Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) 2015–2030 secara resmi

menggantikan Millennium Development Goals (MDGs) 2000–2015.

Hingga akhir tahun 2015, Indonesia berpeluang gagal mencapai sasaran–

sasaran MDGs salah satunya yaitu penurunan Angka Kematian Ibu (AKI).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia (2016) menyatakan bahwa

penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan tahun

2007, yaitu dari 390 menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Namun dengan demikian hasil data dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan

yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Padahal menurut MDGs,

jumlah AKI harusnya mencapai 102 per

100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi

305 kematian per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2014) menyatakan bahwa

faktor penyebab dari tingginya AKI yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi

27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1.8%, dan lain-lainnya berperan cukup

besar dalam menyebabkan kematian ibu yaitu sebesar 40.8%. penyebab

lain-lain adalah penyebab kematian ibu secara tidak langsung, seperti


2

kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis atau penyakit lain

yang diderita oleh ibu.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2016) berdasarkan survei hasil

SDKI tahun 2007 sampai dengan 2012, AKI menunjukan adanya kenaikan

yang sangat besar, yaitu dari 228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada umumnya AKI terjadi pada saat melahirkan (60,87%), waktu nifas

(30,43%) dan waktu hamil (8,70%). Angka tersebut, Jawa Barat menjadi

penyumbang 50% jumlah AKI di Indonesia. Faktor yang menyebabkan

tingginya AKI di Jawa Barat yaitu perdarahan (58,79%), infeksi (9,62%),

eklampsi (13,60%), lain-lainnya (17,99).

Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat, salah satunya adalah kota Bandung

yang merupakan daerah yang paling padat penduduknya. Dari tahun 2008

sampai dengan 2012 AKI di kota Bandung terjadi penurunan yaitu dari 27

menjadi 24 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor Penyebab AKI di Kota

Bandung pada tahun 2012 yang terlaporkan melalui fasilitas kesehatan dan

telah dilakukan autopsi verbal sebanyak 24 kasus. Penyebab kematian ibu

terbanyak adalah perdarahan 6 kasus, hipertensi dalam kehamilan 6 kasus,

infeksi 1 kasus, dan lain-lain 11 kasus. (Profil Kesehatan Kota Bandung,

2012)

AKI tersebut merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan.

AKI dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan ibu di suatu

wilayah. Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat derajat

kesehatan selain angka kematian ibu (AKI) adalah angka kesakitan ibu atau

sering disebut juga dengan angka morbiditas.


3

Angka kesakitan atau angka morbiditas ibu yang terjadi disebabkan oleh

kesalahan manajemen dalam masa kehamilan yang berdampak pada masa

post partum, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan. Kesakitan ibu yang

disebabkan oleh 3 hal yaitu patologi, fisiologi dan kontrasepsi. Penyebab

psikologi patologi kesakitan ibu pada masa post partum terjadi akibat kurang

dapat beradaptasi dengan perubahan fisiologis maupun psikologis. Pada ibu

post partum akan terjadi kelelahan, perubahan peran, perubahan mood

seperti kesedihan dan kecemasan. Periode postpartum, dikenal sebagai

perubahan nyata dalam kehidupan perempuan yang membutuhkan berbagai

penyesuaian (Hung, 2001).

Pada ibu postpartum mengalami perubahan-perubahan baik secara

fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada adaptasi

fisiologis, ibu mengalami perubahan sistem reproduksi dimana ibu

mengalami proses involusio uteri, laktasi dan perubahan hormon.

Sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan

kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan.

Pada ibu postpartum mengalami perubahan-perubahan baik secara

fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada adaptasi

fisiologis, ibu mengalami perubahan sistem reproduksi dimana ibu

mengalami proses involusio uteri, laktasi dan perubahan hormon.

Sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan

kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan.

Kecemasan (ansietas) adalah suatu keadaan emosional yang tidak

menyenangkan, yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang
4

menegangkan serta tidak diinginkan. Freud menjelaskan bahwa kecemasan

adalah situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh

sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang

mengancam. Kecemasan ditandai dengan gejala fisik, seperti : kegelisahan,

anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak

kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.

Gejala behavior seperti berperilaku menghindar dan terguncang, serta

gejala kognitif seperti : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan

ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa

sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan

ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk

atau kebingungan, sulit berkonsentrasi. Berdasarkan gejala- gejala tersebut,

kecemasan dikelompokkan menjadi kecemasan ringan, sedang, berat dan

panik.

Tidak semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal

yang terkait saling mempengaruhi. Jika kondisi fisiknya kurang baik, maka

proses berfikir, suasana hati, tindakan yang bersangkutan dalam kehidupan

sehari- hari akan terkena imbas negatifnya. Suasana hati yang tidak menentu

dan emosi yang meledak- ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan

darah, produksi adrenalin, aktifitas kelenjar keringat, reaksi asam lambung,

seperti marah, gelisah dan merasa malas.

Kecemasan sebagai salah satu permasalahan psikologis ibu post partum,

apabila kecemasan itu tidak dapat ditanggulangi dengan baik akan

menyebabkan hal yang tidak baik bagi ibu post partum. Permasalahan
5

psikologis ibu post partum akan meningkat menjadi post partum blues. (The

Diagnostik and Statistical Manual of Mental Dosorder, 4th edition)

Kecemasan postpartum merupakan masalah yang signifikan dan

menjadi perhatian masyarakat sejak lama. Walaupun terkadang sering tidak

terdeteksi karena minimnya pelaporan, penelitian menyebutkan bahwa

sekitar 10%-20% wanita yang melahirkan menderita kecemasan.

Kecemasan postpartum penderitaan batin bagi ibu, dapat menyebabkan

menurunnya fungsi sosial ibu dan kualitas hidupnya. Penelitian terbaru juga

mengatakan bahwa ibu yang kecemasan dapat menyebabkan gangguan

emosional dan kognitif pada bayinya yang baru lahir. Suatu penelitian

mengatakan bahwa kecemasan terjadi dua kali lipat lebih tinggi pada wanita

yang hidupnya dalam kemiskinan, sekitar 22%-34% dari populasi

(Andri,2010).

Motzfeldt tahun 2013 mengatakan bahwa angka prevalensi kecemasan

postpartum secara global adalah antara 10-15% (Motzfeld, 2013). Sebagian

negara melaporkan hanya sedikit insiden kecemasan postpartum namun

sebagian negara melaporkan kejadian lebih banyak (Annur,2014).

Berdasarkan laporan WHO diperkirakan wanita melahirkan yang

mengalami kecemasan postpartum ringan berkisar 10 per 1000 kelahiran

hidup dan kecemasan postpartum sedang atau berat berkisar 30 sampai 200

per 1000 kelahiran (Salma,2012).

Persoalan mengenai penyebab dari kecemasan postpartum adalah sulit

dan belum dijawab secara jelas, tetapi sejumlah faktor perlu mendapat

perhatian. Faktor-faktor fisiologis, terutama perubahan-perubahan


6

endokrin, sudah lama dianggap berperan dalam kecemasan postpartum

karena sudah lama diketahui bahwa perubahan-perubahan hormon secara

besar-besaran terjadi sesudah melahirkan dan selama “Periode Latensi”

yaitu 2 hari yang biasanya terjadi sebelum timbulnya kecmasan

(Semium,2006).

Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh mereka yang sedang

mengalami post partum anxiety, yaitu istirahat yang cukup, dipaksa untuk

makan cukup jika kurang makan dan dianjurkan untuk mau olahraga ringan,

karena selain gerakan tubuh akan melemaskan otot, olahraga juga memacu

munculnya endorphin, hormon yang berguna memunculkan kegembiraan.

Usaha terakhir dapat menyuruh untuk menuangkan segala perasaan mereka

pada saat itu ke dalam buku.

Masa setelah persalinan (nifas) sering merupakan waktu yang sangat

mencemaskan bagi seorang wanita yang baru pertama kali menjadi ibu

karena dituntut untuk dapat menyusui dan merawat bayinya (Handayani,

2011). Menurut Dewi (2011) Sekitar 80% ibu setelah melahirkan

mengalami periode emosional yaitu post partum blues.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Enik Prabawani (2015) di Kota

Surakarta, menunjukkan bahwa dari 30 responden yang mengalami 22 ibu

post partum mengalami kecemasan sedang (73,3%) dan 8 ibu post partum

mengalami kecemasan ringan (26,7%).

RSUD X merupakan salah satu Rumah Sakit Umum Daerah yang berada

di Kabupaten Bogor. Melihat masih tingginya AKI terutama di Kabupaten

Bogor, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu Rumah


7

Sakit di Kabupaten Bogor yaitu RSUD X.

Metode penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif melalui

pengumpulan data sekunder. Subjek penelitian yang diambil dari kasus ibu

postpartum di RSUD Cibinong selama periode Juli 2019 sampai Mei 2020

yang diperoleh dari data sekunder yaitu catatan rekam medik.

Berdasarkan uraian diatas dalam rangka menyelesaikan Karya Tulis

Ilmia, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran

Tingkat Kecemasan Ibu Postpartum Primer di RSUD X periode Juli 2019 –

Mei 2020.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kecemasan ibu yang mengalami perdarahan

postpartum primer di RSUD X periode Juli 2019 – Mei 2020 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

tingkat kecemasan pada ibu post partum di RSUD X.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

1) Untuk mengetahui karakteristik ibu post partum di RSUD X

2) Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada ibu post partum di

RSUD X

3) Untuk menjabarkan tingkat kecemasan ibu post partum

berdasarkan karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas) di

RSUD X.
8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ibu post partum

Menambah wawasan mengenai gambaran tingkat kecemasan pada ibu

post partum sehingga mereka akan dapat mengatasi apabila hal tersebut

terjadi padanya.

2. Manfaat bagi Institusi Kesehatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan

evaluasi bagi Rumah Sakit untuk menerapkan pendekatan pada ibu

postpartum yang mengalami kecemasan sehingga ibu merasa terbantu.

3. Manfaat bagi Perawat

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat memberikan

perawatan pada ibu post partum yang mengalami kecemasan dengan

pendekatan terapeutik.

4. Manfaat bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai aplikasi pembelajaran mahasiswa dalam

bidang maternitas dan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya.

5. Manfaat bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.

6. Manfaat bagi peneliti

Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan peneliti tentang

gambaran tingkat kecemasan pada ibu post partum.

Anda mungkin juga menyukai