Anda di halaman 1dari 9

BAB II

MEMBANGUN PERSATUAN PERSPEKTIF AGAMA ISLAM

A. Konsep Rahmatan Li Al ‘Alamin Agama Islam


Islam sebagai agama rahmatan li al ‘alamin yang artinya islam adalah agama
pembawa rahmat bagi semesta alam. Pernyataan ini sebenarnya sudah terdapat pada
firman Allah:

َ‫َاك إِ اَّل َر ْح َمةً ِل ْلعَالَ ِمين‬


َ ‫س ْلن‬
َ ‫و َما أ َ ْر‬
“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam.” 1

Agama Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak dari orang-
orang yang salah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak orang yang salah dalam
praktik beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah. Quraish Shihab
dalam tafsirnya al-Mishbah menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: Rasul
adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran, tetapi juga sosok
dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan Allah Swt kepada beliau.
Ayat ini tidak menyatakan bahwa Kami Tidak mengurus engkau untuk membawa
rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam.2
Kebenaran risalah islam yang dibawa nabi Muhammad kepada umatnya terletak
pada kesempurnaan pada islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran,
ajaran satu dengan lainnya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Maka islam
dapat kita lihat dari tiga segi yaitu sisi akidah, Akhlaq dan syari’ah.
Alquran telah menjadikan dasar-dasar ajaran bagi kegidupan manusia yang
dinamis. Alquran telah memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengambil
kesimpulan terhadap huku-hukum yang furu’iyah. Begitu juga kegiatan-kegiatan
lain yang dalam hal pelaksanaanya sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi
kehidupan, yang semuanya tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Dari sini dapat kita pahami bahwasannya Alquran benar-benar sempurna dalam

1
Alquran, 21: 107
2H.M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jilid 8,
(Ciputat:Lentera Hati, 2009), 159.

4
5

ajarannya baik sebagai hukum maupun pedoman hidup bagi manusia. Seperti dalam
firman Allah:

َ‫ش ْىءٍ َو ُهدًى َو َر ْح َمةً َوبُ ْش َر َٰى ِل ْل ُم ْس ِل ِمين‬ َ َ ‫علَي َْك ْٱل ِك َٰت‬
َ ‫ب تِ ْب َٰيَنًا ِل ُك ِل‬ َ ‫َون اَز ْلنَا‬
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri”.3
Konsep islam rahmatan lil ‘alamin ini sudah terbukti melalui piagam
madinah sebagai bentuk operasionalnya. Saat piagam ini dideklarasikan pada abad
ke–7, umat muslim hanya 15 persen dari mayoritas penduduk madinah yang
beragama yahudi dan nasrani. Karena hal ini merupakan nilai kemanusiaan yang
harus dijunjung tinggi, maka pihak mayoritas pun menyetujui dan menerima
piagam yang disusun nabi Muhammad tersebut. Maka yang dimaksud islam
rahmatan li al alamin adalah agama islam yang kehadirannya ditengah kehidupan
masyarakat mampu mewujudkan perdamaian serta kasih sayang bagi seluruh alam
semesta.

B. Pandangan Islam Tentang Membangun Persatuan Dalam Perbedaan


Multikulturalisme adalah kearifan untuk melihat keanekaragaman budaya
sebagai realitas fundamental dalam kehidupan bermasyarakat.4 Dalam agama islam
memandang keberagaman agama dan ras mempunyai konsep yang baik.
Sebagaimana yang telah disebutkan berulang kali oleh Allah didalam Al Qur’an,
islam sangat menjunjung tinggi keberagaman karena hal tersebut meupakan
sunnatullah yang harus kita hormati keberadaannya. Seperti dalam firman Allah:

‫ارُفُ َٰٓو ۟ا ۚ ِإ ان أَ ْك َر َم ُك ْم‬


َ ‫شعُوبًا َوَقَبَا َٰٓ ِِئ َل ِلتَ َع‬ ُ ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلنا‬
ُ ‫اس ِإناا َخلَ ْق َٰ َن ُكم ِمن ذَ َك ٍر َوأُنث َ َٰى َو ََج َع ْل َٰ َن ُك ْم‬
ٌ ِ‫ع ِلي ٌم َخب‬
‫ير‬ ‫ٱَّللِ أَتْقَ َٰى ُك ْم ۚ إِ ان ا‬
َ َ‫ٱَّلل‬ ‫ِعندَ ا‬

3
Alquran, 16: 89
4
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 103
6

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal”5

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu menghendaki hubungan dalam


masyarakat dengan hidup berdampingan secara damai. Guna mewujudkan
kehidupan secara damai maka hendaklah dimiliki sikap menghargai. Manusia
diciptakan dengan kemampuan yang berbeda-beda dan beragam. Sekiranya
masing-masing memiliki kemampuan yang sama, maka tidaklah perlu melakukan
hubungan satu sama lainnya, karena telah memandang dirinya cukup.
Dengan adanya keberagaman ini bukan berarti menganggap kelompok,
madzhab ataupun keberagaman lain yang paling benar akan tetapi setiap diri
manusia harus memiliki sikap menghargai antar perbedaan. Keberagaman akan
menjadi sebuah keunggulan dalam negara, terdapat bermacam-macam identitas
dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu yang dapat diusung sebagai modal
dalam identitas nasional, oleh karena itu jika keragaman diakomodir dengan baik
akan menjadi sebuah keunggulan negara, tetapi sebaliknya keragaman ini juga
sangat berpotensi dalam terjadinya konflik jika tidak dikelola dengan baik oleh
negara atau kelompok masyarakat sendiri.6 Ketegasan syariah islam memberikan
gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap permasalahan keberagaman, dengan
mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan perdamaian.
Bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia menjadi bukti
bahwa negara ini sangat menghargai pluralisme kebudayaan. Islam tidak menolak
pluarisme dalam masyarakat, justru pluarisme telah dianggap sebagai sunnatullah.
Dengan demikian, makna pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan
mengatakan bahwa masyarakat kita beraneka ragam, tetapi pluralisme juga harus
disertai dengan adanya toleransi terhadap keragaman itu sendiri.

5
Al Qur’an, 49: 13.
6
Ardhana Januar Mahardhani dan Hadi Cahyono, Harmoni Masyarakat Tradisi Dalam Kerangka
Multikulturalisme,Jurnal Asketik, Vol. 1 No. 1 Juli 2017.
http://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/408/254, diakses tanggal 10 Desember
2018
7

Pada nalar Bhineka Tunggal Ika terdapat cara berfikir yang memandang
perbedaan agama dan semua perbedaan pada diri manusia sebagai sesuatu yang
tidak mutlak, karena dalam apa yang dipahami berbeda selalu ada sisi-sisi
kesamaan. Ketika melihat beragam perbedaan, sisi-sisi kesamaan tidak boleh
terlupakan atau tidak boleh dijauhkan dari ingatan.7
Bangsa ini dibangun dengan pilar bernama Bhinneka Tunggal Ika yang
telah mengantarkan kita sampai hari ini menjadi sebuah bangsa yang terus semakin
besar di antara bangsa-bangsa lain di atas bumi ini, yaitu bangsa Indonesia,
meskipun berbeda-beda tetapi satu.
Toleransi merupakan sikap atau kemampuan menghormati dan menghargai
keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.8 Sikap ini dapat mewujudkan
nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa, terlebih di Indonesia yang terkenal oleh
kemajemukannya. Tanpa toleransi mungkin setiap suku, ras, bahasa, dan agama
akan mendirikan negara sesuai dengan suku, ras, bahasa, dan agamanya. Dalam
konteks toleransi Islam mempunyai konsep yang sangat jelas yakni tidak ada
paksaan dalam beragama, seperti dalam firman Allah:

‫ِت َويُْؤْ ِم ۢن ِب ا‬
‫ٱَّللِ ُفَقَ ِد‬ ‫ٱلر ْشد ُ ِمنَ ْٱلغَ ِى ۚ ُفَ َمن َي ْكُفُ ْر ِب َٰ ا‬
ِ ‫ٱلَّٰطغُو‬ ُّ َ‫ِين ۖ َقَد ت ا َبيان‬ ِ ‫َّل ِإ ْك َراهَ ُفِى ٱلد‬ َٰٓ َ
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ ‫ام لَ َها ۗ َو ا‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َ ‫ص‬َ ‫س َك ِب ْٱلعُ ْر َوةِ ْٱل ُوثْ َق َٰى ََّل ٱن ُِف‬
َ ‫ٱ ْست َ ْم‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui9”

Ayat diatas menjelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama
islam. Ini berarti jika seseorang telah memilih satu akidah, katakan saja akidah
Islam, maka dia terikat dengan tuntutan-tuntutannya, dia berkewajiban
melaksanakan perintah- perintahnya.

7
Suhadi Cholil dkk, Pendidikan Intereligius (Jakarta: CDCC, 2016), 12
8
Ahmad Jaiz Hartono, Mengungkap Kebatilan Kayi Liberal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010),
52
9
Alquran, 1: 256
8

Untuk hidup saling menghargai dan menghormati antar perbedaan,


komunikasi menjadi sangat penting untuk mencegah munculnya masalah yang
lebih rumit, karena hidup selalu dinamis dan cepat berubah. Tanpa komunikasi,
hidup bermasyarakat akan diwarnai prasangka.10
Selain toleransi gotong-royong juga sangat menguntungkan dan menjadi
sebuah modal sosial yang sangat penting dalam menjaga perdamaian. Hal-hal yang
dapat dikaji dari aktivitas gotong-royong adalah bagaimana masyarakat yang
menjaga tradisi ini memandang hidup yang harus dijalani bersama dan dalam
memandang persoalan bersama. Nilai harmoni yang di dapat pada aktivitas gotong
royong yaitu selalu menanamkan rasa kebersamaan, menyadari bahwa semua orang
tidak dapat hidup tanpa orang lain.
Kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional dan
dinamis harus terus dipelihara dari waktu ke waktu. Kerukunan umat beragama
dapat diartikan sebuah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam
pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.11
Islam secara definisi adalah damai dan selamat. Definisi islam yang
demikian sering dirumuskan sebagai agama rahmatan li al alamin. Dengan latar
belakang demikian dapat diketahui bahwa islam tidak bisa menghapus semua
agama yang sudah ada.
Ajaran agama-agama memiliki tujuan membimbing manusia pada
kehidupan yang damai atau selamat. Untuk itu ajaran agama-agama dapat menjadi
sumber inspirasi sekaligus penggerak bagi upaya-upaya membangun hdiup damai.
Islam mengajarkan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam juga
menyadari bahwa keberagaman ras dan agama adalah kehendak Allah, oleh karena
itu tak mungkin disamakan. Dalam perspektif islam juga memiliki batasan dalam
bertoleransi. Seperti yang terjadi pada masa sahabat, bahwa ada seorang munafik

10
Cholil dkk, Pendidikan Intereligius…, 15
11
M. Abdul Kholiq Hasan, Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama di Indonesia
http://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/download/2008/1426, diakses pada
tanggal 26 November 2018
9

yang bernama Musailamah Al Kadzab mengakui dirinya sebagai nabi setelah


wafatnya nabi Muhammad SAW. Mengetahui hal tersebut para sahabat tidak
tinggal diam dan membiarkan pengikut Musailamah Al Kadzab terus menyebarkan
ajaran sesat. Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama islam
karena orang yang selaku muslim harus mempercayai bahwa nabi Muhammad
adalah utusan Allah dan tidak ada nabi setelah nabi Muhammad SAW.

C. Revitalisasi Nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika Perspektif Agama Islam


Bangsa Indonesia menjadikan Pancasila sebagai landasan ideologi yang
berjiwa persatuan dengan tetap menghargai serta menghormati kebhinnekaan untuk
setiap aspek kehidupan nasional guna mencapai tujuan nasional
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perlu adanya pemahaman
dan penghayatan yang lebih luas dan mendalam, terlebih lagi jika dihadapkan pada
kemajuajuan teknologi yang begitu pesat di era globalisasi ini. Makna bhinneka
tunggal ika dalam persatuan Indonesia adalah walaupun bangsa Indonesia terdiri
dari berbagai macam agama, suku, bangsa, kebudayaan dan adat-istiadat yang
beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan.
Bhineka Tunggal Ika mempunyai banyak peran penting dalam kemajuan,
kemakmuran, serta keamanan bangsa ini. Peran Bhineka Tunggal Ika yang paling
penting adalah sebagai pemersatu bangsa ini untuk meningkatkan derajat bangsa
agar dapat dilihat dan tidak dipandang sebelah mata
Implementasinya dalam kehidupan nasional adalah, memahami
kemajemukan sosial dan budaya atau multikulturalisme sebagai dasar untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa atau bisa disebut
dengan toleransi.
Indonesia merupakan negara yang majemuk sehingga banyak problematika
yang disebebkan oleh adanya perbedaan. Hal ini mengandung suatu pemikiran
bahwa bhineka tungal ika itu harus terwujud dalam tataran berpikir, berwacana dan
berbuat, dimana ketiga tataran ini merupakan satu kesatuan aksi tak dapat
10

dipisahkan satu sama lainnya.12 Dalam tatanan berpikir manusia memiliki


perbedaan satu sama lain, tetapi juga tidak sedikit yang menganggap bahwa
pemikirannya yang paling benar. Hal tersebut juga dapat terjadi dalam tataran
berwacana dan berbuat. Dalam tataran aksi, secara adil memberikan kesempatan
dan kesejahteraan sehingga membuat kehidupan anak bangsa ini menjadi lebih
maju dan berkualitas. Apabila kesadaran kita sebagai anak bangsa semakin dapat
kita tingkatkan, maka masing-masing orang akan menyadari bahwa jurang
perbedaan diantara kita terjembatani bahkan menyatu pada satu titik dimana
perbedaan sudah tidak ada.
Sebagai makhluk tuhan manusia diciptakan dengan pemikiran yang berbeda
beda sehingga memunculkan pemahaman yang berbeda pula. Akal pikiran manusia
tidak dapat dipakai sebagai standar kebenaran yang mutlak, karena masing masing
memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Adalah wajar jika terjadi perselisihan
paham atau tidak ada persesuaian pendapat. Masing-masing menilai dan memahami
sesuai dengan keceradasan yang dimilikinya 13
Diperlukan adanya hujjah dalam mempertemukan pendapat agar masing-
masing dapat memahami jiwa dan alam pikirannya. Jika tidak menemukan titik
temu, maka tidak ada jalan lain kecuali dengan setuju berbeda pendapat. Yang tidak
diperbolehkan dalam Islam adalah menganggap bahwa madzhab, kelompok atau
apa yang diwarisi dari nenek moyangnya adalah jalan yang paling benar.
Dalam kehidupan Intern umat muslim senidiri sering terjadi perbedaan
pendapat. Masing-masing menganggap seakan-akan pendapatnya sendiri yang
paling benar. Meskipun para imam mujtahid terdahulu senantiasa menghargai
pendapat ulama yang lain, akan tetapi pada kurun waktu generasi selanjutnya yang
hanya menjadi pengikut malah selalu menyalahkan pemahaman lain sehingga sulit
untuk menumbuhkan kerukunan antar umat Islam sendiri.

12
Arni Ayu, Bhinaka Tunggal Ika Sebagai Pemersatu Bangsa,
https://www.academia.edu/14352538/Bhinneka_Tunggal_Ika_sebagai_Pemersatu_Bangsa diakses
pada tanggal 29 September 2018
13
Imam Munawir, Sikap Islam Terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi dan Solidaritas, (Surabaya:
PT Bina Ilmu, 1984), 103
11

Bila dilihat dari sumber hukum ajaran islam, sebenarnya semua ajaran islam
bersumber dari Alquran dan Hadis. Yang menjadi permasalahan sebenarnya yaitu
tingkat pemahaman, metode serta letak geografis yang sangat memperngaruhi jalan
pikirannya.
Sebagai umat islam sebaiknya berpandangan luas dengan melakukan
perbandingan, sehingga tidak mempersempit pandangan serta dapat menghargai
buah pikiran orang lain. Seperti dalam firman Allah:

‫َّللاُ َوأُولَئِ َك ُه ْم أ ُولُو ْاْل َ ْلبَاب‬


‫سنَهُ أُولَئِ َك الاذِينَ َهدَا ُه ُم ا‬
َ ‫الاذِينَ يَ ْستَ ِمعُونَ ْالقَ ْو َل ُفَيَت ا ِبعُونَ أ َ ْح‬
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-
orang yang mempunyai akal”.14
Demikianlah, Islam dalam menghormati jalan berpikir seseorang yang
memiliki argumentasi dalam menentukan pandangan atau memberi keputusan.
Argumentasi yang dipandang cukup kuat bagi yang bersangkutan tidak boleh
diganggu, dan kita dilarang untukmemaksakan pendapat tanpa adu argumentasi.
Dalam mengemukakan berbagai pendapatnya, ulama-ulama Islam, terutama
yang diakui secara luas keilmuannya, mampu menunjukkan kedewasaan sikap dan
sikap toleransi yang tinggi. Mereka tetap mendudukkan pendapat mereka dibawah
Alquran dan Hadis, tidak memaksakan pendapat, dan selalu siap menerima
kebenaran dari siapa pun datangnya. Dapat dikatakan, mereka telah menganut
prinsip relativitas pengetahuan manusia. Sebab, kebenaran mutlak hanya milik
Allah. Mereka tidak pernah memposisikan pendapat mereka sebagai yang paling
benar sehingga wajib untuk diikuti.
Kesempitan pandangan berpikir dapat mengantarkan umat Islam kedalam
perpecahan, dan pada akhirnya menimbulkan rapuhnya persatuan karena masing-
masing menganggap kelompoknya yang yang paling benar. Sikap toleransi
menandakan bahwa seseorang yang bersangkutan memiliki pandangan yang luas.
Jika masing- masing mempunyai pendapat dengan dalil yang tepat dapatlah
memaksalan pendapatnya agar satu sama lain tunduk dan mengikuti pendapatnya.

14
Alquran, 39: 18
12

Jika tidak, maka tiada jalan lain selain untuk saling menghormati agar hubungan
persaudaraan tidak menjadi rapuh.
Perpecahan dikalangan kaum muslimin, yang diakibatkan karena kurang
toleran dalam mempertemukan aneka ragam jalan pikiran akan membawa impak
dalam golongan lain dalam upaya mempersatukan umat atau bangsa yang
dibebankan kepadanya.
Toleransi tidak hanya dalam kehidupan intern umat Islam tetapi sikap
toleransi juga harus ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
artian saling menghargai antar perbedaan.
Kaum muslimin yang merupakan bagian terbesar penduduk dunia
sangat memegang peranan penting dalam menjaga kerukunan baik dalam
lingkungannya sendiri, dengan lain agama atau antar bangsa-bangsa yang
sangat heterogen dalam memilih pandangan hidupnya.
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silahturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang
baik. Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak saling menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleran
beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual
agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan.

Anda mungkin juga menyukai