Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel
(1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz
(1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina
pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran
terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina
sendiri oleh pelajar.
b. Ciri-Ciri
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh
teori konstuktivisme, yaitu:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada
siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang
ingin dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan
menekankan pada hasil.
5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada
siswa.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan
pemahaman siswa.
9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori
kognitif.
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan
proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan
analisis.
11. Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau
diskusi dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
15. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model konstruktivisme
menurut Sidik (2008) adalah :
a. Kelebihan
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan
secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena
yang menantang siswa.
3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa
kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini
dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa
untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan
belajar yang kondusif yang mendukung siswa
mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
b. Kekurangan
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak
jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan
hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan
miskonsepsi.
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu
yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak
semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat
membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
d. Langkah-Langkah
Langkah-Langkah Pembelajaran Kontrutivisme
0. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi
arah dalam merancang program, implementasi program dan
evaluasi.
1. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus
dikuasai siswa.
2. Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi
pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis
dan peta konsep.
3. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan
awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa
lebih lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai
dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana yang
miskonsepsi.
4. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan
Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan
pelajaran. Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa
diwujudkan dalam bentuk modul.
5. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan
Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang
kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan
penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c)
restrukturisasi ide-ide.
6. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program
pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model
belajar yang telah diterapkan.
7. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten.
Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka
dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik
yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.
8. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis
miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam
merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.
2. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih
bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis
danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan
jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan
argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling
menghargai strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah
pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan
pada pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
0. Mengamati
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Mengamati memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja
kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya
memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna serta tujuan pembelajaran.
Fungsi Bertanya:
0. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian
peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran;
1. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif
belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk
dirinya sendiri;
2. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya;
3. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas substansi
pembelajaran yang diberikan;
4. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam
berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban
secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar;
5. Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan
menarik simpulan;
6. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi
dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa
kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok;
7. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat,
serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba
muncul; dan
8. Melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria Pertanyaan yang Baik:
9. Singkat dan jelas;
10. Menginspirasi jawaban;
11. Memiliki fokus;
12. Bersifat probing atau divergen;
13. Bersifat validatif atau penguatan;
14. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang;
15. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif;
16. Merangsang proses interaksi.
2. Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta
didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
3. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA,
misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah
dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari.
b. Ciri-Ciri
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
a. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman
langsung
b. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
c. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan
pengalaman-pengalaman
d. Konsep yang benar membentuk pengertian
e. Setiap konsep berbeda dengan melihat ‘ciri-ciri tertentu
c. Langkah-Langkah
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap
yaitu,
0. Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
Pengenalan benda konkret.
Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa
pengalaman baru.
Pengamatan,penafsiran tentang benda baru
1. Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk
menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
Memberi nama,dan istilah serta defenisi.
2. Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti:
Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu
mengatakannya
7. Pendekatan Induktif
a. Pengertian
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu,lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut
sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus
menjadi umum.