menjadi pewatas pada contoh (7) adalah kata ras, pada contoh (8) adalah kata
mereka, dan pada contoh (9) adalah frase negara islam. Selanjutnya, makna
gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut yaitu pada contoh (7) adalah
makna jenis, pada (8) adalah makna milik, dan pada contoh (9) adalah makna
jenis.
b) FN: N + Adj/Fadj Contoh: 10. pelajaran khusus inti pewatas 11. aktor senior
inti pewatas 12. gadis sangat cantik inti pewatas

Hubungan fungsional antarunsur pada frase pelajaran khusus pada contoh (10)
adalah kata pelajaran berfungsi sebagai unsur inti, sedangkan kata khusus
berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikalnya adalah makna derajat. Hubungan
fungsional antarunsur padafrase aktor senior pada contoh (11) adalah kata aktor
berfungai sebagai unsur inti dan kata senior berfungsi sebagai pewatas. Makna
gramatikalnya adalah makna derajat. Hubungan fungsional antarunsur pada frase
gadis sangat cantik pada contoh (12) adalah kata gadis berfungsi sebagai inti dan
frase sangat cantik berfngsi sebagai pewatas. Makna gramatikal pada konstrusi ini
adalah makna keadaan. Unsur pewatasnya terletak di belakang unsur inti yang
disebut pewatas belakang.

a) FN: N + V Contoh: 13. ayam bakar inti pewatas 14. gedung parkir inti
pewatas 15. zat berbahaya inti pewatas Hubungan fungsional antarunsur
dalam frase nominal pada contoh (13), (14), dan (15) adalah unsur inti dan
pewatas yang terletak di belakang unsur inti. Yang menjadi unsur inti pada frase
tersebut adalah kata ayam pada contoh (13), kata gedung pada contoh (14), dan
kata zat pada contoh (15) yang berkategori nomina. Adapun yang menjadi unsur
pewatas adalah kata bakar, parkir, dan berbahaya yang berkategori verba.
Makna gramatikal pada konstruksi contoh (13) adalah makna proses, pada
contoh (14) adalah makna tempat, dan pada contoh (15) adalah makna keadaan.
b) FN: N + Numeralia Contoh: 16. anak kedua inti pewatas 17. level satu inti
pewatas 18. lantai lima inti pewatas Frase pada contoh (16), (17), dan (18)
merupakan frase nominal yang memiliki hubungan fungsi antarunsur yaitu kata
anak, level, dan lantai yang berfungsi sebagai unsur inti, sedangkan kata kedua,
satu, dan limaberfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal konstruksi ini adalah
makna tingkat.
c) FN: N + Adverbia Contoh: 19. teh saja inti pewatas 20. gol lagi inti pewatas 21.
temannya tadi inti pewatas Hubungan fungsional antarunsur pada frase
nominal pada contoh (19) adalah kata teh sebagai unsur inti dan kata saja
berfungsi sebagai pewatas yang berkategori adverbia.Makna gramatikalnya
adalah makna pembatasan. Selanjutnya, hubungan fungsional antarunsur pada
contoh (20) adalah kata gol yang berkategori nomina berfungsi sebagai unsur inti
dan kata lagi yang berkategori adverbia berfungsi sebagai pewatas. Adapun
makna gramatikalnya adalah perulangan. Kemudian, hubungan fungsional
antarunsur pada contoh (21) kata temannya berfungsi sebagai unsur inti, namun
kata tadi yang berkategori adverbia berfungsi sebagai pewatas. Makna
gramatikalnya adalah makna waktu.

Anda mungkin juga menyukai