Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari biomasa atau bahan baku alami
melalui proses fermentasi. Fermentasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan
gradual bahan tertentu oleh enzim bakteri, jamur dan ragi. Contoh perubahan kimia
dari fermentasi meliputi pengasaman susu, fermentasi alkohol serta oksidasi
senyawa nitrogen organik.
Ragi yang sering dipergunakan dalam pembuatan bioetanol adalah ragi dari
jenis Saccharomyces cerevisiae Hansen. Fermentasi menggunakan Saccharomyces
cerevisiae Hansen. saja akan menghasilkan etanol dalam jumlah yang kecil karena
proses sakarifikasi hanya berlangsung selama proses destruksi pati dengan
pemanasan, jumlah etanol yang dihasilkan tidak optimal. Oleh karena itu
diperlukan suatu cara untuk menghidrolisis pati menjadi glukosa dalam jumlah
yang lebih banyak.
Salah satu solusi yang dapat dipakai adalah dengan memanfaatkan
mikroorganisme lain untuk dikombinasi dengan Saccharomyces cerevisiae
Hansen. dalam proses fermentasi sehingga etanol yang dihasilkan lebih banyak.
Beberapa penelitian serupa tentang pembuatan bioetanol telah dilakukan di
berbagai negara termasuk di Indonesia, di Thailand, pembuatan bioetanol dari
tumbuhan “Artichoke Jerusalem” dilakukan dengan menggunakan bakteri
Zyomomonas mobilis dan ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen., di Amerika
Serikat, dilakukan penelitian pembuatan bioetanol dari pati kentang dengan
menggunakan jamur Aspergillus niger dan ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen.
Universitas Sumatera Utara yang dikultur bersama (cocultures) penelitian-
penelitian tersebut adalah yang mendasari dilakukannya penelitian bioetanol ini,
dimana mikroorganisme yang digunakan untuk dikombinasikan dengan ragi
Saccharomyces cerevisiae Hansen. adalah jamur Aspergillus awamori Nakaz. yang
sebelumnya di Jepang digunakan dalam penelitian mengenai uji aktivitas enzim α-
amilase yakni enzim yang sama yang berperan dalam memecah pati menjadi

1
molekul glukosa dan oleh sebab itu dengan mengkombinasikan jamur Aspergillus
awamori Nakaz. ini dan ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen. selama
berlangsungnya proses fermentasi diharapkan akan meningkatkan jumlah etanol
yang diperoleh. Jamur Aspergillus awamori Nakaz. berasal dari hasil isolasi koji
atau yang sering disebut sebagai starter dalam pembuatan sake di Jepang yang
menurut hasil penelitian memiliki aktivitas enzim α-amylase yang kuat.
Untuk pembuatan bioetanol, pilihan bahan baku utama yang dapat diambil
adalah ubi kayu. Bahan pendukung lainnya yaitu tetes, ragi, air, urea, NPK, enzyme
alfa amylase, enzyme glukoamilase dan kapur. Langkah yang dilakukan dalam
pembuatan bioetanol yaitu, pengenceran tetes tebu terlebih dahulu, setelah itu
dilakukan penambahan urea dan NPK untuk nutrisi ragi. Langkah yang selanjutnya
yaitu penambahan inokulum atau starter , setelah itu di lakukan fermentasi kedalam
fermentor dan dilakukan sterilisasi (pemanasan pada suhu 80˚C selama 30 menit)
dan di fermentasi selama kurang lebih 3 hari. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan
tahap destilasi pada suhu 79-61˚C.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu merencanakan prosuksi bioethanol
2. Mahasiswa mampu mempersiapkan bahan baku dan inoculum/starter
3. Mahasiswa mampu melakukan proses fermentasi Bioethanol dari bahan
bergula dan bahahan berpati
4. Mahasiswa mampu melakukan proses destilasi dan dehidrasi Bioethanol
5. Mahasiswa mampu melakukan analisa sifat-sifat Bioethanol yang di hasilkan

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tetes Tebu
Molase adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu
( Saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental dan diperoleh dari
tahap pemisahan kristalgula. Molase tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa
namun masih mengandung guladengan kadar tinggi 50 – 60%, asam amino dan
mineral. Tingginya kandungan gula dalammolase sangat potensial dimanfaatkan
sebagai bahan baku bioetanol. (Anonim, 2019).
Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat
menghasilkanetanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molase berkisar antara
5,5 – 6,5. Molaseyang masih mengandung kadar gula 10 – 18% telah memberikan
hasil yang memuaskandalam pembuatan etanol (Anonim, 2019).
B. Bioetanol
Bioetanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses
fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan
bioetanol dapat berupa ubi kayu, jagung, ubi jalar, tebu dan lain-lain. Semuanya
merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat mudah ditemukan di
Indonesia karena iklim dan keadaan tanah Indonesia yang mendukung
pertumbuhan tanaman tersebut (Ignata, 2008).
Namun, dari semua jenis tanaman tersebut tetes tebu merupakan bahan baku
yang paling banyak menghasilkan etanol jika diolah. Bioetanol yang mempunyai
grade 90-95% biasanya digunakan pada industri,sedangkan bioetanol yang
mempunyai grade 95 – 99% atau disebut alkohol teknisdigunakan sebagai
campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi.Sedangkan grade etanol
yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakarkendaraan bermotor harus betul-
betul kering dananhydrous supaya tidak menimbulkankorosi, sehingga etanol harus
mempunyai grade tinggi antara 99,6 – 99,8% (Fuel Grade Ethanol = FGE).
Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap konversikarbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air (Ignata, 2008).

3
C. Proses Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan kurang lebih selama 3 hari dan salah satu
tandanya bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya
gelumbung – gelembung udara. Dan kadar etanol di dalam cairan fermentasi
kurang lebih 7 – 10 % dan dimaksudkan unttuk mengubah glukosa menjadi etanol
(alkohol) dengan menghunakan yeast atau ragi (Fessenden, 1997).
Kadar bio-ethanol yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya
mencapai 8 sampai 10 % saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar
alkohol 95 persen diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi. (Fessenden,
1997).
D. Destilasi
Secara sederhana distilasi adalah proses pemisahan bahan cairan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Distilasi etanol berarti memisahkan etanol dengan air. Air
mendidih pada suhu 100°C. Pada suhu ini air yg berada pada bentuk/fase cair akan
berubah menjadi uap/fase gas. Meskipun kita panaskan terus suhu tidak akan naik
(asal tekanan sama). Air akan terus berubah jadi uap dan lama kelamaan habis.
Etanol mendidih pada suhu 79°C. Seperti halnya air, etanol berubah dari cair
menjadi uap (Cholida, 2005).
Ada perbedaan suhu cukup besar dan ini dijadikan dasar untuk memisahkan
etanol dari air. Jadi prinsip kerja distilasi etanol kurang lebih seperti ini. Pertama
cairan fermentasi dipanaskan sampai suhu titik didih etanol. Kurang lebih 79°C,
tapi biasanya pada suhu 80-81°C. Etanol akan menguap dan uap etanol
ditampung/disalurkan melalui tabung. Di tabung ini suhu uap etanol diturunkan
sampai di bawah titik didihnya. Etanol akan berubah lagi dari fase gas ke fase cair.
Selanjutnya etanol yang sudah mencair ditampung di bak-bak penampungan
(Cholida, 2005).

4
II. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
A. Tempat dan waktu kegiatan
Waktu dalam pengolahan Bioethanol, kami laksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juli 2019
Waktu : pukul 07.00 s/d selesai
Tempat pelaksanaan praktik di pilot plant Instiper
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi: satu unit
peralatan pengolahan bioethanol, timbangan, gelas ukur 1 liter, tetes tebu, ragi, air,
urea, NPK, enzim alfa amilase, enzim glukoamilase, kapur.
C. Prosedur Kegiatan
1.1 Pengenceran tetes tebu
a. Kadar gula yang diinginkan untuk proses fermentasi adalah sekitar 14 %
(14 briks).
b. Dilakukan pengecekan kadar gula (briks) dan pH tetes.
c. Dilakukan pengenceran tetes dengan rumus V1N1 = V2N2.
d. Tetes kental mempunyai briks = 25 % (25 briks), volume media fermentasi
yang akan dibuat 10 liter dengan kadar 14 % (14 briks), maka tetes kental
yang diambil adalah
10𝑥14
Volume tetes = 5,6 liter
25

Diambil 5,6 liter tetes kental dan tambahkan air sebanyak 4,4 liter (volume
total 10 liter), aduk hingga merata.
1.2 Penambahan urea dan NPK untuk nutrisi ragi
a. Jumlah urea yang ditambahkan 0,5 % dari total jumlah tetes.
b. Jumlah NPK sebanyak 0,1 % dari total jumlah tetes.
c. Untuk kadar gula 14 % (tetes 5,6 liter) maka penambahan urea 28 gram dan
NPK 5,6 gram).

5
d. Digerus urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam
larutan fermentasi dan diaduk.
e. Dilakukan pengaturan pH menjadi 4,5-5 dengan menambahkan asam asetat.
1.3 Penambahan inoculum atau starter
a. Sebelumnya disiapkan 600 ml media fermentasi yang udah diberi nutrisi
dan disterilisasi. Tambahkan 2 % ragi roti (fermipan) atau sebanyak 11
gram, inkubasi selama 24 jam pada suhu 30 oC.
b. Masukkan starter yang sudah berumur 24 jam tersebut kedalam 5 liter
media fermentasi steril, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30
o
C. Starter ini siap diinokulasikan pada proses fermentasi.
1.4 Tahap fermentasi
a. Masukan media fermentasi kedalam fermentor dan lakukan sterilisasi
(pemanasan pada suhu 80 oC selama 30 menit. Kemudian didinginkan dan
suhu mencapai 30-36 oC. Setelah dingin, masukkan inokulum yang sudah
dibuat sebelumnya.
b. Proses fermentasi kurang lebih 3 hari.
1.5 Tahap destilasi
a. Setelah fermentasi berjalan 3 hari, maka cairan fermentasi dipompa ke
dalam kolom destilasi yang suhunya diatur antara 80 oC. Pada suhu ini maka
etanol akan menguap dan melewati kondensor sehingga yang tadinya dalam
bentuk uap berubah dalam bentuk cairan. Lakukan pengecekan kadar
alkohol yang dihasilkan.
1.6 Analisis alkohol
a. Volume bioethanol
b. Sifat-sifat bioethanol : densitas (berat jenis), kadar alkohol.
c. Rendemen/yield
1.7 Lakukan analisa ekonomi (menghitung harga pokok dari produk yang
dihasilkan.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengolahan Bioethanol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Pengolahan Tetes Tebu menjadi Bioethanol

No Acara Kegiatan Hasil

1. 1. Melakukan pengenceran a. Kadar gula tetes : 25 briks


tetes tebu (kadar 14 b. Perhitungan pengenceran
briks) 10 𝑥 14
= 5,6 liter tetes
25

tebu
c. Volume tetes : 5,6 liter
d. Volum air : 4,4 liter
e. Total volume media
fermentasi : 10 liter
A. Pembuatan
2. Penambahan urea dan a. Jumlah urea : 28 gr
bioethanol
NPK untuk nutrisi ragi b. Jumlah NPK ; 5,6 gr
dari tetes
dan pengaturan pH. c. Cek pH media
Fermentasi : 5
3. Penyiapan inokulum a. Proses scale up
/starter Starter yang sudah
berumur 24 jam
dimasukkan ke dalam 5
liter media fermentasi
steril, selanjutnya
diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 30 oC. Starter
ini siap diinokulasikan
pada proses fermentasi.

7
4. Proses destilasi a. Suhu destilasi : 80 °C

b. Volume bioethanol : 165


mL
c. Densitas alkohol : 0,893
d. Kadar alkohol : 70 %
e. Rendemen/Yield : 0,925
%

B. Analisis Biaya
Tabel 4. TFC .
No Nama alat Harga /satuan Jangka waktu Harga per hari
penggunaan
1 Kompor Rp 300.000 730 hari Rp 411
2 Panci Rp 30.000 365 hari Rp 82
3 Destilator Rp 20.000.000 1825 hari Rp 11000
4 Jerigen Rp 50.000 365 hari Rp 137
5 Refraknometer Rp 500.000 1825 hari Rp 274
6 Timbangan Rp 500.000 1825 hari Rp 274
analitik
7 Alkohol meter Rp 150.000 1095 hari Rp 137
8 Tenaga kerja 10 x Rp 30.000 - Rp 300.000
Jumlah Total/hari Rp 312.000/Hari

Tabel 5. TVC
No Nama Bahan Jumlah * harga(Rp) Total / Hari
1 Tetes 4,8 liter x Rp 2500 Rp 12.00
2 Elpiji 12 kg 1 x Rp 140.000 Rp 140.000
3 Urea 24 g x Rp 2000 (100 ml) Rp 480
4 Asam asetat 0,5 ml x Rp 39.000 (1000 ml) Rp 20

8
5 Fermipan 1 sachet x Rp 1000 Rp 1000
6 listrik 5 kwh x Rp 2500 Rp 12.500
Total Rp 166.000/hari

TC=TFC+TVC
= Rp 312.000 + Rp 166.000
= Rp 478.000/hari
𝑇𝐶 𝑅𝑝 478.000
HPP = = = Rp 3.540,7/ml
𝑄 135 𝑚𝑙

B. Pembahasan
Destilasi, Untuk memurnikan bioethanol menjadi berkadar lebih dari 95 %
agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol hasil fermentasi yang
mempunyai kemurnian sekitar 40 % tadi harus melewati proses destilasi untuk
memisahkan alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik didih
kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali.
Pembuatan bioethanol menggunakan tetes tebu, pertama menentukan kadar
gula tetes sebanyak 26 briks, kemudian dilakukan pengenceran dengan melakukan
perhitungan pegenceran menghasilkan 5,6 liter, dengan volume tetes sebanyak 5,6
liter, volume air sebanyak 4,4 liter, dengan total media sebanyak 10 liter. Kemudian
penambahan urea yang berfungsi sebagai bahan makanan bagi ragi atau nutrisi.
Penambahan ragi sebanyak 2% dari kadar gula yang ada di dalam larutan molase.
Kadar Urea yang dibutuhkan yaitu 0,5% dari besarnya kadar gula yang ada di dalam
larutan fermentasi. Urea yang ditambahkan sebanyak 28 gram, NPK yang
ditambahkan 5,6 gram dan pH Fermentasi adalah 5. Selanjutnya dilakukan scale
up atau penggandaan skala yang bertujuan agar hasil lebih banyak.
Setelah proses fermentasi dilakukan proses destilasi dalam suhu 80 oC.
Destilasi atau lebih dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk
memisahkan alcohol dalam cairan tetes tebu hasil fermentasi. Dimana bahan yang
di destilasi sebanyak 165 mL dan menghasilkan rendemen 0,925 %, densitas 0,893,
kadar alkohol 68 %. Rendemen yang rendah memungkinkan terjadi kesalahan

9
pelaksanaan seperti kurang maksimumnya pembentukan alkohol pada bahan, suhu
destilasi yang tidak tepat, human error, dan sebagainya.

10
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dalam kegiatan kali ini yaitu :


1. Bioethanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas.
2. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus
bangunnya CH3-CH2-OH.
3. Produksi etanol (alkohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa)
larut.
4. Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi ethanol/bio-
ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast.
5. Destilasi atau lebih dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk
memisahkan alcohol dalam cairan tetes tebu hasil fermentasi.
6. Dengan rendemen yang rendah kemungkinan terjadi kesalahan pelaksanaan seperti
belum terbentuknya alkohol pada saat fermentasi, suhu destilasi belum tepat,
human error, dll.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019. “Buku Panduan Praktek lapangan”, Institut Pertanian STIPER,


Yogyakarta.
Cholida. 2005. “Pembuatan Alkohol dari Ampas Tepung Tapioka”. Surakarta. Program
Studi D III Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Fessenden. 1997. “ Kimia Organik edisi ketiga “. Jakarta. Erlangga.
Ignata. 2008. “Pembuatan Bioetanol dari Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.)
Schott)”. Surakarta. Program Studi D III Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai