Anda di halaman 1dari 22

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

DISUSUN OLEH :

1. FRIDA RAMADIAN ( 06101381722057 )

2. RIZKY MUTIARA AYU ( 06101281722027 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar kami dan pembaca dapat mengetahui secara rinci
tentang materi kromatografi lapis tipis. Makalah ini memuat definisi kromatografi
lapis tipis beserta keuntungannya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca dan dapat mengetahui secara rinci akan materi yang telah kami susun.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih

Palembang, 11 Maret 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. iii

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4

2.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................. 4

2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .............................. 5

2.3 Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............................... 5

2.4 Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi Tidak Berwarna ........... 9

2.5 Hal-Hal Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................... 10

2.6 Prosedur Kerja Pemisahan dengan KLT....................................... 10

2.7 Fase Diam dan Fase Gerak KLT .................................................. 12

2.8 Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi ............................. 13

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 15

3.1 Saran ............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff
dan Schraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak
sebagai peunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase
diam dan terbentuklah kromatogram.Metode ini sederhana, cepat dalam
pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa
yang terpisahkan.Pada dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC =
Thin layer Chromatography) sangat mirip dengan kromatografi kertas,
terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media
pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang tersangga
pada papan kaca, aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas. Lapisan
tipis adsorben ini pada pross pemisahan berlaku sebagai fasa diam
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan
isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta
Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada
senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa
isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai
antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan
dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan
metode kromatografi.Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu,
kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda
dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan
makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan
proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi
yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan
adalah prinsip dasar kromatografi Pemisahan senyawa biasanya
menggunakan beberapa tekhnik kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Pemisahan senyawa biasanya
menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi
sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,
atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen suatu
senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada
jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing komponen.
Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan
membandingkannya dengan standar yang sangat memakan waktu dan harus
dilakukan terpisah pada kondisi eluen yang sama. Dalam hal ini untuk
mendapatkan resolusi yang baik, penting untuk memilih dua campuran
pelarut yang berbeda, meskipun dengan kekuatan pelarut yang sama.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian kromatografi lapis tipis?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis tipis?
3. Bagaimana prosedur kerja pada pemisahan sampel menggunakan
kromatografi lapis tipis?
4. Apa saja fase diam dan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis?
5. Apa saja kelebihan dari kromatografi lapis tipis?
6. Bagaimana aplikasi kromatografi lapis tipis dalam dunia farmasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami mengenai
kromatografi lapis tipis sehingga dapat mengaplikasikannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pengertian dari Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat
yang lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian
berfraksi, penyerapan atau penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan
atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk uji identifikasi
atau penetapan kadar.

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode analisis yang


digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan
sederhana. Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap
merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas
lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang
normal fase maupun reversed fase.

Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan


adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia
bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap adsorben (silika
gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolarannya
dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul yang


mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi dan
kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu
kembali ke tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang digambarkan sebagai
fluoresensi.
2.2. Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan


kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul.

Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan
penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen
secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak
polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara
senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”.

2.3. Pelaksanaan kromatografi Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika


atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna
yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi
pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning
 Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna
yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis: Sebuah garis menggunakan
pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari
campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada
garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini
dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering,
lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas
pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan
kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring
yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada
lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan
bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan
bercak warna.
 Perhitungan nilai Rf
perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh
dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut
dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan
dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum
mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung sebagai berikut: Nilai
Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rf=jarak
yang ditempuh oleh komponenjarak yang ditempuh oleh pelarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis
tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :
 Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
 Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan
mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari
penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap
harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi
hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap
yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga
homogen.
 Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu
diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran
pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
 Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam
kromatografi lapisan tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut
digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
 Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran
penurunan dan mendatar juga digunakan
 Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil
penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak
kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan
pada harga-harga Rf.
 Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama
untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang
disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase

 Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana
jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh
dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi
pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase
bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.
digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan
pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian
tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau


kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang
berbeda. Sedangkan fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada,
meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata.
Namun, apabila di sinarkan dengan sinar UV pada lempengan, akan timbul
pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak
sebagai bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap di sinarkan pada
lempengan, harus dilakukan penandaan posisi-posisi dari bercak-bercak dengan
menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Ketika sinar UV
dimatikan, bercak-bercak tidak tampak kembali.
Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga
menghasilkan kecepatan yang berbeda-beda saat terpartisi dan terjadilah
pemisahan. Untuk memisahkan noda dengan sebaik-baiknya maka digunakan
kombinasi eluen non polar dengan polar. Apabila noda yang diperoleh terlalu
tinggi, maka kecepatannya dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran. Namun
apabila nodanya lambat bergerak atau hanya ditempat, maka kepolaran dapat
ditambah.
2.4. Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi Tidak Berwarna
a. Menggunakan pendar flour fase
diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi
yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour
ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya
dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi
dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu
tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa
menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi
yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai
bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap disinarkan pada
lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan
menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika
anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
b. Menggunakan bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan
mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang
berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan
dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam
amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau
ungu. Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan
kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan
tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam
wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat
dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang
dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
2.5. Hal-Hal Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

 Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada
proses elusi lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan
sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam oven pada suhu 1100C
selama 30 menit.
 Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain
yang mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju eluen.
 Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab
pemisahannya akan sulit sehingga didapat noda berekor.
 Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.
 Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain.

Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :

 Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat


 Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa
 Lempeng yang tidak rata

2.6. Prosedur Kerja Pemisahan dengan KLT

Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan gel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.

Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.

Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang biasanya disi
dengansilica gel. Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam dan
setetes larutan campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam berguna
untuk menunjukkan posisi asli campuran. Pembuatan garis harus menggunakan
pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan
bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering, fasa
diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
posisi fase gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan
bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.

CARA KERJA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

a. Fase diam-jel silika

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun,
pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada
permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini
menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai
disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-
dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa
yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk
alumina.

b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan


melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada
garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan
kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.

Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada


lempengan, tergantung pada:
• Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara
molekul-molekul senyawa dengan pelarut.

• Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada
bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika. Senyawa yang dapat
membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding
senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang
lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa
yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu
substansi pada permukaan. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada
tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama
pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini
akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan
keluar dari permukaan silika. Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat
tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang
terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam
pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan
selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-
untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak
tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin
kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Bagaimanapun, hal ini
memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda
membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu
dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.

2.7. Fase Diam dan Fase Gerak KLT

Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara


dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan
komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih
cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda.

Fase Diam

Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis


silika gel atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase
diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi
yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya
yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium
pada permukaan juga memiliki gugus -OH.

Fase Gerak

Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting


pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen.

Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya


pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis
silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.

Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang
relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika).

Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada:

- Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada


bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
- Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silica
2.8. Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi

Contoh penggunaan metode pemisahan secara Kromatografi Lapis


Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya senyawa
paracetamol dan kafein dalam sediaan obat paten seperti poldanmig yang
beredar di pasaran apakah memenuhi persyaratan mutu obat atau tidak.
Sehingga dengan kadar yang tepat obat dapat memberikan efek terapi yang
dikehendaki.

Setiap komponen memiliki harga Rf sendiri-sendiri, dengan bantuan


dari sinar ultraviolet maka dapat ditentukan noda yang tidak tampak oleh
kasat mata. Cara yang biasa dilakukan dengan menyemprotkan
KMNO4 dalam H2SO4 yang kemudian akan berinteraksi dengan komponen-
komponen sampel baik secara kimia maupun berdasarkan kelarutan
membentuk warna-warna tertentu.

Noda kemudian dihitung harga Rf-nya. Harga Rf dihitung dengan


menggunakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang
ditempuh fase gerak. Nilai maksimum Rf adalah 1 dan nilai minimumnya 0.
Dengan menggunakan silika gel sebagai fase diam, harga Rf 1 menunjukkan
jika senyawa tersebut sangat nonpolar sedangkan harga Rf 0 menunjukkan
bahwa senyawa tersebut sangat polar.

Adapun manfaat dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu :

1. Pemeriksaan kualitatif dan kemurnian senyawa obat.

2. Pemeriksaan simplisia hewan dan tanaman.

3. Pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sediaan obat.

4. Penentuan kualitatif masing-masing senyawa aktif campuran senyawa


obat.
Keburukan dari teknik ini mungkin hanya pada prosedur pembuatan
lempengnya yang memerlukan tambahan waktu, kecuali bila telah tersedia
lempeng yang diproduksi secara komersial.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan campuran


berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium
tertentu. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif
dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
 Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi
antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang
akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Semakin
dekat kepolaran antara senyawa dengan eluent maka senyawa akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut, sesuai dengan prinsip “like
dissolve like”.
 Pada prosedur pengerjaannya Pelarut (fase gerak) perlahan-lahan bergerak
naik, komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalanan pada
tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan memiliki warna yang
berbeda.Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan
antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Identifikasi pemisahan
komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau
dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet, Dapat untuk memisahkan
senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode kertas
tidak bisa, dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis
adanya senyawa paracetamol dan kafein dalam sediaan obat paten seperti
poldanmig.
3.2 Saran

Diharapkan agar seluruh praktikan mematuhi tata tertib yang telah


ditentukan dan selalu menerapkan kedisiplinan dalam melakukan
pengamatan agar hasil dapat sesuai dengan yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Megawati. 2009. Kromatografi Lapis Tipis.


http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html. diakses
tanggal 11 Maret 2019 pukul 15:00 WIB.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar : Yogyakarta

Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web
Resmi Kimia Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI

Lipsy, P. 2010. Thin Layer Chromatography Characterization of the Active


Ingredients in Excedrin and Anacin. USA: Departement of Chemistry and
Chemical Biology, Stevens Institute of Technology.

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.


Penerbit ITB. Bandung.

Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai