Anda di halaman 1dari 11

Keterampilan Konseling

5 Karir dalam setting


Individual
Pengenalan
Setiap individu memiliki sifat dan keadaan yang unik. Diantara mereka ada
yang nyaman menceritakan hal pribadi dalam suatu kelompok dan ada pula
yang merasa segan. Individu yang merasa malu membutuhkan layanan
secara individual. Sebagaimana dinyatakan oleh McLeod (2007), bahwa
konseling individual adalah keadaan seseorang yang membangun hubungan
khusus dengan seseorang yang terlatih yang bisa membantunya memecahkan
suatu masalah yang sulit diselesaikan oleh dirinya sendiri.

A. Tujuan Konseling Individual


Konseling individual dalam konseling karir adalah untuk:
1. Membantu mendapatkan informasi karir yang sesuai dengan minat,
bakat, kemampuan dan prestasi akademik.
2. Membantu menyelesaikan masalah pemilihan karir.
3. Mengungkapkan pada jenis-jenis pekerjaan di sektor publik dan swasta
dengan mengadakan ceramah, pertunjukan video dan kunjungan ke
dunia industri dan perusahaan-perusahaan.
4. Memberikan kesadaran akan perencanaan karir yang harus dibuat sejak
awal.

B. Prinsip-prinsip Konseling Individual


1. Setiap konselor harus menghormati kejujuran klien untuk bertemu
dengannya karena meminta pertolongan.
2. Konselor harus menjelaskan persyaratan konseling kepada klien seperti
tempat dan hari bertemu, periode satu-satu sesi dan jenis-jenis pekerjaan
rumah yang harus dilakukan.
3. Konselor harus merujukkan klien itu kepada konselor yang lain jika
kasus yang ditangani di luar pengalamannya.
4. Konselor harus memberitahu klien bahwa semua informasi yang
diberikan adalah sulit.
5. Konselor bisa meminta pandangan dari konselor-konselor lain jika
ditemukan kesulitan-kesulitan dalam kasus yang dikendalikannya.
6. Konselor harus bertanggung jawab mencari lembaga referensi jika
terdapat kliennya mulai mengancam keselamatan orang lain.
C. Keterampilan Dasar Bimbingan dan Konseling

Konselor membutuhkan keterampilan-keterampilan dasar dalam


menjalankan sesi bimbingan dan konseling. Keterampilan itu adalah seperti
berikut:

1. Memberi Perhatian
Konselor yang dapat memberikan perhatian yang teliti agar dapat
memahami masalah klien dengan baik. Selain itu, situasi ini akan
menimbulkan rasa hormat dan rasa aman bagi seseorang klien selain
berfungsi sebagai alat peneguhan dan memudahkan komunikasi. Justru, hal
itu akan membantu menjalin hubungan baik antara konselor dengan
kliennya.

Komponen-komponen Tingkah Laku Memberi Perhatian


1) Kedudukan tubuh (posture). Peringkat tubuh konselor harus condong ke
depan, yaitu ke arah klien. Hal ini penting untuk menunjukkan kepada
klien, bahwa konselor itu tertarik mendengar apa yang dikatakan klien.
Sembari, konselor dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mendapatkan
kondisi yang tenang.
2) Ekspresi muka. Ekspresi muka konselor harus berseri, menunjukkan
pembimbing itu siap menerima klien. Jika pembimbing bermuka masam
atau bermuram, situasi ini memberikan pesan yang klien itu mungkin
mengganggunya.
3) Tantangan mata. Konselor harus membalas tatapan mata dengan klien.
Kondisi ini menunjukkan pembimbing meminati apa yang dikatakan
klien dan bersama klien secara fisik dan mental. Namun, konselor harus
mengalihkan pandangan matanya jika ditemukan klien merasa malu.
4) Pertanyaan terbuka. Satu cara mendorong klien berbicara dengan
panjang lebar adalah dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Cara ini
memberikan kesempatan kepada klien untuk berbicara lebih banyak lagi.
Misalnya: "Coba ceritakan apa yang telah terjadi pada karir Anda."
5) Dorongan minimum untuk berbicara. Dorongan minimum termasuk
gerak isyarat, anggukan kepala, kata tunggal, perawakan tubuh atau
ulangan kata-kata penting yang menunjukkan konselor itu berminat akan
kata-kata klien. Dorongan minimum penting untuk mendorong klien itu
terus bercakap.contohnya: 'Mmm', A-ha ',' Ya ',' Jadi? '

Seorang konselor dapat menggunakan daftar koreksi untuk


memperhatikan tingkah lakunya selama konseling. Jika ada kelemahan-
kelemahan, konselor tersebut harus berusaha mengatasinya agar efektivitas
sesi konseling dapat ditingkatkan.

2. Keterampilan Mendengar

Setiap orang pernah merasa sedih, tertekan atau gelisah. Dalam kondisi
begini, kita butuh seseorang untuk mendengarkan masalah kita. Sebagai
seorang konselor, kita seharusnya belajar cara mendengar dengan efisien
sebelum bertindak membantu menyelesaikan masalah klien.

Dalam konseling karir, aktivitas yang dilakukan bukan merupakan tindakan


yang pasif. Menurut Cari Rogers, seorang konselor harus mendengarkan
secara aktif. Hal ini berarti, konselor harus melakukan sesuatu yang positif
agar masalah seseorang dapat dipahami dengan baik. Kondisi tersebut
melibatkan sikap dan tubuh yang mengirim pesan tanpa lisan kepada klien,
yaitu, "Pada saat ini, Anda adalah orang yang paling penting dalam dunia.
Kata-kata Anda menarik minat saya. Kebajikan Anda adalah paling penting
bagi saya." Dengan kata lain, tantangan mata dipertahankan. Tidak ada apa-
apa gangguan sehingga klien itu habis berbicara. Konselor memberikan
perhatian sepenuhnya dan menunjukkan minat yang murni terhadap kata-
kata klien.

Mendengar secara aktif tidak hanya mendengar tetapi memahami perasaan


klien dengan mendalam. Konselor tidak hanya berkata, "Saya mengerti
perasaan Anda," tetapi konselor merasakan apa yang sedang dirasakan oleh
klien. Hal ini berarti, konselor berkemahiran mendengar dengan empati.
Selain itu, situasi ini menunjukkan konselor dapat menyatakan kembali
dengan tepat ide-ide klien dan menyebut dengan tepat perasaan klien.
Perasaan terpendam klien juga dapat ditafsirkan dengan tepat oleh konselor.
Dengan kata lain, konselor dapat membuktikan kepada klien akan
kemampuan mendengar, memahami dan menerima apa yang disampaikan
kepadanya.
Mendengar secara aktif membawa dua manfaat. Pertama,
keterampilan ini dapat memberikan lebih banyak informasi untuk diskusi
dan tindakan lebih lanjut. Kedua, keterampilan ini memiliki efek terapeutik.
Berbicara kepada seorang pendengar yang aktif memungkinkan individu itu
mengungkapkan masalah yang dihadapinya dan hal ini berakibat pelepasan
emosi. Selain itu, pendengar yang aktif akan memberikan satu lagi efek, yaitu
perasaan penting sebagai seorang individu kepada orang yang
mengungkapkan segala masalahnya.

3. Keterampilan Bertanya

Setiap konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Hal ini diperlukan


untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang sesuatu masalah klien.

Jenis-jenis pertanyaan yang bisa diajukan dua jenis, yaitu pertanyaan tertutup
dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan tertutup biasanya
membutuhkan jawaban 'ya' atau 'tidak' sementara pertanyaan-pertanyaan
terbuka membutuhkan deskripsi dari klien. Karena pertanyaan-pertanyaan
tertutup tidak mendorong klien menguraikan tentang sesuatu, maka
informasi yang diperoleh terbatas. Sebaliknya pertanyaan-pertanyaan
terbuka akan memungkinkan konselor banyak memperoleh informasi.
Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan tertutup
1) Konselor: Apakah kamu mempunyai masalah dengan rencana karir?
Klien: Ya.
2) Konselor: Sudahkah kamu mencarikan solusinya?
Klien: Belum.
3) Konselor: Apakah kamu merasa ssedang dilanda ketidakpastian karir?
Klien: Tidak.
4) Konselor: Maukah kamu bergabung menjadi laskar pembimbing karir?
Klien: Ya.

Dari contoh pertanyaan-pertanyaan di atas, adalah jelas bahwa informasi


yang diperoleh begitu terbatas sekali. Jadi, seseorang konselor harus berusaha
mengajukan lebih banyak pertanyaan terbuka dari pertanyaan tertutup.
Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan terbuka.

Pertanyaan Terbuka

Tipe pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan konselor banyak


memperoleh informasi dari klien. Dengan informasi yang mencukupi,
konselor akan dapat membentuk gambaran jelas tentang masalah yang
dihadapi oleh kliennya. Mari kita lihat beberapa contoh pertanyaan-
pertanyaan terbuka.
1) Apakah yang memotivasi kalian berminat dalam konseling karir ini?
2) Ceritakan isi do’a-do’a kalian berkenaan dengan keinginan karirmu?
3) Karir perlu perencanaan dan persiapan yang matang, namun pendapat
lain karir dipandang sebagai takdir saja. Bagaimana dengan Anda?
4) Bagaimana agar keterampilan yang Anda miliki dapat memperkuat
pencapaian karir yang cemerlang?

Pertanyaan-pertanyaan terbuka memudahkan klien menceritakan sesuatu


masalah dengan panjang lebar. Informasi yang cukup memudahkan konselor
menangani satu-satu masalah klien

4. Keterampilan Memahami
Seseorang konselor harus berusaha memahami masalah sebelum
mencoba menyelesaikannya. Beberapa dari kita bersikap kurang sabar.
Setelah mendengar sesuatu masalah, kita terdorong menyelesaikannya
dengan cepat. Hal ini bukanlah cara yang efisien dalam usaha membantu.
Setelah berusaha memahami masalah, barulah konselor akan mendapat
gambaran yang lebih jelas dan akurat tentang kesulitan yang dihadapi oleh.
Dalam kondisi seperti ini, barulah konselor berupaya menolong
menyelesaikan masalahnya. Bagaimana konselor berusaha memperoleh
pemahaman yang lebih jelas tentang masalah? Mari kita teliti satu contoh
bagaimana konselor memandu klien agar mendapat satu gambaran jelas
tentang kesulitan yang menghadang karir.

Contoh satu

Konselor: Kamu menyatakan tiem seleksi berlaku tidak fair, tidak


meloloskan kamu dalam pilihan kompetisi karir yang baru?
Klien: Ya.

Konselor: Kamu rasa diperlakukan tidak adil?


Klien: Memang.

Konselor: Hal ini menyebabkan kamu merasa menuntut keadilan?


Klien: Tentu.

Contoh 2
Konselor: Coba kamu ceritakan apa yang Anda tidak adil itu!
Klien: Tim seleksi telah memilih calon yang yang menjadi anak dari
teman-temannya. Bukan saya yang tidak kompeten, atau
tidak menyiapkan diri. Dari lima kandidat yang terpilih
semuanya mempunyai relasi pertemanan. Mereka
melakukan tindak kkn. Ini jelas telah merugikan saya.

Konselor: Jadi, kamu merasa kecewa atas tindakan tim seleksi karir?
Klien: Ya. Memang beliau menentukan pilihan berdasarkan
hubungan pertemanan bukan profesionalitas.

Konselor: Kamu merasa kamu menjadi korban kkn?


Klien: Sudah jelas begitu. Saya merasa tertekan. Saya pikir ...

Keterampilan untuk memahami masalah klien harus diperkukuh


agar konselor memperoleh gambaran menyeluruh serta latar belakang suatu
masalah. Contoh di atas menunjukkan bagaimana konselor memandu (atau
klien) untuk menjelaskan masalahnya. Dalam konteks ini, konselor harus
berupaya mengemukakan pertanyaan secara bertahap agar suatu skenario
masalah dapat dikembangkan. Klien dalam kasus tersebut jelas mengalami
perasaan kecewa karena dia merasa telah menjadi korban. Dengan itu,
konselor harus membantunya mengendalikan rasa kecewa itu dan
menggantinya dengan perasaan dan tingkah laku yang konstruktif.

5. Keterampilan Berempati

Bila seseorang merasa sedih atau tertekan, kita harus mencoba berempati.
Keterampilan berempati adalah kemampuan konselor dalam memahami dan
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien. Keterampilan ini penting
karena bukan saja dapat membantu memahami hal yang disebutkan oleh
klien tetapi dia juga merasakan perasaan yang dialaminya.

Berikut adalah contoh keterampilan berempati yang digunakan oleh


konselor.

Klien: kuliah Anda sudah tingkat akhir. Entah bagaimana saya


kemudian akan mendapat pekerjaan setelah jadi sarjana?

Konselor: Anda khawatir karena kuliah sudah hamper berakhir namun


merasa tidak mempunyai kepastian kerja setelah tamat
kuliah.

Respons atau pernyataan konselor mengandung dua aspek, yaitu aspek


kognitif dan aspek afektif (perasaan). Aspek kognitif itu adalah dia akan
segera menjadi sarjana sedangkan aspek afektif adalah perasaan khawatir
tidak mendapat pekerjaan yang layak.

Keterampilan berempati konselor akan membentuk gambaran kepada klien


bahwa konselor telah memahami ide dan perasaannya, dia terdorong untuk
menceritakan masalahnya dengan lebih lanjut. Hal ini penting untuk
membantu konselor memahami kesulitan klien dengan lebih lanjut dan jelas.
Bila skenario keseluruhan dicapai, barulah konselor berada dalam kondisi
yang baik untuk membantu klien menyelesaikannya masalahnya.

Kepentingan Empati
Tanggapan konselor yang menunjukkan empati akan mendatangkan hasil
seperti berikut:
1) Membangun hubungan dengan klien. Bila klien menemukan bahwa
konselor bisa memahaminya, dia akan mengungkapkan masalahnya
dengan mudah.
2) Mendorong eksplorasi diri. Sesudah konselor menanggapi empati, akan
mulai mengeksplorasi situasi yang dihadapinya dengan lebih mendalam.
3) Memeriksa pemahaman dengan klien. Klien dapat memperbaiki respons
empati konselor yang kurang tepat.
4) Memberikan dukungan. Empati merupakan cara menyelami jiwa klien
dari aspek pengalaman, tingkah laku dan perasaan.
5) Melancarkan komunikasi. Empati biasanya mendorong klien berbicara
dengan lebih lanjut karena dia merasa konselor telah memahaminya.
6) Meningkatkan fokus. Empati memberikan fokus kepada isu penting yang
diutarakan oleh klien. Empati membantu klien dan pembimbing
memahami pengalaman, tingkah laku dan emosi klien.
7) Membatasi konselor. Empati memperlambat konselor untuk memberikan
nasihat terlalu awal. Empati mendorong klien memikirkan strategi yang
bisa digunakan dalam solusi masalahnya.
8) Mendorong tindakan klien. Empati mendorong klien untuk mengakui
masalahnya dan mencoba memahami masalahnya dengan mendalam,
menyusun strategi dan bertindak dengan tegas.

6. Interpretasi
Konselor membuat interpretasi karena hendak meyakinkan
pemahaman masalah yang dikemukakan klien. Dia akan mementingkan
aspek intelektual kata-kata klien. Interpretasi memungkinkan konselor
memperoleh satu gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang
dihadapi klien.
Hal-hal berikut harus diberi perhatian saat konselor membuat
interpretasi:
• Gunakan kata-kata sederhana yang bisa dipahami oleh klien.
• Jangan berikan terlalu banyak interpretasi pada sesi awal.
• Toleransi dan penghormatan klien harus ada agar klien tidak dipaksa
menerima sesuatu interpretasi.

Contoh 1
Klien: Saya banyak berdo’a untuk kegemilangan karir saya,
walaupun hasilnya tidak seperti yang saya minta pada
Tuhan.
Konselor: Anda mencoba bahwa berdo’a merupakan upaya untuk
kegemilangan karir Anda, dan kini Anda memerlukan
rekonseptual mengenai do’a yang mustajab.

Contoh 2
Klien: Saya telah belajar dengan keras dan mendapat nilai bagus.
Namun keadaan ini tidak membuat saya otomatis mulus
dalam berkarir.
Konselor: Dari apa yang Anda katakan tentang belajar keras dan
pencapaian nilai belajar yang sangat baik anda merasa tidak
otomatis mendapat karir yang gemilang. Benarkan
demikian?

7. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri merupakan satu keterampilan yakni konselor berbagi
informasi atau pengalaman diri sendiri dengan klien. Hal ini bisa dilakukan
jika informasi itu relevan serta dapat mendatangkan kelegaan kepada klien.

Klien: Ini yang kedua kalinya saya mencoba mengikuti seleksi


penerimaan karyawan baru.
Konselor : Itu bukan hal luar biasa. Saya pun mengikuti seleksi dalam
jabatan seperti ini sebanyak tiga kali sebelum akhirnya saya
diterima dan menduduki jabatan penting.

Contoh di atas, konselor berbagi informasi diri yang bisa menyebabkan


merasa lega dan nyaman. Klien dapat merasakan bahwa bukan dia seorang
saja yang berada dalam kondisi tersebut.

8. Parafrasa
Sesi konseling diperlukan waktu 30 sampai 45 menit. Dalam kondisi
demikian, terlalu banyak hal yang telah dicurahkan oleh klien. Jadi, adalah
wajar untuk seseorang konselor meringkas pernyataan klien dari waktu ke
waktu. Keterampilan seperti ini disebut parafrasa yang bertujuan
memungkinkan konselor memeriksa pemahamannya tentang masalah yang
disampaikan.

Contoh
Klien: Saya harus mendapat posisi penting di pusahaan saya tempat
bekerja. Prestasi kerja saya selama ini sudah sangat baik baik.
Saya telah membuat rencana kerja dengan baik. Semua yang
saya targetkan tercapai dengan hasil memuaskan. Kapan
gerangan saya bisa naik tingkat pada jabatan penting.
Konselor: Tampaknya saudari optimis akan mendapatkan kenaikan
tingkat dalam jabatan di tempat kerja. Indikasi itu logis, atas
pencapaian prestasi kerja selama ini. Bagaimana promosi
jabatan penting yang akan datang dapat saudara raih.

Contoh di atas memperjelas, bahwa parafrasa dapat meningkatkan memori


konselor terhadap isi-isi penting yang telah disebutkan oleh klien. Pada
waktu yang sama, parafrasa juga bisa meningkatkan pemahaman diri klien
tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Parafrasa menimbulkan
kesadaran diri yang berikutnya mungkin akan memberikan pandangan
kepada klien untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.

9. Konfrontasi

Keterampilan konfrontasi digunakan ketika konselor menemukan apa yang


dinyatakan oleh klien berbeda dari tindakannya. Misalnya, seorang mungkin
telah berjanji bahwa dia akan mempersiapkan keterampilan karir yang
diperlukan. Akan tetapi sampai pada masa promosi jabatan, dia masih belum
juga memiliki keterampilan yang dipersyaratkan. Kondisi seperti ini jelas
menunjukkan bahwa konfrontasi bisa digunakan untuk menyadarkan bahwa
kata-katanya berbeda diripada tindakannya.
Klien atau mungkin merasa tergugah ketika konselor bimbingan
mulai menggunakan konfrontasi. Dengan itu, klien mungkin akan
mengakhiri sesi bimbingan dan tidak ingin bertemu dengan konselor lagi.
Karena itu, adalah elok jika konfrontasi hanya digunakan ketika dirasakan
hubungan antara konselor bimbingan dengan klien adalah ramah dan benar-
benar kokoh. Konfrontasi bisa mempercepat proses konseling karena dapat
menimbulkan kesadaran dalam diri dengan cepat. Di samping itu,
konfrontasi mendorong untuk mengubah tingkah lakunya agar sesuai
dengan kata-katanya.

10. Senyap
Dalam sesi konseling, ada kalanya terjadi kesenyapan. Penghentian
sementara ini memiliki berbagai arti. Klien berhenti berbicara karena dia
merasa tidak nyaman untuk memberikan informasi lebih lanjut. Mungkin dia
sedang mengadakan eksplorasi diri, yaitu dia akan mendapat pandangan
terhadap masalah yang dihadapinya. Ada kemungkinan klien itu sedang
mencari ide dan perasaan untuk disampaikan. Jika bisa, biarlah klien itu
berbicara setelah kesenyapan itu. Untuk memecahkan kesenyapan, konselor
dapat menggunakan reaksi berikut:
1. Tampaknya, saudari sedang memikirkan sesuatu. Bisa saya berbagi?
2. Mungkin saudara sudah tersedia untuk berbagi dengan saya tentang apa
yang dipikirkan tadi.
3. Saya kira saudari ada sesuatu yang ingin disampaikan. Silahkan
ceritakan.

11. Keterampilan Ketika Ini (Immediacy)


Konselor mungkin dapat memprediksi perasaan klien dari waktu ke
waktu. Misalnya, ketika mencoba melihat jam tangan beberapa kali,
kemungkinan dia sudah merasa bosan dengan sesi konseling yang panjang
itu. Kemungkinan ini dia ada janji yang lain. Pada masa itu, konselor bisa
berbicara dalam suasana 'di sini dan ketika mi' [here and now).

Misalnya, konselor bisa mengatakan kepada bahwa “Anda kelihatan sudah


lelah dengan sesi itu dan adalah "baik jika sesi itu ditunda saja. Sebenarnya,
keterampilan ketika ini (immediacy) merupakan pengakuan tentang apa yang
terjadi sini dan pada saat ini. Keterampilan ketika ini harus digunakan
dengan waspada karena dapat menyinggung perasaan klien.

12. Merangkum
Tindakan konselor untuk membuat rangkuman merupakan proses
menyimpulkan segala yang dibahas dalam sesi konseling. Merangkum akan
mengutamakan hal-hal penting yang telah dibahas bersama-sama klien.
Merangkum merupakan cara mengakhiri setiap sesi konseling. Hal ini
memungkinkan konselor mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang seseorang klien serta membantunya meninjau kemajuan yang telah
dicapai. Bahasa yang digunakan oleh konselor harus mudah dan jelas.

Contoh
"Mari kita coba rangkum apa yang telah dibahas. Saudari meyakini perlu
merencanakan karir agar tercapai kemantapan pekerjaan. Untuk ini, saudari
akan menuliskan tujuan karir yang akan diwujudkan, dan akan memetakan
pencapaian dalam perencanaan waktu yang terukur. Kesulitan dalam
menetapkan tujuan karir dan cara mencapainya akan kita perbincankan pada
sesi berikutnya."

D. TAHAPAN DALAM BIMBINGAN

Dalam upaya mewujudkan suasana bimbingan dan penyuluhan

karier yang kondusif, maka diperlukan pengusaan sejumlah keterampilan

menciptakan suasana dan komunikasi bimbingan karier yang baik, antara

lain (1) pelibatan (2) eksplorasi, (3) pemahaman (4) bertindak.

Pada tiap pase terdapat aktivitas dan keterampilan pembimbing. Pada


pase Keterlibatan, pembimbing melibatkan konseli dengan menggunakan

attending skills, seperti merapikan meja; mengamati isyarat-isyarat

nonverbal; mendengarkan dan menunjukkan penerimaan. (Keterampilan ini

ada dalam fase-fase selanjutnya).

Pada pase Eksplorasi, pembimbing membantu konseli menggali aspek-aspek

penting dengan menggunakan responding skills, seperti Refleksi dan

Klarifikasi Perasaan; Permintaan untuk Melanjutkan;Pertanyaan-Pertanyaan

spesifik

Pada pase Pemahaman, terdapat kegiatan membantu konseli memahami diri

berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan menerima tanggung jawab

terhadap masalah itu, dengan menggunakan personalizing skills, seperti

Refleksi, Klarifikasi, Interpretasi, Konfrontasi, Diagnosis, Penyajian

Alternatif-Alternatif, Pemberian Umpan Balik.

Dalam pase Bertindak, pembimbing membantu konseli menuangkan

kemauan untuk mencapai tujuan dalam bentuk rencana urutan langkah kerja

yang konkret, dengan menggunakan initiating skills, seperti Pemberian

Struktur, Penyelidikan, Pemberian Informasi, Usul/Saran, Pemberian Umpan

balik, Dukungan/Bombongan.

Anda mungkin juga menyukai