No. Revisi : 00 SOP Tgl Terbit : 1 April 2019 Halaman : 1/7 UPT PUSKESMAS PEMATANG drg.Hj.Renni Susanti.MM KECAMATAN NIP : 197308132006042013 KRAGILAN 1. Pengertian Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi oleh alergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and it’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh Ig E. 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi petugas dalam melakukan penanganan rhinitis alergi 3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Pematang Kecamatan Kragilan Nomor 800/176/SK/PKM-PEM/III/2019 tentang Pelayanan Klinis. 4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. HK.02.02/MENKES/514 Tahun 2015 tentang panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5. Prosedur/ Langkah- A. Alat dan Bahan : ... .langkah Sesuai SOP Pelayanan Klinis B. Langkah-langkah : 1) Petugas memberikan senyum, salam, sapa, mempersilahkan pasien, dan mencocokan identitas pasien. 2) Petugas melakukan anamnesis penyakit (keluhan utama) didapatkan keluhan : Keluhan: a) keluarnya ingus encer dari hidung (rinorea), b) bersin terutama pagi hari. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap patologik dan perlu dicurigai adanya
1 SOP Tatalaksana Rhinitis Alergi
rhinitis alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat. c) hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung (trias alergi) d) berupa mata gatal dan banyak air mata. Faktor Resiko: a) Adanya riwayat atopi. b) Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi merupakan faktor risiko untuk untuk tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul gejala alergis. c) Terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi. 3) Petugas mencuci tangan. 4) Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan. 5) Petugas memeriksa pemeriksaan keadaan umum pasien dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan Fisik: a) Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karena gatal. b) Wajah Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid). c) Pada pemeriksaan faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue). d) Pada pemeriksaan rinoskopi o Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya sekret encer, tipis
2 SOP Tatalaksana Rhinitis Alergi
dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis. Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya deviasi atau perforasi septum. Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konka tidak akan menyusut, sedangkan edema konka akan menyusut. e) Pada kulit kemungkinan terdapat dermatitis atopi. 6) Petugas melakukan penegakan diagnose dan atau differensial diagnosis berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisis. Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and it’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi: a. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. b. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/atau lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:
a. Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. b. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas. Diagnosis Banding a. Rhinitis vasomotor b. Rhinitis akut 7) Petugas melakukan penatalaksanaan pasien Nonfarmakologi :
3 SOP Tatalaksana Rhinitis Alergi
Memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang di deritanya seperti: a) Istirahat cukup b) Konsumsi makanan dan minuman sehat c) Menghindari faktor pencetus Farmakologi : a) Terapi topikal dapat dengan dekongestan hidung topikal melalui semprot hidung. Obat yang biasa digunakan adalah oxymetazolin atau xylometazolin, namun hanya bila hidung sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari (< 2 minggu) untuk menghindari rhinitis medikamentosa. b) Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain. Obat yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat dan triamsinolon. c) Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida yang bermanfaat untuk mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor. d) Terapi oral sistemik 1. Antihistamin Anti histamin generasi 1: difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin. Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine 2. Preparat simpatomimetik golongan agonis alfa dapat dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin. Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin. 8) Petugas melakukan rujukan bila terdapat kriteria rujukan a) Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui jenis alergen. b) Bila perlu dilakukan tindakan operatif. 9) Petugas mencuci tangan.
4 SOP Tatalaksana Rhinitis Alergi
10) Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke rekam medis, data pcare dan data simkes. 6. Diagram Alir -/ ( Terlampir) 7. Unit Terkait A. Pelayanan Pemeriksaan Umum B. Pelayanan MTBS C. Pelayanan Farmasi 8. Rekaman Historis No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai Perubahan Diberlakukan
5 SOP Tatalaksana Rhinitis Alergi
DIAGRAM ALIR SOP TATALAKSANA RHINITIS ALERGI
Petugas memberikan Petugas melakukan anamnese
senyum, salam, sapa, berupa keluhan yang di derita.
mempersilahkan pasien, dan
mencocokan identitas pasien
Petugas melakukan pemeriksaan
Petugas mencuci tangan vital sign
Petugas menegakkan diagnosa dan
Petugas memeriksa pemeriksaan atau deferinsial diagnosis berdasarkan keadaan umum pasien dan anamnesis, pemeriksaan fisik pemeriksaan fisis.
Petugas melakukan rujukan bila Petugas memberikan
terdapat kriteria rujukan penataksanaan farmakologi dan nonfarmakologi
Petugas mencuci tangan Petugas mendokumentasikan
hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data pcare dan data simkes
mempersilahkan pasien, dan mencocokan identitas? 2 Apakah Petugas melakukan anamnesis berupa keluhan yang diderita ? 3 Apakah Petugas melakukan cuci tangan ?
4 Apakah Petugas melakukan pemeriksaan vital sign ?
5 Apakah Petugas memeriksa pemeriksaan keadaan
umum pasien dan melakukan pemeriksaan fisis ? 6 Apakah Petugas melakukan penegakan diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratorium? 7 Apakah Petugas melakukan penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis pasien ? 8 Apakah Petugas melakukan rujukan bila terdapat kriteria rujukan? 9 Apakah Petugas mencuci tangan?
10 Apakah Petugas mendokumentasikan hasil
pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data pcare dan data simkes?