Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

EKSKURSI GEOLOGI REGIONAL

Oleh :

KELOMPOK 7

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR 2019
KATA PENGANTAR

Laporan Ekskursi Geologi Regional merupakan bagian rangkaian kegiatan dari kuliah

lapangan wajib bagi mahasiswa Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas

Pakuan pada semester VIII. Kegiatan ini merupakan aplikasi langsung dari mata kuliah yang

telah dipelajari di kampus, yang terdiri dari kegiatan pemetaan geologi daerah Jawa Barat,,

sehingga mahasiswa yang bersangkutan dapat secara benar mengaplikasikan ilmu-ilmu geologi

yang telah dipelajari terutama di bidang perkuliahan seperti geologi struktur, stratigrafi,

geomorfologi dan disiplin ilmu geologi lainnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama kegiatan

berlangsung sehingga dapat sangat membantu hingga penulisan laporan akhir kuliah Ekskursi Geologi

Reginal ini dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih kami sampaikan sebesar-besarnya kepada :

 Bapak Ir. Sholihin Mt, selaku ketua Program Studi teknik Geologi Fakultas teknik Universitas

Pakuan Bogor.

 Bapak Dr. Ir. Bambang Sunarwan, MT. selaku koordinator kuliah lapangan Karangsambung.

 Seluruh staf dosen Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor

yang telah membimbing dan memberikan pengarahan yang sangat bermanfaat untuk kami

khususnya.

 Kakak-kakak asisten yang telah membimbing kami selama kegiatan kuliah lapangan

berlangsung.

 Orang tua yang selalu memberikan segalanya yang terbaik buat penulis.

 Rekan-rekan peserta kuliah lapangan yang selalu menjaga kebersamaannya dan selalu

bersemangat dalam kegiatan kuliah lapangan.


Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk semuanya tidak hanya untuk penulis. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan guna perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya ilmu kegeologian.

Bogor, 24 juli 2019

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………..................................i


Daftar isi……………..
BAB 1. Pendahuluan.………………………………………………..................1
1.1. Latar belakang.……………………………………….....................1
1.2. Maksud dan tujuan.………………………………………..............1
1.3. Lokasi dan Kesampaian Daerah…………………………....….......2
1.4. Geomorfologi.…………………………………...............…...........4
1.5. Tata guna lahan…………..…………………………………..…....4
1.6. Flora dan Fauna.………………………………...............................4
1.7. Penduduk dan Sosial Ekonomi………………………………….....4
1.8. Geologi Regional.…………………………………………….........4
BAB 2. Kegiatan Penyelidikan............................................................................8
2.1. Pemetaan geologi.……………………………………….................8
2.2. Penyelidikan geofisika.………………………………….................8
BAB 3. Hasil penyelidikan.…………………………………………................11
3.1. Pemetaan Geologi …………………………………………...........11
3.2. Geofisika (Geolistrik).……………………………………….....…14
3.3. Perhitungan volume bahan galian....................................................16
3.4. Informasi pendukung………………………………………….....………..18
3.4.1. Daftar Gambar…......……………………………………….18
3.4.2. Daftar Tabel.……….....…………………………………….19
Lampiran ………………………………………………………………............20
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kuliah Ekskursi Geologi Regional yang memiliki tujuan akhir yaitu setiap
mahasiswa mampu melakukan pemetaan dan mengetahui suatu kondisi geologi di suatu
daerah, meliputi seluruh aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, jadi kegiatan Ekskursi
Geologi Regional adalah mampu untuk menafsirkan dan membuat rangkuman kondisi geologi
dari setiap tempat yang dikunjung.
Daerah penelitian yaitu daerah Jawa Barat meliputi lokasi pengamatan sungai Batu
Asih, daerah PT. Penambangan Semen Cibinong, Curug Pareang, Teluk Ciletuh, Pinggir Desa
Ciwaru, Jembatan Ciletuh, Cipanas Saguling, Bukit Tagog Gn.Batu, dan Bendungan Jatigede
Sumedang, daerah lokasi pengamatan ini merupakan daerah yang cukup mewakili sebagai
tempat pengamatan dan tempat pembelajaran ilmu geologi bagi mahasiswa geologi, karena di
daerah ini terdapat singkapan batuan dengan tatanan geologi yang cukup baik untuk dipelajari.
Dasar dari pemetaan daerah ini sendiri antara lain : keberagaman litologi yang tercermin pada
daerah penelitian misalnya: Formasi Ciletuh, Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi
Rajamandala, Formasi Jampang, Formasi Citarum, Formasi Saguling, Formasi Cibulakan,
Formasi Bantargadung, dan Formasi Bojonglopang.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari kegiatan kuliah Ekskursi Geologi Regional ini adalah memenuhi salah
satu mata kuliah wajib di semester ke-VIII dari mata kuliah “Ekskursi Geologi Regional”
di Jurusan Teknik Geologi Universitas Pakuan,
Tujuan Ekskursi Geologi Regional:
1. Mampu menafsirkaan beberapa singkapan serta mampu menghubungkan antar
singkapan,
2. Mampu membuat rangkuman singkapan dari suatu tempat ke tempat lain serta
memahami makna dari masing masing kenampakan geologi.
3. Mampu menafsirkan pola endapan tektonik dari seluruh daerah yang di datangi.
BAB 2 PEMBAHASAN

2. 1 Landasan Teori
Secara umum van Bemmelen (1949) telah membagi daerah Jawa Barat menjadi empat
zona fisiografi berdasarkan morfologi dan sifat tektoniknya berturut-turut dari utara-selatan,
adalah :
2.1.1. Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta, membentang mulai dari Serang sampai bagian
timur Cirebon dengan lebar + 40 km. Terdiri atas endapan alluvial (sungai dan
pantai) serta endapan gunungapi kuarter (lahar dan piroklastik).
2.1.2. Zona Bogor, menyebar mulai dari Rangkasbitung, Bogor, Purwakarta, Subang,
Sumedang sampai Bumiayu (Majenang) dengan lebar + 40 km. Zona ini merupakan
jalur antiklinorium lapisan-lapisan berumur Neogen yang terlipat kuat serta
terintrusi secara intensif. Zona ini banyak dipengaruhi oleh aktifitas tektonik dengan
arah tegasan berarah utara-selatan dan sumbu lipatan berarah barat-timur. Zona ini
memiliki banyak intrusi yang berbentuk volcanic neck, stock, dan boss.
2.1.3. Zona Bandung, terletak di sebelah Selatan Zona Bogor, membentang dari
Pelabuhanratu sebelah barat melalui lembah Cimandiri ke arah Sukabumi, Cianjur,
Bandung, Garut dan lembah Citanduy. Zona ini merupakan puncak dari Geantiklin
Jawa yang telah hancur, setelah pengangkatan pada Tersier Akhir, zona ini meluas
ke arah barat sampai ke Banten yang disebut sebagai Zona Bandung Bagian Barat.
Zona Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949).
2.1.4. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat, merupakan dataran tinggi dengan puncak di
sebelah selatan Bandung. Terletak memanjang dari Pelabuhan Ratu sampai Pulau
Nusakambangan di sebelah selatan Segara Anakan dengan lebar + 50 km menyempit
hingga beberapa kilometer di sebelah timur. Pegunungan Selatan seluruhnya
merupakan sisi selatan geantiklin Jawa yang mengalami masa pengerutan yang
melandai ke selatan menuju Samudera Hindia. Berdasarkan pembagian zona
fisiografi Jawa Barat di atas, maka daerah Gunung Patuha, termasuk ke dalam Zona
Selatan Jawa Barat.
Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Barat

Di daerah Jawa Barat terdapat banyak pola kelurusan bentang alam yang diduga
merupakan hasil proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah barat-timur, utara-
selatan, timurlaut-baratdaya, dan baratlaut-tenggara. Secara regional, struktur sesar berarah
timurlaut-baratdaya dikelompokkan sebagai Pola Meratus, sesar berarah utara-selatan
dikelompokkan sebagai Pola Sunda, dan sesar berarah barat-timur dikelompokkan sebagai Pola
Jawa. Struktur sesar dengan arah barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan struktur
sesar dengan arah lainnya berupa sesar mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah
bervariasi.

Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur
regional yang memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, dan Sesar
Lembang. Ketiga sesar tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen
(1949) dan diduga ketiganya masih aktif hingga sekarang.

Sesar Cimandiri merupakan sesar paling tua (berumur Kapur), membentang mulai dari
Teluk Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala,
Gunung Tanggubanperahu-Burangrang dan diduga menerus ke timurlaut menuju Subang.
Secara keseluruhan, jalur sesar ini berarah timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar mendatar
hingga oblique (miring). Oleh Martodjojo dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan
sebagai Pola Meratus.

Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah
relatif barat-timur, membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis
di Kadipaten-Majalengka (Bemmelen, 1949). Bentangan jalur Sesar Baribis dipandang
berbeda oleh peneliti lainnya. Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik
Baribis menerus ke arah tenggara melalui kelurusan Lembah Sungai Citanduy, sedangkan
oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke arah timur hingga menerus ke daerah
Kendeng (Jawa Timur). Penulis terakhir ini menamakannya sebagai “Baribis-Kendeng Fault
Zone”. Secara tektonik, Sesar Baribis mewakili umur paling muda di Jawa, yaitu
pembentukannya terjadi pada periode Plio-Plistosen. Selanjutnya oleh Martodjojo dan
Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Jawa.

Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang lebih
30 km dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok
bagian utara relatif turun membentuk morfologi pedataran (Pedataran Lembang). Van
Bemmelen (1949), mengaitkan pembentukan Sesar Lembang dengan aktifitas Gunung Sunda
(G. Tangkubanperahu merupakan sisa-sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur
sesar ini berumur relatif muda yaitu Plistosen.

Struktur sesar yang termasuk ke dalam Pola Sunda umumnya berkembang di utara Jawa
(Laut Jawa). Sesar ini termasuk kelompok sesar tua yang memotong batuan dasar (basement)
dan merupakan pengontrol dari pembentukan cekungan Paleogen di Jawa Barat.

Gambar 2.2 struktur regional jawa barat (Soejono Martodjojo dan Pulunggono, 1994).

1.4. Metoda Penelitian


Dalam melakukan pemetaan, penulis mencoba membagi 3 tahapan yaitu :
1. Tahapan penyelidikan pendahuluan (observasi)
2. Tahapan pengumpulan data lapangan
1.4.1. Penyelidikan Pendahuluan (observasi)

Tahapan ini dilakukan dengan maksud untuk mengenal daerah-daerah yang berada
dalam wilayah penelitian seperti nama desa, nama gunung, nama kali (sungai). Pada tahapan
ini juga dilakukan pengamatan litologi secara umum berupa jenis batuan untuk mendapatkan
gambaran dalam penentuan lintasan yang akan dilakukan sewaktu melakukan pengumpulan
data lapangan.

1.4.2 Pengumpulan Data Lapangan


Tahapan ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data-data yang diambil
dari hasil pengamatan singkapan. Pada pengamatan singkapan ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu : menentukan lokasi pengamatan, melakukan pengukuran jurus dan
kemiringan lapisan, melakukan pendeskripsian litologi secara megaskopis dan mencatat hasil
pengamatan dalam buku lapangan. Hasil pengamatan tersebut dimasukkan ke dalam peta
lapangan. Pada tahapan ini dapat dilakukan pengambilan contoh batuan serta pengambilan foto
sebagai dokumen pendukung data.

1.4.3. Metoda Analisa


Penganalisaan yang dilakukan dari data-data yang terkumpul pada pemetaan geologi
ini dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Analisa Peta Topografi
2. Analisa Struktur Geologi

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Metoda Penelitian


Dalam melakukan pemetaan, penulis mencoba membagi 3 tahapan yaitu :
3. Tahapan penyelidikan pendahuluan (observasi)
4. Tahapan pengumpulan data lapangan
5. Tahapan analisa data lapangan

2.2.1.1 Penyelidikan Pendahuluan (observasi)


Tahapan ini dilakukan dengan maksud untuk mengenal daerah-daerah yang berada
dalam wilayah penelitian seperti nama desa, nama gunung, nama kali (sungai). Pada
tahapan ini juga dilakukan pengamatan litologi secara umum berupa jenis batuan untuk
mendapatkan gambaran dalam penentuan lintasan yang akan dilakukan sewaktu
melakukan pengumpulan data lapangan.

2.2.1.2 Pengumpulan Data Lapangan


Tahapan ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data-data yang
diambil dari hasil pengamatan singkapan. Pada pengamatan singkapan ada beberapa hal
yang harus dilakukan, yaitu : menentukan lokasi pengamatan, melakukan pengukuran
jurus dan kemiringan lapisan, melakukan pendeskripsian litologi secara megaskopis dan
mencatat hasil pengamatan dalam buku lapangan. Hasil pengamatan tersebut dimasukkan
ke dalam peta lapangan. Pada tahapan ini dapat dilakukan pengambilan contoh batuan serta
pengambilan foto sebagai dokumen pendukung data.

2.2.1.3 Metoda Analisa


Penganalisaan yang dilakukan dari data-data yang terkumpul pada pemetaan
geologi ini dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu :
3. Analisa Peta Topografi
4. Analisa Struktur Geologi

Anda mungkin juga menyukai