Anda di halaman 1dari 8

PEWARNAAN SPORA BAKTERI

Laporan Praktikum
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi
yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si
Disajikan Pada Hari Kamis Tanggal, 21 Februari 2019

Disusun oleh :
Kelompok 4 Offering B
1. Ilfia Kholifaturrohmah (170341615068)
2. Mafazatud Diniyyah (170341615017)
3. Mirawati (170341615116)
4. Nurdiyah Arifianti (170341615094)
5. Rif’atul Chusnul Khuluq (170341615047)
6. Verina Ayu Anggara (170341615079)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2019
A. Topik
Pewarnaan Spora Bakteri

B. Tujuan
1. Untuk memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan spora bakteri
2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya spora bakteri

C. Dasar Teori
Spora dibentuk di dalam sel yang biasa disebut endospora. Bakteri pembentuk
spora biasanya adalah penghuni tanah dan sebagainya. Bentuk spora bermacam-macam,
bulat atau bulat memanjang tergantung pada spesiesnya. Sel spora dibedakan menjadi
dua tipe yaitu endospora (terbentuk di dalam sel) dan eksospora (terbentuk di luar sel).
Ukuran endospora lebih kecil atau lebih besar daripada diameter sel induknya (Waluyo,
2007).
Struktur spora dari dalam keluar adalah inti protoplasma yang mengandung
komponen RNA, DNA, enzim, asam dipikolinik, kation divalent, dan sedikit air. Korteks
pada dinding sel spora mengandung peptidoglikan. Di bagian luar korteks dan membrane
mengandung protein yang menyediakan ketahanan untuk spora (Ray,2004). Dinding
spora bersifat impermeable yang bertujuan untuk mencegah dekolorisasi spora oleh
alcohol (Irianti, 2006).
Kandungan air dalam spora adalah 10% dari beratnya, berbeda dengan sel
vegetatif yang mengandung 70% dari berat keseluruhan. Hal ini disebabkan karena
selama proses germinasi kandungan air protoplas spora bertambah (Darwis, 2006). Kadar
air spora memengaruhi komponen yang ada di dalamnya, misalnya protein dan
komponen genetik yang sensitive terhadap suhu tinggi (Waluyo, 2007). Kadar air yang
rendah bertujuan untuk membatasi mobilitas komponen tersebut. Sebaiknya bila kadar air
tinggi mengakibatkan peningkatan kapasitas mengikat H2O oleh protein dengan
terbentuknya gugus sulfidril (Naufalin, 1999).
Kelompok bakteri pembentuk spora biasanya memiliki bentuk bulat atau batang
dan beberapa memiliki filament, memiliki diameter 0,3-2 µm (kecuali Oscillospira)
(Errington, 2003). Bacillus merupakan bakteri pembentuk spora yang dapat tumbuh
umum pada kondisi suhu mesofilik (35°C-55°C).selain itu juga terdapat Clostridium
yang merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada suhu mesofilik dan termofilik
(Cousin, 1989). Setiap sel bakteri hanya dapat membentuk satu sel spora (Fardiaz, 1992).
Letak endospora di dalam sel dan ukurannya tidak sama untuk semua spesies.
Beberapa spora letaknya sentral (dibentuk di tengah-tengah sel), terminal ( dibentuk di
ujung), subterminal ( dibentuk di dekat ujung). Adanya perbedaan letak dan ukuran spora
memiliki manfaat dalam identifikasi dan pencirian bakteri (Palezar& Chan, 2008).

D. Alat dan Bahan


Alat
1. Mikroskop
2. Kaca benda
3. Lampu spiritus
4. Mangkuk pewarna
5. Kawat penyangga
6. Pipet
7. Pinset
8. Botol penyemprot

Bahan

1. Biakan murni bakteri


2. Aquades steril
3. Larutan hijau malakit 5%
4. Larutan safranin 0,5%
5. Kertas lensa
6. Alkohol 70%
7. Lisol
8. Sabun cuci
9. Korek api
10. Lap
11. Kertas tissue

E. Prosedur

Menyediakan kaca benda yang bersih, lalu melewatkan di atas nyala api lampu
spiritus

Meneteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut

spiritus

Secara aseptik ambillah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu letakkan di
atas tetesan aquades itu. Kemudian ratakan perlahan-lahan dan tunggu hingga
mengering

Melakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api
lampu spiritus dengan cepat
Meneteskan larutan hijau malakit di atas sediaan itu, lalu panaskan sediaan
terebut di atas nyala api spiritus aelama 3 menit. Jagalah jangan sampai sediaan
mendidih atau mengering. Jika mengering,tambahkan tetesan larutan hijau
malakit. Selama pemanasan jepitlah sediaan dengan pinset

Meletakkan sediaan tersebut di atas lewat penyangga yang diletakkan di atas


mangkuk pewarna, lalu membiarkan sampai dingin

Mencuci kelebihan larutan hijau malakit dengan air kran dalam botol penyemprot

Menteteskan larutan safranin di atas sediaan tersebut, lalu membiarkan selama 3


menit

Mencuci kelebihan larutan safranin pada sediaan itu

Mengeringkan sediaan dengan kertas penghisap dan amatilah di bawah


mikroskop

F. Data Hasil Pengamatan


Keberadaan Bentuk Letak
No. Gambar
Spora Spora Spora

Tidak Sudah keluar


1 Ada
Beraturan dari sel

Perbesaran 1000x
Keterangan:
Koloni satu memiliki bentuk bakteri
bulat (Coccus). Pada lingkaran
menunjukkan keberadaan spora
yang sudah keluar dari sel.

2
Di tengah-
2 Ada Bulat tengah dan ada
yang lisis Perbesaran 1000x
Keterangan:
Pada koloni dua memiliki bentuk
bakteri basil. Lingkaran pertama
menunjukkan letak spora di tengah
dan lingkaran kedua menunjukkan
spora yang sudah keluar dari sel.

G. Analisis Dan Pembahasan


Pada praktikum ini kami melakukan pewarnaan spora bakteri untuk mengetahui
ada atau tidaknya spora pada bakteri tersebut. Dalam pewarnaan spora bakteri ini, kami
menggunakan larutan hijau malakit dan larutan safranin. Jika dari pewarnaan ini berhasil
dengan baik, maka sel vegetative pada bakteri akan berwarna merah. apabila sel
membentk spora, maka spora hasil pewarnaan akan berwarna hijau.
Hasil yang didapatkan dari pewarnaan spora bakteri ini adalah, pada koloni 1 dan
koloni 2 terlihat adanya spora bakteri. Spora bakteri pada koloni nomor 1 memiliki
bentuk yang tidak beraturan dan letaknya terlihat sudah keluar dari sel. Pada koloni
nomor 2, spora berbentuk bulat dan terletak di tengah-tengah dan ada yang lisis.
Pada praktikum ini membahas tentang pewarnaan spora, pewarnaan spora ini
tidak dapat di lakukan dengan perwana biasa. Pemanasan akan mengembangkan lapisan
luar spora sehingga zat warna utama dapat masuk ke dalam spora sehingga berwarna
hijau. Melalui pendinginan warna utama akan terperangkap di dalam spora,dengan
pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat
pewarnaan kedua (safranin), sel vegetatif akan berwarna merah. Spora bakteri merupakan
bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk
dari luar. Spora lazim disebut endospora karena spora tersebut dibentuk di dalam sel.
Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa
yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas
pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel
vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel
yang baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana
diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari
peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi. Spora biasanya terlihat
sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang tidak diwarnai
atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa. Dinding spora
relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah
melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel
vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Pewarnaaan spora ini
mengunakan hijau malakit dan larutan safranin. Bakteri membentuk spora apabila
kondisi lingkungan sudah tidak stabil lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya
semisal: medium mengering kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya. Pewarnaan
spora bakteri ini sangat efektif untuk mengetahui spora pada suatu bakteri. Perwarnaan
spora ini untuk memudahkan kita dalam melakukan pengamatan dan mengetahui ada atau
tidak adanya spora pada suatu bakteri. Ada beberapa maam bentuk spora yaitu bulat,
lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak
sentral, subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis
tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. Dari praktikum
yang dilakukan, ditemukan bakteri bentuk tidak beraturan dan berbentuk bulat.
H. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa


pewarnaan ini berhasil dengan baik, dan sel vegetative bakteri berwarna merah, dan spora
hasil pewarnaan berwarna hijau. Diketahui juga bahwa terdapat spora pada koloni bakteri
1 maupun 2. Spora bakteri pada koloni nomor 1 memiliki bentuk yang tidak beraturan
dan letaknya terlihat sudah keluar dari sel. Pada koloni nomor 2, spora berbentuk bulat
dan terletak di tengah-tengah dan ada yang lisis.

I. Daftar Rujukan

Palezar., Michael J. dan E. C. S.Chan. 2008. Dasar-dasar Mikroorganisme. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Waluyo, L,. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang:UPT Penerbitan UMM.

Ray B,. Bhunia,. 2004. Fundamental Food Microbiology. 3rdEd Florida. London:CRC
Press.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologipangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Cousin, M. A. 1989. Sporeforming Bacteria.


J. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai