Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN GEOLOGI
PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
POS PENGAMATAN GUNUNG API BURNI TELONG
Kp. Serule kayu kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah - ACEH

RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS (RKS)


PEKERJAAN :
PENGEMBANGAN POS PENGAMATAN GUNUNG API
BURNI TELONG
SPESIFIKASI TEKNIS
REHABILITASI GEDUNG KANTOR
Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan,
dengan ketentuan :

1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya


produksi dalam negeri.
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional.
3. Metode pelaksanaan harus logis, realistic dan dapat dilaksanakan.
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan.
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk.
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan.
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

A. SPESIFIKASI UMUM
1. KETENTUAN UMUM
1.1 Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi, serta Hak
Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.
1.2 Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang diajukan
oleh Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan,
sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan Setuju atau
Ditolak.
1.3 Dalam hal Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan Kontraktor tidak
menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari Standar yang disyaratkan,
maka Kontraktor harus tetap memenuhi ketentuan Standar yang disyaratkan dalam
Dokumen Kontrak.
1.4 Spesifikasi ini disusun sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar dapat
menyusun penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan
Pemilik tanpa catatan dan persyaratan lain dalam penawarannya.
1.5 Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus
mengutamakan produksi dalam negeri.
1.6 Standart yang digunakan adalah Standart Nasional (SNI, SII, SKNI) untuk barang,
bahan, dan jasa/ pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM, BS, dll), yang
padanannya secara substantif sama atau lebih tinggi dari Standar Nasional.
1.7 Standart satuan ukuran yang digunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan Standart
satuan lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
1.8 Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan perbaikan
harus dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan persyaratan kontrak
agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.
1.9 Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban membayar
ganti rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum dalam bentuk apapun
yang timbul dari atau sehubungan dengan hal tersebut.

2. HUKUM DAN PERATURAN


Kontraktor harus mengetahui, memahami dan mematuhi ketentuan hukum dan Peraturan
mengenai Lingkungan Hidup, Keselamtan Kerja, Perpajakan, Bea Cukai, Ijin Pemasukan
Barang, Import dan Komoditi, penyimpanan merupakan keharusan bagi kontraktor mengikuti
prosedur yang harus ditempuh. Dengan tidak mengurangi kewajiban Kontraktor akan hal
tersebut diatas, Kontraktor harus mematuhi ketentuan peraturan/perundang-undangan sebagai
berikut:
2.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikut sertakan Perusahaan Golongan
Ekonomi Lemah Setempat/Koperasi sesuai surat Menteri Koordinator Bidang Ekonomi
Keuangan dan Pengawasan Pembangunan No. S.91/M.EKKU/1997 tanggal 23 Juli
1997 tentang: Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Pengusaha Kecil dan
Koperasi dalam pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah.
2.2. Untuk melindungi tenaga kerja, Kontraktor wajib melaksanakan program JAMSOSTEK
sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1989 tanggal 27 Januari 1989 Jo. Surat Kakanwil No. KEP-
07/Men/ 1989. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor :
PR.06.07-W.01/BJ.3/660 tanggal 10 Agustus 1998.

3. PROGRAM PELAKSANAAN DAN LAPORAN


3.1. LAPORAN BULANAN KEMAJUAN PEKERJAAN
Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah ditetapkan Direksi,
Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan Laporan Kemajuan Bulanan dalam
bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan secara detail kemajuan
pekerjaan selama bulan yang terdahulu. Laporan sekurang kurangnya harus berisi hal-
hal sebagai berikut:
3.1.1 Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan kenyataan
yang dicapai pada bulan laporan dan prosentase rencana yang diprogramkan
pada bulan berikutnya.
3.1.2 Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, disertai dengan
prosentase rencana yang diprogramkan, dan diberi keterangan mengenai
kemajuan pekerjaan.
3.1.3 Jadwal rencana kegiatan mendatang yang akan dilak sanakan dalam waktu dua
bulan berturut-turut dengan perkiraan tanggal permulaan dan penyelesaian.

3.2. LAPORAN HARIAN


Kontraktor harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas setiap bagian
pekerjaan yang diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan
dimaksud harus memuat, tetapi tidak dibatasi, data-data berikut: Keadaan cuaca, jumlah
tenaga staf dan buruh yang dipekerjakan serta keterampilannya, jumlah bahan-bahan di
tempat pekerjaan, jumlah bahan yang sedang dipesan, kemajuan pekerjaan, persiapan
pekerjaan dan peralatan serta data-data percobaan laboratorium, kecelakaan dan
informasi yang lain yang berkaitan erat dengan kemajuan pekerjaan.

3.3. RAPAT BERSAMA UNTUK MEMBICARAKAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan s eminggu sekali pada waktu yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari pada rapat ini membicarakan pek
erjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan
membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.

4. BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR


Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika tidak
ditentukan lain, segala peralatan dan material yang membutuhkan bagian pekerjaan baru dan
harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen lelang. Bahan-bahan yang akan
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan produksi dalam negeri.
Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksud tidak dapat diperoleh
di dalam negeri, maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan dari luar negeri setelah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Pekerjaan. Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi, bilamana bermaksud untuk mensuplai peralatan dan material yang tidak
sesuai dengan standar sebagai tersebut di atas dan harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi.

5. ALAT-ALAT PRODUKSI
Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya untuk
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada Kontraktor untuk
menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana menurut pertimbangannya
penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kontrak. Kontraktor harus menyediakan
seluruh peralatan serta suku cadang dan harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak
memperlambat pelaksanaan pekerjaan.

6. MATERIAL PENGGANTI
Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material yang
ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima, Kontraktor dapat
menggunak an material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak
diperkenankan untuk dinaikkan akibat penggantian material.

B. SPESIFIKASI TEKNIS
1. URAIAN UMUM
Kontraktor melakukan layanan Jasa Konstruksi yang meliputi dari Memperkerjakan tenaga kerja
sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan, menyediakan kebutuhan material dan peralatan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar bestek, bill of Quantity.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Kantor meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pembongkaran Dan Pembersihan
3. Pekerjaan Lain-Lain.

3. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN


Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut
dibawah ini ( termasuk segala perubahan dan tambahannya) juga berlaku dan mengikat :
3.1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 Tanggal 27 Desember 2007
3.2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI 1991 ) SK SNI T-15.1991.03
3.3. Tata Cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995
3.4. Peraturan Muatan Indonesia NI.8 dan indonesia Loading code 1987 (SKBI-
1.2.53.1987)
3.5. Peraturan konstruksi kayu di indonesia (PKKI) NI 5
3.6. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1987
3.7. Peraturan Umum Instalasi Listrik ( PUIL ) SNI 03-2398-1987
3.8. Tata cara Perencanaan Tangki Septiktank SNI 03-2398-1991
3.9. Peraturan Umum Keselamatan kerja dari departemen tenaga kerja
3.10. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972
3.11. Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan NI 10

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor berkewajiban :
1.1 Papan Nama Proyek
 Persyaratan bahan
Membuat papan Nama Proyek bisa dari triplek Mika atau dari Plastik reklame dengan
bingkai dari kayu.
 Pedoman pelaksanaan
Didirikan di atas kayu 5/7 cm setinggi 240 cm diletakan pada tempat yang mudah dilihat
umum, Plang Nama kegiatan memuat
- Nama Kegiatan
- Pemilik Kegiatan
- Lokasi Kegiatan
- Jumlah biaya ( Kontrak )
- Nama Pelaksana ( Kontraktor )
- Nama Konsultan ( Pengawas )
- Pekerjaan dimulai tanggal, bulan, tahun
.

1.5 Photo Kemajuan Pekerjaan


 Persyaratan Bahan
Untuk bahan digunakan kertas glossy photo Paper
 Pedoman Pelaksanaan
Kontraktor harus menyerahkan photo berwarna kepada Direksi mengenai kemajuan
pekerjaan (dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada lokasi yang telah ditentukan
Direksi selama masa Kontrak.Photo diambil pada waktu awal dan selesainya
pelaksanaan pekerjaan, serta pada waktu yang ditetukan oleh Direksi.Photo yang harus
diserahkan kepada Direksi dilampirkan pada laporan kemajuan ( Progress Report ).
Tanggal dan penjelasan dari tiap photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan photo
tidak akan dibayar terpisah dan dianggap termasuk dalam harga satuan untuk tiap
pekerjaan pada Biaya Kuantitas Pekerjaan.
1.6 Perlengkapan P3K
 Persyaratan Bahan
Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).
 Pedoman Pelaksanaan
Kontraktor harus menjamin keselamatan para pekerja (K3) sesuai dengan persyaratn
yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk
setiap bidang pekerjaan.

PASAL 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran / pembersihan /


pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang dinyatakan
oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang
dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya :
• Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.
• Pembersihan material yang ada di lokasi.

2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat
dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.

3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site
konstruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas.Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi
dalam pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.

PASAL 3
PERLINDUNGAN EXISTING

1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam
tapak / site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas
masih berfungsi dan akan digunakan lagi.Untuk instalasi existing tersebut di atas,
Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memeliharanya dari gangguan / cacat.

2. Kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton ∅ 30
cm. Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau
pipa yang bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata
minimal 1 (satu) lapis, lebar 30 cm. sepanjang pembebanan tersebut.

3. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih
berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan
pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk
pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :

1. MACAM GALIAN.
Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu :
a. Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi
atau galian material dan bahan baku lainnya.
b. Galian batu.
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali / membongkar batu-batuan pada daerah
galian yang menurut pendapat Konsultan Pengawas harus dilakukan pembongkaran.
c. Galian konstruksi / obstacle.
Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan galian
batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau tercantum dalam
Gambar Rencana.
Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian lantai
bangunan, galian pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan / halaman,
galian pipa / kabel listrik / pipa gas, saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi
lainnya, selain yang disebutkan pada spesifikasi ini.

Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga macam
galian tersebut di atas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti
ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan dalam Gambar
Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.

2. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug
bekas serta sisa bahan bangunan.

4. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk- petunjuk
Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan
tapak / site atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.

5. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau
longgar, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang tejadi
harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan
5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan.Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat
di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor / Pemborong harus


mengikuti prosedur seperti terurai dalam butir 3.1. s/d. 3.3.

7. Bila Kontraktor / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang


ditentukan dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor / Pemborong wajib untuk menutupi
kelebihan galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air
setiap ketebalan 5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian
yang diinginkan.Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak
dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

PASAL 5
PEKERJAAN STRUKTUR BETON

6.1 PERSYARATAN MUTU.

6.1.1 Mutu Beton.


Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat pelaksanaan
pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Dalam
segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard
yang berlaku yaitu :
a. Tata Cara Perhitungan Kekuatan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-
1991-03). b. Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982).
c. Standard Industri Indonesia (SII).
d. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983.
e. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG, 1983).
f. American Society Of Testing Matrial (ASTM).
Beton yang dipergunakan untuk struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik
minimal, sebagai berikut :
a. Mutu Beton
-. Pondasi Pelat Beton setempat : K-250
-. Sloof Beton : K-250
-. Kolom dan Balok Baja WF : K-250
-. Pelat Lantai &Atap Dak : K-250
-. Sloof ,Kolom & Ring Balok Praktis : K-225
b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton
Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat
menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas.
c. Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr.

6.1.2 Mutu Baja Tulangan.


Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai
berikut :
a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik
2080 Kg/Cm2.
b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-32 / besi ulir )
dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2.
c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan wiremesh
U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

6.2. PERSYARATAN BAHAN BETON.


6.2.1 Semen.
a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar Inggris
BS 12.
b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah PADANG, TIGA RODA
HOLCIM, dan ANDALAS serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk
semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan
contoh-contoh tersebut.
Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus
tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan
tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai
semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua
semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.

d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan
setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat
penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu
pengambilan.
• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30
cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup
besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan
harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk semen
secara terpisah- pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh,
menghitung zak-zak dan memindahkannya. Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk
lebih tinggi dari 2 meter.
• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian rupa
sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan
dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor
untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi
segala timbangan untuk untuk keperluan penyelidikan.
• Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang
semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan
pemakaian semen seluruhnya.
• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila
dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian
pekerjaan.

6.2.2 Pasir dan kerikil


a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir
dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran,
pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran
buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan
penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga timbulnya pemisahan dan
pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang
ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air
rembesan. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk
pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna
dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari
timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman berikutnya.

c. Pasir
• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu pasir
yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan
yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan
Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang
cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari
sebelum diperlukan.
• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-
bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil yang
tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.
• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih
dari 5% berat pasir.
• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika
diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk
beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan
No. Persentase satuan timbangan tertinggal di saringan
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3 - 7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah


15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8
dapat naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil )


• Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa kerikil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu.
• Kebersihan dan mutu
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah,
tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari
substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase dari
semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya.
Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori.
Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
• Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat.
- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan
dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.

Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan
Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk
menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

6.2.3 A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus bebas dari
lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam
jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan
yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

6.2.4 Baja Tulangan


a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar Indonesia
untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat
keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan,
untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap
bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak,
gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja
tulangan dengan beton.
c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka wiremesh
yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC LYSAGHT.

6.2.5 Cetakan ( bekisting )


a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal minimum 12
mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu Borneo Super
ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan
yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana.
b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik
(schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

6.2.6 Water stop


Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian- bagian yang
harus kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan tempat-tempat basah lainnya
sesuai dengan Gambar Kerja.
Water stop yang digunakan adalah NODROP dan AQUAPROOF, tipe disesuaikan dengan posisi
joint dengan minimum lebar 20 cm.

6.2.7 Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara terputus,
untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan design dan perhitungannya.
Bonding agent yang dipergunakan adalah Produk dari LEMKRA berupa material liquid
berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic digunakan pada sambungan pengecoran
beton lama dan baru khusus untuk daerah kering. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk
pabrik.

6.2.8 Admixture
a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton Produk dari LEMKRA
b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila waktu
pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu penuangan
beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan
adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per 100 kg. semen.
Pencampuran dilakukan di Batching Plant.
c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan mencapai
kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer adalah CONPLAST
SP 430D dengan takaran 0,60 – 2,00 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di
dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam cetakan.

6.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

6.3.1 Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton


a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971.
Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan
hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3) diuji pada umur 7 hari, 14 hari
dan 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-
benda uji harus memberikan hasil σ’bk ( kekuatan tekan beton karakteristik ) yang lebih
besar dari yang ditentukan di dalam table, 4.2.1. PBI-1971.
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari sesuai
dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah rapat.

6.3.2 Komposisi campuran Beton


a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil dan air seperti
yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang tertentu /
serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik / tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi
ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“. Campuran yang
direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan
karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah
atau Badan yang sudah terbukti akreditasinya.
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak
boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran
mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan
memuaskan.
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu,
harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton
yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan kekuatan
yang dikehendaki.
f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton
dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air
semen.
g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan,
maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank /
parapet, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya,
maksimum 0,55.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang
dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak
berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.

6.3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton


a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin
beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan
lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (
mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang
terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang adalah sama sekali tidak
diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat
perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm. dan tidak
melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan.
Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak
untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian
biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971.
Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan NI-2 PBI-1971,
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh
pemeriksaan yang representatif.

6.3.5 Pekerjaan Selimut Beton


Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu
untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada
masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Balok sloof = 4,0 cm.


b. Kolom = 4,0 cm.
c. Balok = 3,0 cm.
d. Pelat beton = 2,0 cm.

6.3.6 Pekerjaan Mengaduk


a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton (
“batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu
pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam
komposisi atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan atau
diganti.
d. Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur sedemikian rupa,
sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap
mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan
menghitung jumlah adukan.

6.3.7 S u h u
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari
4,5oC. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC - 32oC, beton harus diaduk di
tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton
melebihi 32oC sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus
mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mencampur
dengan es dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu
beton waktu dicor pada suhu dibawah 32o C.
6.3.8 Pekerjaan Rencana Cetakan
Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar
rencana.
Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan
mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya
perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak
dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera menanggulangi bentuk
yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya sendiri.

6.3.9 Pekerjaan Konstruksi Cetakan


a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga
dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi / diminyaki
dengan minyak bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat
mencegah secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan
melepas bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya setelah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton
dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.
c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan
tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.
d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga
tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

6.3.11 Pekerjaan Pengangkutan Beton


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan
nilai slump.

6.3.12 Pekerjaan Pengecoran


a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan
beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi,
penyokong, pengikatan dan lain- lainnya telah selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran
dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (
cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan
dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor -
tidak akan diserap.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor beton baru,
harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru. Pembersihan harus
berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau
rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari
permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang
masih akan berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.
e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta Staf
Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan persiapannya betul-betul
telah memadai.
f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ke
tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak
mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari
agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi,
atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan.
Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus
mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan
beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm.
Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila
pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun hujan yang
lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan,
air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint, dan air semen
atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan
tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat- syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter.
Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana
diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit / terbatas.j. Setiap lapisan beton harus
dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan
menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan
beton dengan airnya.
Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar yang beroperasi dengan kecepatan
paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke dalam beton.

6.3.13 Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan
kerusakan pada beton. Beton yang masih muda / lunak tidak diijinkan untuk dibebani.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan
teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai
disetujui Konsultan Pengawas
b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka, yaitu
minimum 3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof. 7 hari untuk
dinding-dinding pemikul dan kolom. 21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan
tangga.

6.3.14 Perawatan ( Curing )


a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau
disemprot dengan Curing Agent CONCURE P yang berupa bahan cair / liquid material
dimana setelah mengering berbentuk membrane clear dan berfungsi sebagai pelindung
(curing compound) untuk menahan / mencegah penguapan air dari dalam beton,
dengan takaran pemakaian untuk 1 liter adalah 5 – 6 m2.
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung
minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau
karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran
dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan dengan air pada
permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini
bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-
lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa
tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan
dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran
6.3.15 Pekerjaan Perlindungan (Protection).
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

6.3.16 Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton


a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan
yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan,
atau ternyata ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu dianggap sebagai
tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor
atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan ijinnya untuk
memperbaiki/menambal tempat yang rusak, dalam hal mana perbaikan harus
dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang
kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-lubang karena keropos,
ketidak-rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu
gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang pahatan
harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan
terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama
24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian
bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang
dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi
seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1pc : 3ps ) dengan ketebalan yang tidak
melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding yang berbatasan (yang bersambungan) sesuai
dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi kelurusan (
pencekungan atau Pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari L / 1000 untuk
semua komponen.

PASAL 6
PEKERJAAN SANITASI

Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam pekerjaan sanitasi ini dilaksanakan/ dikerjakan dengan
rencana dan syarat-syarat yang meliputi :

1. Instalasi Air Bersih


a. Untuk mengaliri air bersih, digunakan pipa PVC tipe AW diameter ½" galvanis atau yang
lain yang kualitasnya setara dengan dengan merek yang ada.
b. Pemasangan keran stainless ½" kualitas baik untuk air besih termasuk untuk keran di
KM/WC
2. Intalasi Air Kotor
a. Untuk mengaliri air kotor, digunakan pipa PVC tipe AW diameter 2" untuk pembuangan
air kotor dari kegiatan MCK merek galvanis atau yang lain yang kualitasnya setara
dengan dengan merek yang ada.
b. Pemasangan saringan air/floor drain yang dilengkapi dengan penyekat bahu,
digunakan/dipasang sebagai penyaring air kotor dari kegiatan MCK.
3. Instalasi Jamban
a. Klosed yang digunakan untuk membuang tinja disesuaikan dengan jenis klosed yang
terdapat pada daftar harga dan kuantitas.
b. Klosed dipasang dalam KM/WC dilengkapi dengan pipa pembuangan pembuangan
khusus untuk pembuangan tinja dengan pipa PVC tipe AW
diameter 3".
c. Pipa pembuangan tinja dipasang sampai pada tangki septic dan rembesan.

PENYEKAT-PENYEKAT AIR
1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada sambungan- sambungan
bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Kontraktor harus menyiapkan
semua penyekat-penyekat air termasuk lem PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan
penyambung lainnya.
2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices), penyatuan dan
lengkungan-lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk penyekat air, pertemuan
perpotongan-perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan gambar-gambar
atau seperti ditunjukkan oleh Konsultan Perencana.
3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-petunjuk pabrik pembuat
dan penggunaan material yang disyahkan oleh pabrik dan harus dibentuk sedemikian rupa agar
menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air
4. Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan posisi joint
dengan lebar minimum 20 cm.

PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
8.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


a. Pembuatan dinding.
c. Pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

8.2. PERSYARATAN BAHAN.

8.2.1. Bata Ringan (Habel).


Batu bata ringan yang digunakan bata celkone ex. lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui
Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku dan sama ukurannya 10x20x40.Sebelum
pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh, disertai data teknis dari batu
bata yang akan dipakai kepada Konsultan, Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

8.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

8.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

8.2.4. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

8.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

8.3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil,
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja.

8.3.2. Pasangan bata ringan / bata celkone, dengan menggunakan aduk MU-300,PM-100 Pada saat
diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata tersebut.

8.3.3. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan dengan
sapu lidi dan kemudian disiram air

8.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi harus sama
setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

8.3.5. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301,PM-200 harus dibasahi dengan
air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan
8.3.6. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di pasang
keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam dinding/berkeringat kering,
dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-300 atau pemasangan keramik dinding.

8.3.7. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-10 lapis setiap
harinya, diikuti dengan cor kolom praktis Pekerjaan pemasangan harus benar-benar
vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal dan horizontal.
Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini
ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

8.3.8. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan balok
penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 10 mm,
beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.

8.3.9. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak diperkenankan.
Kecuali Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm,
yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
ditanam dalam pasangan bata ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain

8.3.10 Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2 %. Bata yang
patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan

8.3.11. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13 cm
dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan
benar-benar tegak lurus.

8.3.12. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan
menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finish
terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas Biaya ini ditanggung oleh
Kontraktor dan tidak dapat di-klaim .
PASAL 8
PEKERJAAN PLESTERAN

9.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
• Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata rinagan dan permukaan beton.
• Plesteran kedap air.
• Plesteran biasa.
• Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

9.2. PERSYARATAN BAHAN.

9.2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

9.2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

9.2.3. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

9.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

9.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.


Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau
bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

9.3.2. Jenis plesteran.


a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan.
Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu Dipakai untuk :
• Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke
permukaan tanah dan atau lantai.
• Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.
b. Plesteran biasa adalah campuran .Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan
batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian
dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
c. Plesteran kedap air adalah campuran .Aduk plesteran ini untuk :
• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.
• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan
harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150
cm. dari permukaan lantai.
• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai
20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran Semen Mortar dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai
lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah kering benar.

9.3.3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran
aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi
30 menit, terutama untuk plesteran kedap air.
c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk
pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.
Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung
kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua
lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk
plesteran.
e. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain,
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan
ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.
Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.
f. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.
g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom
seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran
adalah maksimal 1 cm.
Jika ketebalan melebihi 1 cm, maka diharuskan menggunakan kawat
ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang
bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
h. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.

9.3.4 Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup yang
dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan- kerusakan dan pengotoran
dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.
c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu,
cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut
di atas.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
dijadikan sebagai pekerjaan tambah.
PASAL 10
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI )

10.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi :
• Pekerjaan perlengkapan pintu seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.

10.2. PERSYARATAN BAHAN.


Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Buku Spesifikasi ini.

Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
secara tertulis dari Pemberi Tugas.

Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari


Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap. Pemilihan “hardware”
pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

a. Kotak Kunci (“Lockcase”).


1. Mekanisme : 2 kali kunci (“double lock”).
Pemakaian : Semua pintu tunggal dan pintu ganda dengan rangka aluminium.
Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah silang (latch bolt)
dan lidah malam (rolling dead bolt).
2. Mekanisme : 1 kali kunci (“single lock”)
Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa rangka (frameless door glass)
Spesifikasi : Lockcase pada bagian bawah dan atas pintu frameless.

b. Kunci (“Cylinder”).
1. Pemakaian : Semua pintu Rolling Door
Spesifikasi : Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya (Double
Cylinder).
2. Pemakaian : Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas.
Spesifikasi : Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan tombol pada sisi
dalam (Knob Cylinder).
3. Pemakaian : Khusus Kios
Spesifikasi : Pada sisi luar dapat dibuka dengan menggunakan koin dan
tombol pada sisi dalam
Produk : SES, CISA atau setara.
Warna : Ditentukan kemudian.
e. Pegangan (“Handle”).
1. Pemakaian : Untuk semua pintu kecuali pintu frameless.
Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt) secara
mekanis. Pemasangan menyatu dengan silinder kunci.
Dilengkapi dengan penutup lubang kunci.
Produk : SES, CISA atau setara.
Warna : Ditentukan kemudian

Spesifikasi : Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa rangka


(frameless).
Warna : Ditentukan kemudian.

e. Penahan Pintu (“Door Stopper”).


Pemakaian : Seluruh pintu.
Spesifikasi : Bahan karet.

10.2.3. Kehandalan kerja.


Seluruh perangkat perlengkapan pintu d ini harus bekerja dengan baik sebelum dan
sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan
halus.

10.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

10.3.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi
fabrikasi, dan pemasangannya untuk setiap tipe pintu dan jendela. Shop drawing harus
disetujui dahulu oleh Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.
10.3.2. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht khususnya
lockcase, handle dan backplate harus rapi dan sesuai dengan letak posisi yang
telah ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau petunjuk Konsultan Pengawas.
Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa
tambahan biaya.
10.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada
pintu-pintu umum biasa.
Engsel pintu toilet / peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as) dari permukaan
bawah pintu.
Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik.
10.3.4. Door stopper untuk pintu toilet / peturasan, dipasang pada dinding dengan
minimum ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu lain, dipasang
pada lantai.
Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada saat pintu
terbuka.
Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan harus
sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuat.
PASAL 10
PEKERJAAN ATAP METAL

11.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
Pekerjaan pemasangan atap metal zincalume / aluzinc, lengkap dengan asesori penutup
bubungan, akhiran bubungan, penutup jurai dan ampig dan atau sesuai Gambar Kerja.

11.2. PERSYARATAN BAHAN.

11.2.1. Bahan utama : Zincalume / aluzinc.


Ketebalan : 0,45 mm. untuk atap ( 4,58 kg/m2 ) dan 0,55 mm. untuk flashing /
capping ( 2,53 kg/m2 ).
Ukuran : Lebar efektif 1020 mm. dan atau sesuai Gambar Kerja.
Produk : UNION DECK / LION DECK.
Warna : Ditentukan kemudian.

11.2.2. Aksesories (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet kedap air), lembar
pelindung (flashing), lembar penutup bubungan (capping), sealant dan lain-lain harus
dari bahan dan tipe yang sama dengan penutup atap dan atau mengikuti spesifikasi
yang ditentukan pabrik.

11.2.3. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara
pemasangan.

11.2.4. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi
Tugas berhak meminta Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus
diawasi oleh tenaga ahli / supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya
tanggungan Kontraktor.

11.2.5. Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan dipasang,
rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana pemasangan dimulai.

11.2.6. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan bahwa
permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum satu bidang,
dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka penumbu / gording.
Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak
diperkenankan dipasang langsung di bawah plat kait.
Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan
pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak
penyangga kecil.
11.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait.
Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran
harus memenuhi persyaratan pabrik.

11.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm. dengan
menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan plat
kait tersebut.
Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu
sekrup atau baut pada plat kait tersebut.

11.2.9. Pada lembaran akhir di bagian atas, sisi tepi atas lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut. Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam bangunan.
Penekukan dapat dilaksanakan sebelum ataupun sesudah lembaran dipasang.

11.2.10. Pada lembaran akhis di bagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam
bangunan. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut.

11.2.11. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan
ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan
ukuran yang lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir harus memenuhi persyaratan
pabrik.

11.2.12. Khusus untuk penutup bubungan (capping), Kontraktor harus sudah menyediakan
lubang pada ujung atas penutup bubungan (capping) untuk tiang penangkal petir,
lengkap dengan karet. Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang
penangkal petir.

11.2.13. Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik sesuai
dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan terpasang.
Penakikan dilakukan dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus untuk
pekerjaan tersebut.
Setelah ditakik, barulah kedua sisi tepi penutup bubungan (capping) ditekuk ke
bawah dengan alat penekuk yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut hingga
menutup sampai lembah antara 2 (dua) rusuk lembaran. Penutup bubungan
(capping) disekrupkan pada setiap rusuk lembaran.

11.2.14. Pemasangan flashing, capping, fixing strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh
Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik pembuat walaupun belum
ataupun tidak tercantum dalam Gambar Kerja maupun Gambar Pelengkap sehingga
didapat hasil yang baik, terhindar dari kemungkinan kebocoran. Dalam kasus ini,
Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.

11.2.15. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus,
garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal
maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.

11.2.16. Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat di
atas gording.

PASAL 11
PEKERJAAN LANGIT – LANGIT

Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam pekerjaan langit-langit ini


dilaksanakan/dikerjakan dengan rencana dan syarat-syarat yang meliputi :

1. Plafond Berbahan Triplek


a. Khusus untuk langir-langit pada area , dan lain-lain, pekerjaan langit-langitnya
menggunakan bahan Tripelk dengan rangka Kayu
b. Rangka dan penutup plafon dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pekerjaan yang rapi.
c. Rangka dan penutup plafon dibuat berdasarkan petunjuk pada gambar serta pada daftar
kuantitas dan harga.
2. List Plafond
a. Setelah semua pekerjaan plafon telah dikerjakan, maka pada sudut pertemuan antara dinding
dan plafon dipasangkan list plafon dengan ukuran dan bentuk yang terdapat pada gambar
rencana atau pada daftar harga dan kuantitas.
b. Pada saat pemasangan rangka plafon, penutup plafon, dan list plafond, harus dibuat dengan
benar/teliti agar tidak bergelombang dan rapi.

PASAL 13
PEKERJAAN PENGECATAN

13.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
• Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton ,
• Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
• Termasuk pengecatan dasar (plamuur, menie dan lain-lain).

13.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton Semua
permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton yang tampak (exposed)
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

13.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti
tercantum dalam Gambar Kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai dengan cat finish.
b. Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed) dicat hanya
sampai dengan cat dasar.
13.2. PERSYARATAN BAHAN.
13.2.1. Cat Tembok Exterior.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan garam.
Tipe exterior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara.
13.2.2. Cat Tembok Interior.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt emulsion. Produk
SUNLEX, ICI atau setara.

13.2.3. Cat Logam & Kayu.


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior
& exterior gloss paint. Produk , SEIV atau setara.

13.2.4. Lapisan Primer.


Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI Atau setara.

13.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan.
Pembuktian berupa :
• Segel kaleng
• Test BD
• Test laboratorium
• Hasil akhir pengecatan

Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian ini
harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke Konsultan
Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.

13.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan
akhir).
13.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan
Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh
Perencana dan Konsultan Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan dengan
pembuatan “mock-up”.
13.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk
kemudian akan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis
cat yang dipakai.
Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas
identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh
Pemberi Tugas untuk perawatan.

13.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


13.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan
lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

13.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus
dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

13.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk
pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi
yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar.
Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus
memakai kipas angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.

13.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum
cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.

13.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.Penyemprotan hanya
boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
13.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain
kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas, terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

13.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan /
material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

13.3.8. Standar Pengerjaan (“Mock-Up”).


Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material
dan cara pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
dan Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan.

13.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

13.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang


direkomendasikan oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan pekerjaan
dari pabrik.
13.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton
a. Sebelum Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau
noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat
dan dalam kondisi kering.
b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan
roller.
c. Permukaan Interior.
-. Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).
-. Lapisan Kedua dan Ketiga :
• Cat jenis Interior Setara Dulux.
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.
d. Permukaan Exterior.
- Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).
- Lapisan Kedua dan Ketiga :
• Cat jenis Exterior .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2 per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.
13.3.12. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan.
a. Persiapan Sebelum Pengecatan.
Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / millscale), karat, minyak, lemak dan
kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan yang
dimaksud menampilkan tampak logam yang halus dan mengkilap.
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire
Brush). Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang
bersih.
Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam harus
mendapat “solvent treatment” untuk menghilangkan lemak dan kotoran.
b. Pelaksanaan pengecatan.
- Lapisan Pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan / material
logam terpasang. Cat primer SEIV.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
- Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
- Lapisan Ketiga dan Keempat : Cat akhir (“finish”) , SEIV.
Pelaksanaan dengan kuas Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam.
Warna ditentukan kemudian.
13.3.13. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan.
Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar
SEIV 1 (satu) lapis. Pelaksanaan dengan kuas.

PASAL 13
PERSONIL INTI// TENAGA AHLI/TEKNIS/TERAMPIL MINIMAL

Tenaga Ahli/ Personil Inti/Teknis/Terampil Minimal yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini adalah :
1. Project Manager 1 (satu) orang, memiliki pengalaman kerja minimal 5 (Lima) Tahun, Memiliki
keahlian Gedung / Bangunan, Memiliki SKA, Ahli Teknik Bangunan Gedung – Muda KODE
(201). Dengan Pendidikan S1 Teknik Sipil.
2. Pelaksana Lapangan 1 (satu) orang, memiliki pengalaman kerja minimal 5 (Lima) Tahun,
3. Juru Gambar 1 (satu) orang, memiliki pengalaman kerja minimal 3 (Tiga) Tahun.
4. Tenaga Administrasi/Keuangan 1 (satu) orang, memiliki pengalaman kerja minimal 3 (Tahun)
Tahun, Dengan Pendidikan Minimal STM/SMA Sederajat.

Anda mungkin juga menyukai