ABSTRAK
Geologi regional Jawa Barat dipengaruhi oleh interaksi tumbukan antara Lempeng India-Australia dengan Lempeng Eurasia.
Akibat tumbukan dua lempeng ini, di Jawa Barat berkembang sejumlah struktur sesar yang dapat dikelompokan menjadi 4,
yaitu sesar berarah utara-selatan, baratlaut- tenggara, timurlaut-baratdaya dan barat-timur.
Sesar utara-selatan yang dikelompokan kedalam Pola Sunda, merupakan sesar paling tua dan pembentuk cekungan Paleogen
di Jawa Barat. Sistem tegasan Pola Sunda dipengaruhi oleh tektonik transtensional dan secara keseluruhan membentuk pola
struktur negative flower structure.
Perubahan tektonik di Jawa Barat berlangsung pada periode Plio-Plistosen. Pada saat itu sistem tegasan dipengaruhi oleh
tektonik kompresi yang menghasilkan struktur lipatan anjakan berarah barat-timur (Pola Jawa). Pada periode tektonik yang
sama terbentuk sejumlah sesar mendatar berarah baratlaut- tenggara (Pola Sumatra) dan timurlaut-baratdaya (Pola Meratus)
Secara fisiografinya Menurut van bammlen (1949) fisiografi daerah jawabarat terbagi kedalam 4 zona, yaitu zona Dataran
pantai Jakarta, zona bogor, zona bandung, dan zona pegunungan selatan.
PENDAHULUAN
Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung
Di daerah Jawa Barat terdapat banyak pola Tanggubanperahu - Burangrang dan diduga
kelurusan bentang alam yang diduga merupakan menerus ke timurlaut menuju Subang. Secara
hasil proses pensesaran. Jalur sesar tersebut keseluruhan, jalur sesar ini berarah timurlaut-
umumnya berarah barat-timur, utara-selatan, baratdaya dengan jenis sesar mendatar hingga
timurlaut-baratdaya, dan baratlaut-tenggara. Secara oblique (miring). Oleh Martodjojo dan Pulunggono
regional, struktur sesar berarah timurlaut-baratdaya (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola
dikelompokkan sebagai Pola Meratus, sesar berarah Meratus.
utara-selatan dikelompokkan sebagai Pola Sunda,
dan sesar berarah barat-timur dikelompokkan Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara
sebagai Pola Jawa. Struktur sesar dengan arah barat- Jawa merupakan sesar naik dengan arah relatif
timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan barat-timur, membentang mulai dari Purwakarta
struktur sesar dengan arah lainnya berupa sesar hingga ke daerah Baribis di Kadipaten-Majalengka
mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah (Bemmelen, 1949). Bentangan jalur Sesar Baribis
bervariasi. dipandang berbeda oleh peneliti lainnya.
Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik
Dari sekian banyak struktur sesar yang Baribis menerus ke arah tenggara melalui
berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur kelurusan Lembah Sungai Citanduy, sedangkan
regional yang memegang peranan penting, yaitu oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke
Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, dan Sesar arah timur hingga menerus ke daerah Kendeng
Lembang. Ketiga sesar tersebut untuk pertama (Jawa Timur). Penulis terakhir ini menamakannya
kalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) sebagai “Baribis-Kendeng Fault Zone”. Secara
dan diduga ketiganya masih aktif hingga sekarang. tektonik, Sesar Baribis mewakili umur paling muda
di Jawa, yaitu pembentukannya terjadi pada periode
Sesar Cimandiri merupakan sesar paling Plio-Plistosen. Selanjutnya oleh Martodjojo dan
Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan
tua (berumur Kapur), membentang mulai dari Teluk
sebagai Pola Jawa.
Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah
regional geological report 2019
Sesar Lembang yang letaknya di utara Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat,
Bandung, membentang sepanjang kurang lebih 30 merupakan dataran tinggi dengan puncak di
km dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar sebelah selatan Bandung. Terletak memanjang dari
normal (sesar turun) dimana blok bagian utara
Pelabuhan Ratu sampai Pulau Nusakambangan di
relatif turun membentuk morfologi pedataran
(Pedataran Lembang). Van Bemmelen (1949), sebelah selatan Segara Anakan dengan lebar + 50
mengaitkan pembentukan Sesar Lembang dengan km menyempit hingga beberapa kilometer di
aktifitas Gunung Sunda (G. Tangkubanperahu sebelah timur. Pegunungan Selatan seluruhnya
merupakan sisa-sisa dari Gunung Sunda), dengan merupakan sisi selatan geantiklin Jawa yang
demikian struktur sesar ini berumur relatif muda mengalami masa pengerutan yang melandai ke
yaitu Plistosen. selatan menuju Samudera Hindia. (Gambar.2)
Tanggal: 15-07-2019
Kordinat X; 0697448 Y; 9235073
Ciri-Ciri Litologi :Secara umum
konglomerat tersebut memiliki warna abu-abu
kehitamana, ukuran butir kerikil hingga
Batulempung ini memiliki kedudukan
kerakal, bentuk butir membundar sampai
N321°E/45°.
membundar tanggung, kemas terbuka,
pemilahan baik, sementasi karbonat, dengan Gambar 4. Satuan Batulempung sisipan Batubara
Tanggal: 15-07-2019
Koordinat: X; 0697352 Y; 9235078
Ciri-Ciri Litologi : Secara umum
batulempung tersebut memiliki warna abu-abu
kehitaman,ukuran butir lempung, sementasi
karbonat, dengan sisipan batubara. Gambar 5. Satuan batuan Batugamping formasi
Rajamandala
regional geological report 2019
Tanggal: 16-07-2019
Koordinat: X; 0659855 Y; 9205431
Ciri-Ciri Litologi :
Secara umum Batupasir tersebut memiliki
warna abu-abu kehitaman, ukuran butir pasir
Gambar 9. Amphiteater paninjauan
sedang hingga pasir kasar, bentuk butir
membundar sampai membundar tanggung, STASIUN 5 JEMBATAN CILETUH
kemas tertutup, pemilahan baik, sementasi
karbonat, dengan komposisi kuarsa dan LP 9 Satuan Batupasir Selang Seling
biotit. Sedangkan batulempung tersebut Batulempung Formasi Jampang
memiliki semen karbonat. Breksi yang Tanggal: 16-07-2019
berperan sebagai sisipan memiliki warna Koordinat: X; 0668447 Y; 9198444
Ciri-Ciri Litologi :
coklat kehitaman dengan ukuran butir kerikil
dan kerakal bentuk butir menyudut dengan Secara umum Batupasir tersebut memiliki
komposisi batuan beku (fragmen), terpilah warna abu-abu kehitaman, ukuran butir pasir
buruk, sementasi karbonat dengan sedang hingga pasir kasar, bentuk butir
membundar sampai membundar tanggung,
kedudukan N345°E/57°. satuan batuan ini kemas tertutup, pemilahan baik, sementasi
terendapkan pada lingkungan pengendapan karbonat, dengan komposisi mineral kuarsa
laut dangkal. dan kalsit dengan kedudukan N195°E/4°.
Sesar Lembang yang letaknya di utara sebelumnya. Struktur yang baru ini
Bandung, membentang sepanjang kurang membentuk pola lipatan anjakan (Pola
lebih 30 km dengan arah barat-timur. Sesar ini Jawa) yang disertai oleh sesar-sesar
berjenis sesar normal (sesar turun) dimana mendatar berarah baratlaut-tenggara (Pola
blok bagian utara relatif turun membentuk Sumatra) dan timurlaut-baratdaya (Pola
morfologi pedataran (Pedataran Lembang). Meratus).
Van Bemmelen (1949), mengaitkan DAFTAR PUSTAKA
pembentukan Sesar Lembang dengan aktifitas Van Bemmelen, R.W., 1949, The geology of