Agama Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak dari orang-
orang yang salah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak orang yang salah dalam
praktik beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah. Quraish Shihab
dalam tafsirnya al-Mishbah menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: Rasul
adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran, tetapi juga sosok
dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan Allah Swt kepada beliau.
Ayat ini tidak menyatakan bahwa Kami Tidak mengurus engkau untuk membawa
rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam.2
Kebenaran risalah islam yang dibawa nabi Muhammad kepada umatnya terletak
pada kesempurnaan pada islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran,
ajaran satu dengan lainnya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Maka islam
dapat kita lihat dari tiga segi yaitu sisi akidah, Akhlaq dan syari’ah.
Alquran telah menjadikan dasar-dasar ajaran bagi kegidupan manusia yang
dinamis. Alquran telah memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengambil
kesimpulan terhadap huku-hukum yang furu’iyah. Begitu juga kegiatan-kegiatan
lain yang dalam hal pelaksanaanya sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi
kehidupan, yang semuanya tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Dari sini dapat kita pahami bahwasannya Alquran benar-benar sempurna dalam
1
Alquran, 21: 107
2H.M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jilid 8,
(Ciputat:Lentera Hati, 2009), 159.
4
5
ajarannya baik sebagai hukum maupun pedoman hidup bagi manusia. Seperti dalam
firman Allah:
َش ْىءٍ َو ُهدًى َو َر ْح َمةً َوبُ ْش َر َٰى ِل ْل ُم ْس ِل ِمين َ َ علَي َْك ْٱل ِك َٰت
َ ب تِ ْب َٰيَنًا ِل ُك ِل َ َون اَز ْلنَا
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri”.3
Konsep islam rahmatan lil ‘alamin ini sudah terbukti melalui piagam
madinah sebagai bentuk operasionalnya. Saat piagam ini dideklarasikan pada abad
ke–7, umat muslim hanya 15 persen dari mayoritas penduduk madinah yang
beragama yahudi dan nasrani. Karena hal ini merupakan nilai kemanusiaan yang
harus dijunjung tinggi, maka pihak mayoritas pun menyetujui dan menerima
piagam yang disusun nabi Muhammad tersebut. Maka yang dimaksud islam
rahmatan li al alamin adalah agama islam yang kehadirannya ditengah kehidupan
masyarakat mampu mewujudkan perdamaian serta kasih sayang bagi seluruh alam
semesta.
3
Alquran, 16: 89
4
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 103
6
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal”5
5
Al Qur’an, 49: 13.
6
Ardhana Januar Mahardhani dan Hadi Cahyono, Harmoni Masyarakat Tradisi Dalam Kerangka
Multikulturalisme,Jurnal Asketik, Vol. 1 No. 1 Juli 2017.
http://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/408/254, diakses tanggal 10 Desember
2018
7
Pada nalar Bhineka Tunggal Ika terdapat cara berfikir yang memandang
perbedaan agama dan semua perbedaan pada diri manusia sebagai sesuatu yang
tidak mutlak, karena dalam apa yang dipahami berbeda selalu ada sisi-sisi
kesamaan. Ketika melihat beragam perbedaan, sisi-sisi kesamaan tidak boleh
terlupakan atau tidak boleh dijauhkan dari ingatan.7
Bangsa ini dibangun dengan pilar bernama Bhinneka Tunggal Ika yang
telah mengantarkan kita sampai hari ini menjadi sebuah bangsa yang terus semakin
besar di antara bangsa-bangsa lain di atas bumi ini, yaitu bangsa Indonesia,
meskipun berbeda-beda tetapi satu.
Toleransi merupakan sikap atau kemampuan menghormati dan menghargai
keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.8 Sikap ini dapat mewujudkan
nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa, terlebih di Indonesia yang terkenal oleh
kemajemukannya. Tanpa toleransi mungkin setiap suku, ras, bahasa, dan agama
akan mendirikan negara sesuai dengan suku, ras, bahasa, dan agamanya. Dalam
konteks toleransi Islam mempunyai konsep yang sangat jelas yakni tidak ada
paksaan dalam beragama, seperti dalam firman Allah:
ِت َويُْؤْ ِم ۢن ِب ا
ٱَّللِ ُفَقَ ِد ٱلر ْشد ُ ِمنَ ْٱلغَ ِى ۚ ُفَ َمن َي ْكُفُ ْر ِب َٰ ا
ِ ٱلَّٰطغُو ُّ َِين ۖ َقَد ت ا َبيان ِ َّل ِإ ْك َراهَ ُفِى ٱلد َٰٓ َ
ع ِلي ٌم
َ س ِمي ٌع ام لَ َها ۗ َو ا
َ ُٱَّلل َ صَ س َك ِب ْٱلعُ ْر َوةِ ْٱل ُوثْ َق َٰى ََّل ٱن ُِف
َ ٱ ْست َ ْم
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui9”
Ayat diatas menjelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama
islam. Ini berarti jika seseorang telah memilih satu akidah, katakan saja akidah
Islam, maka dia terikat dengan tuntutan-tuntutannya, dia berkewajiban
melaksanakan perintah- perintahnya.
7
Suhadi Cholil dkk, Pendidikan Intereligius (Jakarta: CDCC, 2016), 12
8
Ahmad Jaiz Hartono, Mengungkap Kebatilan Kayi Liberal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010),
52
9
Alquran, 1: 256
8
10
Cholil dkk, Pendidikan Intereligius…, 15
11
M. Abdul Kholiq Hasan, Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama di Indonesia
http://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/download/2008/1426, diakses pada
tanggal 26 November 2018
9
12
Arni Ayu, Bhinaka Tunggal Ika Sebagai Pemersatu Bangsa,
https://www.academia.edu/14352538/Bhinneka_Tunggal_Ika_sebagai_Pemersatu_Bangsa diakses
pada tanggal 29 September 2018
13
Imam Munawir, Sikap Islam Terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi dan Solidaritas, (Surabaya:
PT Bina Ilmu, 1984), 103
11
Bila dilihat dari sumber hukum ajaran islam, sebenarnya semua ajaran islam
bersumber dari Alquran dan Hadis. Yang menjadi permasalahan sebenarnya yaitu
tingkat pemahaman, metode serta letak geografis yang sangat memperngaruhi jalan
pikirannya.
Sebagai umat islam sebaiknya berpandangan luas dengan melakukan
perbandingan, sehingga tidak mempersempit pandangan serta dapat menghargai
buah pikiran orang lain. Seperti dalam firman Allah:
14
Alquran, 39: 18
12
Jika tidak, maka tiada jalan lain selain untuk saling menghormati agar hubungan
persaudaraan tidak menjadi rapuh.
Perpecahan dikalangan kaum muslimin, yang diakibatkan karena kurang
toleran dalam mempertemukan aneka ragam jalan pikiran akan membawa impak
dalam golongan lain dalam upaya mempersatukan umat atau bangsa yang
dibebankan kepadanya.
Toleransi tidak hanya dalam kehidupan intern umat Islam tetapi sikap
toleransi juga harus ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
artian saling menghargai antar perbedaan.
Kaum muslimin yang merupakan bagian terbesar penduduk dunia
sangat memegang peranan penting dalam menjaga kerukunan baik dalam
lingkungannya sendiri, dengan lain agama atau antar bangsa-bangsa yang
sangat heterogen dalam memilih pandangan hidupnya.
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silahturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang
baik. Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak saling menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleran
beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual
agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan.