Anda di halaman 1dari 16

PENGOLAHAN LIMBAH SECARA PROSES FISIKA

PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Kelompok 3
Bella Fasya (J3M116018)
Diah Lestari (J3M116029)
Dwi Hadi Nugraha (J3M116032)
Patrick Anggito Lubis (J3M116103)
Rakha Yohanes (J3M216143)

PROGRAM STUDI
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Unit pengolahan air limbah pada umumnya terdiri atas kombinasi pengolahan
fisika, kimia, dan biologi. Seluruh proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan
kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut.
Proses pengolahan yang termasuk pengolahan fisik antara lain pengolahan
dengan menggunakan screen, sieves, dan filter; pemisahan dengan memanfaatkan
gaya gravitasi (sedimentasi atau oil/water separator); serta flotasi, adsorpsi, dan
stripping. Proses pengolahan yang dapat digolongkan pengolahan secara kimia adalah
netralisasi, presipitasi, oksidasi, reduksi, dan pertukaran ion (Siregar, 2005).
Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary
treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan secara fisik
bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan berukuran besar seperti plastik, kertas,
kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan sebagainya. Pengolahan air limbah secara
fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaan
dan proses pengolahan selanjutnya (Sumada, 2012).
Dalam pembuangan air limbah, pada umumnya perlu dilakukan pengurangan
laju alir dan bahan organik. Prinsip yang penting adalah mengurangi emisi dan
mengembalikan bahan-bahan yang berguna ke dalam sumbernya. IPAL yang baik
hanya membutuhkan sedikit perawatan, aman dalam pengoperasian, hanya
memerlukan sedikit biaya energi, dan hanya menghasilkan sedikit produk sampingan
(misalnya lumpur). Instalasi yang sangat rumit tidak selalu merupakan yang terbaik.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui metode pengolahan air limbah dengan cara menghilangkan


polutan secara fisika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengolahan Fisika

Pengolahan fisika adalah pemisahan material pengotor hasil buangan yang


kasat mata ataupun yang berukuran besar menggunakan perlakuan fisi.

B. Tujuan Pengolahan Fisika

Tujuannya adalah memisahkan zat yang tidak diperlukan dari dalam air tanpa
menggunakan reaksi kimia dan reaksi biokimia.

C. Tahap Pengolahan Secara Fisika

1. Pengapungan

Pengapungan adalah proses memisahkan zat padat tersuspensi atau dapat


berupa cairan dari air limbah dengan cara menaikkannya ke atas permukaan
air limbah akibat berat jenis yang lebih kecil dari air limbahnya. Pemisahan
akan lebih efektif apabila dilakukan penambahan gelembung-gelembung gas
ke dalam fase cair, dimana gelembung tersebut akan melekat pada zat padat
tersuspensi dan mendorongnya naik ke permukaan. Bahan yang dapat
dipisahkan misalnya minyak dan lemak. Parameter desain yang utama untuk
pengolahan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap.

2. Penyaringan

Penyaringan adalah proses untuk memisahkan antara padatan dan cairan


secara mekanis. Tujuan penyaringan adalah memisahkan kotoran-kotoran
yang berupa zat padat kasar dan berukuran relatif besar yang ada dalam air
limbah. Saringan dapat berupa kawat-kawat, kisi-kisi, kawat kasar, maupun
plat berlubang.

3. Pengendapan

Pengendapan adalah proses memisahkan zat padat tersuspensi dari air limbah
dengan cara mengendapkannya. Proses pengendapan terjadi akibat gaya
beratnya sendiri (gaya gravitasi). Operasi ini sering dipakai untuk
memisahkan pasir (dalam grit chamber) dan polutan tersuspen di (dalam bak
pengendap I dan bak pengendap II).

D. Macam-Macam Pengolahan Secara Fisika


1. Screening
Screening adalah proses untuk memisahkan antara padatan dan cairan
secara mekanis. Proses ini bertujuan untuk memisahkan potongan-potongan
kayu, plastik, dan sebagainya. Limbah yang mengalir melalui saluran
pembuangan disaring dengan menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut
penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah
untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
Screening terdiri atas batangan-batangan besi yang berbentuk lurus (straight)
atau melengkung (curved) dan biasanaya dipasang dengan tingkat kemiringan
75o – 95o terhadap horisontal.
Efektivitas proses tergantung pada jarak antar bar (batangan-batangan
besi). Pada screen halus (Fine screen) jarak antar batangan berkisar 5 mm-15
mm, dan pada medium screen antara 15 mm-50 mm, dan pada screen kasar
(coarse screen) lebih dari 50 mm.
Pembersihan screen dapat dilakukan secara manual (dengan
menggunakan garpu tangan) atau dengan menggunakan alat pembersih
mekanis yang dilengkapi dengan motor elektrik. Bar screen mekanik otomatis
sering kali dilindungi dengan pre-screening, yang dipasang pada jarak sekitar
100 mm dari sistem by pass untuk mengatasi kemungkinan tidak
beroperasinya screen utama. Peralatan juga perlu direncanakan untuk
menanggulangi kondisi saat hujan dan harus direncanakan lebih besar dari
kapasitas normal (oversize).

Screening
A. Bar screen dengan Pembersihan Manual
Peralatan ini harus dikontrol dan dibersihkan secara teratur. Bar screen
dengan cara pembersihan manual sering digunakan dalam IPAL kapasitas
kecil. Meskipun digunakan dalam IPAL skala kecil, saat ini sudah mulai
dikembangkan screen otomatis, bukan hanya untuk mengurangi biaya
operasi (tenaga kerja), namun juga untuk mencegah meluapnya air limbah
pada saat terjadi clogging (kebuntuan) pipa.
Alat untuk mengambil padatan hasil screening juga harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menyulitkan operator.
Bagian atas screen harus dilengkapi dengan lantai yang berlubang untuk
menempatkan padatan hasil screening sebelum dipindahkan ke tempat
pengumpulan limbah padat.

Bar Screen manual

B. Curved Screen
Curved screen beroperasi secara otomatis dan terutama dipasang pada
saluran yang dangkal. Kelebihan peralatan ini adalah pada luas
permukaan yang lebih besar. Pembersihan dilakukan dengan satu atau
lebih sikap pembersih yang salah satu ujungnya diikat pada posisi
horisontal. Scrapper membuang padatan hasil screening ke samping,
yakni ke dalam bak penampungan yang dapat dipindah-pindahkan atau ke
dalam ban berjalan yang bergerak dan membawa padatan hasil screeening
ke bak penampung (kontainer).
Curved Screen

C. Straight Screen Otomatis


Terdiri atas batangan-batangan besi dengan penampang segi empat
atau trapezoidal untuk mencegah terjadinya kemacetan sistem
pengambilan padatan hasil screening. Screen biasanya di pasang pada
kemiringan 80º terhadap horizontal.
Bagian atas bar disambungkan dengan besi atau beton. Sistem
penggarukan bekerja secara reciprocating, mengangkat padatan dan
membuangnya ke dalam bak penampungan dibawahnya. Sistem ini
biasanya disebut sistem pembersihan dari muka atau upstream cleaning
system. Sistem pembersihan yang lain adalah downstream cleaning
system. Pada sistem ini, di bagian belakang bar terdapat rantai yang
bergerak dengan tenaga motor elektrik yang memiliki gigi-gigi
pembersih.
Sistem otomatis dilakukan oleh level control yang mendeteksi
perbedaan antara permukaan air di depan dan di belakang bar screen atau
dapat juga dengan menggunakan timer yang menjalankan motor elektrik
secara teratur. Bar screen memiliki headloss antara 0.1 m – 0.4 m. Untuk
keperluan perencanaan instalasi harus diambil nilai headloss tertinggi.
Straight Bar Screen

D. Basket Screen
Basket screen biasanya digunakan dalam saluran pembuangan yang
sempit. Bahan- bahan yang tertahan di dalam basket diambil dengan cara
menaikkan basket. Selama proses pembersihan penyaringan dilakukan
oleh bar screen sementara.

Basket Screen

E. Step Screen
Cara kerja step screen hampir menyerupai tangga berjalan (elevator)
yang banyak dijumpai di pertokoan. Peralatan ini terdiri atas step shaped
screen electrical motor, gear box, rantai, empat buah roda eksentrik, dan
batangan penghubung. Semua sampah yang tertahan akan dibawa ke atas
dan dibuang dengan sendirnya pada bagian atas screen.
F. Screening Pass
Alat ini sering digunakan bersama step screen, untuk memadatkan
padatan hasil screening pada tekanan 100 bar sehingga volume padatan
turun menjadi 70% dari volume awal
G. Compact Screen dengan Kombinasi Screening Press
Sistem pemasangan peralatan ini cocok digunakan pada berbagai
saluran air. Air limbah mengalir melalui celah di depan screen basket dan
melalui basket bar. Padatan akan tertahan di dalam basket. Selanjutnya,
padatan dipindahkan dari air limbah dan diambil oleh screen conveyor
(auger). Pembersihan dilakukan dengan penyemprotan air atau dengan
menggunakan sikat.

2. Pemecahan/Grinding (Comminution)
Pemecah/grinding (comminution) adalah unit operasi yang diterapkan
untuk memecah padatan yang berukuran besar menjadi partikel yang
mempunyai ukuran yang kecil dan seragam. Pada umumnya unit operasi ini
dipergunakan untuk memecah padatan yang tertahan pada screen dan padatan
ini dapat dikembalikan kedalam aliran air limbah atau dibuang.

Comminutor

3. Grit Chamber
Grit Chamber bertujuan untuk menghilangkan kerikil, pasir, dan partikel-
partikel lain yang dapat mengendap di dalam saluran dan pipa-pipa serta
untuk melindungi pompa-pompa dan peralatan lain dari penyumbatan, abrasi
dan overloading. Grit removal digunakan untuk mengambil padatan-padatan
yang memiliki ukuran partikel lebih kecil dari 0.2 mm. Grit yang terambil
biasanya juga mengandung bahan-bahan organik yang mengendap secara
bersamaan. Oleh karena itu, grit perlu dicuci terlebih dahulu untuk mencegah
adanya bau dan masalah-masalah kesehatan yang mungkin timbul.
Keberadaan bahan padat seperti pasir dalam air limbah merupakan suatu
permasalahan dalam pengolahan air limbah karena pasir dapat menghambat
kerja peralatan pompa, menghambat aliran dalam perpipaan
dan mempengaruhi volume bak, pemisahan padatan seperti pasir dalam air
limbah dapat dilakukan dengan unit operasi grit chamber.

Grit Chamber
A. Grit Removal Sederhana
Grit removal sederhana didasarkan pada kecepatan horizontal air yang
melalui saluran. Sistem ini kurang baik karena kecepatan sebesar 0.3
m/detik tidak dapat dijamin konstan setiap saat. Namun, tipe ini dapat
diperbaiki untuk memperoleh kecepatan konstan, yakni dengan
menambahkan weir. Bentuk weir bervariasi, ada yang segiempat,
trapesium, dan segitiga. Jika pembersihan dilakukan secara manual, harus
ada dua buah grit removal sehingga jika salah satu dibersihkan, yang lain
dapat beroperasi.
B. Circular Grit Removal
Grit masuk ke dalam grit removal dari bagian samping dan mengendap di
tengah-tengan tangki. Grit yang berada di tengah-tengah bak diambil
dengan menggunakan pompa atau air lift untuk dipindahkan ke tempat
pengeringan (gravity drying tanks). Kecepatan aliran masuk berkisar
antara 0.7-1.0 m/detik dan kecepatan aliran keluar sebesar 0.8 m/detik.
Secara teoritis, waktu tinggal tidak lebih dari 45 detik.
C. Aerated Grit Chamber
Air yang mengalami aerasi akan menyebabkan terjadinya arus perputaran
pada air limbah sehingga kecepatan pada bagian bawah grit chamber
konstan. Dengan demikian, tidak akan terjadi pengendapan zat-zat
oraganik. Kedalaman minimum yang diperlukan untuk menjamin
terjadinya perputaran air secara vertikal adalam 2 m, dengan laju udara
masuk sebesar 10-25 m3/m.jam. sistem ini juga sering digunakan dalam
pemisahan oli.

4. Sieves
Berbeda dengan screen yang menggunakan bar, strainer menggunakan
anyaman kawat logam atau plastik, ataupun pelat berlubang (perforated plate).
Ukuran bukaan biasanya berkisar antara 0.02 mm atau lebih kecil. Peralatan ini
biasanya digunakan dalam proses industri untuk mengembalikan bahan-bahan
yang masih bermanfaat. Saringan harus diajaga agar tetap bersih dan sistem
pembersihan sebaiknya menggunakan sistem otomatis. Hasil penyaringan dapat
dikurangi kandungan airnya, didaur ulang, atau disimpan. Beberapa jenis
strainer yang tersedia di pasaran adalah curved, static strainer, rotary strainer,
band strainer, dan spiral strainer.

Curved strainer

5. Penyeragaman (Equalization)
Equalisasi berfungsi untuk penyeragaman kondisi air limbah, dan
pengendali aliran, dalam equalisasi dapat dilakukan proses pengadukan untuk
menjaga homoginitas, injeksi udara yang bertujuan agar limbah tidak bersifat
septik atau anaerobik. Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu
industri bervariasi setiap waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan
instalasi, kebutuhan bangunan, mesin, lahan, biaya operasional, dan kualitas
hasil pengolahan. Dalam rangka mengatasi permasalahan kualitas dan
kuantitas air limbah, dibutuhkan suatu unit operasi seperti “equalisasi
(equalization)”. Kemiringan atau slope bak equalisasi pada umumnya
mempergunakan perbandingan 3:1 atau 2:1. Pembangunan bak equalisasi di
beberapa industri biasanya dibangun berbentuk persegi empat panjang atau
rectangular dengan kedalaman 1,5 – 2 m.
A. Manfaat Equalisasi
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan equalisasi adalah pada
pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak dapat dihindari,
senyawa-senyawa inhibit dapat lebih diencerkan, dan pH dapat diatur
supaya konstan; performance sedimentasi kedua dapat diperbaiki karena
beban padatan yang masuk ke dalamnya dapat diatur supaya konstan;
pada filtrasi, kebutuhan surface area dapat dikurangi, performance filter
dapat diperbaiki, dan pencucian pada filter dapat lebih teratur; pengaturan
bahan-bahan kimia dapat lebih terkontrol dan prosesnya menjadi masuk
akal. Disamping untuk memperbaiki performance sebagian besar unit
operasi, flow equalisation merupakan pilihan yang menarik untuk
memperbaiki performance IPAL yang overloaded.
B. Lokasi Equalisasi
Lokasi equalisasi harus dipertimbangkan pada saat pembuatan diagram
alir pengolahan limbah. Equalisasi dapat di tempatkan setelah pengolahan
promer dan sebelum pengolahan biologis. Equalisasi yang diletakkan
setelah pengolahan primer biasanya disebabkan oleh masalah-masalah
yang ditimbulkan oleh lumpur dan buih. Jika diletakkan sebelum
pengolahan promern dan pengolahan biologis, dalam proses equalisasi
diperlukan pengadukan untuk mencegah pengendapan dan aerasi untuk
mencegah timbulnya bau.
C. Volume Equalisasi
Volume yang diperlukan untuk equalisasi ditentukan dengan membuat
diagram hubungan antara laju alir kumulatif dan waktu (hari). Volume
bak equalisasi harus dibuat lebih besar dari hasil penentuan secara
teoretis. Hal ini disebabkan oleh faktor pengoperasian alat-alat aerasi dan
pengadukan secara kontinu dapat menyebabkan air meluap berlebihan;
adanya aliran-aliran recycle; kemungkinan adanya perubahan aliran
secara tiba-tiba.

6. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan
gaya gravitasi. Proses ini terutama bertujuan untuk memperoleh air buangan
yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. Dalam proses
sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat
terpisah. Misalnya: kerikil dan pasir, padatan pada tangki pengendapan
primer, biofloc pada tangki pengendapan sekunder, floc hasil pengolahan
secara kimia, dan lumpur (pada pengentalan lumpur).
Bagian terpenting dalam perencanaan unit sedimentasi adalah mengetaui
kecepatan pengendapan dari partikel-partikel yang akan dipindahkan.
Kecepatan pengendapan ditentukan oleh ukuran, densitas larutan, viskositas
cairan, dan temperatur.
Bak Sedimentasi

7. Filtrasi
Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan media yang
disebut “Media Filter” merupakan bahan padat seperti pasir, batu bara, kerikil
dan sebagainya yang tersusun sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan
tertahan pada permukaan dan sela-sela (porositas) media filter.

Filtrasi

8. Flotasi
Flotasi adalah proses pemisahan padatan-cairan atau cairan-cairan yang
dalam hal ini partikel atau cairan yang dipisahkan mempunyai berat jenis yang
lebih kecil dari pada cairan. Pada proses flotasi, gelembung udara diinjeksikan
ke dalam tangki untuk mengapungkan padatan sehingga mudah disisihkan.
Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat
jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula
halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal ini
merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan
flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan.
Flotasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu flotasi alamiah (natural
flotation), air flotation, dan dissolved air flotation (DAF). Pada flotasi alamiah
perbedaan densitas cukup besar sehingga tidak diperlukan tambahan energi
dari luar. Flotasi alamiah dapat dijumpai dalam pemisahan lemak dan minyak.
Air flotation merupakan flotasi alamiah yang dibantu dengan
memasukkan gelembung udara ke dalam air. Gelembung udara yang
berukuran 2mm-4mm dimasukkan dengan menggunakan blower. Jika
menghendaki hasil yang lebih baik, dapat digunakan dengan gelebung udara
berukuran 0.5 mm-1.0 mm yang dimasukkan dengan menggunakan diffuser.
Pada dissolver air flotation, udara dilarutkan ke dalam air dengan tekanan
beberapa bar, kemudian dilepaskan pada tekanan atmosfer sehingga
menghasilkan gelembung udara halus dengan ukuran 40 mm- 80 mm.

Flotasi

E. Kelebihan dan Kelemahan Pengolahan Fisika


1. Kelebihan proses pengolahan fisik adalah:
 Mengurangi penggunaan energi yang dapat berpengaruh terhadap
pengurangan biaya operasi dan peralatan
 Mengurangi beban pengolahan.
 Mengurangi risiko rusaknya peralatan.
2. Kelemahan pengolahan fisik adalah:
 Pengolahan ini hanya dapat diterapkan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi, sedangkan pencemar yang masih berupa zat terlarut tidak
dapat diolah.
 Hasil yang akan dicapai sangat terbatas dan memerlukan waktu yang
cukup lama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Metode pengolahan air limbah berdasarkan proses fisika terdiri


dari screening, pemecahan, grit chamber, equalisasi, sedimentasi,
filtrasi dan flotasi. Pengolahan air limbah secara fisika dengan cara
pemisahan padatan-padatan dari cairan. Prinsip yang paling penting
adalah mengurangi emisi dan mengembalikan bahan-bahan yang
berguna ke dalam sumbernya.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta (ID):


Kanisius
Sumada K. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Fisik.
http://ketutsumada.blogspot.com/2012/03/pengolahan-air-
limbah-secara-fisik.html [diunduh 2018 Sep 12].

Anda mungkin juga menyukai