Shortcase 1
Shortcase 1
Oleh:
Dwi Octaverina Putri
04084821921078
Pembimbing:
Shortcase
Hordeolum Internum OS
Oleh:
04084821921078
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 24 Juni – 29 Juli 2019.
1. Status Pasien
Nama : Tn. AT
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 4 Juli 2019
a. Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kiri sejak 3 minggu yang lalu
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit, thorakoabdominal
Suhu : 36,5o C
Status Gizi : Baik
b. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
KBM
(Hirschberg Ortoforia
test)
GBM 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
5. Diagnosis banding
Hordeolum internum palpebra superior OS
Hordeolum eksternum palpebra superior OS
Kalazion palpebra superior OS
Selulitis preseptal palpebra superior OS
6. Diagnosis Kerja
Hordeolum internum palpebra superior OS
7. Tatalaksana
1. Informed consent
2. Non Farmakologi
a. KIE
Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan pada pasien adalah
peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri.
Menjelaskan kepada pasien untuk memberikan kompres hangat 2-3
kali sehari selama 15 menit tiap kalinya.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata dan tidak
menggosok mata ketika terasa mengganjal, perih ataupun gatal.
b. Kompres hangat 3-4 kali selama 15 menit
3. Farmakologi
a. Doksisiklin 2 x 100 mg PO
b. Kloramfenikol Eye Ointment 3 x OS
4. Non Farmakologi
a. Pro Insisi Kuretase Hordeolum
8. Prognosis
• Okuli Sinistra
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad sanationam : Bonam
LAMPIRAN
Tn. AT, 45 tahun, datang karena terdapat benjolan berwarna kemerahan pada
kelopak mata kiri yang dirasakan sejak 3 minggu bulan yang lalu. Benjolan dirasakan
semakin lama semakin membesar dan menetap. Pasien mulai merasa tidak nyaman
pada mata kirinya karena terasa mengganjal saat berkedip. Pasien juga mengeluhkan
banyak kotoran mata saat bangun tidur. Riwayat nyeri pada mata (+), mata merah (-),
gatal (+), banyak keluar air mata (+), penglihatan menurun (-). Kemudian pasien
berobat ke Rumah Sakit Khusus Mata Palembang
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
Respiratory rate 20x/menit, suhu 36,5oC, status gizi baik. Pada pemeriksaan
oftalmologi visus mata kanan 6/6 dan mata kiri 6/6. Pada palpebral mata kiri tampak
benjolan di palpebra superior bagian lateral, dengan ukuran 2x6x2mm berwarna merah,
konsistensi lunak, berbatas tegas, terfiksir dan permukaan rata. Pupil tampak bulat,
central, refleks cahaya (-), diameter 3 mm. Pemeriksaan segmen anterior lain dan
segmen posterior dalam batas normal.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan berupa benjolan pada
kelopak mata kiri berwarna merah dan nyeri. Benjolan pada kelopak mata dapat
didiagnosis banding dengan hordeolum, kalazion, dan selulitis preseptal. Diagnosis
banding dapat disingkirkan satu per satu dengan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologi.
Pada anamnesis didapatkan keluhan ada benjolan pada kelopak mata kiri yang
berwarna kemerahan, nyeri, gatal, bengkak dan mata berair. Sedangkan pada
pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada kelopak mata kiri tampak benjolan palpebra
superior bagian lateral, dengan ukuran 2x6x2mm berwarna merah, konsistensi lunak,
berbatas tegas, terfiksir dan permukaan rata. Temuan ini mengarah pada diagnosis
hordeolum. Untuk diagnosis penunjang tidak dibutuhkan, karena diagnosis hordeolum
dapat ditegakkan secara kliniks yaitu berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi.
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik pada kelenjar meibom. Umumnya
ditandai oleh pembengkakkan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam
beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip
hordeolum. Kalazion dapat disingkirkan pada kasus ini karena pada kalazion
memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemis, tidak ada nyeri
tekan, dan adanya pseudoptosis. Terkadang pula dapat mengakibatkan perubahan bola
mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
Selulitis preseptal merupakan infeksi pada kelopak mata dan jaringan lunak
periorbital yang ditandai dengan adanya edema luas dan eritema pada kelopak mata,
penurunan penglihatan dan konjungtivitis. Pada kasus tidak terdapat infeksi yang
meluas ke palpebral bagian dalam dan jaringan periorbital. Serta tidak ditemukan
edema luas periorbita dan gangguan penglihatan sehingga diagnosis banding seluitis
preseptal dapat disingkirkan.
Dari pemaparan di atas, tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah
pemberian mengenai penyakit hordeolum, kompres hangat pada mata 3 kali selama 15
menit, pemberian antibiotic peroral berupa doksisiklin dan antibiotik lokal berupa
kloramfenikol eye ointment. Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk
melunakkan jaringan granulomatosa agar pus dapar keluar dari kelenjar yang terinfeksi.
Pemberian antibiotika peroral adalah untuk mengobati infeksi akibat kuman
stafilokokus atau streptokokus. Sedangkan antibiotik lokal biasanya diberikan pada
pasien yang memiliki risiko rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preurikel.
Pada pasien ini juga akan dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk mengeluarkan
nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya.
Prognosis quo ad vitam pada mata kiri pasien ini adalah bonam karena hordeolum
tidak mengancam nyawa. Prognosis quo ad functionam pada mata kiri pasien ini adalah
baik (bonam) karena fungsi penglihatan tidak terganggu (visus tidak menurun).
Prognosis quo ad sanationam pada mata kiri pasien ini adalah dubia ad bonam, asalkan
kebersihan daerah mata tetap dijaga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
2. Bragg KJ, Le JK. Hordeolum. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing;
2017
3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age
International Limited; 2007.
4. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi
17. KDT : Jakarta. 2009.