Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK RETARDASI MENTAL

Siti Aminah Dwi Wahyuni (NIM 1601300031)


D-III Keperawatan Blitar, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Sitidwi993@gmail.com

ABSTRAK. Mental adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran dan


jiwa sesorang . Ada beberapa keterbelakgan dalam mental, salah satunya
adalah retardasi mental. Retardasi mental sering disebut juga sebagai tuna
grahita. Yusuf (2015: 174) menyatakan “retardasi mental adalah fungsi
intelektual di bawah angka 7, yang muncul bersamaan dengan kurangnya
perilaku adaptif, serta kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sosial
sesuai tingkat perkembangannya”. Anak dengan retardasi mental
membutuhkan waktu yang lebih untuk melaksanakan reaksi pada situasi
yang belum dikenalnya, keterbatasan penguasaan bahasa, kurang mampu
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara baik dan buruk, serta
membedakan yang benar dan salah. Penanganan pada retardasi mental
dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya adalah pencegahan.
Ada 3 tahap pencegahan retardasi mental yaitu pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier
Kata kunci: asuhan keperawatan, anak retardasi mental

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan keadaan yang mendorong seseorang dapat
melakukan aktivitas secara normal dan maksimal. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (dalam Yusuf & Fitriyasari, dkk, 2015:5) “sehat adalah dalam keadaan
bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya”. Ada dua macam
kesehatan yaitu kesehatan jasmani (fisik) dan rohani (jiwa).
Terkait dengan adanya retardasi mental, diperlukan adanya asuhan
keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengatasinya. Internasional,
NANDA (2016:21-28) mengungkapkan bahwa asuhan keperawatan adalah proses
pengkajian data, analisa data, intervensi (perencanaan), implementasi
(pelaksanaan), dan evaluasi perawatan pada pasien. Masalah ini dikemas dalam
sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak Retardasi
Mental”.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif perpustakaan. Penelitian
perpustakaan meruapakam kegiatan engamati berbagai literature yang
berhubungan dengan pokok permasalahan baik berupa buku, jurnal, dan tulisan
lainnya yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses penelitian. Menurut
Kartini Kartono (1986:28) dalam Pengantar Metodologi Reasearch Sosial
mengemukakan bahwa tujuan penelitian perpustakaan adalah untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material

159
yang ada di perpustakaan, haslilnya dijadikan fungsi dasar dan aat utama bagi
praktik penelitian di lapangan.
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Retardasi Mental
Mental adalah sesuatu yang berhubungan dengan jiwa dan pikiran
seseorang. Ada beberapa keterbelakangan dalam mental, salah satunya yaitu
retardasi mental. Retardasi mental sering disebut juga sebagai tuna grahita. Yusuf
(2015:174) menyatakan “retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah
angka 7, yang muncul bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, serta
kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sosial sesuai tingkat
perkembangannya”. Retardasi mental merupakan keadaan tingkat perkembangan
kecerdasan di bawah normal yang dibawa sejak lahir atau pada masa kanak-kanak
(Dalami, E & Suliswati, dkk, 2009:69). Menurut Crocker AC (dalam
Soetjiningsih, 1995:191), “retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan”.
Retardasi mental merupakan salah satu masalah kesehatan jiwa dengan
implikasi besar di dunia. Menurut Swaiman (dalam Soetjiningsih, 1995:191),
“diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3 % dari seluruh
populasi, dan hampir 3% mempunyai IQ di bawah 70”. Di bawah ini disajikan
table klasifikasi tingkat keparahan retardasi mental.

Gejala-Gejala pada Anak Retardasi Mental


Menurut Yusuf & Fitriyasari, dkk (2014:181), gejala anak retardasi mental
adalah sebagai berikut.
1. Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia
pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak RM berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak, kebanyakan anak retardasi mental berat
mempuyai keterbatasan gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat
berdiri, atau bangun tanpa bantuan.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi
mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti berpakaian,
makan, dan mengurus kebersihan diri.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental
berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual,
misalnya memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang
membahayakan diri sendiri, misalnya menggigit diri sendiri, membentur-
benturkan kepala, dan lain lain.

Faktor-faktor Penyebab Retardasi Mental pada Anak


Menurut Sungkar, Achmad & D, Handoko, dkk (1994:81-82) retradasi
mental disebabkan faktor biologik dan faktor psikososial. Faktor biologik terdiri
dari kelainan komosom, gangguan prenatal, dan gangguan prenatal atau postnatal.

159
Faktor psikososial terdiri dari kehidupan keluarga yang tidak harmonis, sering
berpindah-pindah tempat tinggal, sering berganti pengasuh disertai pengasuhan
yang tidak adekuat, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, orangtua sakit-
sakitan, termasuk sakit jiwa (skizofrenia, gangguan afektif), dna salah satu orang
tua atau saudaranya juga menderita retardasi mental. Selain faktor biologic dan
psikososial, ada kemungkinan kombinasi antara faktor genetic, faktor biologic dan
lingkungan.

Pencegahan dan Pengobatan Retardasi Mental


Menurut Maramis, W.F (1995) pencegahan dan pengobatan retardasi
mental meliputi.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada
masyarakat, perbaikan keadaan sosio-ekonomi, konseling genetic dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan
yang baik, kehamilan pada wanita adolosen dan di atas 40 tahun dikurangi
pencegahan keradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder meliputi dan pengobatan dini keradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (satura tengkorak menutup teralu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi pada mikrosefali yang kongenital, operasi tidak
menolong).
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus di
sekolah luar biasa bagian C untuk tuna mental.

Asuhan Keperawatan untuk Anak Retardasi Mental


Asuhan keperawatan merupakan sebuah proses keperawatan. Menurut
Internasinal, NANDA (2016:23) “proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, penyusunan kriteria hasil, tindakan dan
evaluasi”.
Menurut Dalami, Ermawati (2009:75) proses keperawatan pada anak
retardasi mental adalah sebagai berikut.
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi riwayat kesehatan, riwayat penyakit
sebelumnya, perkembangan personal dan sosial, perkembangan kognitif,
keterampilan bahasa, perkembangan motorik dan sensorik, dan lingkungan tempat
anak tinggal dan belajar. Setelah dilakukan pengkajian, maka dapat dilakukan
diagnose keperawatan.
2. Perencanaan
Perencanaan pada anak retrdasi mental bersifat individual. Tatanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada anak retardasi mental, rencana keperawatan
harus berdasarkan informasi latar belakang anak, kebutuhan anak, tujuan
keperawatan, batu loncatan, dan rujukan keperawatan.
3. Implementasi
Semua anak belajar dengan menggunakan indera sentuhan, pendengaran
dan penglihatan. Anak perlu diajarkan tetang tugas dan konsep dengan berbagai
cara, kemudian diberi kesempatan untuk mepraktekannya.

159
4. Evaluasi
Evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan
kemampuan anak dilakukan dngan membandingkan data dasar dengan tingkat
perkembangan dan keadaan anak dengan tujuan yang dicapai.

PENUTUP
Kesimpulan
Mental adalah sesuatu yang berhubungan dengan jiwa dan pikiran
seseorang. Ada beberapa keterbelakangan dalam mental, salah satunya yaitu
retardasi mental. Menurut Crocker AC (dalam Soetjiningsih, 1995:191), “retardasi
mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi rendah, yang disertai
adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan”. Retardasi mental dibagi menjadi 4 yaitu retardasi mental ringan,
retardasi mental sedang, retardasi berat dan retardasi mental sangat berat.
Menurut Yusuf & Fitriyasari, dkk (2014:181), gejala anak retardasi mental
adalah lamban dalam mempelajari hal baru; kesulitan dalam menggeneralisasi dan
mempelajari hal-hal yang baru; kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak
RM berat; Cacat fisik dan perkembangan gerak; kurang dalam kemampuan
menolong diri sendiri; tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim; serta tingkah
laku kurang wajar yang terus menerus. Menurut Sungkar, Achmad & D, Handoko,
dkk (1994:81-82) retradasi mental disebabkan faktor biologik dan faktor sosial.
Menurut Maramis, W.F (1995) pencegahan dan pengobatan retardasi mental
meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunderdan pencegahan tersier. Proses
asuhan keperawatan diberikan kepada pasien retardasi mental melalui tahap
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran/rekomendasi yang diajukan
sebagai berikut. Orangtua selaku tempat sosialisasi utama untuk anak agar
memperhatikan tumbuh kembang anak. Apabila anak mengalami gejala-gejala
retardasi mental, anka tersebut segera di konsultasikan dan diperiksakan kepada
dokter spesialis jiwa. Kepada masyarakat umum yang berperan dalam proses
interaksi sosial, disarankan agar tidak mengucilkan anak retardasi mental karena
dukugan lingkungan dapat mengurangi dan mencegah keparahan retardasi mental.

DAFTAR RUJUKAN
Bisamandiri.cim 2015. Anak Down Syndrome dan Ciri-cirinya, (Online),
(http://bisamandiri.com/wp-content/uploads/2015/12/ciri-ciri-down-
syndrome.jpg), diakses 5 Oktober 2016.
Dalami, Ermawati & Suliswati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta: CV Trans Info Media.
Derajat, Zakiyah. 1989. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Toko Gnung Agung.
Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Medika
Salemba.
Internasional, NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan:Definisi & Klasifikasi.
Jakarta: EGC.

159
Mainankayu.com. 2016. Apa Saja Penyebab Down Syndrome.(Online),
(http://mainankayu.com/34/artikel-terbaru/Jul2016/apa-saja-penyebab-
down-syndrome--.html#.V-TQG5-yTqA), diakses 5 Oktober 2016.
Maramis. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Potter, Patricia & Perry, Anne. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Siahaan, Cisilia A. 2016. SLB C dan C1 di A Ayani Akan Direlokasi ke Jimbaran,
(Online), (http://bali.tribunnews.com/2016/01/20/slb-c-dan-c1-di-a-ayani-
akan-direlokasi-ke-jimbaran), diakses 5 Oktober 2016.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Yogyakarta: ANDI.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. (IGN Gde, Ed). Jakarta: EGC.
Sungkar, Achmad & D, Handoko, dkk. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: ISBN
Yusuf & Fitriyasari, dkk. 2014. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

159

Anda mungkin juga menyukai