Karya Tulis Ilmiah Senam Hamil
Karya Tulis Ilmiah Senam Hamil
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan
Diajukan Oleh :
ARINDA KURNITASARI
NIM : P.0712406161
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah berjudul “Hubungan Senam Hamil dengan Lama Fase Aktif pada Nullipara di
BPS Muryati Kabupaten Sleman
Tahun 2008-2009” ini telah mendapat persetujuan pada
Tanggal September 2009
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Yogyakarta
Hubungan Senam Hamil dengan Lama Fase Aktif pada Nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman
Tahun 2008-2009
Disusun Oleh :
Arinda Kurnitasari
NIM: P.0712406161
Ketua
Martoyo, SKM ………………..
NIP.19941106 196802 1 001
Anggota
Siti Tyastuti, S. Kep, Ns. S. ST ………………….
NIP. 19560330 198103 2 001
Anggota
Nining Wiyati, S. Pd , APP, M. Kes .……………..
NIP. 140 097 198
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Yogyakarta
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Senam Hamil dengan Lama Fase Aktif di
BPS Muryati Kabupaten Sleman Tahun 2008-2009” dapat terselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan di Politeknik Kesehatan Jurusan Kebidanan.
Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. DR. Lucky Herawati, SKM, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Departemen
Kesesehatan Yogyakarta.
2. Siti Tyastuti, S.Kep, Ns, S.ST.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Martoyo, SKM, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Nining Wiyati, S. Pd., APP, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Segenap Staf dan Karyawan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan
Yogyakarta.
6. Orangtua, adik dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a dan semangat
kepada penulis selama ini.
7. Bidan Muryati Sunardi yang telah mengizinkan diadakannya penelitian dan banyak membantu
serta memberi semangat kepada penulis.
8. Sahabat senasib seperjuangan angkatan 2006 yang yang senantiasa menjalin kekompakan
dan semangat selama menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Harapan penulis semoga Karya Tulis
Ilmiah ini bermanfaat. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN ix
INTISARI x
ABSTRACT xi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Ruang Lingkup 7
E. Manfaat Penelitian 7
F. Keaslian Penelitian 7
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Tingkat Hubungan Variabel Penelitian Menurut
Besarnya Koefisien Korelasi 33
Tabel 2 : Distribusi frekuensi Senam Hamil pada Nullipara di
BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009 36
Tabel 3 : Distribusi frekuensi lama fase aktif pada Nullipara di
BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009 37.
Tabel 4 : Tabel 2 x 2 37
Tabel 5 : Uji Chi Square (x2 38
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
INTISARI
Latar Belakang : Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini menjadi isu yang sangat serius
dan masih tertinggi di Asia yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Elisabeth, 2009),
sedangkan visi Indonesia Sehat 2010 adalah target AKI 150/100.000 kelahiran hidup, dan target
dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75%
pada 2015 (Sadli dan Kalibonso, 2008). Penyebab kematian ibu hamil itu adalah perdarahan
setelah persalinan 28%, infeksi 10%, eklamsi 13%, dan partus lama mempunyai kontribusi
terhadap kematian ibu hamil sebesar 9% di Indonesia, dan 8% di dunia (Indriyani, D., Amiruddin,
R., 2007). Partus lama disebabkan oleh faktor jalan lahir, janin, dan tenaga. Maka untuk mencapai
persalinan fisiologis yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah tenaga atau power yang
dapat ditingkatkan dengan senam hamil dan Di BPS Muryati di dapatkan fakta bahwa ibu hamil
yang mengikuti senam hamil fae aktifnya lebih singkat.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui seberapa erat hubungan senam hamil dengan lama fase
aktif pada nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.
Hasil : Didapatkan hasil X2 hitung > X2 tabel dan nilai p = 1.694e-12. Koefisien kontingensi
sebesar 0,6056. Menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara senam hamil dengan lama fase
aktif adalah kuat.
Kesimpulan : Ada hubungan yang kuat antara senam hamil dengan lama fase aktif pada
nullipara.
Background : Maternal death rate in Indonesia now being a great issue and the highest in Asia
there is 248 every 100.000 life birth in 2007 (Elisabeth, 2009), whereas Indonesian safe vision
2010 is 150 every 100.000 life birth and Millennium Development Goals (MDGs) target is to
decrease maternal death rate until 75% in 2015 (Sadli dan Kalibonso, 2008). Maternal death
caused by post partum haemorrage 28%, infection 10%, eclampsia 13%, and prolonged labor
contribution Maternal death rate 9% in Indonesia, and 8% in the world (Indriyani, D., Amiruddin,
R., 2007). Prolonged labor caused by passage, power, and passenger factor. Therefore, to get
normal labor you can manipulation or reins is power factor that can improve with exercise during
pregnancy and in BPS Muryati we can get fact that pregnant woman who doing exercise can get
their active labor faster than other.
Objectives : This study was aimed at finding out the relationship between exercise during
pregnancy with nullipara active labor in BPS Muryati Sleman residence in 2008-2009.
Methods : Noneksperimental researches cross sectional approach and secondary data. Sampling
technique is purposive random sampling wich is restricted by inclusion exclusion criterian so it is
found 86 respondent and each other 43 case and control groups. Analysing experiment is counting
Chi-Square to know the relation between exercise during pregnancy with nullipara active labor in
confident interval 95%, contingent coefficient to know the closeness of relation.
Results : It is found the value of X2 count > X2 table, and p value = 1.694e-12. Contingent
coefficient is 0,6056. It is indicate that between exercise during pregnancy with nullipara active
labor is closeness of relationship.
Conclusion : The relation between exercise during pregnancy with nullipara active labor is high
closeness of relation
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah serius bagi dunia.
Hal tersebut terbukti dengan diadakannya konferensi-konferensi internasional seperti pada tahun
1994 diadakan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir
yang menyatakan agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan
selamat dan pada tahun 1995 di Beijing, Cina, diadakan Fourth Worid Conference on Women,
kemudian pada tahun 1997 di Colombo, Sri Lanka diadakan Safe Motherhood Technical
Consultation dimana dalam setiap konferensi internasional tersebut ditekankan perlu
dipercepatnya penurunan angka kematian ibu (Prawirohardjo, 2002). Pada tahun 1999, WHO
meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang meminta perhatian pemerintah dan
masyarakat di setiap negara diantaranya untuk menempatkan “Empat pilar Safe Motherhood”,
yaitu: (1) Keluarga Berencana (KB), (2) Asuhan antenatal, (3) Persalinan bersih dan aman, dan
(4) Pelayanan obstetri esensial, dalam rencana pembangunan nasional dan internasional
(Prawirohardjo, 2002).
Sejalan dengan pihak internasional, pemerintah Indonesia mengambil berbagai kebijakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI), terlebih AKI di Indonesia saat ini menjadi isu yang sangat
serius dan masih tertinggi di Asia yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Elisabeth,
2009). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009, ditargetkan pencapaian AKI
sebesar 226/100.000 kelahiran hidup pada 2009, selain itu salah satu Indikator derajat kesehatan
dari visi Indonesia Sehat 2010 adalah target AKI 150/100.000 kelahiran hidup, dan bahkan target
dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75%
pada 2015 (Sadli dan Kalibonso, 2008). Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang dirintis pada tahun 1996
juga ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu selama hamil, bersalin, dan
nifas sesuai dengan tujuan utama antenatal care (ANC) atau asuhan kehamilan sendiri adalah
untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina
hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan (Prawirohardjo, 2002).
Sumber awal masalah kematian ibu dimulai pada masa kehamilan yang berlanjut pada waktu
bersalinan dan nifas. Penyebab kematian ibu hamil itu adalah perdarahan setelah persalinan 28%,
infeksi 10%, eklamsi 13%, dan proses persalinan yang lama atau sering disebut partus lama
mempunyai kontribusi terhadap kematian ibu hamil sebesar 9% di Indonesia, dan 8% di dunia
(Indriyani, D., Amiruddin, R., 2007). Sebab utama partus lama adalah: (1) Disproporsi fetopelvik
(faktor jalan lahir); (2) Malpresentasi dan malposisi (faktor janin); dan (3) Kerja uterus yang tidak
efisien, termasuk cervix yang kaku (faktor tenaga) (Oxorn, 2003). Sehingga untuk mencapai
persalinan fisiologis yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah masalah tenaga atau power
yang dapat ditingkatkan dengan senam hamil.
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-
otot dinding perut, ligamen-ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses
persalinan (FK Unpad, 1998 cit Hanafi, 2008). Salah satu tujuan senam hamil adalah membimbing
wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis (Mochtar, 1998). Wanita yang melakukan senam
secara teratur selama kehamilannya melaporkan tingkat kehabisan tenaga/penggunaan yang
rendah selama kehamilan dan persalinan, sedikit mengalami ketidaknyamanan dan lebih cepat
sembuh pada masa paska salin daripada ibu yang tidak melakukan senam atau yang
menghentikan senamnya (Pusdiknakes, 2001). Keuntungan senam hamil adalah meningkatkan
kepercayaan pengetahuan tentang kekuatan persalinan sehingga waktu persalinan dapat
dipersingkat dan rasa sakit dikurangi (Manuaba,1999). Wanita yang bugar karena berolahraga
aerobik atau berlari secara teratur terbukti mengalami fase persalinan aktif yang lebih singkat dan
mengalami lebih sedikit persalinan dengan seksio sesarea, pencemaran mekonium dalam air
ketuban, dan gawat janin selama persalinan (Clapp dkk, 1999 cit Cunningham et al, 2005). Wanita
yang giat dalam latihan hanya memerlukan sedikit intervensi dalam proses melahirkan, penurunan
angka kelahiran sesar yang besar dan, memperpendek fase aktif pada kala satu dan
memperpendek kala dua proses melahirkan daripada wanita yang tidak berlatih serta lebih sedikit
kemungkinan terjadi gestasi mundur (Clapp J. F., Botkin, Hall, Pender, Sallis, cit Varney et all,
2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Poedjo Hartono, Hening Laswati Putra, dan Imam Rasyidi pada
tahun 1994 adalah program senam hamil pada perawatan antenatal di RSUD Dr.Sutomo Surabaya
dapat memberikan dampak positif dalam usaha menurunkan insiden partus lama , memperpendek
lama persalinan kala II dan aman bagi buah kehamilannya maupun hasil persalinannya . Hal
tersebut selaras dengan penelitian Marsiyem tahun 2003 mengenai hubungan frekuensi senam
hamil dengan lama persalinan ibu-ibu bersalin di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2001 yang hasil
uji statistiknya menjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi senam hamil dengan lama
persalinan pada wanita primigravida dan multipara.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada waktu Praktik Klinik Kebidanan II pada bulan
Oktober 2008 di BPS Muryati, di Gendingsari, Tirtomartani, Kalasan, Sleman dijumpai 7 ibu
bersalin yang pernah mengikuti senam hamil yang ternyata lama waktu persalinannya lebih
singkat yang terlihat dari fase aktifnya lebih pendek dibandingkan dengan grafik partograf.
Walaupun layanan senam hamil disediakan oleh petugas dan berbagai buku, jurnal, dan berbagai
media banyak yang menyebutkan bahwa senam hamil bermanfaat untuk persalinan tetapi tetap
saja tidak semua ibu hamil yang ANC melaksanakan senam hamil.
B. Rumusan Masalah
KEPMENKES NO.900/2002/V/18/d menjelaskan bahwa bidan sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan yang langsung terjun ke masyarakat khususnya bagi seluruh wanita (ibu), dalam
rangka mewujudkan persalinan yang fisiologis, bidan mempunyai tugas untuk memberikan
pelayanan antenatal antenatal atau ANC seperti bimbingan senam hamil. Sehingga pada bulan
Agustus 2008 BPS Muryati di Kabupaten Sleman mulai memberikan pelayanan senam hamil. Di
berbagai jurnal, buku bahkan penelitian telah dijelaskan bahwa senam hamil memberikan
pengaruh terhadap lama persalinan sehingga penelitian ini sangat penting dilaksanakan untuk
mengetahui seperti apa pengaruh tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Seberapa erat hubungan
senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara yang bersalin di BPS Muryati tahun 2008-
2009?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui seberapa erat hubungan senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara di BPS
Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui frekuensi senam, hamil pada nullipara yang bersalin di BPS Muryati Kabupaten
Sleman tahun 2008-2009.
b. Diketahui lama fase aktif pada nullipara yang bersalin di BPS Muryati Kabupaten Sleman
tahun 2008-2009.
c. Diketahui hubungan senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara di BPS Muryati
Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kebidanan tentang pelayanan antenatal mengenai
senam hamil dengan lama persalinan, karena secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam menurunkan angka kematian ibu.
E. Manfaat Penelitian
1. Praktis
Sebagai bahan informasi, masukan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan
kebidanan mengenai layanan antenatal khususnya senam hamil kepada bidan Muryati sebagai
penyedia layanan dan pada ibu hamil.
2. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya kebidanan untuk dapat memberikan wawasan baru mengenai hubungan senam hamil
dengan lama persalinan.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Marsiyem dengan judul “Hubungan Frekuensi Senam
Hamil dengan Lama Persalinan Ibu-Ibu Bersalin di Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2001”. Jenis
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang hasilnya adalah ada hubungan negatif
antara senam hamil dengan lama persalinan pada primigravida dan multipara. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah pada metode penelitian yang digunakan, kesamaanya hanya pada jenis dan
desainnya saja yaitu sama-sama noneksperimental dan menggunakan pendekatan cross sectional,
sedangkan perbedaanya da pada judul, variabel, tempat, latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, tinjauan teori, kerangka teori, kerangka konsep, hipotesis, waktu, populasi, sampel,
sampling, tehnik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan pengolahan serta analisis
data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a. Istilah yang ada hubungannya dengan Persalinan
Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 1998). Definisi
lain dari persalinan atau melahirkan adalah proses mendorong janin dan plasenta keluar dari
uterus oleh kontraksi-kontraksi miometrium yang terkoordinasi (Llewellyn-Jones, 2002).
Menurut jenis persalinan persalinan dibagi menjadi dua yaitu partus biasa (normal) dan partus luar
biasa (abnormal). Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah bila bayi lahir dalam
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo,
2002). Sedangkan partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea (Mochtar, 1998).
Menurut umur kehamilan dikenal istilah persalinan maturus atau aterm (cukup bulan), yaitu
persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu, berat janin di atas 2500 g dan sering pula
dikenal istilah persalinan presipitatus, yaitu partus yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Manuaba, 1998).
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Persalinan sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor mekanik (Llewellyn-Jones, 2002), yaitu faktor jalan
lahir (passage), janin (passenger), dan tenaga (power) (Mochtar, 1998). Sehingga untuk
mencapai persalinan normal yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah masalah tenaga
atau power yang dapat ditingkatkan dengan senam hamil.
Faktor jalan lahir (passage) meliputi bentuk dan ukuran jaringan tulang serta jaringan lunak pada
panggul yang meliputi uterus (pada kehamilan dapat dibagi menjadi segmen atas rahim, segmen
bawah uterus, dan serviks uterus), otot dasar panggul, dan perineum (Llewellyn-Jones, 2002).
Segmen atas uterus terdiri dari fundus dan terletak di atas refleksi lipatan vesiko-uterina
peritoneum yang pada persalinan memberikan kontraksi yang kuat untuk mendorong janin ke
jalan lahir (Llewellyn-Jones, 2002). Segmen bawah uterus terletak di antara lipatan vesiko-uterina
peritoneum di sebelah atas dan serviks di bawah yang selama kehamilan bagian atas serviks
termasuk ke dalam segmen bawah uterus, yang meregang untuk mengakomodasi bagian
presentasi janin dan ketika kontraksi otot segmen atas meningkatkan frekuensi dan kekuatannya
pada kehamilan lanjut, segmen bawah uterus berkembang lebih cepat lagi dan teregang secara
radikal untuk memungkinkan turunnya bagian presentasi janin sehingga pada saat persainan,
seluruh serviks menyatu menjadi bagian bawah uterus yang teregang (Llewellyn-Jones, 2002).
Serviks pada kehamlan lanjut menjadi lebih lunak karena perubahan-perubahan kimiawi di dalam
serabut kolagen, dan menjadi lebih pendek karena tergabung dalam segmen bawah uterus serta
bagian ini juga mengalami berbagai derajat dilatasi (Llewellyn-Jones, 2002). Pembentukan Jalan
Lahir Sewaktu Persalinan terjadi ketika kontraksi dan retraksi miometrium sudah menghasilkan
dilatasi serviks lengkap, kepala janin turun ke dalam vagina yang mengembang untuk
menerimanya (Llewellyn-Jones, 2002).
Janin (Passenger) dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya dan
dari semua bagian janin, kepala janin merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan,
tetapi, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui
jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat (Llewellyn-Jones, 2002).
Mekanisme faktor tenaga (power) pada persalinan normal adalah sebagai berikut: intensitas dan
fase peningkatan kontraksi pada segmen atas uterus lebih besar karena ototnya lebih tebal dan
jumlah aktimiosin lebih banyak untuk berkontraksi, dan apabila intensitas dan frekuensi kontraksi
uterus yang bervariasi selama persalinan semakin meningkat maka waktu persalinan akan
semakin maju (Llewellyn-Jones, 2002). Kontraksi persalinan yang terkoordinasi menyebabkan
pemendekan permanen serabut-serabut otot dan karena kontraksi ini maksimal terjadi pada
bagian atas uterus, tegangan distensi diarahkan ke bagian bawah yang kurang muscular, dan lebih
lagi ke bagian serviks yang sedikit mengandung otot akan mengakibatkan serviks berdilatasi
secara melingkar pada setiap kontraksi dan menutup pada akhir kontraksi; tetapi karena retraksi
otot pada uterus bagian atas, terjadi dilatasi yang permanen tetapi sedikit pada setiap kontraksi
(Llewellyn-Jones, 2002). Pada persalinan kala kedua, kontraksi volunter otot diafragma dan otot-
otot abdomen, membantu kontraksi uterus, mendorong bayi ke arah bawah melalui vagina yang
berdilatasi dan mengatasi tahanan otot-otot perineum untuk maju serta gaya yang dikerahkan ke
janin pada puncak setiap usaha menekan ke bawah dibagi menjadi dua komponen: gaya yang
mendorong kepala ke arah bawah, dan yang lain gaya dilatasi (pembukaan), yang meregangkan
jalan lahir melawan tahanan panggul dan otot-otot perineum (jika membran ketuban masih utuh,
resultan gaya lebih kecil, karena cairan amnion menyeimbangkan bagian gaya ini) serta karena
otot-otot dasar panggul membentuk suatu alur yang miring, dan karena kepala berbentuk bundar,
tekanan tambahan menyebabkan rotasi oksiput melewati 900 sehingga terletak di anterior
(Llewellyn-Jones, 2002). Aktivitas uterus berlanjut tanpa berubah setelah pengeluaran janin
hingga menyebabkan pengeluaran plasenta dari segmen atas uteri, antara 2 dan 6 menit setelah
kelahiran bayi dan begitu plasenta keluar dari segmen atas uterus, aktivitas uterus berkurang,
tetapi kontraksi dengan intensitas sekitar 60-80 mmHg masih berlangsung secara teratur selama
48 jam setelah persalinan, dan frekuensinya berkurang seiring dengan waktu (Llewellyn-Jones,
2002).
Selain faktor jalan lahir, janin, dan tenaga atau kekuatan, faktor psikis wanita (ibu) merupakan
salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam setiap persalinan (Mochtar, 1998). Maka
dianjurkan adanya pendampingan suami dan keluarga (JNPK-KR, 2007). Hal lain yang tidak dapat
diabaikan pada wanita hamil adalah kadar hemoglobin sebab anemia pada kehamilan
mempengaruhi terjadinya inersia uteri dan partus lama serta kelelahan ibu saat melahirkan
(Mochtar, 1998). Sehingga untuk mencapai persalinan fisiologis diperlukan pertolongan persalinan
yang bersih dan aman (Prawirohardjo, 2002).
c. Proses Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi empat kala yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV
(Mochtar,1998). Kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm, kala II adalah kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengejan mendorong janin keluar, kala III adalah waktu untuk plepasan dan
pemgeluaran uri, dan kala IV adalah waktu dari keluarnya uri dari 1-2 jam (Mochtar, 1998).
Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu: (1) fase laten; dimulai sejak awal berkontraksi
hingga pembukaan 3 cm dan berlangsung hingga 8 jam; dan (2) fase aktif, frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berkangsung selama 40 detik atau lebih) dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan sedikitnya 1 cm setiap jam (nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2
cm (multipara) serta terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-KR, 2007). Nullipara adalah
seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable) untuk pertama kali
sedangkan multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk
beberapa kali (Prawirohardjo, 2005). Pembukaan serviks dapat dinilai dengan periksa dalam setiap
4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit) (JNPK-KR, 2007).
2. Senam Hamil
a. Definisi Senam Hamil
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan yang kegunaannya untuk memperkuat dan
mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligament, otot dasar panggul yang
berhubungan dengan proses persalinan (FK Unpad, 1998 cit Hanafi, 2008). Lama kehamilan yaitu
280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan yang terbagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan I (0-
12 minggu), triwulan II (12-28 minggu), dan triwulan III (28-40 minggu) sehingga rumus yang
dibuat Naegele digunakan untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL) (Mochtar, 1999). Meskipun
demikian, senam hamil dilakukan setelah kehamilan berumur 20-22 minggu (Manuaba, 1999).
b. Tujuan Senam Hamil
Tujuan senam hamil adalah membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis (Mochtar,
1998). Tujuan tersebut dijabarkan menjadi dua, yaitu tujuan secara umum dan khusus, tujuan
tersebut dijabarkan sebagai berikut: (1) tujuan umum antara lain melalui latihan senam hamil
yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses
mekanisme persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri
sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan, membimbing wanita menuju suatu persalinan
yang fisiologis; (2) tujuan khususnya antara lain memperkuat dan mempertahankan elastisitas
otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia yang berperan
dalam mekanisme persalinan, melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan dengan
proses persalinan, membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi
keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi sesak nafas, menguasai teknik-teknik pernafasan
dalam persalinan, dapat mengatur diri kepada ketenangan (Mochtar, 1999 cit Hanafi, 2008).
c. Syarat Senam Hamil
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil,
syarat tersebut antara lain: (1) telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter
atau bidan, (2) latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu, Latihan dilakukan secara
teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu, (3) sebaiknya latihan dilakukan di rumah
sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil (Mochtar, 1999).
d. Kontra Indikasi Senam Hamil
Terdapat pula beberapa kontra indikasi senam hamil yang harus diperhatikan, antara lain: (1)
Kontra Indikasi Absolute atau Mutlak, apabila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung,
penyakit paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan, pervaginam pada
trimester II dan III, kelainan letak plasenta, seperti plasenta previa, preeklamsi maupun
hipertensi, (2) Kontra Indikasi Relative, apabila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama
jantung tidak teratur, paru bronchitis kronis, riwayat DM, obesitas, terlalu kurus, penyakit dengan
riwayat operasi tulang ortopedi, dan perokok berat, dan (3) Segera menghentikan senam hamil,
apabila terjadi gejala perdarahan pervaginam, sesak saat senam, sakit kepala, nyeri dada, nyeri
otot, gejala kelahiran premature, penurunan gerakan bayi intra uterin (Adi Wiyono, 2004 cit
Hanafi, 2008).
Beberapa tanda dan gejala senam hamil harus dihentikan, antara lain: (1) timbul rasa nyeri,
terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada persendian, (2) kontraksi rahim yang lebih
sering (interval 140 x/menit), (6) mual dan muntah yang menetap, (7) kesulitan jalan, (8)
pembengkakan yang menyeluruh, dan (9) aktifitas janin yang berkurang (Hening, 1992 cit Hanafi,
2008).
e. Sarana dan Prasarana Pendukung Senam Hamil
Dalam melakukan senam hamil diperlukan tempat untuk melakukan latihan tersebut, adapun
syarat dari tempat senam hamil tersebut adalah: (1) ruangan cukup luas, udara segar, terang dan
bersih, (2) Lantai ditutup karpet supaya aman, tidak lembab dan cukup hangat, (3) dinding
ruangan dalam dilapis cermin secukupnya agar membantu ibu untuk konsentrasi dan memberi
kesempatan untuk mengkoreksi gerakannya sendini, (4) Alat dan perkakas di dalam ruangan
dipilih yang berwarna muda untuk memberi suasana tenang, ada iringan/alunan musik lembut
untuk mengurangi ketegangan emosi (Hening, 1992 cit Hanafi, 2008).
f. Gerakan Senam Hamil (Mochtar, 1998)
Wanita hamil setidaknya mengikuti senam hamil di setiap periode kehamilannya, yaitu:
1). Minggu 22-25
a) Latihan pembentukan sikap tubuh
i) Sikap: Berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan dan santai
(rileks).
ii) Latihan: angkat pinggang sampai badan membentuk lengkungan. Lalu tekankan pinggang ke
lantai sambil mengempiskan perut, serta kerutkan otot-otot dubur. Lakukan berulang kali (8-10
kali).
B. Kerangka Teori
Berdasarkan pemahaman pada tinjauan pustaka, maka kerangka teori faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap lama persalinan adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka teori modifikasi dari Llewellyn-Jones, 2002; Moctar, 1998; Prawirohardjo,
2002
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian noneksperimental. Penelitian noneksperimental adalah
penelitian yang tidak memberikan intervensi kepada objek dan hanya mengamati kejadian yang
sudah ada (Hidayat A. A., 2007). Penelitian ini tidak memberikan intervensi kepada objek dan
hanya mengamati senam hamil dan lama fase aktif.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan waktu cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmojo,
2002). Data mengenai lama fase aktif dan keikutsertaan senam hamil dari subjek penelitian
dikumpulkan dalam satu waktu kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah antara kedua
variabel tersebut terdapat korelasi.
2. Analisa data
Dalam penelitian data tentang frekuensi senam hamil dan lama fase aktif disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi, Kemudian dilakukan analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel yang
diduga berhubungan (Notoatmojo, 2002). Analisa data dalam penelitian ini menggunakan program
komputerisasi.
a. Analisa data untuk menguji adakah hubungan antara senam hamil terhadap lama fase aktif
menggunakan uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikasi 5% yaitu dengan rumus dasar yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
X2 : Nilai Chi Kuadrat
f0 : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fh : Frekuensi yang diharapkan
Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga x2 hitung dengan x2 tabel
dengan taraf kesalahan dan derajat kebebasan tertentu. Ketentuan pengujian kalau x2 hitung 6
19
3-6 52 Baik 60,47 52
Total 100 86
Berdasarkan tabel 3, terdapat 52 orang/ 60,47% yang lama fase aktifnya baik (3-6) dan 34 orang/
39,53% yang lama fase aktifnya tidak baik (6).
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan senam hamil dengan lama fase aktif pada
nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009 adalah dengan uji statistic chi-
square (X 2).
Tabel 4 : Tabel 2 x 2
Variabel Lama Fase Aktif Total / %
Baik / % Tidak Baik / %
Senam Hamil Ya 42 / 80.77 1 / 2.94 43 / 50
Tidak 10 / 19.23 33 / 97.06 43 / 50
Total / % 52 / 60.47 34 / 39.53 86 / 100
Sumber : Data Sekunder, 2009
Berdasarkan tabel 4. nullipara yang senam hamil menghasilkan lama fase aktif baik (80.77%)
lebih banyak daripada nullipara yang tidak senam hamil (19.23%).
Tabel 5 : Uji Chi Square (x2)
Parameter x2 Hitung p-value df
Nilai (value) 49.81 1.694e-12 1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BPS Muryati Kabupaten Sleman didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara senam hamil dengan lama fase aktif pada
nullipara, sehingga apabila nullipara melakukan senam hamil pada periode-periode kehamilannya
maka lama fase aktifnya akan menjadi baik.
B. Saran
Berkaitan hasil penelitian dan pembahasan maka beberapa saran yang peneliti berikan sebagai
bahan pertimbangan adalah:
1. BPS Muryati
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan senam hamil akan menghasilkan lama fase aktif yang
baik maka diharapkan dapat mengambil langkah dan strategi yang tepat untuk lebih memprosikan
senam hamil dan menumbuhkan kesadaran iuntuk lebih meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan janin,
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar dilakukan penelitian dengan membedakan kategori senam dengan tidak senam
berdasarkan periode kehamilannya dan agar menggunakan metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F. (2005). Obstetri Williams, Eds. 21. Jakarta: EGC
Elisabeth, stevani. (2009). KB Turunkan Angka Kematian Ibu. Diunduh tanggal 26 Februari 2009
dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0805/24/kesra01.html
Hanafi, Yusuf. (2008). Referensi Kesehatan. Diunduh tanggal 1 Januari 2009 dari
file://localhost/D:/KTI/senam%20hamil.html.
Hartono, P., Putra L. H., Rasyidi, I. Diunduh tanggal 20 Januari 2009 dari
12.05http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6VBF4RFD6DC3&_user=10&_
rdoc=1&_fmt=&_orig=search&_sort=d&view=c&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&
_userid=10&md5=f9a9e496b2111304802159296eb21589
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Indriyani, D., Amiruddin, R. (2007). Faktor risiko partus lama di RSIA Siti fatimah Makassa.
Diunduh tanggal 1 Januari 2009 dari http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/31/faktor-
risiko-partus-lama-di-rsia-siti-fatimah-makassar/
JNPK-KR. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK
Liewellyn, Derek, J. (2002). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Manuaba, IBG. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan
Marsiyem. (2003). Hubungan antara Frekuensi Senam Hamil dengan Lama Persalinan Ibu-Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2001. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan:
POLTEKKES DEPKES YOGYAKARTA
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Eds. 2. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Jilid 2, Eds. 2.
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam.(1999). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Oxorn, H., & Forte, R.W. (2003). Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia
Medica
Prawiroharjo, S. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes. (2001). Asuhan Antenatal, Buku 2. Jakarta : Pusdiknakes
Sadli, Saparinah dan Kolibonso, SR. (2008). Kartini dan Keprihatinan Kesehatan Ibu. Diunduh
tanggal 1 Januari 2009 dari
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/04/21/Opini/krn.20080421.128630.id.html
Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
no comments yet.
pelatihan iud-implan
Posted on February 24, 2009 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Hari ini mulai pelatihan. AQ datengnya termasuk terakhir, so dibelakang sendiri gitu. Mulainya jam
08.00 tapi datengnya pada lebih pagi nha hal itulah yg mengakibatkan aq datengnya jadi paling
terakhir, so bukan slah aq brartikan?
Pembukaanya diisi ketua P@KS, direktur poltekkes, trus ketua BKKBN. Kajurq bener2 g ad
baunya, padahal ada disitu n biasanya, g mutu….
hari k2-2
Hari ini ketemu dr widad. Aq ngefans m dy.. luph2 gt..Kumisnya bikin cinta,eh pacarq suruh
pelihara kumis g mw=( . Slain itu juga ketemu dosenq ginekologi. Orangnya terkenal mesum, tapi
sebernya dy juga menyampaikan yang berbau agamis supaya kita jangan melakukan
penyimpangan seksual. Meskipun gt yg ditangkep tmen2 dy t mesum.. Sekali mesum tetep
mesum.
Hari ini hari terakhir materi. Basok artinya aq mulai pasang IUD. Namaqkan A-R-I-N so pastinya
absen awal , so aq kelompok pertama, nha kelopok pertama t y besok itu.
Selama pelatihan kita2 pada tepuk tangan kalo pembicaranya/pematerinya slese ngomong. BEit,
jangan GR y, Kita2 tepuk tangan cz habis pembicara kalo g dapet snack, y dapet makan siang,
atau pulang. Selama pelatihan aq banyak tidurnya n duduk di deretan paling belakang terus. Aq
bukan menyela lho., tapi menikmati dan menyalurkan hobi. Tidur kok hoby?
Menurut bayanganq bongkar pasang IUD t gampang, tapi ad juga temenq yg g bisa tidur
gr2mikirin IUD. Aq pasang 2 bongkar 1. Pemasangan pertama sekaligus juga sebagai pemasang
pertama. He3x, Aq diruangan yg ada bu KUS. Bu Kus itu bidan senior udah pensiun tp keep OK.
Aq masangnya cepet, tapi pake tremor. Tremor t tanganq getar22 sendiri, trus dipengangin sikuq
biar berhenti getar2nya gt. Klienq yang pertama ini umurnya 35, anak pertama umur 5 tahun
anak kedua 5 bulan, lahirnya induksi semua. Mang bahaya n susuah lok primi>30 tahun. Yang
kedua aq dapat bongkar, lanar2aja walaupun sempat aq mikir cz klienq udah menopause 1 tahun
n umurnya udah 58. Yang terakhir aq pasang lagi. Klienq umurnya 25 tahu, tapi uterusnya
sinistroretrofleksio, maksudnya rahimnya tu membelok ke kiri dan kebawah/kebelakang. Aq lihat
lurus ga keliatan, atas bawah masih g keliatan, samping kanan masih sama, nha baru samping kri
agak2 keliatan, terus aja, sipp keliatan akhirnya. Mulai dech aq pasang. Yahud.
Jatahnya 2 pasang 1 abut, tapi banyak jg temenq yang kurang dari itu. Makanya sempat waktu
mw pasang yg ke2 aq ditanyain m dosenq. Ya q jawab lok aq udah mw yg ketiga ini. Disuruh
nanti2 nnunggu temennya, heran kok tmenq lama2. Kta dosenq salahnya aq t karna aq terlalu
cepat. Ya mw gimana orang cepet kok salah?.
Tmenq si Jeki lupa, benang kliennya g dipotong, brarti benangnyakan terjuntai di vagina? tw mlah
p di luAR vagina? Katanya dy t dah motong tapi guntingnya tumpul. dy t gimana kok bisa2nya g di
cek.
no comments yet.
ACC proposal
Posted on by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Paginya aq ujian ulang INC sama b nining. Soalnya ny Nana UK 32 minggu kenceng-kenceng
teratur tiap 5′. Aq periksa dalam, tapi gara2 vulvanya gede, akhirnya jempolq ikutan masuk,
dipegangin m dosenq, aduhhhhhhhh. Habis itu aq ngumpulin proposal n langsung di acc m
pembimbing I. Terus makan n ngenet sambil nunggu pembimbing II kira2 5jam. Akhirnya mulailah
bimbingan, kata pbb II/b tyas bimbingan dari yg terbanyak konsulnya, aq lm pernah sama sekali
so intinya aqlah yang paling terakhir>jam 19.45, Begitu liat punyaq dah di acc dy langsung bilang
g perlu ngapa2in lagi. Lembar konsulq ditulis ‘pbb I sudah acc–>pbb II langsung acc tidak diliat
isinya’ maksudnya gimana t? aq harus seneng apa sedih?
no comments yet.
UTEROTONIK
DAN ANTI PERDARAHAN
Disusun
oleh :
Arinda
Kurnitasari / Reguler / 04
DEPARTEMEN
KESEHATAN RI
POLITEKNIK
KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN
KEBIDANAN
2007
/ 2008
BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
2. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui obat uterotonik dan anti perdarahan itu sendiri
2. Untuk
mengetahui jenis – jenis obat uterotonik dan anti perdarahan
3. Untuk
mengetahui pengaruh terhadap penggunaan obat – obat uterotonik
dan anti perdarahan yang meliputi pengertian, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis
yang digunakan.
I.
UTEROTONIK
Uterotonik adalah zat yang
meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk
induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan
post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala III persalinan.
1. Metergin
1. Pengertian
1. Mekanisme
/ cara kerja
Mempengaruhi
otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala
III.
Menstimulssi
otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
Pembuluh
darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan
terjadi efek oksitosuk pada kandungan mature.
1. Indikasi
Oksitosik
Sebagai
stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska
abortus.
1. Efek
samping
Kontraksi
uterus
Diare
dan muntah
1. Kontra
indikasi
Persalinan
kalaI dan II
Hipersensitif
Penyakit
vascular
Penyakit
jantubn parah
Fungsi
paru menurun
Fungsi
hati dan ginjal menurun
Hipertensi
yang parah
eklampsi
1. Cara
pakai dan dosis
Oral
mulai kerja setelah sepuluh menit
Injeksi
intravena mulai kerja 40 detik
IM
mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek
samping lebih sedikit.
* Dosis :
7. Contoh
obat
Nama
generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
Nama
paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.
2. Oksitosin
1. Pengertian
2. Mekanisme
/ cara kerja
Peningkatan
atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik ) karena
terjadinya vasodilatasi
Retensi
air
Catatan
: oksitosin dan hormone antyi diuretic memiliki rumus bangun yang
sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini
saling tumpang tindih
Persalinan
Stimulasi
serviks vagina atau parudara
Estrogen
yang beredar dalam darah
Peningkatan
osmolalitas / konsentrasi plasma
Volume
carian yang rendah dalam sirkulasi darah
Sttres.
Stres dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal
dengan istilah refleks ejeksi fetus. Stres uyang disebabkan oleh
tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.
o Alcohol
o Relaksin
o Penurunan
osmolalitas plasma
o Voliume
cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )
3. Indikasi
oksitosik
mengurangi
pembengkakan payudara
4. Efek
samping
o Spasme
uterus ( pada dosis rendah )
o Hiper
stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /
rupture uterus )
o Keracunan
cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
o Mula,
muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli
amnion.
o Kontraksi
pembuluh darah tali pusat
o Kerja
antidiuretik
o Reaksi
hipersensitifitas
5. Kontra
indikasi
o Kontraksi
uterus hipertonik
o Distress
janin
o Prematurisasi
o Letak
bati tidak normal
o Disporposi
sepalo pelvis
o Predisposisi
lain untuk pecahnya rahim
o Obstruksi
mekanik pada jalan lahir
o Preeklamsi
atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35
tahun
o Resistensi
dan mersia uterus
o Uterus
yang starvasi
o Gawat
janin
6. Cara
pakai dan dosis
7. Contoh
obat
Nama generic Nama paten / merk
dagang
3. Misoprostol
1. Pengertian
2. Mekanisme
/ cara kerja
1. Indikasi
oksitosik
menstimulus
kontraksi uterus
4. Efek
samping
o Dapat
menyebabkan kontraksi uterin
o Diare
dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14-40
% pasien dengan AINS yang menerima 800µg / hari. Diare
biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi.
Wanita-wanita yang menggunaklan misoprostol kadang-kadang mengalami
gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan vaginal.
5. Kontra
indikasi
6. Cara
pakai dan dosis
7. Contoh
obat
Misoprostol
II.
ANTI PERDARAHAN
Obat anti perdarahan sering disebut
hemostatik. Obat hemostatik adalah obat yang digunakan untuk
menghentikan pendarahan. Obat hemostatik ini diperlukan untuk
mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas.Pemilihan obat
hemoastatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis
perdarahan.
Hemostatik Lokal
hemostatik sistemik
Dengan
memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan
dapat dihentikan
dengan segara. Hsl ini terjdi karena penderita
mendapatkan semua
faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah
trasfusi. Keuntungan
dari transfusi ialah perbaikan volueme sirkulasi.
Perdarhan yang
disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah
tertentu dapat diatasi
dengan mengganti/ memberikan faktor pembentukan
yang kurang.
Indikasi
Kedua
zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi
perdarahan pada
penderita hemofilia A ( defisienxi faktor IIIV) yang
sifatnya
periditeri dan pada penderita yang darahgnya
mengandung faktor di
dapat dari plasma donor tunggal dan kaya akan faktor
IIIV dalam
jumlah baku. Selain itu penderita hemofilia A
crypoprecipitates anti
hemofilik faktor juga dapat diginakan untuk pasien
dengan penyakit
von Willebrand. Penyakit heriditer yang selain
terdapat defisiensi
faktor IIIV juga terdapat gangguan suatu faktor
plasma yaiti kofaktor
ristisein yang penting untuk adhesi trombosit dan
stabilitas
kapiler. Kofaktor ristosetin hilang selama proses
pembuatan sediaan
konsentrat faktor anti hemfilik.
Efek samping
Cryprecipitatef
anti hemofilik factor mengandung fibrinogen dan
protein plasma lain
dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan
konsentrat faktor IIIV,
sehingga kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas
lebih besar
pula. Efek samping lain yang dapat timbul pada
penggunaan kedua jenis
sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi hemolitik,
hiperfibrinogenemia menggigil dan demam.
Cara pemakaian
Kadar
faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan
IV biasanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan pada
penderita hemofilia.
Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-
20 unit/kg BB.
Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan
lunak, diberikan dosis
tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia
sebelum dio[erai
diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya
50% dari
normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 %
dari normal untuk
7-10 hari.
komplek faktor IX
Indikasi
Sediaan
ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah
kecil protei
plasma lain dan digunakan untuk pengobatan
hehofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang etrdapat dalam sediaan
tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada
kemungkinan timbulnya
hepatitis.
Kontra indikasi
Preparat
ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita
nonhemofilia.
Efek samping
Antara lain trombosis,
demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensivitas
berat (shok anafilaksis).
Dosis
Satu
unit/kgbb meningkatkan aktivitas faktor sebanyak
1,5%. Selama fase
penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar faktor
IX 25-30% dari
normal.
Desmopresin
Desmopresin
merupakan vasipresin sintetik yang dapat
meningkatkan faktor VIII dan
vWf untuk sementara. Peningkatan kadar faktor
pembekuan tersebut
paling besar terjadi pada 1-2 jam. Dan menetap
sampai dengan 6 jam.
Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau3 hari dapat
menurunkan
respons terapeutik.
Indikasi
Hemoststik jangka pendek
pada pasien dengan defisiensi faktor VIII yang ringan
sanpai sedang
dan pada pasien penyakit von willebrand tipe 1
Efek samping
Sakit
kepala , mual, flushing , sakit dan pembengkakan
pada tempat
suntikan, juga dilaporkan terjadinya peningkatan
tekanan darah yang
ringan dan harus hati- hati penggunaanya pada
pasien hipertensi dan
penyakit ateri koronarian.
Cara pakai
Obat
ini sering digunakan IV denagn dosis 0,3 mikrogram
secara infuse
dalam waktu 15-30 menit.
fibrinogen insani
Sediaan
ini hanya digunakn bila dapat ditentukan kadar
fibrinogen dalam darah
penderita, dan adanya pembekuan yang sebenarnya.
vitamin K
Sebagai
hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapt
menimbulkan efek,
sebab vitamin K harus merangsag
pembentukkanfaktor- faktor pembekuan
darah lebih dahulu.
Indikasi
Digunakan untuk mencegah
atau mengatasi perdarhan skibat defisiensi vitamin K.
Efek saming
Pemberian
pareteral pada bayi premature kurang dari 2,5 kg
resiko
terkenaikterus meningkat. Pemberian filokuinon secar
intravena yang
terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada
muka, berkeringat,
bronkospsse, sianosis, sakit pada dada dan kadang
menyababkan
kematian. Menadion bersifat iritatif pada kulit dan
saluran nafas.
Larutan menadion dapt menyebabkan kulit melepuh.
Pada bayi terutama
bayi prematy, menadion dan derivatnya dapat
menyebabkan anemia
hemolitik, hi[erbilirubinemia dan ikterus.
Kontra indikasi
neonatus
bayi
hamil tua
Cara
pakai
Diberikan
melalui orl, injeksi intramuscular atau IV
contoh obat
nama
generic : fitomenaadiol
nama dagang: kaywan,
phytomenadion, phytomenadion injeksi.
Asam
aminokaproat
Mekanisme kerja
Asam
aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari
activator plasminogen
dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan
fibrinogen/ fibrin dan faktor pembekuan darh lain.
Olek karena itu
asam amikaproat dapat mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisis
yang berlebihan. Dugaan akan adanya fibrinolisis yng
berlebihan dapat
didasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu
trombin dan
protombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau
kadar plasminogen
yang menurun. Akan tetapi beberapa dari hasil
laboratorium di atas
biasanya didapatkan pula pada penderita DIC.
Kontraindikasi
Pemberian
asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan
pembentuksn thrombus yang
mungkin bersifat fatal. Oleh karena itu asam
aminokaproat hanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis
berlebihan yang
bukan disebabkan oleh DIC. Bila terdapat keraguan,
criteria untuk
membedakan kedua keadaan tersebut adalah dengan
menghitung trombosit,
tes parakoagulasi protamin dan lisis bekuan
euglobulin. Pada DIC
hitung trombosit menurun, tes parakoagulasi
protamin positif dan
lisis bekuan euglobin normal. Pada fibrinolisis primer
hitung
trombosit normal, tes parakoagulasi protamin negatif
dan lisis bekuan
euglobulin berkurang. Tetapi fibrinolisis jarang terjadi
tersendiri,
biasanya terjadi sekunder akibat DIC.
Cara pemakaian
Dapat diberikan secara
peroral dan IV
Indikasi
Asam
aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria
yang berasal dari
kandung kemih. Prostate atau uretra pada penderita
yang mengalami
prostatektomi transurethral atau suprapublik, asam
aminokaproat
mengurangi hematuriapasca bedah secara bermakna.
Akan tetapi
penggunanya harus dibatasi pada penderita dengan
perdaran berat dan
yang penyebab perdarahanya tidak dapat diperbaiki.
Asam aminokaproat
juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk
melawan efek trombolitik
streptokinase dan urokinase yang merupakan
activator plasminogen.
Asam aminokaproat dilaporka bermanfaat untuk
pasien homofilia sebelum
dan sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain
karena troma didalam
mulut.
Efek samping
Asam
aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna
konjungtiva, dan
hidung tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya
ialah trombosis
umum, karena itu penderita yang mendapat obat ini
harus diperiksa
mekanisme hemostatik.
Dosis
Dosis dewasa dimulai
dengan 5-6 per oral atau infuse IV, secara lambat,
lalu 1 gran tiap
garn atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal,
dengan dosis
tersebut dihasilakn kadar terapi efektif 13 mg/dl
plasma. Pada pasien
penyakit ginjal atau oliguri diperlukan dosis lebih
kecil. Anak-anak
100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan
IV asam amino
kaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih
diperlukan bukti lebih
lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini
untuk jangka panjang
dengan dosis diatas.
Asam traneksamat
Obat
ini menpunyai indikasi dan mekanisme kerja ya
ng sama dengan asam
aminokoproat tetapi 10 kali lebih poten dengan
efek sampning yang
lebih ringan. Asam tranesamat cepat diabsorsi
dari saluran cerna,
sampai 40% dari 1 dosis oral dan 90% dari 1
dosis IV diekresi melalui
urin dalam 24 jam. Obat ini dapat melalui sawar
uri.
Dosis
Dosis
yang dianjurkan 0,5-1 gram diberikan 2-3 kali
sehari secara IV lambat
sekurng-kurngnya dalam waktu 5 menit. Cara
pemberian lain peroral
1-1,5 gram, 2-3 kali/ perhari. Pada pasien gagal
ginjal dosis
dikurangi.
h.
Trombolitik
Berbeda
dengan antikoagulan yang mencegah terbentu
dan meluasnya trombo
emboli, trombolitik melarutkan trombus yang
sudah terbentuk. Agar
efekif trombolitik harus diberikan sedini
mungkin.
Indikasi
Golongan
obat ini ialah mlokard akut, trombosis vena
dalam dan emboliparu
tromboemboli, melarutkan bekuan darah pada
katup jantung buatan dan
kateter intravena
Dosis
Untuk
penderita infark miokard akut agar reparfusi
tercapai obat harus
diberikan dalam 3-4 jam setelah timbulnya
gejala, tetapi bila
penyumbatan arteri koronaria bersifat subtotal
atau terbentuk
sirkulasi kolateral yang baik, trombolitik dapat
dimulai lebih
lambat. Penelitian masih terjadi bila trombolitik
diberikan dalam 24
jam setelah gejala.
Pasien
infark miokard akut memelukan trombolitik bila
nyeri dada timbul
sekurang-kurangnya selama 30 menit dan
peningkatan segmen ST
persisten dan refrakter terhadap nitrogliserin
sublingual. Untuk
pasien trombosis vena, trombolitik hanya
bermanfaat bila umur
thrombus < 7 hari, sedangkan untuk pasien
emboli paru indikasi
utama obat ini ialah untuk emboli paru masih dan
akut yang dapat
mengancam jiwa. Trombolitik mungkin juga
diindikasikan untuk pasien
emboli paru ringan yang juga berpenyakit
jantung atau paru-paru.
Contoh obat
Obat-obat
yang termasuk golongan trombolitik ialah
streptokinase, urokinase,
aktifator plasminogen, rt – PA ( resumbinart
human tissue – type
plasminogen aktivatr ) kelompok obat ini sangat
mahal.
Efek samping
Trombolitik dapat
mengakibatkan perdarahan meskipun rt – PA
menyebabkan
fibrinogenolisis yang lebih sedikit dibandingkan
dengan streptonase
dan urokinase delkektifitas terhadap bekuan darah
tampaknya tidak
menurangi resiko timbulnya perdarahan. Bila
perdarahan hebat obat
harus dihentikan dan mungkin diperlukan tranfusi
darah. Untu7k
mengatasi fibrinolisis engan cepat dapat diberikan
asam amino
kaproat, suatu inhibitor fibrinolisis, secara IV
lambat. Atas dasar
kemungkinan dihindarkan penggunaanya pada
pengerita dengan perdarahan
internal, Stroke baru, proses intracranial lain,
hiopertensi,
gsngguan hemoetatik, kehamilan dan operasi besar.
Bradikardia dan
aritmia, dapat terjadi pada penggunaan obat inbi
pada pasien infark
miokard akut, yang biasanya digunakan sebagai
petunjik terjadinya
reperfusi. Efek samping lain mual muntah.
Sterptokonase yang
merupakan protein asing dapat menyebabkan reaksi
alergi seperti
pruritus urtukarnia, flusing, kadanga=kadang angei
pidema, bronco
spasme. Reaksi alergi lambat seperti demam,
artragia, sering
dilaporkan. Reaksi alergi ribnagn itu dilaporkan pada
penggunakan
urokiase dari rt – PA yang nonantigenetik.
Streptokinase
Sterptokinase berasal
dari kata streptococcus C. hemolitycus, dan berguna
untuk
penbgo9batan fase dini emboli paru akut dan infark
iokard akut.
Mekanisme kerja
Streptokinase
mengaktifasi plasminohgen dengan cara tidak
langsung yaitu dengan
bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen
untuk membentuk komplak
aktifator. Selanjutnya komplek aktifator tersebut
mengkatalisis
perubahan plasminogen bebas menjadi plasmin.
Kebanyakan pasien
memiliki antibody terhadap streptokinase sebagai
akibat infeksi
streptococcu sebelumnya, oleh karena itu diberikan
loading dose. Bila
dengan dosis 1 juta IU tidak efektif obat ini mungkin
tidak aktif dan
tidak digunakan.
Dosis
Dosis dewasa untuk infark
myokard akut dianjurkan dosis total 1,5 juta IU
secara infuse selama
1 jam. Untuk trombosis kena akut, emboli paru,
trombosis arteri akut
atau emboli dapat diberikan loading dose 250 ribu
IU secara infuse
selama 30 menit diikuti dengan 100 ribu IU / jam (
biasanya selama 24
jam pada penderita emboli paru 24 – 27 jam pada
penderita trombosis
arteri atau emboli dan sampai dengan 72 jam pada
penderita trombosis
vena dalam.
Urokinase
Urokinase
diidolasi dari urin manusia berbeda dengan
streptokinase, urokinase
langsung mengaktifkan plasminogen. Selain
terhadap emboli paru
uirokinase juga bdigunakan untuk trombo emboli
pada ve3na. Seperti
streptokinasen, obat ini tidak da[at bekerja spesifik
terhadap fibrin
sehingga menimbulkan lisis sistemik ( fibriogenolisis
dan destruksi
factor pembekuan darah lainnya ). Penggunaan
urokinase barsama
heparin menyebabkan idensi perdarahan yang lebih
besar ( 45 % )
dibandingkan dengan heparin saja (25 %) .
Sebaiknya tidak diberikan
pda penderita emboli paru > 50 tahun penderita
dengan pesejarah
penyakit kardiopulmonal atau gangguan hemostrasis
berat.
Dosis
Dosis yang dianjurkjan
100- 1400 IU/ kg secara IV dianjurkan dengan
infuse IV 4400 IU/
kg/jam.
ALTEPLASE RECOMBINANT (
RECOMBINANT HUMAN TISSUE TYPE PLASMINOGEN
AKTIFATOR, rt – PA ).
Rt – PA merup[akan
aktifator plasminogen jaringan yang diproduksi
dengan teknik rekayasa
DNA. Obat ini bekerja lebih selektif mengaktivasi
plasminogen bebas
di dalam darah. Dengan demikian rt – PA bekerja
lebih selektif
terhadap bekuan darah.
Dosis
Dewasa dosis total 100
mg, 60 mg diberikan pada jam pertama diikuti
dengan 20 mg pada jam
kedua dan 20 mg pada jam ketiga. Untuk penderita
dengan bertat badan
kurang dari 65 kg dosis total 1,25 mg / kg diberikan
selama 3 jam
seperti diatas. I Obat ini mahal harganya.
1 comment.
distosia
Posted on September 12, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Distosia
Kuliah Obstetri Ginekologi
dr. H. Yunizaf / dr. Handaya
Kuliah sebelumnya
Kehamilan Ektopik
Kuliah berikutnya
Persalinan Sungsang
Homepage Abud
PENDAHULUAN
Persalinan normal
Suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase latin atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sering
sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan in partu atau belum.
Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya
terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan.
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi kemajuan persalinan 12 jam kemudian
dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan
sedativa sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada
kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus
diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.
4. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a. penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau radiologi. Bila ada CPD maka persalinan
segera diakhiri dengan sectio cesarea.
b. bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
c. nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio
cesarea.
d. pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri
dengan bantuan alat tersebut.
Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru
disebabkan faktor lain seperti akibat kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan
sebagainya.
Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari
bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut
juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin
karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang
berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Penanganan : pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar kontraksi uterus tersebut
hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut jantung janin HARUS terus dievaluasi.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses
persalinan pervaginam spontan.
Kemacetan persalinan paling sering terjadi pada pintu atas panggul (H-I)
atau pintu tengah panggul (sampai H-III).
Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan
pemeriksaan yang baik.
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit
rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau
radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul
dengan baik.
Pada keadaan panggul patologik, anak dengan berat janin di atas 2500 gram
akan sulit dilahirkan. Untuk itu dipertimbangkan sectio cesarea.
Normal berat anak yang dilahirkan seorang ibu adalah antara 2500 - 4000
gram.
Bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 g disebut makrosomia.
Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 g disebut bayi berat lahir rendah
(bedakan dengan prematuritas !! BBLR belum tentu prematur)
Ukuran umum / tidak baku terhadap pembagian berat badan bayi normal :
antara 3500 - 4000 g digolongkan bayi besar, antara 3000 - 3500 g termasuk sedang dan antara 2500 - 3000 g tergolong
kecil. Dengan demikian panggul disebut luas bila panggul tersebut dapat dilewati oleh anak yang beratnya rata-rata 3500 -
4000 g, sedang bila dapat dilewati anak 3000 - 3500 g, sempit bila dapat dilewati anak sampai 2500 - 3000 g.
Kapasitas pintu atas panggul (pelvic inlet capacity, IC) dan pintu
tengah panggul (midpelvic capacity, MC) dapat dihitung dengan
rumus :
Misalnya setelah diperiksa dan dihitung dengan rumus, X = 95% dan Y =
80%. Interpretasinya adalah kapasitas inlet panggul dihitung dalam gram
adalah 95% x 4000 g = 3800 g, dan kapasitas midpelvis adalah 80% x
4000 g = 3200 g. Maka kapasitas terkecil panggul itu adalah 3200 g, karena jika lebih dari itu bayi tidak akan dapat melewati
midpelvis. Nilai ini disebut sebagai DAYA AKOMODASI PANGGUL (DAP).
Bentuk dan ukuran panggul pada wanita dewasa umumnya tetap seumur hidup, kecuali jika ada pengaruh trauma, infeksi
panggul, atau tumor. Begitu pula daya akomodasi panggul wanita tersebut akan tetap. Sehingga jika ada riwayat pemeriksaan
panggul dengan radiologi (Roentgen, CT scan atau ultrasonografi), jika tidak ada kecurigaan yang memungkinkan terjadi
perubahan tersebut, pemeriksaan tidak perlu diulangi lagi.
Partus percobaan
Adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek
disproporsi sefalopelvik (CPD).
Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif.
Penilaian dilakukan setiap 2 jam.
Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus
percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan.
Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada
CPD dan persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
Partus percobaan harus dihentikan dan dilanjutkan dengan sectio cesarea segera jika :
- ada tanda-tanda hipoksia / asfiksia janin
- ada tanda-tanda ruptura uteri membakat
Partus percobaan dikatakan berhasil jika ukuran terbesar kepala janin telah melewati bidang panggul yang dinilai
/ dicurigai, misalnya :
1. klinis diperkirakan kepala telah melewati pintu atas panggul, jika bagian terendah tulang kepala (bukan moulage atau kaput
besar) telah melewati bidang Hodge III (H-III+).
2. klinis diperkirakan kepala telah melewati pintu tengah panggul, jika bagian terendah tulang kepala (bukan moulage atau
kaput besar) telah melewati Hodge IV (H-IV+).
Sesudah partus percobaan dinyatakan berhasil, persalinan dapat diselesaikan spontan atau dengan alat bantu cunam atau
vakum.
PRINSIP !!
TIDAK ADA indikasi partus percobaan pada presentasi lain selain presentasi belakang kepala. Jika ada suspek CPD pada
presentasi lain, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
(dr.Handaya : hati-hati, yang betul partus percobaan, bukan coba-coba partus !!)
Kelainan jaringan lunak urogenital
Tidak jarang distosia disebabkan adanya kelainan dari jaringan lunak urogenital. Keadaan yang sering dijumpai adalah distosia
yang disebabkan oleh tumor ovarium yang mengisi jalan lahir. Selain distosia, jika persalinan dipaksakan pervaginam
kemungkinan juga terjadi pecahnya tumor tersebut.
Keadaan lain yang juga dapat menyebabkan distosia adalah kelainan uterus, kelainan serviks, septum vagina dan adanya
edema vulva.
Penilaian organ-organ ini dalam persalinan hendaknya dilakukan dengan seksama, sehingga keadaan kemungkinan adanya
distosia akibat kelainan organ ini dapat segera diatasi.
Umumnya pada distosia akibat kelainan jaringan lunak, anak dilahirkan dengan sectio cesarea.
Dalam persalinan normal, kepala memasuki pintu atas panggul dengan sutura sagitalis dalam keadaan melintang atau oblik,
sehingga ubun-ubun kecil berada di kanan atau di kiri lintang, atau di kanan atau kiri belakang. Setelah kepala memasuki
bidang tengah panggul (Hodge III), kepala akan memutar ke depan akibat terbentur spina iskiadika sehingga ubun-ubun kecil
berada di depan (putaran paksi dalam).
Tetapi kadang tidak terjadi putaran, sehingga ubun-ubun kecil tetap berada di belakang atau melintang. Keadaan ini disebut
deep transverse arrest, occiput transverse persistent atau occiput posterior persisten. Kedua keadaan ini akan
memperlambat atau dapat mempersulit jalannya persalinan.
Penyebab kedua keadaan tersebut sering dihubungkan dengan adanya kelainan dalam bentuk dan ukuran panggul seperti
pada panggul antropoid di mana diameter anterior-posterior lebih panjang dari diameter transversa. Panggul android dengan
bentuk agak konvergen dari dinding samping dan sakrum yang konkaf merupakan predisposisi terjadinya oksiput posterior
persistens. Begitu pula pada panggul platipeloid dengan sakrum yang konkaf.
Cara menentukan oksiput melintang adalah dengan pemeriksaan dalam, di mana diraba sutura sagitalis melintang dengan
ubun-ubun kecil di kiri atau kanan. Pada oksiput posterior, teraba ubun-ubun kecil di kiri atau kanan belakang.
Pada keadaan ini SULIT diramalkan keberhasilan jalannya persalinan. Kemungkinan kesulitan selalu ada. Sikap menunggu
adalah yang paling bijaksana.
Jones 1969 : pada 65% kasus terjadi persalinan spontan dengan ubun-ubun kecil memutar ke depan lebih dahulu.
Sedangkan 8% partus spontan pervaginam dapat terjadi dengan ubun-ubun kecil tetap di belakang, sementara sissanya
dilahirkan dengan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum atau sectio cesarea.
Diagnosis presentasi muka : pemeriksaan dalam teraba mata, hidung, mulut dan dagu.
Diagnosis presentasi dahi : teraba ubun-ubun besar, dahi, mata, kadang hidung.
Presentasi dahi
Tunggu, karena 2/3 akan berubah menjadi presentasi muka atau oksiput. Jika janin besar atau tidak ada perubahan
presentasi, keputusan terbaik adalah sectio cesarea.
TIDAK dianjurkan usaha mengubah posisi kepala, karena risiko terjadi prolaps tali pusat.
Presentasi muka
Bila dagu berada di depan, persalinan pervaginam spontan prognosis lebih besar. Bila dagu berada di belakang, sikap
menunggu dagu berputar ke depan. Bila dagu tetap di belakang dan tidak ada perputaran, persalinan pervaginam tidak
mungkin karena terjadi defleksi kepala yang maksimal, harus dilakukan sectio cesarea.
Jika turunnya bagian terendah kepala kurang lancar, atau kemajuan pembukaan serviks lambat, sectio cesarea juga harus
dilakukan.
Distosia bahu
Kadang-kadang pada persalinan dengan ubun-ubun kecil di depan, terjadi kesulitan melahirkan bahu janin. Sering terjadi juga
pada bayi yang besar (lebih dari 4000 g).
Tindakan : "Wood-screw manuever", bila tidak berhasil dilakukan pematahan klavikula janin.
Anjuran : jika pada pemeriksaan ada kecurigaan janin besar, pertimbangan sectio cesarea akan lebih baik.
Letak lintang
Letak lintang adalah "presentasi janin yang tidak baik sama sekali".
Persalinan pervaginam TIDAK MUNGKIN, kecuali pada keadaan janin sangat kecil,
atau telah mati cukup lama.
Diagnosis :
1. pemeriksaan luar (palpasi Leopold) diraba kepala di kanan atau di kiri perut ibu
2. bunyi jantung berada di sekitar pusar
3. fundus uteri terhadap usia gestasi lebih rendah daripada letak memanjang
4. pemeriksaan dalam mungkin dapat diraba lengan, bahu atau iga janin
5. tentukan berdasarkan letak punggung : dorsosuperior atau dorsoinferior, dorsoanterior atau dorsoposterior.
Bila janin dalam keadaan hidup, segera dilakukan pengakhiran persalinan dengan sectio cesarea.
Bila janin telah mati dan syarat-syarat embriotomi terpenuhi, lakukan embriotomi. Jika embriotomi tidak mungkin dikerjakan,
lakukan sectio cesarea.
Koreksi letak lintang menjadi memanjang dengan versi luar masih dapat dicoba dilakukan bila :
- persalinan masih dalam fase laten
- selaput ketuban masih utuh
- bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul
- anak dalam keadaan baik
- ibu dalam keadaan baik
Letak sungsang
Letak sungsang sering ditemukan dalam
persalinan.
Penyebab :
- prematuritas
- plasenta previa
- hidramnion
- mioma uteri
- kehamilan multipel
- hidrosefalus / anensefalus
Diagnosis letak sungsang :
1. pemeriksaan luar, janin letak memanjang,
kepala di daerah fundus uteri
2. pemeriksaan dalam, teraba bokong saja,
atau bokong dengan satu atau dua kaki.
Diagnosis hidrosefalus :
1. pemeriksaan luar, kepala teraba di atas simfisis, lebih menonjol karena ukuran kepala lebih besar daripada normal,
sehingga kepala tidak bisa masuk ke pintu atas panggul.
2. pemeriksaan dalam, kepala masih di atas pintu atas panggul, sutura-sutura melebar.
3. diagnosis pasti USG atau Roentgen.
Setelah anak lahir hidup, pada usia beberapa hari dapat dilakukan operasi shunt ventrikulo-peritoneal atau ventrikulo-jugular
(VP shunt). Dibuat saluran antara ventrikel otak dan vena jugularis, atau antara ventrikel otak dan rongga peritoneum,
sehingga cairan serebral yang berlebihan memiliki drainase tambahan dan tidak menekan jaringan otak.
Pada tumor abdomen atau ascites, paling ideal sebaiknya persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea.
no comments yet.
askeb3
Posted on September 11, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Masa Nifas dan Laktasi (Periode Pasca Persalinan) Kuliah Obstetri Ginekologi dr. Siti Dhyanti
Wishnuwardhani / dr. H. Muki Reksoprodjo Kuliah sebelumnya Pimpinan Proses Persalinan Normal
Kuliah berikutnya Pengantar Perinatologi Menu / Daftar Isi CAKUL ADA KOREKSI / TAMBAHAN !?!?
E-MAIL ABUD !!!! Homepage Abud NIFAS Periode 6 minggu pasca persalinan, disebut juga masa
involusi (periode di mana sistem reproduksi wanita postpartum kembali kepada keadaannya
seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia : periode 40 hari. PERUBAHAN PADA MASA
NIFAS / PASCAPERSALINAN Uterus Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pascapersalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul,
setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu postpartum uterus
belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan lanjut (late postpartum haemorrhage). Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan
infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan unterotonika
(ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek samping menghambat produksi laktasi
karena menghambat produksi prolaktin. Serviks uteri Involusi serviks dan segmen bawah uterus
pascapersalinan BERBEDA dan tidak kembali seperti pada keadaan sebelum hamil. Pada nullipara,
ismus segmen bawah uterus memiliki dinding sejajar (UU), kemudian setelah melahirkan (parous),
dinding menguncup (VV). Kanalis servikalis juga menjadi lebih lebar dan longgar, sehingga ostium
uteri eksternum tampak tidak lagi berupa titik atau lingkaran kecil (seperti pada nullipara) tapi
berupa garis horisontal agak lebar (disebut parous cervix). Vaskularisasi uterus dan adneksa yang
pada keadaan hamil dan persalinan bertambah banyak, kembali berkurang sampai keadaan
seperti sebelum hamil. Endometrium Endometrium mengadakan regenerasi cepat, dalam waktu 2-
3 hari sisa lapisan desidua telah beregenerasi (lapisan sisi diinding uterus menjadi jaringan
endometrium baru, lapisan sisi kavum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai lochia).
Regenerasi endometrium lengkap kembali sampai sekitar minggu ketiga postpartum. Kecuali pada
daerah tempat perlekatan plasenta, terjadi trombus sehingga regenerasi agak lebih lama, sampai
sekitar 6 minggu. Salping / Tuba Falopii Pada persalinan yang tidak bersih, sering terjadi infeksi
asendens dan menyebabkan salpingitis akut sampai 2 minggu postpartum. Jika terjadi, hal ini
sangat menghambat proses involusi, sering sampai harus dilakukan salpingektomi (dipotong).
Darah lochia Lochia adalah cairan mengandung sisa jaringan uterus / bagian nekrotik yang keluar.
Normal berturut-turut selama masa nifas keluar lochia warna merah (masih bercampur darah),
kemudian kuning, kemudian putih. Lochia normal TIDAK berbau. Jika berbau dicurigai ada infeksi.
Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali. Dinding abdomen Striae
dan flabby yang terjadi pada kehamilan berkurang. Saluran kencing Kembali normal dalam waktu
2 sampai 8 minggu, tergantung pada 1) keadaan/ status sebelum persalinan 2) lamanya partus
kala 2 dilalui, 3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Lain-lain Berat
badan ibu akan menurun bertahap karena cairan ekstravaskuler yang dibuang. Ibu perlu tidur 8 -
12 jam per hari, dengan banyak waktu istirahat di siang hari. Minum sebanyak 1500 ml per hari,
dengan makanan tambahan hingga mencapai 2100 kalori per hari untuk mencukupi kebutuhan
selama menyusui. Ambulasi / mobilisasi dilakukan pada hari pertama postpartum bila rasa penat
telah hilang. Hal ini akan mengurangi masalah miksi dan defekasi. Hal-hal lain / masalah / keluhan
yang ada diperhatikan dan ditangani. Pemeriksaan rutin meliputi keadaan umum dan tanda vital,
serta tinggi fundus. Pengobatan yang perlu diperhatikan adalah pemberian tablet besi, mengingat
50% ibu hamil dan bersalin di Indonesia mengalami anemia. Hati-hati dengan infeksi / demam
nifas. Infeksi nifas : semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam alat
genitalia pada waktu persalinan dan nifas (puerperal infection / puerperal sepsis). Febris
puerperalis : demam sampai 38oC atau lebih (pengukuran suhu oral) selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pascapersalinan, kecuali pada hari pertama. Antibiotika HANYA diberikan bila dipastikan
ada infeksi atau ada predisposisi infeksi (ketuban pecah, infeksi intrapartum, partus lama,
tindakan operasi dan sebagainya). Baca juga Modul SAFE MOTHERHOOD tentang Pengawasan
Nifas dan Manajemen Laktasi
no comments yet.
ASKEB NBB
Posted on by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Gumoh Ganggu Pertumbuhan Si Kecil
Gumoh paling sering ditemukan pada bayi. Gumoh yang berlebihan
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.
Di antara esofagus dan lambung terdapat klep penutup lambung. Pada bayi,
klep ini biasanya belum sempurna, sehingga kalau minum ada sebagian susu
yang kembali ke atas dan keluar dalam bentuk gumoh. Kalau keluar dalam
bentuk gumoh, tidak apa-apa. Yang berbahaya adalah jika ditahan dan masuk
ke paru, karena sudah mengandung asam lambung, sehingga bisa
menimbulkan infeksi.
Dari lambung ke usus juga terdapat klep. Pada beberapa anak, biasanya klep terlalu pekat atau
kental, sehingga susah terbuka. Ini akan kelihatan pada saat anak makan makanan padat, lalu
muntah. Ini karena makanan yang padat tadi tidak bisa lewat.
Namun, seiring bertambahnya usia, muntah pada anak karena klep yang belum sempurna ini
biasanya akan hilang. Meski begitu, anak harus tetap dilatih agar klep-nya gampang terbuka.
Caranya dengan memberikan makanan sedikit demi sedikit.
Penyebab kedua gumoh adalah karena bayi suka menggeliat. Sehabis minum, biasanya si kecil
akan langsung ditaruh di tempat tidur kemudian menggeliat. Ini akan membuat tekanan di dalam
perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.
Peristiwa ini juga masih normal, sepanjang jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang.
Muntah atau gumoh sekali atau dua kali sehari masih wajar, sampai anak berusia sekitar setahun.
Tetapi kalau setiap kali makan ia muntah, berarti memang ada kelainan.
Buat Bersendawa
Untuk mengurangi gumoh, biasanya bayi dibuat bersendawa. Caranya, bayi digendong dalam
posisi berdiri, kemudian tepuk-tepuk bagian punggung atasnya. Sebaiknya jangan langsung
memberi minum banyak-banyak. Minum sedikit-sedikit, disendawakan, lalu minum lagi. Jadi,
udara tak sampai paling bawah.
Cara lain yang perlu diupayakan bila mendapatkan bayi gumoh adalah menghilangkan gejala klinis
yang dapat memberikan efek negatif, baik terhadap kesehatan maupun kualitas hidup bayi.
Berbagai upaya dapat diberikan kepada orangtua dan bayi untuk mencegah keadaan yang
berlanjut. Menghilangkan kecemasan orangtua merupakan langkah awal yang penting. Orangtua
harus diyakinkan bahwa gumoh yang terjadi pada bayi merupakan hal yang normal.
Tak perlu cemas jika anak muntah lewat hidung. Lebih baik keluar dari hidung daripada dihirup
masuk ke paru yang mengakibatkan infeksi. Beri minum sedikit demi sedikit, tapi sering. Selalu
usahakan cairan yang masuk lebih banyak dibandingkan cairan yang keluar supaya tidak terjadi
dehidrasi.
Selama muntahnya biasa, tidak menyemprot, tak usah khawatir. Baru jika anak tetap muntah dan
muntahnya menyemprot, jumlah cairan yang dimuntahkan lebih banyak daripada yang masuk,
segera konsultasi ke dokter.
Hati-hati memberi obat antimuntah tanpa pengawasan dokter karena ada efek sampingnya. Untuk
mengurangi gumoh, biasanya bayi dibuat bersendawa. Caranya, bayi digendong dalam posisi
berdiri, kemudian tepuk-tepuk bagian punggung atasnya. (cy, sumber: Ibu Anak)
MUNTAH TSB SERINGKALI TERJADI PADA BEBERAPA BAYI DENGAN SALURAN PENCERNAAN YANG BELUYM
SEMPURNA (IMATUR) PADA USIA DIATAS 3-6 BULAN BIASANYA BERANGSUR BERKURANG, SEBELUMNYA DAPAT
BERKURANG BILA SUSU ATAU DIET IBU (BILA MINUM ASI) COCOK ATAU TEPAT. APAKAH MUNGKIN GEJALA
YANG DI ALAMI ANAK ANDA BERKAITAN DENGAN GEJALA ALERGI? COBA KENALI GEJALA ALERGI PADA ANAK!
SEMOGA INFORMASI INI BERGUNA.
TERIMA KASIH
NARULITA
HEALTHY PARENTING
ALERGI MAKANAN
MENGGANGGU SEMUA ORGAN TUBUH TERMASUK OTAK DAN PERILAKU ANAK
o Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah
yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran
telinga berlebihan. Kulit Kepala Berkerak
o Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan, terutama malam dan pagi hari
o Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, BILA TIDUR kepala sering miring ke salah satu
sisi karena hidung buntu SEBELAH. Minum ASI sering tersedak atau minum dominan hanya satu
sisi bagian payudara.
o Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
o Berat Badan lebih/kegemukan (umur <1tahun) atau berat badan turun setelah usia 4-6
bulan.
o Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah,
pembesaran payudara, rambut rontok.
o Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering
gemetar
· Sering batuk, batuk lama (>2 minggu), pilek, (TERUTAMA MALAM DAN PAGI HARI siang
hari hilang) sinusitis, bersin, mimisan. tonsilitis (amandel), sesak, suara serak.
· Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
· Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering
menggosok mata, hidung atau telinga. Kotoran telinga berlebihan.
· Nyeri otot & tulang berulang malam hari. Sering kencing, Bed wetting (Ngompol)
· Sering muntah , nyeri perut, SULIT MAKAN disertai berat badan kurang (biasanya setelah
umur 4-6 bulan).
· Sering sariawan, lidah sering putih/kotor nyeri gusi/gigi, mulut berbau, air liur berlebihan,
bibir kering.
· Sering Buang air besar (> 2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi), kotoran bulat kecil
hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana.
· Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata, mata sering berkedip, memakai kaca mata sejak
usia sangat muda (usia 6-12 tahun).
usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan,
usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan
kepala ke belakang-membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan
badan di kasur (“smackdown”}, sering memanjat. Perilaku “TOMBOY” pada anak perempuan
· AGRESIF sering memukul kepala sendiri,orang atau benda di sekitarnya. Sering menggigit,
menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
· GANGGUAN KOORDINASI :
BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK tidak sesuai usia. Berjalan sering terjatuh dan terburu-buru,
sering menabrak, jalan jinjit, duduk leter W/kaki ke belakang. Jalan Pincang.
· KETERLAMBATAN BICARA Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, hanya 4-5 kata umur
20 bulan, kemampuan bicara hilang dari yang sebelumnya bisa, biasanya > 2 tahun membaik.
KOMPLIKASI
· Gangguan organ tubuh (paru,ginjal, otak,mata, kulit, saluran kencing, otot dll)
· KADANG GEJALA KLINIS ALERGI MIRIP PENYAKIT TBC , SEHINGGA SERING DIOBATI
ANTIBIOTIKA JANGKA PANJANG (PADAHAL DIAGNOSIS TBC BELUM TENTU BENAR)
· GIZI GANDA (berat badan kurang/kurang gizi atau Berat badan lebih) & KESULITAN MAKAN
(berat badan sulit naik
TERAPI ALLERGY
Gumoh
Bayi Anda mengeluarkan cairan putih dari mulutnya, terutama setelah ia
usai diberi susu. Jangan panik, kondisi yang dalam istilah medis biasa
disebut dengan regurgitasi ini kerap dialami bayi hingga ia berusia 12 bulan.
Berbahayaka gumoh itu? Apakah gumoh sama dengan muntah?
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung
bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak
berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1 - 4 kali sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain
yang mencurigakan. Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak
bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu dipermasalahkan.
Penyebab gumoh
Solusi
1. Beri susu yang lebih kental, cara ini hanya disarankan pada bayi yang mengonsumsi susu formula.
Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap 100 cc susu. Lalu minumkan seperti biasanya.
2. Posisi menyusu bersudut 45 derajat. Posisi terlentang membentuk sudut 45 derajat antara badan,
pinggang, dan tempat tidurn bayi, terbukti membantu mengurangi aliran balik susu dari lambung ke
kerongkongan.
3. Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum. Gendong si kecil dalam posisi 45 derajat.
Atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa bantalan atau tumpukan kain di punggungnya. Biarkan ia
pada posisi tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
4. Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh atau muntah. Seringkali karena khawatir, dan
bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari posisi tidurnya. Padahal
cara ini justru berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah
mengganggu paru-paru.
5. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan
kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
6. Beri bayi minum sedikit demi sedikit, tapi sering. Selalu usahakan cairan yang masuk lebih banyak
ketimbang cairan yang keluar supaya tidak terjadi dehidrasi.
Hampir setiap bayi pernah muntah dan bisa terjadi di usia berapa
saja. Muntah seperti apa yang harus diwaspadai?
Para ibu, apakah Anda masih memakaikan gurita pada si kecil?
Bila ya, sebaiknya segeralah hentikan. Sebab, seperti dituturkan
dr. Kishore R.J., SpA dari RSIA Hermina Podomoro, pemakaian
gurita dapat menyebabkan bayi muntah.
Lo, apa hubungannya? “Pemakaian gurita membuat lambung si
bayi tertekan. Bila dalam keadaan seperti itu si bayi dipaksakan
minum, maka cairannya akan tertekan. Muntahlah dia,” jelas
Kishore.
Hal lain yang paling sering bikin bayi muntah ialah posisi
menyusui. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi
miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan
tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran
nafas. Bayi pun muntah. Karena itu, Kishore mengingatkan,
“Kalau menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi
dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang
masuk bisa turun ke bawah.”
Untuk bayi yang menyusu dari botol, pemakaian bentuk dot juga
berpengaruh pada muntah. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi
dot kecil, ia akan malas mengisap karena lama. Akibatnya susu
tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi. Hal ini bisa
membuat bayi tersedak yang lalu muntah. Sebaliknya bayi yang
suka dot kecil diberi dot besar akan refleks muntah karena ada
benda asing.
GUMOH
Muntah yang sering terjadi dan biasa dialami pada bayi ialah
muntah yang disebut gumoh. Hal ini disebabkan fungsi
pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada
dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari
saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna. Itu
sebabnya ada makanan yang masih tetap di lambung, tidak
keluar-keluar karena peristaltiknya tidak bagus. Akibatnya,
terjadilah muntah atau gumoh.
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain
karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia
ditidurkan telentang setelah diberi makan. “Cairan yang masuk di
tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Nah, bila ada
makanan yang masuk ke oserfagus atau saluran sebelum ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi muntah,”
terang Kishore.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi
karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah
diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. “Lambung bayi
punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang
sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc. Nah, si ibu
harus tahu kapasitas bayinya. Jangan karena bayi tetangganya
minum 150 cc lantas si ibu memaksakan bayinya juga harus
minum 150 cc, padahal kapasitasnya cuma 120. Jelas si bayi
muntah.”
BISA MASUK PARU-PARU
Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa
dari hidung. Tapi tak usah cemas. Hal ini terjadi karena mulut,
hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada
saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian
lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak
semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan
keluar lewat hidung.
Yang perlu dikhawatirkan, seperti dituturkan Kishore, bila si bayi
tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernafasan alias paru-
paru. “Nah, itu yang bahaya,” tukasnya. Lebih bahaya lagi jika si
bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah
mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Jika ini yang
terjadi, tak ada pilihan lain kecuali membawanya ke dokter.
Untuk mencegah kemungkinan tersedak, Kishore menganjurkan
agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan
lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan tanda-
tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau
diberdirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
Adakalanya ibu yang kasihan melihat bayinya muntah lalu diberi
minum lagi. Menurut Kishore, boleh-boleh saja, “Asal proses
muntahnya sudah dibersihkan sehingga tak ada lagi sisa muntah.
Kalau muntahnya masih ada terus diberi minum lagi, si bayi bisa
kelepekan sehingga masuk ke saluran nafas.”
Soal sampai kapan si bayi berhenti muntah dalam arti gumoh,
menurut lulusan FK Universitas Airlangga Surabaya yang
mengambil spesialisasinya di FKUI ini, tak sama pada setiap bayi.
Tapi pada umumnya, setelah si bayi mulai bisa duduk dan berdiri,
biasanya frekuensi muntahnya berkurang banyak karena cairan
turun ke bawah menjadi lebih gampang.
Mencegah Muntah.
Masih ada beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan para ibu
untuk mencegah kemungkinan bayi muntah, yakni:
* Jangan memberi minum susu selagi bayi menangis. Berhentilah
menyusui untuk menenangkannya.
* Tegakkan bayi setegak mungkin selama dan beberapa waktu
setelah minum susu.
* Pastikan dot botol tak terlalu besar atau terlalu kecil, dan botol
dimiringkan sedemikian rupa sehingga susu, bukan udara, yang
memenuhi bagian dotnya.
* Jangan mengangkat-angkat si bayi selama atau sesudah ia
minum. Jika mungkin letakkan dan ikat sebentar si bayi pada
kursi bayi atau kereta dorongnya.
* Jangan lupa membuat bayi bersendawa
no comments yet.
pkoknya g mw asrama
Posted on June 18, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
msti k warnet malem2, mana khujanan, bik ujian lom blajar, skrang dah stengah10 malem,
kapok2 aq slah jg knapa sk sks, sistem kbut smalam,, pulang ah,, kyaknya dah dkunci pak
satpam,, pgn makan nasgor, laper,,,,,,,,,,
Polo nyebai
Posted on April 15, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
pol lllllllllllll
lok doain aq yang bener donk. mudah2an lulus S1 aq langsung nikah. amien. Biar g sendirian +
mempraktekkan semua ilmu, dt4q jg ada teknik2 loh..salah satunya teknik bercinta..lagian d4q ce
smua, so g bisa mempraktekkan bikin anak decch, whahahahah…Aq g kuat lok ktemu co yg agak
gmana gt..
aq g mw ma Dr. Boyke, tp ma DR Dicky mw,,, duitnya aja tapi tw sama anaknya..lok mw nyariin
aq pokoknya yng orisinil,,
gila banget sech !!! aq mw tau.. tiap senen aq ke lab KU UGM … sini biar aq teliti lebih jauh kalo
perlu sperma temen2mu yg lain juga mw..yg paling berkualitas. aq mw nyari yang paling
berkualitas gt..Aq bagi ilmu lagi..kromosom x = pembawa faktor kecerdasan, kromosom y =
bentuk fisik, besok anakmu ya bakalan mirip2kamu… ya iyalah masa mirip tetanggamu..
aq jg g mw nikah m kmu tw !!!dah nikah ma dian aj.. biar duitmu bisa dmanage dengan baik !!
1 comment.
Posted on by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Tugas gila2an
Capek bwanget..
22-05rata2 lok ad tgas p hampir jm 12 malem,, di kelas tewas dech… aq kadang2 insomnia,
pdahal dah KO, tp lok ad dosen masuk kok jd ngantuk ya ? =selalu bgt…padahal g anemi
26 sks…oe
Tp skarang g mw lg…
Orang2 aneh..
G mw diasrama lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Pd mk barang seenaknya aj …
Aq nyapu tw mlakukan pkerjaan dikit kyaknya aneh bgt = pekerjaan itu seolah g pnah aq
lakuain..
Special bwt tmen2 yng di FK UGM thx bgt dah nyariin buku2 bwt referensi tgas2q..lok mw
ngasi tw soal mid x-ahn ky gimana makasih jg lho..
He3x
Bwt mbak tuti, katanya lustrum sma kt thun dpan= 2008,, met bjuang bkin KTI = karya Tulis
Ilmiah
Mw nliti bout apa sech mbak ??
Yg semangat ya !!
Good luck…
Loh..becanda kok
Cm d asrama padahal..
KM PASTI BISAAA
BUKAN..
HARUS BISA
http://www.smp4pakem.com/
* MTK
* IPA
* Pengetahuan umum
* B. Indo
* B. Ingg
* english
* Komputer
4. Wawancara= 18 april
5. Psikotes= 19 april
MTK
IPA
Englih
Komputer
no comments yet.