Anda di halaman 1dari 58

KARYA TULIS ILMIAH

Posted on September 2, 2009 by aririen-carter 2388.


Categories: Uncategorized.

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN SENAM HAMIL


DENGAN LAMA FASE AKTIF PADA NULLIPARA
DI BPS MURYATI KABUPATEN SLEMAN
TAHUN 2008-2009

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan

Diajukan Oleh :
ARINDA KURNITASARI
NIM : P.0712406161

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2009

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah berjudul “Hubungan Senam Hamil dengan Lama Fase Aktif pada Nullipara di
BPS Muryati Kabupaten Sleman
Tahun 2008-2009” ini telah mendapat persetujuan pada
Tanggal September 2009

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Martoyo, SKM Siti Tyastuti, S. Kep, Ns. S. ST


NIP.19941106 196802 1 001 NIP. 19560330 198103 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Yogyakarta

Siti Tyastuti, S. Kep, Ns. S. ST


NIP. 19560330 198103 2 001

KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Senam Hamil dengan Lama Fase Aktif pada Nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman
Tahun 2008-2009

Disusun Oleh :
Arinda Kurnitasari
NIM: P.0712406161

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada Tanggal: 07 September 2009
SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua
Martoyo, SKM ………………..
NIP.19941106 196802 1 001

Anggota
Siti Tyastuti, S. Kep, Ns. S. ST ………………….
NIP. 19560330 198103 2 001

Anggota
Nining Wiyati, S. Pd , APP, M. Kes .……………..
NIP. 140 097 198

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Yogyakarta

Siti Tyastuti, S. Kep, Ns. S. ST


NIP. 19560330 198103 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Senam Hamil dengan Lama Fase Aktif di
BPS Muryati Kabupaten Sleman Tahun 2008-2009” dapat terselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan di Politeknik Kesehatan Jurusan Kebidanan.
Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. DR. Lucky Herawati, SKM, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Departemen
Kesesehatan Yogyakarta.
2. Siti Tyastuti, S.Kep, Ns, S.ST.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Martoyo, SKM, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Nining Wiyati, S. Pd., APP, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Segenap Staf dan Karyawan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan
Yogyakarta.
6. Orangtua, adik dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a dan semangat
kepada penulis selama ini.
7. Bidan Muryati Sunardi yang telah mengizinkan diadakannya penelitian dan banyak membantu
serta memberi semangat kepada penulis.
8. Sahabat senasib seperjuangan angkatan 2006 yang yang senantiasa menjalin kekompakan
dan semangat selama menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Harapan penulis semoga Karya Tulis
Ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 2 Maret 2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii


HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

INTISARI x

ABSTRACT xi

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Ruang Lingkup 7
E. Manfaat Penelitian 7
F. Keaslian Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..9


A. Tinjauan Teori 9
1. Persalinan 9
2. Senam Hamil 15
B. Kerangka Teori 25
C. Kerangka Konsep 25
D. Hipotesis 25

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………………..26


A. Jenis Penelitian 26
B. Rancangan Penelitian 26
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 27
D. Populasi dan Sampel 29
E. Tehnik Pengumpulan Data 30
F. Lokasi dan Waktu Penelitian 30
G. Instrumen Pengumpulan Data 31
H. Pengolahan dan Analisis Data 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………34


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 34
B. Hasil Penelitian 36
C. Pembahasan 38
D. Keterbatasan Penelitian 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….42


A. Kesimpulan 42
B. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Tingkat Hubungan Variabel Penelitian Menurut
Besarnya Koefisien Korelasi 33
Tabel 2 : Distribusi frekuensi Senam Hamil pada Nullipara di
BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009 36
Tabel 3 : Distribusi frekuensi lama fase aktif pada Nullipara di
BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009 37.
Tabel 4 : Tabel 2 x 2 37
Tabel 5 : Uji Chi Square (x2 38

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Kerangka Teori…. 25


Gambar 2 : Kerangka Konsep 25
Gambar 3 : Bagan Rancangan Penelitian 27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian POLTEKKES DEPKES Jurusan Kebidanan 41


Lampiran 2. Surat Persetujuan Penyerahan Hasil Penelitian 42
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA 43
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian RSUD Sleman 44
Lampiran 5. Master Table Penelitan 45
Lampiran 6. Jadwal Penelitian 47
Lampiran 7. Anggaran Penelitian 48

INTISARI

Latar Belakang : Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini menjadi isu yang sangat serius
dan masih tertinggi di Asia yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Elisabeth, 2009),
sedangkan visi Indonesia Sehat 2010 adalah target AKI 150/100.000 kelahiran hidup, dan target
dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75%
pada 2015 (Sadli dan Kalibonso, 2008). Penyebab kematian ibu hamil itu adalah perdarahan
setelah persalinan 28%, infeksi 10%, eklamsi 13%, dan partus lama mempunyai kontribusi
terhadap kematian ibu hamil sebesar 9% di Indonesia, dan 8% di dunia (Indriyani, D., Amiruddin,
R., 2007). Partus lama disebabkan oleh faktor jalan lahir, janin, dan tenaga. Maka untuk mencapai
persalinan fisiologis yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah tenaga atau power yang
dapat ditingkatkan dengan senam hamil dan Di BPS Muryati di dapatkan fakta bahwa ibu hamil
yang mengikuti senam hamil fae aktifnya lebih singkat.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui seberapa erat hubungan senam hamil dengan lama fase
aktif pada nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.

Metode Penelitian : Penelitian noneksperimental dengan pendekatan cross sectional dan


menggunakan data sekunder. Pengambilan sampel dengan purposive random sampling yang
dibatasi kriteria inklusi eksklusi sehingga dari 86 subyek penelitian didapatkan 43 kelompok kasus
dan kelompok kontrol. Uji statistik dengan Chi-Square untuk mengetahui hubungan senam hamil
dengan lama fase aktif pada nullipara dengan tingkat kepercayaan 95%. Koefisien kontingensi
untuk mencari keeratan hubungan.

Hasil : Didapatkan hasil X2 hitung > X2 tabel dan nilai p = 1.694e-12. Koefisien kontingensi
sebesar 0,6056. Menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara senam hamil dengan lama fase
aktif adalah kuat.

Kesimpulan : Ada hubungan yang kuat antara senam hamil dengan lama fase aktif pada
nullipara.

Kata Kunci : Senam hamil, lama fase aktif


ABSTRACT

Background : Maternal death rate in Indonesia now being a great issue and the highest in Asia
there is 248 every 100.000 life birth in 2007 (Elisabeth, 2009), whereas Indonesian safe vision
2010 is 150 every 100.000 life birth and Millennium Development Goals (MDGs) target is to
decrease maternal death rate until 75% in 2015 (Sadli dan Kalibonso, 2008). Maternal death
caused by post partum haemorrage 28%, infection 10%, eclampsia 13%, and prolonged labor
contribution Maternal death rate 9% in Indonesia, and 8% in the world (Indriyani, D., Amiruddin,
R., 2007). Prolonged labor caused by passage, power, and passenger factor. Therefore, to get
normal labor you can manipulation or reins is power factor that can improve with exercise during
pregnancy and in BPS Muryati we can get fact that pregnant woman who doing exercise can get
their active labor faster than other.

Objectives : This study was aimed at finding out the relationship between exercise during
pregnancy with nullipara active labor in BPS Muryati Sleman residence in 2008-2009.

Methods : Noneksperimental researches cross sectional approach and secondary data. Sampling
technique is purposive random sampling wich is restricted by inclusion exclusion criterian so it is
found 86 respondent and each other 43 case and control groups. Analysing experiment is counting
Chi-Square to know the relation between exercise during pregnancy with nullipara active labor in
confident interval 95%, contingent coefficient to know the closeness of relation.

Results : It is found the value of X2 count > X2 table, and p value = 1.694e-12. Contingent
coefficient is 0,6056. It is indicate that between exercise during pregnancy with nullipara active
labor is closeness of relationship.

Conclusion : The relation between exercise during pregnancy with nullipara active labor is high
closeness of relation

Keywords : Exercise during pregnancy, active labor

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah serius bagi dunia.
Hal tersebut terbukti dengan diadakannya konferensi-konferensi internasional seperti pada tahun
1994 diadakan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir
yang menyatakan agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan
selamat dan pada tahun 1995 di Beijing, Cina, diadakan Fourth Worid Conference on Women,
kemudian pada tahun 1997 di Colombo, Sri Lanka diadakan Safe Motherhood Technical
Consultation dimana dalam setiap konferensi internasional tersebut ditekankan perlu
dipercepatnya penurunan angka kematian ibu (Prawirohardjo, 2002). Pada tahun 1999, WHO
meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang meminta perhatian pemerintah dan
masyarakat di setiap negara diantaranya untuk menempatkan “Empat pilar Safe Motherhood”,
yaitu: (1) Keluarga Berencana (KB), (2) Asuhan antenatal, (3) Persalinan bersih dan aman, dan
(4) Pelayanan obstetri esensial, dalam rencana pembangunan nasional dan internasional
(Prawirohardjo, 2002).
Sejalan dengan pihak internasional, pemerintah Indonesia mengambil berbagai kebijakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI), terlebih AKI di Indonesia saat ini menjadi isu yang sangat
serius dan masih tertinggi di Asia yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Elisabeth,
2009). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009, ditargetkan pencapaian AKI
sebesar 226/100.000 kelahiran hidup pada 2009, selain itu salah satu Indikator derajat kesehatan
dari visi Indonesia Sehat 2010 adalah target AKI 150/100.000 kelahiran hidup, dan bahkan target
dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75%
pada 2015 (Sadli dan Kalibonso, 2008). Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang dirintis pada tahun 1996
juga ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu selama hamil, bersalin, dan
nifas sesuai dengan tujuan utama antenatal care (ANC) atau asuhan kehamilan sendiri adalah
untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina
hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan (Prawirohardjo, 2002).
Sumber awal masalah kematian ibu dimulai pada masa kehamilan yang berlanjut pada waktu
bersalinan dan nifas. Penyebab kematian ibu hamil itu adalah perdarahan setelah persalinan 28%,
infeksi 10%, eklamsi 13%, dan proses persalinan yang lama atau sering disebut partus lama
mempunyai kontribusi terhadap kematian ibu hamil sebesar 9% di Indonesia, dan 8% di dunia
(Indriyani, D., Amiruddin, R., 2007). Sebab utama partus lama adalah: (1) Disproporsi fetopelvik
(faktor jalan lahir); (2) Malpresentasi dan malposisi (faktor janin); dan (3) Kerja uterus yang tidak
efisien, termasuk cervix yang kaku (faktor tenaga) (Oxorn, 2003). Sehingga untuk mencapai
persalinan fisiologis yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah masalah tenaga atau power
yang dapat ditingkatkan dengan senam hamil.
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-
otot dinding perut, ligamen-ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses
persalinan (FK Unpad, 1998 cit Hanafi, 2008). Salah satu tujuan senam hamil adalah membimbing
wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis (Mochtar, 1998). Wanita yang melakukan senam
secara teratur selama kehamilannya melaporkan tingkat kehabisan tenaga/penggunaan yang
rendah selama kehamilan dan persalinan, sedikit mengalami ketidaknyamanan dan lebih cepat
sembuh pada masa paska salin daripada ibu yang tidak melakukan senam atau yang
menghentikan senamnya (Pusdiknakes, 2001). Keuntungan senam hamil adalah meningkatkan
kepercayaan pengetahuan tentang kekuatan persalinan sehingga waktu persalinan dapat
dipersingkat dan rasa sakit dikurangi (Manuaba,1999). Wanita yang bugar karena berolahraga
aerobik atau berlari secara teratur terbukti mengalami fase persalinan aktif yang lebih singkat dan
mengalami lebih sedikit persalinan dengan seksio sesarea, pencemaran mekonium dalam air
ketuban, dan gawat janin selama persalinan (Clapp dkk, 1999 cit Cunningham et al, 2005). Wanita
yang giat dalam latihan hanya memerlukan sedikit intervensi dalam proses melahirkan, penurunan
angka kelahiran sesar yang besar dan, memperpendek fase aktif pada kala satu dan
memperpendek kala dua proses melahirkan daripada wanita yang tidak berlatih serta lebih sedikit
kemungkinan terjadi gestasi mundur (Clapp J. F., Botkin, Hall, Pender, Sallis, cit Varney et all,
2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Poedjo Hartono, Hening Laswati Putra, dan Imam Rasyidi pada
tahun 1994 adalah program senam hamil pada perawatan antenatal di RSUD Dr.Sutomo Surabaya
dapat memberikan dampak positif dalam usaha menurunkan insiden partus lama , memperpendek
lama persalinan kala II dan aman bagi buah kehamilannya maupun hasil persalinannya . Hal
tersebut selaras dengan penelitian Marsiyem tahun 2003 mengenai hubungan frekuensi senam
hamil dengan lama persalinan ibu-ibu bersalin di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2001 yang hasil
uji statistiknya menjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi senam hamil dengan lama
persalinan pada wanita primigravida dan multipara.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada waktu Praktik Klinik Kebidanan II pada bulan
Oktober 2008 di BPS Muryati, di Gendingsari, Tirtomartani, Kalasan, Sleman dijumpai 7 ibu
bersalin yang pernah mengikuti senam hamil yang ternyata lama waktu persalinannya lebih
singkat yang terlihat dari fase aktifnya lebih pendek dibandingkan dengan grafik partograf.
Walaupun layanan senam hamil disediakan oleh petugas dan berbagai buku, jurnal, dan berbagai
media banyak yang menyebutkan bahwa senam hamil bermanfaat untuk persalinan tetapi tetap
saja tidak semua ibu hamil yang ANC melaksanakan senam hamil.
B. Rumusan Masalah
KEPMENKES NO.900/2002/V/18/d menjelaskan bahwa bidan sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan yang langsung terjun ke masyarakat khususnya bagi seluruh wanita (ibu), dalam
rangka mewujudkan persalinan yang fisiologis, bidan mempunyai tugas untuk memberikan
pelayanan antenatal antenatal atau ANC seperti bimbingan senam hamil. Sehingga pada bulan
Agustus 2008 BPS Muryati di Kabupaten Sleman mulai memberikan pelayanan senam hamil. Di
berbagai jurnal, buku bahkan penelitian telah dijelaskan bahwa senam hamil memberikan
pengaruh terhadap lama persalinan sehingga penelitian ini sangat penting dilaksanakan untuk
mengetahui seperti apa pengaruh tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Seberapa erat hubungan
senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara yang bersalin di BPS Muryati tahun 2008-
2009?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui seberapa erat hubungan senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara di BPS
Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui frekuensi senam, hamil pada nullipara yang bersalin di BPS Muryati Kabupaten
Sleman tahun 2008-2009.
b. Diketahui lama fase aktif pada nullipara yang bersalin di BPS Muryati Kabupaten Sleman
tahun 2008-2009.
c. Diketahui hubungan senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara di BPS Muryati
Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kebidanan tentang pelayanan antenatal mengenai
senam hamil dengan lama persalinan, karena secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam menurunkan angka kematian ibu.
E. Manfaat Penelitian
1. Praktis
Sebagai bahan informasi, masukan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan
kebidanan mengenai layanan antenatal khususnya senam hamil kepada bidan Muryati sebagai
penyedia layanan dan pada ibu hamil.
2. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya kebidanan untuk dapat memberikan wawasan baru mengenai hubungan senam hamil
dengan lama persalinan.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Marsiyem dengan judul “Hubungan Frekuensi Senam
Hamil dengan Lama Persalinan Ibu-Ibu Bersalin di Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2001”. Jenis
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang hasilnya adalah ada hubungan negatif
antara senam hamil dengan lama persalinan pada primigravida dan multipara. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah pada metode penelitian yang digunakan, kesamaanya hanya pada jenis dan
desainnya saja yaitu sama-sama noneksperimental dan menggunakan pendekatan cross sectional,
sedangkan perbedaanya da pada judul, variabel, tempat, latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, tinjauan teori, kerangka teori, kerangka konsep, hipotesis, waktu, populasi, sampel,
sampling, tehnik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan pengolahan serta analisis
data.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a. Istilah yang ada hubungannya dengan Persalinan
Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 1998). Definisi
lain dari persalinan atau melahirkan adalah proses mendorong janin dan plasenta keluar dari
uterus oleh kontraksi-kontraksi miometrium yang terkoordinasi (Llewellyn-Jones, 2002).
Menurut jenis persalinan persalinan dibagi menjadi dua yaitu partus biasa (normal) dan partus luar
biasa (abnormal). Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah bila bayi lahir dalam
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo,
2002). Sedangkan partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea (Mochtar, 1998).
Menurut umur kehamilan dikenal istilah persalinan maturus atau aterm (cukup bulan), yaitu
persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu, berat janin di atas 2500 g dan sering pula
dikenal istilah persalinan presipitatus, yaitu partus yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Manuaba, 1998).
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Persalinan sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor mekanik (Llewellyn-Jones, 2002), yaitu faktor jalan
lahir (passage), janin (passenger), dan tenaga (power) (Mochtar, 1998). Sehingga untuk
mencapai persalinan normal yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah masalah tenaga
atau power yang dapat ditingkatkan dengan senam hamil.
Faktor jalan lahir (passage) meliputi bentuk dan ukuran jaringan tulang serta jaringan lunak pada
panggul yang meliputi uterus (pada kehamilan dapat dibagi menjadi segmen atas rahim, segmen
bawah uterus, dan serviks uterus), otot dasar panggul, dan perineum (Llewellyn-Jones, 2002).
Segmen atas uterus terdiri dari fundus dan terletak di atas refleksi lipatan vesiko-uterina
peritoneum yang pada persalinan memberikan kontraksi yang kuat untuk mendorong janin ke
jalan lahir (Llewellyn-Jones, 2002). Segmen bawah uterus terletak di antara lipatan vesiko-uterina
peritoneum di sebelah atas dan serviks di bawah yang selama kehamilan bagian atas serviks
termasuk ke dalam segmen bawah uterus, yang meregang untuk mengakomodasi bagian
presentasi janin dan ketika kontraksi otot segmen atas meningkatkan frekuensi dan kekuatannya
pada kehamilan lanjut, segmen bawah uterus berkembang lebih cepat lagi dan teregang secara
radikal untuk memungkinkan turunnya bagian presentasi janin sehingga pada saat persainan,
seluruh serviks menyatu menjadi bagian bawah uterus yang teregang (Llewellyn-Jones, 2002).
Serviks pada kehamlan lanjut menjadi lebih lunak karena perubahan-perubahan kimiawi di dalam
serabut kolagen, dan menjadi lebih pendek karena tergabung dalam segmen bawah uterus serta
bagian ini juga mengalami berbagai derajat dilatasi (Llewellyn-Jones, 2002). Pembentukan Jalan
Lahir Sewaktu Persalinan terjadi ketika kontraksi dan retraksi miometrium sudah menghasilkan
dilatasi serviks lengkap, kepala janin turun ke dalam vagina yang mengembang untuk
menerimanya (Llewellyn-Jones, 2002).
Janin (Passenger) dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya dan
dari semua bagian janin, kepala janin merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan,
tetapi, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui
jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat (Llewellyn-Jones, 2002).
Mekanisme faktor tenaga (power) pada persalinan normal adalah sebagai berikut: intensitas dan
fase peningkatan kontraksi pada segmen atas uterus lebih besar karena ototnya lebih tebal dan
jumlah aktimiosin lebih banyak untuk berkontraksi, dan apabila intensitas dan frekuensi kontraksi
uterus yang bervariasi selama persalinan semakin meningkat maka waktu persalinan akan
semakin maju (Llewellyn-Jones, 2002). Kontraksi persalinan yang terkoordinasi menyebabkan
pemendekan permanen serabut-serabut otot dan karena kontraksi ini maksimal terjadi pada
bagian atas uterus, tegangan distensi diarahkan ke bagian bawah yang kurang muscular, dan lebih
lagi ke bagian serviks yang sedikit mengandung otot akan mengakibatkan serviks berdilatasi
secara melingkar pada setiap kontraksi dan menutup pada akhir kontraksi; tetapi karena retraksi
otot pada uterus bagian atas, terjadi dilatasi yang permanen tetapi sedikit pada setiap kontraksi
(Llewellyn-Jones, 2002). Pada persalinan kala kedua, kontraksi volunter otot diafragma dan otot-
otot abdomen, membantu kontraksi uterus, mendorong bayi ke arah bawah melalui vagina yang
berdilatasi dan mengatasi tahanan otot-otot perineum untuk maju serta gaya yang dikerahkan ke
janin pada puncak setiap usaha menekan ke bawah dibagi menjadi dua komponen: gaya yang
mendorong kepala ke arah bawah, dan yang lain gaya dilatasi (pembukaan), yang meregangkan
jalan lahir melawan tahanan panggul dan otot-otot perineum (jika membran ketuban masih utuh,
resultan gaya lebih kecil, karena cairan amnion menyeimbangkan bagian gaya ini) serta karena
otot-otot dasar panggul membentuk suatu alur yang miring, dan karena kepala berbentuk bundar,
tekanan tambahan menyebabkan rotasi oksiput melewati 900 sehingga terletak di anterior
(Llewellyn-Jones, 2002). Aktivitas uterus berlanjut tanpa berubah setelah pengeluaran janin
hingga menyebabkan pengeluaran plasenta dari segmen atas uteri, antara 2 dan 6 menit setelah
kelahiran bayi dan begitu plasenta keluar dari segmen atas uterus, aktivitas uterus berkurang,
tetapi kontraksi dengan intensitas sekitar 60-80 mmHg masih berlangsung secara teratur selama
48 jam setelah persalinan, dan frekuensinya berkurang seiring dengan waktu (Llewellyn-Jones,
2002).
Selain faktor jalan lahir, janin, dan tenaga atau kekuatan, faktor psikis wanita (ibu) merupakan
salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam setiap persalinan (Mochtar, 1998). Maka
dianjurkan adanya pendampingan suami dan keluarga (JNPK-KR, 2007). Hal lain yang tidak dapat
diabaikan pada wanita hamil adalah kadar hemoglobin sebab anemia pada kehamilan
mempengaruhi terjadinya inersia uteri dan partus lama serta kelelahan ibu saat melahirkan
(Mochtar, 1998). Sehingga untuk mencapai persalinan fisiologis diperlukan pertolongan persalinan
yang bersih dan aman (Prawirohardjo, 2002).
c. Proses Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi empat kala yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV
(Mochtar,1998). Kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm, kala II adalah kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengejan mendorong janin keluar, kala III adalah waktu untuk plepasan dan
pemgeluaran uri, dan kala IV adalah waktu dari keluarnya uri dari 1-2 jam (Mochtar, 1998).
Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu: (1) fase laten; dimulai sejak awal berkontraksi
hingga pembukaan 3 cm dan berlangsung hingga 8 jam; dan (2) fase aktif, frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berkangsung selama 40 detik atau lebih) dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan sedikitnya 1 cm setiap jam (nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2
cm (multipara) serta terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-KR, 2007). Nullipara adalah
seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable) untuk pertama kali
sedangkan multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk
beberapa kali (Prawirohardjo, 2005). Pembukaan serviks dapat dinilai dengan periksa dalam setiap
4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit) (JNPK-KR, 2007).
2. Senam Hamil
a. Definisi Senam Hamil
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan yang kegunaannya untuk memperkuat dan
mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligament, otot dasar panggul yang
berhubungan dengan proses persalinan (FK Unpad, 1998 cit Hanafi, 2008). Lama kehamilan yaitu
280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan yang terbagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan I (0-
12 minggu), triwulan II (12-28 minggu), dan triwulan III (28-40 minggu) sehingga rumus yang
dibuat Naegele digunakan untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL) (Mochtar, 1999). Meskipun
demikian, senam hamil dilakukan setelah kehamilan berumur 20-22 minggu (Manuaba, 1999).
b. Tujuan Senam Hamil
Tujuan senam hamil adalah membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis (Mochtar,
1998). Tujuan tersebut dijabarkan menjadi dua, yaitu tujuan secara umum dan khusus, tujuan
tersebut dijabarkan sebagai berikut: (1) tujuan umum antara lain melalui latihan senam hamil
yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses
mekanisme persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri
sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan, membimbing wanita menuju suatu persalinan
yang fisiologis; (2) tujuan khususnya antara lain memperkuat dan mempertahankan elastisitas
otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia yang berperan
dalam mekanisme persalinan, melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan dengan
proses persalinan, membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi
keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi sesak nafas, menguasai teknik-teknik pernafasan
dalam persalinan, dapat mengatur diri kepada ketenangan (Mochtar, 1999 cit Hanafi, 2008).
c. Syarat Senam Hamil
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil,
syarat tersebut antara lain: (1) telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter
atau bidan, (2) latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu, Latihan dilakukan secara
teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu, (3) sebaiknya latihan dilakukan di rumah
sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil (Mochtar, 1999).
d. Kontra Indikasi Senam Hamil
Terdapat pula beberapa kontra indikasi senam hamil yang harus diperhatikan, antara lain: (1)
Kontra Indikasi Absolute atau Mutlak, apabila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung,
penyakit paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan, pervaginam pada
trimester II dan III, kelainan letak plasenta, seperti plasenta previa, preeklamsi maupun
hipertensi, (2) Kontra Indikasi Relative, apabila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama
jantung tidak teratur, paru bronchitis kronis, riwayat DM, obesitas, terlalu kurus, penyakit dengan
riwayat operasi tulang ortopedi, dan perokok berat, dan (3) Segera menghentikan senam hamil,
apabila terjadi gejala perdarahan pervaginam, sesak saat senam, sakit kepala, nyeri dada, nyeri
otot, gejala kelahiran premature, penurunan gerakan bayi intra uterin (Adi Wiyono, 2004 cit
Hanafi, 2008).
Beberapa tanda dan gejala senam hamil harus dihentikan, antara lain: (1) timbul rasa nyeri,
terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada persendian, (2) kontraksi rahim yang lebih
sering (interval 140 x/menit), (6) mual dan muntah yang menetap, (7) kesulitan jalan, (8)
pembengkakan yang menyeluruh, dan (9) aktifitas janin yang berkurang (Hening, 1992 cit Hanafi,
2008).
e. Sarana dan Prasarana Pendukung Senam Hamil
Dalam melakukan senam hamil diperlukan tempat untuk melakukan latihan tersebut, adapun
syarat dari tempat senam hamil tersebut adalah: (1) ruangan cukup luas, udara segar, terang dan
bersih, (2) Lantai ditutup karpet supaya aman, tidak lembab dan cukup hangat, (3) dinding
ruangan dalam dilapis cermin secukupnya agar membantu ibu untuk konsentrasi dan memberi
kesempatan untuk mengkoreksi gerakannya sendini, (4) Alat dan perkakas di dalam ruangan
dipilih yang berwarna muda untuk memberi suasana tenang, ada iringan/alunan musik lembut
untuk mengurangi ketegangan emosi (Hening, 1992 cit Hanafi, 2008).
f. Gerakan Senam Hamil (Mochtar, 1998)
Wanita hamil setidaknya mengikuti senam hamil di setiap periode kehamilannya, yaitu:
1). Minggu 22-25
a) Latihan pembentukan sikap tubuh
i) Sikap: Berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan dan santai
(rileks).
ii) Latihan: angkat pinggang sampai badan membentuk lengkungan. Lalu tekankan pinggang ke
lantai sambil mengempiskan perut, serta kerutkan otot-otot dubur. Lakukan berulang kali (8-10
kali).

b). Latihan kontraksi relaksasi


i). Sikap: berbaring terlentang, kedua lengan di samping badan kedua kaki ditekuk pada lutut dan
rileks.
ii). Latihan: Tegangkan otot-otot muka dengan jalan mengerutkan dahi, mengatupkan tulang
rahang dan menegangkan otot-otot leher selama beberapa detik, lalu lemaskan dan rileks (8-10
kali).
c). Latihan pernafasan
i). Sikap: berbaring terlentang kedua lengan di samping badan kedua kaki ditekuk pada lutut dan
rileks.
ii). Latihan:
• Letakkan tangan kiri di atas perut.
• Melakukan pernafasan diafragma: Tarik nafas melalui hidung, tangan kiri naik ke atas
mengikuti dinding perut yang menjadi naik, lalu hembuskan nafas melalui mulut. Frekuensi latihan
adalah 12-14 kali per menit.
• Lakukan gerakan pernafasan ini sebanyak 8 kali dengan interval 2 menit.
Latihan-latihan tersebut di atas bertujuan untuk mempercepat timbulnya relaksasi, menghilangkan
rasa nyeri his kala pendahuluan dan his kala pembukaan, dan untuk mengatasi rasa takut dan
stres.
2). Minggu ke 26-30
a). Latihan pembentukan sikap tubuh
i). Sikap: merangkak, kedua tangan sejajar bahu. Tubuh sejajar dengan lantai, sedangkan tangan
dan paha tegak lurus.
ii). Latihan:
• Tundukkan kepala, sampai terlihat ke arah vulva, pinggang di angkat sambil mengempiskan
perut bawah dan mengerutkan dubur.
• Lalu turunkan pinggang, angkat kepala sambil lemaskan otot-otot dinding perut dan dasar
panggul. Ulangi kegiatan di atas sebanyak 8 kali.
b). Latihan kontraksi dn relaksasi
i). Sikap: berbaring terlentang kedua tangan di samping badan kedua kaki ditekuk pada lutut dan
rileks.
ii). Latihan: lemaskan seluruh tubuh, kepalkan kedua lengan dan tegangkan selama beberapa
detik, lalu lemaskan kembali. Kerjakan sebanyak 8 kali.
c). Latihan pernafasan
i). Sikap: berbaring terlentang, kedua kaki ditekuk pada lutut, kedua lengan di samping badan dan
lemaskan badan.
ii). Latihan: Lakukan pernafasan dada yang dalam selama 1 menit, lalu diikuti dengan pernafasan
diafragma. Kombinasi kedua pernafasan ini dilakukan 8 kali dengan interval 2 menit. 2. Latihan
pernafasan bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri (sakit) his pada waktu persalinan.
3). Minggu ke 31-34
a). Latihan pembentukan sikap tubuh
i). Sikap: Berdiri tegak kedua lengan di samping badan kedua kaki selebar bahu dan berdiri rileks.
ii). Latihan: 1. Lakukan gerakan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus lalu tegak berdiri
perlahan-lahan. 2. Pada mula berlatih, supaya jangan jatuh kedua tangan boleh berpegangan
misalnya sandaran kursi (8 kali).

b). Latihan kontraksi dan relaksasi


i). Sikap; tidur terlentang, kedua lengan di samping badan kedua kaki ditekuk dan lemaskan
badan.
ii) Latihan: Lakukan pernafasan diafragma dan pernafasan dada yang dalam seperti telah
dibicarakan.
c). Latihan pernafasan
Latihan pernafasan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28 per menit dan lebih
cepat. Gunanya untuk menghilangkan rasa nyeri.
4). Minggu ke 35 sampai akan partus
a). Latihan pembentukan sikap tubuh
i). Sikap: berbaring terlentang, kedua lengan di samping badan kedua kaki ditekuk pada lutut dan
rileks.
ii). Latihan: angkat badan dan bahu, letakkan dagu di atas dada melihatlah ke arah vulva.
Kegiatan ini pertahankan beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula dan santailah. Latihan ini
diulang 8 kali dengan interval 2 menit.

b). Latihan kontraksi dan relaksasi.


i). Sikap: tidur terlentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki lurus, lemaskan seluruh
tubuh, lakukan pernafasan secra teratur dan berirama.
ii). Latihan: tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara: katupkan rahang kerutkan dahi,
tegangkan otot-otot leher, kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu, tegangkan otot-otot perut,
kerutkan dubur, tegnagkan kedua tungkai kaki, dan tahan nafas. Setelah beberapa saat kembali
ke sikap semula dan lemaskan seluruh tubuh (9 kali).
c). Latihan pernafasan
i). Sikap: tidur terlentang kedua lutut dipegang oleh kedua tangan (posisi litotomi) dan rileks.
ii). Latihan: buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya lalu tutup mulut. Latihan
mengejan seperti buang air besar (defekasi) ke arah bawah dan depan. Setelah lelah mengejan,
kembali ke posisi semula. Latihan ini diulang 4 kali dengan interval 2 menit.

B. Kerangka Teori
Berdasarkan pemahaman pada tinjauan pustaka, maka kerangka teori faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap lama persalinan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka teori modifikasi dari Llewellyn-Jones, 2002; Moctar, 1998; Prawirohardjo,
2002

C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian


D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ada hubungan antara senam hamil dengan
lama fase aktif pada nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian noneksperimental. Penelitian noneksperimental adalah
penelitian yang tidak memberikan intervensi kepada objek dan hanya mengamati kejadian yang
sudah ada (Hidayat A. A., 2007). Penelitian ini tidak memberikan intervensi kepada objek dan
hanya mengamati senam hamil dan lama fase aktif.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan waktu cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmojo,
2002). Data mengenai lama fase aktif dan keikutsertaan senam hamil dari subjek penelitian
dikumpulkan dalam satu waktu kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah antara kedua
variabel tersebut terdapat korelasi.

Gambar 3. Bagan Rancangan Penelitian


C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut
dari sekelompok orang yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok
itu (Sugiyono, 2006). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: (1)
variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (Sugiyono,2006), sehingga yang digunakan sebagai variabel
independen dalam penelitian ini adalah senam hamil; dan (2) variabel dependen atau variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2006), sehingga sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah lama fase aktif.
2. Definisi operasional
a. Variabel independen (senam hamil)
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan yang dimulai pada umur kehamilan 22 minggu dan
kegunaannya untuk memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligament-ligament, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan serta yang
berpengaruh pada persalinan adalah senam 4 kali selama kehamilan sehingga senam hamil
dikelompokkan menjadi 2, yaitu: (1) ya apabila pernah senam hamil lebih dari atau sama dengan
4 kali selama kehamilannya; dan (2) tidak apabila senam hamil 0-3 kali selama kehamilannya,
sehingga merupakan skala nominal.
b. Variabel dependen (lama fase aktif)
Fase aktif adalah bagian dari persalinan kala I atau mulai dari waktu pembukaan serviks 1 cm
sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm yang berlangsung dari pembukaan 4 cm hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm dengan kecepatan sedikitnya 1 cm setiap jam pada
nullipara. Fase aktif pada nullipara berlangsung maksimal 6 jam, tetapi jangan sampai terjadi
persalinan presipitatus atau persalinan yang berlangsung kurang dari 3 jam, maka lama fase aktif
dikelompokkan menjadi: (1). baik apabila lamanya 3-6 jam; dan (2) tidak baik apabila lamanya
kurang dari 3 jam dan lebih dari 6 jam sehingga merupakan skala nominal.
c. Nullipara
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini sebagai populasinya adalah seluruh
nullipara yang bersalin pada bulan Agustus 2008 sampai bulan April 2009 di BPS Muryati.
2. Sampel
Sampel berbeda dengan sampling. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006), sedangkan sampling adalah teknik pengambilan
sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah nullipara yang bersalin pada bulan Agustus 2008
sampai bulan April 2009 di BPS Muryati dan memenuhi kriteria. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian menggunakan purposive random sampling. Purposive random sampling yaitu
pengambilan sampel terhadap populasi dilakukan dengan kriteria tertentu secara acak
(Notoatmojo,2002). Kriteria inklusinya adalah janin hidup, tunggal, presentasi kepala, jalan lahir
normal, didampingi suami/keluarga saat melahirkan, dan berat lahir normal, sedangkan
eksklusinya adalah anemia.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria yang kemudian
ditentukan besar sampelnya dengan daftar yang dibuat oleh Krejcie dan Morgan yang taraf
kesalahannya 5%. Sampel diambil secara acak dengan undian setelah dikelompokkan menjadi
kasus dan control sampai memenuhi besar sampel yang dibutuhkan.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti menggunakan data sekunder, yaitu register ibu hamil,
buku partus, dan daftar hadir senam hamil dari bulan Agustus 2008 sampai April 2009 yang
kemudian dimasukkan ke dalam tabel pengumpulan data.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan di lakukan di BPS Muryati dengan alamat, Gendingsari, Tirtomartani, Kalasan,
Sleman, Yogyakarta pada tanggal 19 April-9 Mei 2009.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen/alat yang digunakan untuk mendapatkan subjek penelitian adalah tabel pengumpulan
data yang akan digunakan untuk mengukur dua variabel sekaligus.
H. Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data dengan komputerisasi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Entri data
Memasukkan data ke dalam komputer.
b. Editing
Memeriksa data sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sehingga data yang tidak sesuai tidak
digunakan.
c. Coding
Data senam hamil dengan kategori ya, diberi kode 1 sedangkan yang berkategori tidak, diberi
kode 0. Data lama fase aktif dengan kategori baik, diberi kode 1 sedangkan yang berkategori
tidak, diberi kode 0.
d. Tabulating
Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.

2. Analisa data
Dalam penelitian data tentang frekuensi senam hamil dan lama fase aktif disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi, Kemudian dilakukan analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel yang
diduga berhubungan (Notoatmojo, 2002). Analisa data dalam penelitian ini menggunakan program
komputerisasi.
a. Analisa data untuk menguji adakah hubungan antara senam hamil terhadap lama fase aktif
menggunakan uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikasi 5% yaitu dengan rumus dasar yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
X2 : Nilai Chi Kuadrat
f0 : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fh : Frekuensi yang diharapkan
Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga x2 hitung dengan x2 tabel
dengan taraf kesalahan dan derajat kebebasan tertentu. Ketentuan pengujian kalau x2 hitung 6
19
3-6 52 Baik 60,47 52
Total 100 86

Sumber : Data Sekunder, 2009

Berdasarkan tabel 3, terdapat 52 orang/ 60,47% yang lama fase aktifnya baik (3-6) dan 34 orang/
39,53% yang lama fase aktifnya tidak baik (6).
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan senam hamil dengan lama fase aktif pada
nullipara di BPS Muryati Kabupaten Sleman tahun 2008-2009 adalah dengan uji statistic chi-
square (X 2).
Tabel 4 : Tabel 2 x 2
Variabel Lama Fase Aktif Total / %
Baik / % Tidak Baik / %
Senam Hamil Ya 42 / 80.77 1 / 2.94 43 / 50
Tidak 10 / 19.23 33 / 97.06 43 / 50
Total / % 52 / 60.47 34 / 39.53 86 / 100
Sumber : Data Sekunder, 2009
Berdasarkan tabel 4. nullipara yang senam hamil menghasilkan lama fase aktif baik (80.77%)
lebih banyak daripada nullipara yang tidak senam hamil (19.23%).
Tabel 5 : Uji Chi Square (x2)
Parameter x2 Hitung p-value df
Nilai (value) 49.81 1.694e-12 1

Sumber : Data Sekunder, 2009


Berdasarkan tabel 5, di dapatkan chi square (x2) hitung adalah 49.81 yang selanjutnya
dibandingkan dengan harga X2 tabel pada derajat kebebasan 1 dengan taraf kesalahan 5% yaitu
sebesar 3,841. Maka harga X2 hitung lebih besar dari harga X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak,
sehingga ada hubungan yang signifikan antara senam hamil dengan lama fase aktif.
Setelah dilakukan uji x2 didapatkan kesimpulan ada hubungan antara senam hamil dengan lama
fase aktif kemudian dilihat tingkat keeratan hubungan antar variabel dengan rumus koefisien
kontingensi yang hasilnya adalah 0,6056. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keeratan
hubungan antara senam hamil dengan lama fase aktif adalah kuat.
C. Pembahasan
Hubungan antara senam hamil dengan lama fase aktif pada nullipara dari hasil uji chi square (x2)
hitung adalah 49.81 yang selanjutnya dibandingkan dengan harga X2 tabel pada derajat
kebebasan 1 dengan taraf kesalahan 5% yaitu sebesar 3,841. Maka harga X2 hitung lebih besar
dari harga X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada hubungan yang signifikan antara
senam hamil dengan lama fase aktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nullipara yang senam hamil menghasilkan lama fase aktif
baik (80.77%) lebih banyak daripada nullipara yang tidak senam hamil (19.23%).
Wanita yang bugar karena berolahraga aerobik atau berlari secara teratur terbukti mengalami fase
persalinan aktif yang lebih singkat dan mengalami lebih sedikit persalinan dengan seksio sesarea,
pencemaran mekonium dalam air ketuban, dan gawat janin selama persalinan (Clapp dkk, 1999
cit Cunningham et al, 2005). Hal tersebut selaras dengan penelitian Marsiyem tahun 2003
mengenai hubungan frekuensi senam hamil dengan lama persalinan ibu-ibu bersalin di Rumah
Sakit Panti Rapih tahun 2001 yang hasil uji statistiknya menjukkan bahwa ada hubungan antara
frekuensi senam hamil dengan lama persalinan pada wanita primigravida dan multipara.
Wanita yang melakukan senam secara teratur selama kehamilannya melaporkan tingkat kehabisan
tenaga/penggunaan yang rendah selama kehamilan dan persalinan, sedikit mengalami
ketidaknyamanan dan lebih cepat sembuh pada masa paska salin daripada ibu yang tidak
melakukan senam atau yang menghentikan senamnya (Pusdiknakes, 2001). Hal tersebut sesuai
dengan keuntungan senam hamil yang adalah meningkatkan kepercayaan pengetahuan tentang
kekuatan persalinan sehingga waktu persalinan dapat dipersingkat dan rasa sakit dikurangi
(Manuaba,1999).
Hasil penelitian menunjukkan tingkat koefisien kontingensi = 0,6056, sehingga dapat dikatakan
bahwa keeratan hubungan antara senam hamil dengan lama fase aktif adalah kuat (Sugiyono,
2006).
Wanita yang giat dalam latihan hanya memerlukan sedikit intervensi dalam proses melahirkan,
penurunan angka kelahiran sesar yang besar dan, memperpendek fase aktif pada kala satu dan
memperpendek kala dua proses melahirkan daripada wanita yang tidak berlatih serta lebih sedikit
kemungkinan terjadi gestasi mundur (Clapp J. F., Botkin, Hall, Pender, Sallis, cit Varney et all,
2006).Selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Poedjo Hartono, Hening Laswati Putra, dan
Imam Rasyidi pada tahun 1994 adalah program senam hamil pada perawatan antenatal di RSUD
Dr.Sutomo Surabaya dapat memberikan dampak positif dalam usaha menurunkan insiden partus
lama , memperpendek lama persalinan kala II dan aman bagi buah kehamilannya maupun hasil
persalinannya .
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dari subyek penelitian yang tidak selalu mengikuti senam
dikeempat periode kehamilannya sehingga subyek dihitung senam berdasarkan frekuensinya saja.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BPS Muryati Kabupaten Sleman didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara senam hamil dengan lama fase aktif pada
nullipara, sehingga apabila nullipara melakukan senam hamil pada periode-periode kehamilannya
maka lama fase aktifnya akan menjadi baik.
B. Saran
Berkaitan hasil penelitian dan pembahasan maka beberapa saran yang peneliti berikan sebagai
bahan pertimbangan adalah:
1. BPS Muryati
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan senam hamil akan menghasilkan lama fase aktif yang
baik maka diharapkan dapat mengambil langkah dan strategi yang tepat untuk lebih memprosikan
senam hamil dan menumbuhkan kesadaran iuntuk lebih meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan janin,
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar dilakukan penelitian dengan membedakan kategori senam dengan tidak senam
berdasarkan periode kehamilannya dan agar menggunakan metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F. (2005). Obstetri Williams, Eds. 21. Jakarta: EGC
Elisabeth, stevani. (2009). KB Turunkan Angka Kematian Ibu. Diunduh tanggal 26 Februari 2009
dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0805/24/kesra01.html
Hanafi, Yusuf. (2008). Referensi Kesehatan. Diunduh tanggal 1 Januari 2009 dari
file://localhost/D:/KTI/senam%20hamil.html.
Hartono, P., Putra L. H., Rasyidi, I. Diunduh tanggal 20 Januari 2009 dari
12.05http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6VBF4RFD6DC3&_user=10&_
rdoc=1&_fmt=&_orig=search&_sort=d&view=c&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&
_userid=10&md5=f9a9e496b2111304802159296eb21589
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Indriyani, D., Amiruddin, R. (2007). Faktor risiko partus lama di RSIA Siti fatimah Makassa.
Diunduh tanggal 1 Januari 2009 dari http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/31/faktor-
risiko-partus-lama-di-rsia-siti-fatimah-makassar/
JNPK-KR. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK
Liewellyn, Derek, J. (2002). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Manuaba, IBG. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan
Marsiyem. (2003). Hubungan antara Frekuensi Senam Hamil dengan Lama Persalinan Ibu-Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2001. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan:
POLTEKKES DEPKES YOGYAKARTA
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Eds. 2. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Jilid 2, Eds. 2.
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam.(1999). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Oxorn, H., & Forte, R.W. (2003). Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia
Medica
Prawiroharjo, S. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes. (2001). Asuhan Antenatal, Buku 2. Jakarta : Pusdiknakes
Sadli, Saparinah dan Kolibonso, SR. (2008). Kartini dan Keprihatinan Kesehatan Ibu. Diunduh
tanggal 1 Januari 2009 dari
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/04/21/Opini/krn.20080421.128630.id.html
Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

no comments yet.

pelatihan iud-implan
Posted on February 24, 2009 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

Hari ini mulai pelatihan. AQ datengnya termasuk terakhir, so dibelakang sendiri gitu. Mulainya jam
08.00 tapi datengnya pada lebih pagi nha hal itulah yg mengakibatkan aq datengnya jadi paling
terakhir, so bukan slah aq brartikan?

Pembukaanya diisi ketua P@KS, direktur poltekkes, trus ketua BKKBN. Kajurq bener2 g ad
baunya, padahal ada disitu n biasanya, g mutu….

Sanjutnya diisi materi2…

hari k2-2

Hari ini ketemu dr widad. Aq ngefans m dy.. luph2 gt..Kumisnya bikin cinta,eh pacarq suruh
pelihara kumis g mw=( . Slain itu juga ketemu dosenq ginekologi. Orangnya terkenal mesum, tapi
sebernya dy juga menyampaikan yang berbau agamis supaya kita jangan melakukan
penyimpangan seksual. Meskipun gt yg ditangkep tmen2 dy t mesum.. Sekali mesum tetep
mesum.

Hari ini hari terakhir materi. Basok artinya aq mulai pasang IUD. Namaqkan A-R-I-N so pastinya
absen awal , so aq kelompok pertama, nha kelopok pertama t y besok itu.

Selama pelatihan kita2 pada tepuk tangan kalo pembicaranya/pematerinya slese ngomong. BEit,
jangan GR y, Kita2 tepuk tangan cz habis pembicara kalo g dapet snack, y dapet makan siang,
atau pulang. Selama pelatihan aq banyak tidurnya n duduk di deretan paling belakang terus. Aq
bukan menyela lho., tapi menikmati dan menyalurkan hobi. Tidur kok hoby?

Menurut bayanganq bongkar pasang IUD t gampang, tapi ad juga temenq yg g bisa tidur
gr2mikirin IUD. Aq pasang 2 bongkar 1. Pemasangan pertama sekaligus juga sebagai pemasang
pertama. He3x, Aq diruangan yg ada bu KUS. Bu Kus itu bidan senior udah pensiun tp keep OK.
Aq masangnya cepet, tapi pake tremor. Tremor t tanganq getar22 sendiri, trus dipengangin sikuq
biar berhenti getar2nya gt. Klienq yang pertama ini umurnya 35, anak pertama umur 5 tahun
anak kedua 5 bulan, lahirnya induksi semua. Mang bahaya n susuah lok primi>30 tahun. Yang
kedua aq dapat bongkar, lanar2aja walaupun sempat aq mikir cz klienq udah menopause 1 tahun
n umurnya udah 58. Yang terakhir aq pasang lagi. Klienq umurnya 25 tahu, tapi uterusnya
sinistroretrofleksio, maksudnya rahimnya tu membelok ke kiri dan kebawah/kebelakang. Aq lihat
lurus ga keliatan, atas bawah masih g keliatan, samping kanan masih sama, nha baru samping kri
agak2 keliatan, terus aja, sipp keliatan akhirnya. Mulai dech aq pasang. Yahud.

Jatahnya 2 pasang 1 abut, tapi banyak jg temenq yang kurang dari itu. Makanya sempat waktu
mw pasang yg ke2 aq ditanyain m dosenq. Ya q jawab lok aq udah mw yg ketiga ini. Disuruh
nanti2 nnunggu temennya, heran kok tmenq lama2. Kta dosenq salahnya aq t karna aq terlalu
cepat. Ya mw gimana orang cepet kok salah?.
Tmenq si Jeki lupa, benang kliennya g dipotong, brarti benangnyakan terjuntai di vagina? tw mlah
p di luAR vagina? Katanya dy t dah motong tapi guntingnya tumpul. dy t gimana kok bisa2nya g di
cek.

no comments yet.

ACC proposal
Posted on by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

Paginya aq ujian ulang INC sama b nining. Soalnya ny Nana UK 32 minggu kenceng-kenceng
teratur tiap 5′. Aq periksa dalam, tapi gara2 vulvanya gede, akhirnya jempolq ikutan masuk,
dipegangin m dosenq, aduhhhhhhhh. Habis itu aq ngumpulin proposal n langsung di acc m
pembimbing I. Terus makan n ngenet sambil nunggu pembimbing II kira2 5jam. Akhirnya mulailah
bimbingan, kata pbb II/b tyas bimbingan dari yg terbanyak konsulnya, aq lm pernah sama sekali
so intinya aqlah yang paling terakhir>jam 19.45, Begitu liat punyaq dah di acc dy langsung bilang
g perlu ngapa2in lagi. Lembar konsulq ditulis ‘pbb I sudah acc–>pbb II langsung acc tidak diliat
isinya’ maksudnya gimana t? aq harus seneng apa sedih?

no comments yet.

UTEROTONIK DAN ANTI


PERDARAHAN
Posted on October 27, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

UTEROTONIK
DAN ANTI PERDARAHAN

Disusun
oleh :
Arinda
Kurnitasari / Reguler / 04

DEPARTEMEN
KESEHATAN RI

POLITEKNIK
KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN
KEBIDANAN

2007
/ 2008
BAB
I

PENDAHULUAN

1. LATAR
BELAKANG

Seperti yang telah kita ketahui


bersama, obat merupan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala
macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.
Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan
tertentu karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah
yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam
jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita..

Salah satu dari obat yang sudah


sering dipergunakan adalah uterotonik dan anti perdarahan. Obat –
obat uterotonika dan anti i perdarahan tidak pernah lepas dari segala
masalah kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan.Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang
riskan karena sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga
ironis sekali apabila terjadi kesalahan walau hanya sedikit saja. Hal
– hal yang perlu diketahui adalah mengenai nama obat, tujuan
penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping,
cara pemakaian serta dosis yang digunakan.

2. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui obat uterotonik dan anti perdarahan itu sendiri
2. Untuk
mengetahui jenis – jenis obat uterotonik dan anti perdarahan
3. Untuk
mengetahui pengaruh terhadap penggunaan obat – obat uterotonik
dan anti perdarahan yang meliputi pengertian, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis
yang digunakan.

I.
UTEROTONIK
Uterotonik adalah zat yang
meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk
induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan
post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala III persalinan.

Uterotonik yang bisa digunakan ada 3


macam, yaitu :

1. Metergin
1. Pengertian

Merupakan alkaloid ergot

1. Mekanisme
/ cara kerja

 Mempengaruhi
otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala
III.
 Menstimulssi
otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
 Pembuluh
darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan
terjadi efek oksitosuk pada kandungan mature.

1. Indikasi

 Oksitosik
 Sebagai
stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska
abortus.

1. Efek
samping

 Kontraksi
uterus

Kontraksi dapat terjadi begitu kuat


sehingga resiko retensio plasenta akan meningkat. Keadaan ini
disebabkan oleh kontraksi segmen bawah uterus yang terjadi berurutan
sehingga perlepasan plasenta terhalang.

 Diare
dan muntah

Kerja metergin menyerupai kerja


dopamine yang kerap kali menimbulkan mual dan muntah pada 20-30 % ibu
melahirkan.

- Pengliatan kabur, sakit kepala,


kejang, diare, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung, koma,
meninggal.

1. Kontra
indikasi
 Persalinan
kalaI dan II
 Hipersensitif
 Penyakit
vascular
 Penyakit
jantubn parah
 Fungsi
paru menurun
 Fungsi
hati dan ginjal menurun
 Hipertensi
yang parah
 eklampsi

1. Cara
pakai dan dosis

 Oral
mulai kerja setelah sepuluh menit
 Injeksi
intravena mulai kerja 40 detik
 IM
mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek
samping lebih sedikit.

* Dosis :

- Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari


selama 2 hari

- IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2


– 4 jam bila perdarahan hebat.

7. Contoh
obat
 Nama
generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
 Nama
paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.

2. Oksitosin
1. Pengertian

Oksitosin merupakan hormone peptide


yang disekresi olah pituitary posterior yang m,enyebabkan ejeksi air
susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada
awal kelahiran.

2. Mekanisme
/ cara kerja

Bersama dengan factor-faktor lainnya


oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan
ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk
menyebabkan :
 Kontraksi
uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada
otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
 Konstriksi
pembuluh darah umbilicus
 Kontraksi
sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI )

Oksitosin bekerja pada reseptor


hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan

 Peningkatan
atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik ) karena
terjadinya vasodilatasi
 Retensi
air

 Catatan
: oksitosin dan hormone antyi diuretic memiliki rumus bangun yang
sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini
saling tumpang tindih

Kerja oksitosin yang lain meliputi :


kontraksi tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma,; luteolitis
(involusi korpus luteum ); peranan neurotransmitter yang lkain dalam
system saraf pusat. Oksitosin disintesis dalam hipotalamus, kelenjar
gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari usia kehamilan 32 minggu dan
selanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula aktifitas uterus
akan lebih tinggi pada malam harinya ( Hirst et al, 1993 ).

Pelepasan oksitosin endogenus


ditingkatkan oleh :

 Persalinan
 Stimulasi
serviks vagina atau parudara
 Estrogen
yang beredar dalam darah
 Peningkatan
osmolalitas / konsentrasi plasma
 Volume
carian yang rendah dalam sirkulasi darah
 Sttres.
Stres dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal
dengan istilah refleks ejeksi fetus. Stres uyang disebabkan oleh
tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.

Pelepasan oksitosin disupresi oleh :

o Alcohol
o Relaksin
o Penurunan
osmolalitas plasma
o Voliume
cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )

3. Indikasi
 oksitosik
 mengurangi
pembengkakan payudara
4. Efek
samping

o Spasme
uterus ( pada dosis rendah )
o Hiper
stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /
rupture uterus )
o Keracunan
cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
o Mula,
muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli
amnion.
o Kontraksi
pembuluh darah tali pusat
o Kerja
antidiuretik
o Reaksi
hipersensitifitas

5. Kontra
indikasi

o Kontraksi
uterus hipertonik
o Distress
janin
o Prematurisasi
o Letak
bati tidak normal
o Disporposi
sepalo pelvis
o Predisposisi
lain untuk pecahnya rahim
o Obstruksi
mekanik pada jalan lahir
o Preeklamsi
atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35
tahun
o Resistensi
dan mersia uterus
o Uterus
yang starvasi
o Gawat
janin

6. Cara
pakai dan dosis

Untuk induksi persalinan intravena 1-4


m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U / menit sampai terjadi pola
kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus,
ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan
kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus.
Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler
setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu
tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam
posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.

7. Contoh
obat
Nama generic Nama paten / merk
dagang

Tablet oksitosina Pitosin tablet (


PD )

3. Misoprostol
1. Pengertian

Misoprostol adalah suatu analog


prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam lambung dan
menaikkan proteksi mukosa lambung.

2. Mekanisme
/ cara kerja

Setelah penggunaan oral misprostol


doabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-esterifikasi menjadi obat
aktif : asam misoprostol.

Kadar puncak serum asam misoprostol


dareduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.

1. Indikasi

 oksitosik
 menstimulus
kontraksi uterus

4. Efek
samping

o Dapat
menyebabkan kontraksi uterin
o Diare
dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14-40
% pasien dengan AINS yang menerima 800µg / hari. Diare
biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi.
Wanita-wanita yang menggunaklan misoprostol kadang-kadang mengalami
gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan vaginal.

5. Kontra
indikasi

Untuk proteksi GI, misoprostol


dikontraindikasikan pada kehamilan karena resiko aborsi.
Pasien-pasien harus diberi tahu untuk tidak memberikan misoprostol
kepada orang lain. Pasien-pasien yang menerima terapiu jangka lama
AINSS untuk reumotoid arthritis, misoprostol 200µg qid lebih
baik daripada antagonis reseptor H2 atau sukralfat dalam mencegah
gastric ulcer yang induksinya oleh AINS. Walaupun demikian
misoprostol tidak menghilangkan nyeri G1 atau rasa tidak enak yang
dihubungkan dengan pengunaan AINS.

6. Cara
pakai dan dosis

Peroral untuk proteksi GI selalma


terapi AINS : 200 µgqid. Diberiksan bersama makanan, jika dosis
ini tidak ditilerir : 100µg qid dapat digunakan. Bentuk sediaan
: tablet 100,200µg. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi
dengan diklofenak.

7. Contoh
obat

Misoprostol

Tablet : Gastrul isi : misoprostol 200


mcg / tablet.

II.
ANTI PERDARAHAN
Obat anti perdarahan sering disebut
hemostatik. Obat hemostatik adalah obat yang digunakan untuk
menghentikan pendarahan. Obat hemostatik ini diperlukan untuk
mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas.Pemilihan obat
hemoastatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis
perdarahan.

Perdarahan dapat disebabkan oleh


defisiensi satu faktor pembekuan darah yang bersifat herideter
misalnya defisiensi faktor antihemofilik (faktor VIII) dan dapat pula
akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis
dan diobati. Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasi
dengan memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darah
manusia misalnya factor asnti hemofili ( factor VIII )
cryprecipitated anti hemofilik factor kompleks factor IX ( komponen
tromboplastin plasma). Perdarahan dapat pula dihentikan dengan
memberikan obvat yang dapat meningkatkan factor-faktor prmbrntukan
darah misalnya vitamin K atau yang menghambat mekanisme fibrinilitik
seperti asam aminokaprot. Selain hemostatik sistemik diatas terdapat
pula hemostatik yang digunakan local ( hemostatrik local ) .
Menggunaklan obat anti trombitik bertujuan menmperngaruhi proses
trombosis atau mempengaruhi pembentukan bekuan darah ( clot ) Intra
vascular, yaitu melibat\kan platelet dan fibrin. Obat anti platelet
bekerja mencegah perlekatan ( adesi ) platelet dengan dinding
pembuluh darah yang cedera atau dengan platelet lainnya, yang
merupakan langkah awal terbentuknya thrombus. Obat anti koagulan
mencegah pembentukan fibrin yang merupakan bahan esensial untuk
pembentukan thrombus. Obat trombolitik degradasi fibrin dan
fibrinogen oleh plasmin sehingga membantu larutnya bekuan darah .

Obat hemostatik sendiri terbagi dua


yaitu :

1. Obat hemostatik lokal dan


2. Obat
hemostatik sistemik.

Hemostatik Lokal

Yang termasuk dalam


golongan ini dap[at dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan
mekanisme hemostatiknya.
* Hemostatik serap
Mekanisme kerja
hemostatik serap ( absorbable hemostatik )
menghentikan perdarahan
dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau
memberikan jala
serat-0serat yang mempermudah bila diletakkan
langsung pada pembekuan
yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing
trombosit akan
pecah dan membebaskan factor yang memulai proses
pembekuan darah.
Indikasi : hemostatik
golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan
yang berasal dari
pemubuluh darah kecil saja m\isalnya kapiler dan
tidak efektif untuk
menghentikan perdarahn arteri atau vena yang
tekanan intra
vaskularnya cukup besar.
Contoh obat : Antara lain
spon, gelatih, oksi sel ( seluloisa oksida ) dan busa
fibrin insani (
Kuman fibrin foam ). Spon, gelatih, dan oksisel dapat
digunakan
sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi.
Hal ini
menguntungkan karena tidsk memerlukan
penyingkiran tang memungkinkan
perdarahn ulang seperti yang terjadi poada
penggunaaan kain kasa.
Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat
diperlukan waktu 1- 6
jam. Selulosa oksida dapat memperngaruhi regenerasi
tulang dan dapat
mengakibatkan pembentuksan kista bila digunakan
jangka panjang pada
patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat
epitelisasi,
selulosa oksida tidak dianjurkan intuk digunakan
dalam jangka
panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon,
setah dibasahi,
dengan tekanan sedikit dapta menutup permukaan
yang berdarah.
* Astrigen
Mekanisme
kerja : Zat ini bekerja local dengan mengedepankan
protein darah
sehingga perdarahan dapat dihentikan sehubungan
dengasn cara
penggunaany, zat ini dinamakan juga styptic.
Contoh Obat :Antara lain
feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
Indikasi : Kelompok ini
digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler
tetapi kurang efektif
bila dibandinbgkan dengan vasokontriktor yang
digunakan local.
* Koagulan
Mekanisme kerja : obat
kelompok ini pada penggunaan lopkal menimbulkan
hemostatid dengan 2
cara yaitu dengan mempercepat perubahan
protrombin menjadi trombin
dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Aktifitor protrombin,
ekstrak yang mengandung aktifator protrombin dapat
dibuat antara lain
dari jaringan ortak yang diolah secara kering dengan
asetat. Beberapa
racun ular memiliki pula aktifitas tromboplastin yang
dapat
menimbulkan pembekuan darah. Salah satu conto
adalah russell’s
vipervenomnyang sangat efektif sebagai hemostatik
local dan dapat
digunakan umpamanyta untuk alveolkus gigi yang
berdarah pada pasien
hemofilia.
Cara
pemakaian : Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan
larutan segar 0,1
% dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi.
TRombin zat ini
tersedia dalamm bentuk bubuk atau larutan untuk
penggunaaan lokal.
Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara
menimbiulkan
bahaya emboli.
*
Vasokonstiktor
Epinetrin
dan norepinetrin berefek vasokontriksi , dapat
digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
Cara
pemakaian : Cara penggunaanya ialah dengan
mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada
permukaan yang
berdarah. Vasopresin, yang dihasilkn oleh hipofisis,
pernah digunakan
untuk mengatasi perdarahan pasca bedah perslinan.
Perkembangan
terahir menunjukkan kemungkinan kegunaanya
kembali bila disuntikkan
langsung ke dalam korpus uteri untuk mencegah
perdarahan yang
berlebihan selama operasi korektif ginekologi.

hemostatik sistemik

Dengan
memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan
dapat dihentikan
dengan segara. Hsl ini terjdi karena penderita
mendapatkan semua
faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah
trasfusi. Keuntungan
dari transfusi ialah perbaikan volueme sirkulasi.
Perdarhan yang
disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah
tertentu dapat diatasi
dengan mengganti/ memberikan faktor pembentukan
yang kurang.

Faktor anti hemoflik


(faktor IIIV) dan cryporecipitated anti mophilic factor.

Indikasi
Kedua
zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi
perdarahan pada
penderita hemofilia A ( defisienxi faktor IIIV) yang
sifatnya
periditeri dan pada penderita yang darahgnya
mengandung faktor di
dapat dari plasma donor tunggal dan kaya akan faktor
IIIV dalam
jumlah baku. Selain itu penderita hemofilia A
crypoprecipitates anti
hemofilik faktor juga dapat diginakan untuk pasien
dengan penyakit
von Willebrand. Penyakit heriditer yang selain
terdapat defisiensi
faktor IIIV juga terdapat gangguan suatu faktor
plasma yaiti kofaktor
ristisein yang penting untuk adhesi trombosit dan
stabilitas
kapiler. Kofaktor ristosetin hilang selama proses
pembuatan sediaan
konsentrat faktor anti hemfilik.
Efek samping
Cryprecipitatef
anti hemofilik factor mengandung fibrinogen dan
protein plasma lain
dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan
konsentrat faktor IIIV,
sehingga kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas
lebih besar
pula. Efek samping lain yang dapat timbul pada
penggunaan kedua jenis
sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi hemolitik,
hiperfibrinogenemia menggigil dan demam.
Cara pemakaian
Kadar
faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan
IV biasanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan pada
penderita hemofilia.
Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-
20 unit/kg BB.
Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan
lunak, diberikan dosis
tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia
sebelum dio[erai
diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya
50% dari
normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 %
dari normal untuk
7-10 hari.

komplek faktor IX

Indikasi
Sediaan
ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah
kecil protei
plasma lain dan digunakan untuk pengobatan
hehofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang etrdapat dalam sediaan
tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada
kemungkinan timbulnya
hepatitis.
Kontra indikasi
Preparat
ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita
nonhemofilia.
Efek samping
Antara lain trombosis,
demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensivitas
berat (shok anafilaksis).
Dosis
Satu
unit/kgbb meningkatkan aktivitas faktor sebanyak
1,5%. Selama fase
penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar faktor
IX 25-30% dari
normal.

Desmopresin

Desmopresin
merupakan vasipresin sintetik yang dapat
meningkatkan faktor VIII dan
vWf untuk sementara. Peningkatan kadar faktor
pembekuan tersebut
paling besar terjadi pada 1-2 jam. Dan menetap
sampai dengan 6 jam.
Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau3 hari dapat
menurunkan
respons terapeutik.
Indikasi
Hemoststik jangka pendek
pada pasien dengan defisiensi faktor VIII yang ringan
sanpai sedang
dan pada pasien penyakit von willebrand tipe 1
Efek samping
Sakit
kepala , mual, flushing , sakit dan pembengkakan
pada tempat
suntikan, juga dilaporkan terjadinya peningkatan
tekanan darah yang
ringan dan harus hati- hati penggunaanya pada
pasien hipertensi dan
penyakit ateri koronarian.
Cara pakai
Obat
ini sering digunakan IV denagn dosis 0,3 mikrogram
secara infuse
dalam waktu 15-30 menit.

fibrinogen insani

Sediaan
ini hanya digunakn bila dapat ditentukan kadar
fibrinogen dalam darah
penderita, dan adanya pembekuan yang sebenarnya.
vitamin K

Sebagai
hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapt
menimbulkan efek,
sebab vitamin K harus merangsag
pembentukkanfaktor- faktor pembekuan
darah lebih dahulu.
Indikasi
Digunakan untuk mencegah
atau mengatasi perdarhan skibat defisiensi vitamin K.
Efek saming
Pemberian
pareteral pada bayi premature kurang dari 2,5 kg
resiko
terkenaikterus meningkat. Pemberian filokuinon secar
intravena yang
terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada
muka, berkeringat,
bronkospsse, sianosis, sakit pada dada dan kadang
menyababkan
kematian. Menadion bersifat iritatif pada kulit dan
saluran nafas.
Larutan menadion dapt menyebabkan kulit melepuh.
Pada bayi terutama
bayi prematy, menadion dan derivatnya dapat
menyebabkan anemia
hemolitik, hi[erbilirubinemia dan ikterus.
Kontra indikasi

neonatus
bayi
hamil tua

Cara
pakai
Diberikan
melalui orl, injeksi intramuscular atau IV
contoh obat
nama
generic : fitomenaadiol
nama dagang: kaywan,
phytomenadion, phytomenadion injeksi.

Asam
aminokaproat

Mekanisme kerja
Asam
aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari
activator plasminogen
dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan
fibrinogen/ fibrin dan faktor pembekuan darh lain.
Olek karena itu
asam amikaproat dapat mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisis
yang berlebihan. Dugaan akan adanya fibrinolisis yng
berlebihan dapat
didasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu
trombin dan
protombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau
kadar plasminogen
yang menurun. Akan tetapi beberapa dari hasil
laboratorium di atas
biasanya didapatkan pula pada penderita DIC.
Kontraindikasi
Pemberian
asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan
pembentuksn thrombus yang
mungkin bersifat fatal. Oleh karena itu asam
aminokaproat hanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis
berlebihan yang
bukan disebabkan oleh DIC. Bila terdapat keraguan,
criteria untuk
membedakan kedua keadaan tersebut adalah dengan
menghitung trombosit,
tes parakoagulasi protamin dan lisis bekuan
euglobulin. Pada DIC
hitung trombosit menurun, tes parakoagulasi
protamin positif dan
lisis bekuan euglobin normal. Pada fibrinolisis primer
hitung
trombosit normal, tes parakoagulasi protamin negatif
dan lisis bekuan
euglobulin berkurang. Tetapi fibrinolisis jarang terjadi
tersendiri,
biasanya terjadi sekunder akibat DIC.
Cara pemakaian
Dapat diberikan secara
peroral dan IV
Indikasi
Asam
aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria
yang berasal dari
kandung kemih. Prostate atau uretra pada penderita
yang mengalami
prostatektomi transurethral atau suprapublik, asam
aminokaproat
mengurangi hematuriapasca bedah secara bermakna.
Akan tetapi
penggunanya harus dibatasi pada penderita dengan
perdaran berat dan
yang penyebab perdarahanya tidak dapat diperbaiki.
Asam aminokaproat
juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk
melawan efek trombolitik
streptokinase dan urokinase yang merupakan
activator plasminogen.
Asam aminokaproat dilaporka bermanfaat untuk
pasien homofilia sebelum
dan sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain
karena troma didalam
mulut.
Efek samping
Asam
aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna
konjungtiva, dan
hidung tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya
ialah trombosis
umum, karena itu penderita yang mendapat obat ini
harus diperiksa
mekanisme hemostatik.
Dosis
Dosis dewasa dimulai
dengan 5-6 per oral atau infuse IV, secara lambat,
lalu 1 gran tiap
garn atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal,
dengan dosis
tersebut dihasilakn kadar terapi efektif 13 mg/dl
plasma. Pada pasien
penyakit ginjal atau oliguri diperlukan dosis lebih
kecil. Anak-anak
100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan
IV asam amino
kaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih
diperlukan bukti lebih
lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini
untuk jangka panjang
dengan dosis diatas.

Asam traneksamat

Obat
ini menpunyai indikasi dan mekanisme kerja ya
ng sama dengan asam
aminokoproat tetapi 10 kali lebih poten dengan
efek sampning yang
lebih ringan. Asam tranesamat cepat diabsorsi
dari saluran cerna,
sampai 40% dari 1 dosis oral dan 90% dari 1
dosis IV diekresi melalui
urin dalam 24 jam. Obat ini dapat melalui sawar
uri.
Dosis
Dosis
yang dianjurkan 0,5-1 gram diberikan 2-3 kali
sehari secara IV lambat
sekurng-kurngnya dalam waktu 5 menit. Cara
pemberian lain peroral
1-1,5 gram, 2-3 kali/ perhari. Pada pasien gagal
ginjal dosis
dikurangi.
h.
Trombolitik
Berbeda
dengan antikoagulan yang mencegah terbentu
dan meluasnya trombo
emboli, trombolitik melarutkan trombus yang
sudah terbentuk. Agar
efekif trombolitik harus diberikan sedini
mungkin.
Indikasi
Golongan
obat ini ialah mlokard akut, trombosis vena
dalam dan emboliparu
tromboemboli, melarutkan bekuan darah pada
katup jantung buatan dan
kateter intravena
Dosis
Untuk
penderita infark miokard akut agar reparfusi
tercapai obat harus
diberikan dalam 3-4 jam setelah timbulnya
gejala, tetapi bila
penyumbatan arteri koronaria bersifat subtotal
atau terbentuk
sirkulasi kolateral yang baik, trombolitik dapat
dimulai lebih
lambat. Penelitian masih terjadi bila trombolitik
diberikan dalam 24
jam setelah gejala.
Pasien
infark miokard akut memelukan trombolitik bila
nyeri dada timbul
sekurang-kurangnya selama 30 menit dan
peningkatan segmen ST
persisten dan refrakter terhadap nitrogliserin
sublingual. Untuk
pasien trombosis vena, trombolitik hanya
bermanfaat bila umur
thrombus < 7 hari, sedangkan untuk pasien
emboli paru indikasi
utama obat ini ialah untuk emboli paru masih dan
akut yang dapat
mengancam jiwa. Trombolitik mungkin juga
diindikasikan untuk pasien
emboli paru ringan yang juga berpenyakit
jantung atau paru-paru.
Contoh obat
Obat-obat
yang termasuk golongan trombolitik ialah
streptokinase, urokinase,
aktifator plasminogen, rt – PA ( resumbinart
human tissue – type
plasminogen aktivatr ) kelompok obat ini sangat
mahal.
Efek samping
Trombolitik dapat
mengakibatkan perdarahan meskipun rt – PA
menyebabkan
fibrinogenolisis yang lebih sedikit dibandingkan
dengan streptonase
dan urokinase delkektifitas terhadap bekuan darah
tampaknya tidak
menurangi resiko timbulnya perdarahan. Bila
perdarahan hebat obat
harus dihentikan dan mungkin diperlukan tranfusi
darah. Untu7k
mengatasi fibrinolisis engan cepat dapat diberikan
asam amino
kaproat, suatu inhibitor fibrinolisis, secara IV
lambat. Atas dasar
kemungkinan dihindarkan penggunaanya pada
pengerita dengan perdarahan
internal, Stroke baru, proses intracranial lain,
hiopertensi,
gsngguan hemoetatik, kehamilan dan operasi besar.
Bradikardia dan
aritmia, dapat terjadi pada penggunaan obat inbi
pada pasien infark
miokard akut, yang biasanya digunakan sebagai
petunjik terjadinya
reperfusi. Efek samping lain mual muntah.
Sterptokonase yang
merupakan protein asing dapat menyebabkan reaksi
alergi seperti
pruritus urtukarnia, flusing, kadanga=kadang angei
pidema, bronco
spasme. Reaksi alergi lambat seperti demam,
artragia, sering
dilaporkan. Reaksi alergi ribnagn itu dilaporkan pada
penggunakan
urokiase dari rt – PA yang nonantigenetik.

Streptokinase

Sterptokinase berasal
dari kata streptococcus C. hemolitycus, dan berguna
untuk
penbgo9batan fase dini emboli paru akut dan infark
iokard akut.
Mekanisme kerja
Streptokinase
mengaktifasi plasminohgen dengan cara tidak
langsung yaitu dengan
bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen
untuk membentuk komplak
aktifator. Selanjutnya komplek aktifator tersebut
mengkatalisis
perubahan plasminogen bebas menjadi plasmin.
Kebanyakan pasien
memiliki antibody terhadap streptokinase sebagai
akibat infeksi
streptococcu sebelumnya, oleh karena itu diberikan
loading dose. Bila
dengan dosis 1 juta IU tidak efektif obat ini mungkin
tidak aktif dan
tidak digunakan.
Dosis
Dosis dewasa untuk infark
myokard akut dianjurkan dosis total 1,5 juta IU
secara infuse selama
1 jam. Untuk trombosis kena akut, emboli paru,
trombosis arteri akut
atau emboli dapat diberikan loading dose 250 ribu
IU secara infuse
selama 30 menit diikuti dengan 100 ribu IU / jam (
biasanya selama 24
jam pada penderita emboli paru 24 – 27 jam pada
penderita trombosis
arteri atau emboli dan sampai dengan 72 jam pada
penderita trombosis
vena dalam.

Urokinase

Urokinase
diidolasi dari urin manusia berbeda dengan
streptokinase, urokinase
langsung mengaktifkan plasminogen. Selain
terhadap emboli paru
uirokinase juga bdigunakan untuk trombo emboli
pada ve3na. Seperti
streptokinasen, obat ini tidak da[at bekerja spesifik
terhadap fibrin
sehingga menimbulkan lisis sistemik ( fibriogenolisis
dan destruksi
factor pembekuan darah lainnya ). Penggunaan
urokinase barsama
heparin menyebabkan idensi perdarahan yang lebih
besar ( 45 % )
dibandingkan dengan heparin saja (25 %) .
Sebaiknya tidak diberikan
pda penderita emboli paru > 50 tahun penderita
dengan pesejarah
penyakit kardiopulmonal atau gangguan hemostrasis
berat.
Dosis
Dosis yang dianjurkjan
100- 1400 IU/ kg secara IV dianjurkan dengan
infuse IV 4400 IU/
kg/jam.

ALTEPLASE RECOMBINANT (
RECOMBINANT HUMAN TISSUE TYPE PLASMINOGEN
AKTIFATOR, rt – PA ).

Rt – PA merup[akan
aktifator plasminogen jaringan yang diproduksi
dengan teknik rekayasa
DNA. Obat ini bekerja lebih selektif mengaktivasi
plasminogen bebas
di dalam darah. Dengan demikian rt – PA bekerja
lebih selektif
terhadap bekuan darah.
Dosis
Dewasa dosis total 100
mg, 60 mg diberikan pada jam pertama diikuti
dengan 20 mg pada jam
kedua dan 20 mg pada jam ketiga. Untuk penderita
dengan bertat badan
kurang dari 65 kg dosis total 1,25 mg / kg diberikan
selama 3 jam
seperti diatas. I Obat ini mahal harganya.

1 comment.

distosia
Posted on September 12, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

Distosia
Kuliah Obstetri Ginekologi
dr. H. Yunizaf / dr. Handaya

Kuliah sebelumnya
Kehamilan Ektopik

Kuliah berikutnya
Persalinan Sungsang

Menu / Daftar Isi CAKUL

ADA KOREKSI / TAMBAHAN !?!? E-MAIL ABUD !!!!

Homepage Abud

PENDAHULUAN

Persalinan normal
Suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong.

Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama


Kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
(++ faktor2 "P" lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat
berlangsung.
Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kelambatan atau gangguan pada jalannya persalinan.

Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut DISTOSIA.

Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin.


Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

DISTOSIA AKIBAT KELAINAN KEKUATAN IBU (KELAINAN HIS)


Tanda his normal :
- fundal dominan
- simetris
- makin lama, makin kuat, makin sering
- relaksasi baik.

Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak


dijumpai atau tidak sesuai, keadaan
tersebut disebut gangguan / kelainan his
atau inersia uteri.

Gambar : aktifitas uterus normal pada


kehamilan, persalinan (his) dan nifas.

Kelainan his dapat berupa inersia uteri


hipotonik atau inersia uteri hipertonik.

Inersia uteri hipotonik


Adalah kelainan his dengan kekuatan
yang lemah / tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau
mendorong anak keluar.

Di sini kekuatan his lemah dan


frekuensinya jarang.
Sering dijumpai pada penderita dengan
keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara
atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.

Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase latin atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.

Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sering
sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan in partu atau belum.

Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya
terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan.
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi kemajuan persalinan 12 jam kemudian
dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan
sedativa sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada
kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus
diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.
4. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a. penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau radiologi. Bila ada CPD maka persalinan
segera diakhiri dengan sectio cesarea.
b. bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
c. nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio
cesarea.
d. pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri
dengan bantuan alat tersebut.

Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru
disebabkan faktor lain seperti akibat kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan
sebagainya.
Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari
bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut
juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang berlebihan.

Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin
karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.

Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang
berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

Penanganan : pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar kontraksi uterus tersebut
hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut jantung janin HARUS terus dievaluasi.

Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.

DISTOSIA AKIBAT KELAINAN JALAN LAHIR


Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan
pada jaringan lunak panggul.

Kelainan tulang panggul


Dapat berupa :
1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis,
Robert dan lain-lain.
2. Kelainan ukuran panggul. Bentuk panggul wanita yang paling ideal untuk persalinan adalah bentuk gynecoid (klasifikasi
Caldwell - Moloy). Variasi bentuk
lain yaitu bentuk android,
antropoid, platipeloid (lihat juga
kuliah panggul).

Ukuran rata-rata panggul


wanita normal
Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversa (DT) + 13.5
cm. Conjugata vera (CV) + 12.0
cm. Jumlah rata-rata kedua
diameter minimal 22.0 cm.
Pintu tengah panggul (mid pelvis)
:
Distansia interspinarum (DI) +
10.5 cm. Diameter anterior
posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah
rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal
16.0 cm.

Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses
persalinan pervaginam spontan.

Kemacetan persalinan paling sering terjadi pada pintu atas panggul (H-I)
atau pintu tengah panggul (sampai H-III).

Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan
pemeriksaan yang baik.
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit
rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau
radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul
dengan baik.
Pada keadaan panggul patologik, anak dengan berat janin di atas 2500 gram
akan sulit dilahirkan. Untuk itu dipertimbangkan sectio cesarea.

Normal berat anak yang dilahirkan seorang ibu adalah antara 2500 - 4000
gram.
Bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 g disebut makrosomia.
Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 g disebut bayi berat lahir rendah
(bedakan dengan prematuritas !! BBLR belum tentu prematur)

Ukuran umum / tidak baku terhadap pembagian berat badan bayi normal :
antara 3500 - 4000 g digolongkan bayi besar, antara 3000 - 3500 g termasuk sedang dan antara 2500 - 3000 g tergolong
kecil. Dengan demikian panggul disebut luas bila panggul tersebut dapat dilewati oleh anak yang beratnya rata-rata 3500 -
4000 g, sedang bila dapat dilewati anak 3000 - 3500 g, sempit bila dapat dilewati anak sampai 2500 - 3000 g.

(HATI-HATI : Salah kaprah tapi sering digunakan dalam klinik !!)


Yaitu menentukan perkiraan imbang feto-pelvik dengan berdasarkan nilai taksiran berat janin (TBJ).
Cara ini sering digunakan, karena memang diameter terbesar kepala janin yang PASTI hanya dapat diperiksa dengan USG
padahal sering tidak terdapat USG di klinik / puskesmas.

Kapasitas pintu atas panggul (pelvic inlet capacity, IC) dan pintu
tengah panggul (midpelvic capacity, MC) dapat dihitung dengan
rumus :
Misalnya setelah diperiksa dan dihitung dengan rumus, X = 95% dan Y =
80%. Interpretasinya adalah kapasitas inlet panggul dihitung dalam gram
adalah 95% x 4000 g = 3800 g, dan kapasitas midpelvis adalah 80% x
4000 g = 3200 g. Maka kapasitas terkecil panggul itu adalah 3200 g, karena jika lebih dari itu bayi tidak akan dapat melewati
midpelvis. Nilai ini disebut sebagai DAYA AKOMODASI PANGGUL (DAP).

Daya akomodasi panggul


Kemampuan suatu panggul untuk dapat dilewati oleh anak terbesar, nilainya sama dengan kapasitas terkecil bidang panggul
tersebut.

Bentuk dan ukuran panggul pada wanita dewasa umumnya tetap seumur hidup, kecuali jika ada pengaruh trauma, infeksi
panggul, atau tumor. Begitu pula daya akomodasi panggul wanita tersebut akan tetap. Sehingga jika ada riwayat pemeriksaan
panggul dengan radiologi (Roentgen, CT scan atau ultrasonografi), jika tidak ada kecurigaan yang memungkinkan terjadi
perubahan tersebut, pemeriksaan tidak perlu diulangi lagi.

Kelainan bentuk panggul (panggul abnormal / patologik) : langsung sectio cesarea !!


Kelainan ukuran panggul dengan bentuk normal : partus percobaan.
Pada setiap kehamilan atau persalinan yang dialami seorang wanita, yang dapat berubah adalah berat badan janin. Besar atau
berat janin ini dapat ditentukan dengan pengamatan berdasarkan pengalaman atau dengan alat ultrasonografi. Kesalahan
penafsiran berat anak yang paling besar sebaiknya tidak melebihi 10% berat anak yang sesungguhnya.
Pada kecurigaan / suspek CPD, dapat dilakukan partus percobaan pervaginam, dengan catatan kesiapan sarana untuk sectio
cesarea cito harus ada.

Partus percobaan
Adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek
disproporsi sefalopelvik (CPD).

Tujuan tindakan partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD.

Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif.
Penilaian dilakukan setiap 2 jam.

Yang dinilai dalam partus percobaan :


- kemajuan pembukaan serviks
- turunnya kepala
- putaran paksi dalam (memutarnya ubun-ubun kecil ke depan)

Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus
percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan.
Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada
CPD dan persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.

Partus percobaan harus dihentikan dan dilanjutkan dengan sectio cesarea segera jika :
- ada tanda-tanda hipoksia / asfiksia janin
- ada tanda-tanda ruptura uteri membakat

Partus percobaan dikatakan berhasil jika ukuran terbesar kepala janin telah melewati bidang panggul yang dinilai
/ dicurigai, misalnya :
1. klinis diperkirakan kepala telah melewati pintu atas panggul, jika bagian terendah tulang kepala (bukan moulage atau kaput
besar) telah melewati bidang Hodge III (H-III+).
2. klinis diperkirakan kepala telah melewati pintu tengah panggul, jika bagian terendah tulang kepala (bukan moulage atau
kaput besar) telah melewati Hodge IV (H-IV+).

Sesudah partus percobaan dinyatakan berhasil, persalinan dapat diselesaikan spontan atau dengan alat bantu cunam atau
vakum.

PRINSIP !!
TIDAK ADA indikasi partus percobaan pada presentasi lain selain presentasi belakang kepala. Jika ada suspek CPD pada
presentasi lain, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
(dr.Handaya : hati-hati, yang betul partus percobaan, bukan coba-coba partus !!)
Kelainan jaringan lunak urogenital
Tidak jarang distosia disebabkan adanya kelainan dari jaringan lunak urogenital. Keadaan yang sering dijumpai adalah distosia
yang disebabkan oleh tumor ovarium yang mengisi jalan lahir. Selain distosia, jika persalinan dipaksakan pervaginam
kemungkinan juga terjadi pecahnya tumor tersebut.
Keadaan lain yang juga dapat menyebabkan distosia adalah kelainan uterus, kelainan serviks, septum vagina dan adanya
edema vulva.
Penilaian organ-organ ini dalam persalinan hendaknya dilakukan dengan seksama, sehingga keadaan kemungkinan adanya
distosia akibat kelainan organ ini dapat segera diatasi.
Umumnya pada distosia akibat kelainan jaringan lunak, anak dilahirkan dengan sectio cesarea.

DISTOSIA KARENA KELAINAN BENTUK, UKURAN, LETAK / PRESENTASI JANIN


Tidak terjadi putaran paksi dalam

Dalam persalinan normal, kepala memasuki pintu atas panggul dengan sutura sagitalis dalam keadaan melintang atau oblik,
sehingga ubun-ubun kecil berada di kanan atau di kiri lintang, atau di kanan atau kiri belakang. Setelah kepala memasuki
bidang tengah panggul (Hodge III), kepala akan memutar ke depan akibat terbentur spina iskiadika sehingga ubun-ubun kecil
berada di depan (putaran paksi dalam).

Tetapi kadang tidak terjadi putaran, sehingga ubun-ubun kecil tetap berada di belakang atau melintang. Keadaan ini disebut
deep transverse arrest, occiput transverse persistent atau occiput posterior persisten. Kedua keadaan ini akan
memperlambat atau dapat mempersulit jalannya persalinan.

Deep transverse arrest

Penyebab kedua keadaan tersebut sering dihubungkan dengan adanya kelainan dalam bentuk dan ukuran panggul seperti
pada panggul antropoid di mana diameter anterior-posterior lebih panjang dari diameter transversa. Panggul android dengan
bentuk agak konvergen dari dinding samping dan sakrum yang konkaf merupakan predisposisi terjadinya oksiput posterior
persistens. Begitu pula pada panggul platipeloid dengan sakrum yang konkaf.

Cara menentukan oksiput melintang adalah dengan pemeriksaan dalam, di mana diraba sutura sagitalis melintang dengan
ubun-ubun kecil di kiri atau kanan. Pada oksiput posterior, teraba ubun-ubun kecil di kiri atau kanan belakang.
Pada keadaan ini SULIT diramalkan keberhasilan jalannya persalinan. Kemungkinan kesulitan selalu ada. Sikap menunggu
adalah yang paling bijaksana.

Jones 1969 : pada 65% kasus terjadi persalinan spontan dengan ubun-ubun kecil memutar ke depan lebih dahulu.
Sedangkan 8% partus spontan pervaginam dapat terjadi dengan ubun-ubun kecil tetap di belakang, sementara sissanya
dilahirkan dengan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum atau sectio cesarea.

Kelainan presentasi lain yang dapat menyebabkan distosia :


presentasi muka dan dahi.

Penyebab kelainan posisi kepala janin dalam jalan lahir :


- CPD - grande multipara
- hidramnion - bayi kecil pada panggul luas
- lilitan tali pusat pada leher - anensefali
- placenta previa

Presentasi muka dan presentasi dahi

Diagnosis presentasi muka : pemeriksaan dalam teraba mata, hidung, mulut dan dagu.
Diagnosis presentasi dahi : teraba ubun-ubun besar, dahi, mata, kadang hidung.

Presentasi dahi
Tunggu, karena 2/3 akan berubah menjadi presentasi muka atau oksiput. Jika janin besar atau tidak ada perubahan
presentasi, keputusan terbaik adalah sectio cesarea.
TIDAK dianjurkan usaha mengubah posisi kepala, karena risiko terjadi prolaps tali pusat.

Presentasi muka
Bila dagu berada di depan, persalinan pervaginam spontan prognosis lebih besar. Bila dagu berada di belakang, sikap
menunggu dagu berputar ke depan. Bila dagu tetap di belakang dan tidak ada perputaran, persalinan pervaginam tidak
mungkin karena terjadi defleksi kepala yang maksimal, harus dilakukan sectio cesarea.
Jika turunnya bagian terendah kepala kurang lancar, atau kemajuan pembukaan serviks lambat, sectio cesarea juga harus
dilakukan.

Distosia bahu
Kadang-kadang pada persalinan dengan ubun-ubun kecil di depan, terjadi kesulitan melahirkan bahu janin. Sering terjadi juga
pada bayi yang besar (lebih dari 4000 g).
Tindakan : "Wood-screw manuever", bila tidak berhasil dilakukan pematahan klavikula janin.
Anjuran : jika pada pemeriksaan ada kecurigaan janin besar, pertimbangan sectio cesarea akan lebih baik.

Letak lintang
Letak lintang adalah "presentasi janin yang tidak baik sama sekali".
Persalinan pervaginam TIDAK MUNGKIN, kecuali pada keadaan janin sangat kecil,
atau telah mati cukup lama.

Penyebab letak lintang :


- plasenta previa - kehamilan multipel
- prematuritas - panggul sempit
- pendulum dinding abdomen - hidramnion
- multiparitas -kelainan uterus atau janin lainnya

Diagnosis :
1. pemeriksaan luar (palpasi Leopold) diraba kepala di kanan atau di kiri perut ibu
2. bunyi jantung berada di sekitar pusar
3. fundus uteri terhadap usia gestasi lebih rendah daripada letak memanjang
4. pemeriksaan dalam mungkin dapat diraba lengan, bahu atau iga janin
5. tentukan berdasarkan letak punggung : dorsosuperior atau dorsoinferior, dorsoanterior atau dorsoposterior.

Bila janin dalam keadaan hidup, segera dilakukan pengakhiran persalinan dengan sectio cesarea.
Bila janin telah mati dan syarat-syarat embriotomi terpenuhi, lakukan embriotomi. Jika embriotomi tidak mungkin dikerjakan,
lakukan sectio cesarea.

Koreksi letak lintang menjadi memanjang dengan versi luar masih dapat dicoba dilakukan bila :
- persalinan masih dalam fase laten
- selaput ketuban masih utuh
- bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul
- anak dalam keadaan baik
- ibu dalam keadaan baik

Tindakan versi ekstraksi pada letak lintang hanya boleh dilakukan :


- anak kedua kehamilan kembar
- selaput ketuban baru pecah atau dipecahkan

Letak sungsang
Letak sungsang sering ditemukan dalam
persalinan.
Penyebab :
- prematuritas
- plasenta previa
- hidramnion
- mioma uteri
- kehamilan multipel
- hidrosefalus / anensefalus
Diagnosis letak sungsang :
1. pemeriksaan luar, janin letak memanjang,
kepala di daerah fundus uteri
2. pemeriksaan dalam, teraba bokong saja,
atau bokong dengan satu atau dua kaki.

Letak sungsang sering dilahirkan dengan cara :


- pimpinan meneran dengan bantuan atau manual aid
- ekstraksi

Syarat partus pervaginam pada letak sungsang :


- janin tidak terlalu besar
- tidak ada suspek CPD
- tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g,
sectio cesarea lebih dianjurkan.

Syarat pimpinan meneran kala II pada letak sungsang :


1. pembukaan lengkap
2. bokong terletak di Hodge III atau lebih
3. ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap
4. hati-hati prolaps tali pusat
5. hati-hati "aftercoming head".
Manual aid dilakukan pada saat badan anak telah keluar dan ibu yang sedang dipimpin meneran, di mana dibutuhkan bantuan
untuk mempercepat dan mempermudah fase pengeluaran bayi. Masih dianggap bantuan fisiologis, non-invasif, sehingga
pengaruhnya terhadap kesehatan janin tidak bermakna, bila dikerjakan dengan cermat.
Macam-macam teknik manual aid (BACA SENDIRI) : cara Bracht, cara Burns-Marshall, cara Mueller, cara Loevset, cara
Mauriceau.

Tali pusat pendek atau melilit di leher janin


Pada penurunan bayi yang tidak maju samasekali cukup lama, perlu
dicurigai tali pusat pendek atau adanya lilitan tali pusat. Jika ada,
konfirmasi USG.
Jangan dipaksakan persalinan pervaginam. Pertimbangkan sectio cesarea.
Jika lilitan tali pusat baru ditemukan setelah kepala bayi lahir, dilepaskan
dulu dengan dikendorkan, atau kalau lilitan erat, dengan hati-hati dijepit
dan dipotong dekat leher bayi, baru kemudian persalinan bayi dilanjutkan.

Posisi mengunci (locking) pada persalinan bayi


kembar
Dapat terjadi bila bayi pertama letak sungsang dan bayi kedua letak kepala.
Merupakan keadaan gawat darurat yang dapat menyebabkan kematian
janin.
Diusahakan untuk mendorong kepala bayi kedua untuk memberi jalan pada
bayi pertama. Namun risiko trauma persalinan pada keadaan ini sangat
tinggi.
Sehingga, jika diperoleh diagnosis awal kehamilan kembar dengan bayi
pertama letak sungsang, dianjurkan pertimbangan untuk sectio cesarea
primer.

Kelainan anatomik janin


Terutama sering disebabkan oleh hidrosefalus.
Kelainan janin lainnya yang mungkin menyebabkan distosia :
1. tumor abdomen
2. ascites

Diagnosis hidrosefalus :
1. pemeriksaan luar, kepala teraba di atas simfisis, lebih menonjol karena ukuran kepala lebih besar daripada normal,
sehingga kepala tidak bisa masuk ke pintu atas panggul.
2. pemeriksaan dalam, kepala masih di atas pintu atas panggul, sutura-sutura melebar.
3. diagnosis pasti USG atau Roentgen.

Pengeluaran janin hidrosefalus :


1. paling ideal dengan sectio cesarea
2. jika survival prognosis janin sangat kecil, atau janin sudah mati, dicoba untuk mengurangi volume kepala dengan punksi
dan aspirasi cairan likuor serebrospinalis melalui sutura atau fontanel.

Setelah anak lahir hidup, pada usia beberapa hari dapat dilakukan operasi shunt ventrikulo-peritoneal atau ventrikulo-jugular
(VP shunt). Dibuat saluran antara ventrikel otak dan vena jugularis, atau antara ventrikel otak dan rongga peritoneum,
sehingga cairan serebral yang berlebihan memiliki drainase tambahan dan tidak menekan jaringan otak.

Pada tumor abdomen atau ascites, paling ideal sebaiknya persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea.

no comments yet.

askeb3
Posted on September 11, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

Masa Nifas dan Laktasi (Periode Pasca Persalinan) Kuliah Obstetri Ginekologi dr. Siti Dhyanti
Wishnuwardhani / dr. H. Muki Reksoprodjo Kuliah sebelumnya Pimpinan Proses Persalinan Normal
Kuliah berikutnya Pengantar Perinatologi Menu / Daftar Isi CAKUL ADA KOREKSI / TAMBAHAN !?!?
E-MAIL ABUD !!!! Homepage Abud NIFAS Periode 6 minggu pasca persalinan, disebut juga masa
involusi (periode di mana sistem reproduksi wanita postpartum kembali kepada keadaannya
seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia : periode 40 hari. PERUBAHAN PADA MASA
NIFAS / PASCAPERSALINAN Uterus Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pascapersalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul,
setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu postpartum uterus
belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan lanjut (late postpartum haemorrhage). Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan
infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan unterotonika
(ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek samping menghambat produksi laktasi
karena menghambat produksi prolaktin. Serviks uteri Involusi serviks dan segmen bawah uterus
pascapersalinan BERBEDA dan tidak kembali seperti pada keadaan sebelum hamil. Pada nullipara,
ismus segmen bawah uterus memiliki dinding sejajar (UU), kemudian setelah melahirkan (parous),
dinding menguncup (VV). Kanalis servikalis juga menjadi lebih lebar dan longgar, sehingga ostium
uteri eksternum tampak tidak lagi berupa titik atau lingkaran kecil (seperti pada nullipara) tapi
berupa garis horisontal agak lebar (disebut parous cervix). Vaskularisasi uterus dan adneksa yang
pada keadaan hamil dan persalinan bertambah banyak, kembali berkurang sampai keadaan
seperti sebelum hamil. Endometrium Endometrium mengadakan regenerasi cepat, dalam waktu 2-
3 hari sisa lapisan desidua telah beregenerasi (lapisan sisi diinding uterus menjadi jaringan
endometrium baru, lapisan sisi kavum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai lochia).
Regenerasi endometrium lengkap kembali sampai sekitar minggu ketiga postpartum. Kecuali pada
daerah tempat perlekatan plasenta, terjadi trombus sehingga regenerasi agak lebih lama, sampai
sekitar 6 minggu. Salping / Tuba Falopii Pada persalinan yang tidak bersih, sering terjadi infeksi
asendens dan menyebabkan salpingitis akut sampai 2 minggu postpartum. Jika terjadi, hal ini
sangat menghambat proses involusi, sering sampai harus dilakukan salpingektomi (dipotong).
Darah lochia Lochia adalah cairan mengandung sisa jaringan uterus / bagian nekrotik yang keluar.
Normal berturut-turut selama masa nifas keluar lochia warna merah (masih bercampur darah),
kemudian kuning, kemudian putih. Lochia normal TIDAK berbau. Jika berbau dicurigai ada infeksi.
Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali. Dinding abdomen Striae
dan flabby yang terjadi pada kehamilan berkurang. Saluran kencing Kembali normal dalam waktu
2 sampai 8 minggu, tergantung pada 1) keadaan/ status sebelum persalinan 2) lamanya partus
kala 2 dilalui, 3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Lain-lain Berat
badan ibu akan menurun bertahap karena cairan ekstravaskuler yang dibuang. Ibu perlu tidur 8 -
12 jam per hari, dengan banyak waktu istirahat di siang hari. Minum sebanyak 1500 ml per hari,
dengan makanan tambahan hingga mencapai 2100 kalori per hari untuk mencukupi kebutuhan
selama menyusui. Ambulasi / mobilisasi dilakukan pada hari pertama postpartum bila rasa penat
telah hilang. Hal ini akan mengurangi masalah miksi dan defekasi. Hal-hal lain / masalah / keluhan
yang ada diperhatikan dan ditangani. Pemeriksaan rutin meliputi keadaan umum dan tanda vital,
serta tinggi fundus. Pengobatan yang perlu diperhatikan adalah pemberian tablet besi, mengingat
50% ibu hamil dan bersalin di Indonesia mengalami anemia. Hati-hati dengan infeksi / demam
nifas. Infeksi nifas : semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam alat
genitalia pada waktu persalinan dan nifas (puerperal infection / puerperal sepsis). Febris
puerperalis : demam sampai 38oC atau lebih (pengukuran suhu oral) selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pascapersalinan, kecuali pada hari pertama. Antibiotika HANYA diberikan bila dipastikan
ada infeksi atau ada predisposisi infeksi (ketuban pecah, infeksi intrapartum, partus lama,
tindakan operasi dan sebagainya). Baca juga Modul SAFE MOTHERHOOD tentang Pengawasan
Nifas dan Manajemen Laktasi

no comments yet.

ASKEB NBB
Posted on by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.
Gumoh Ganggu Pertumbuhan Si Kecil
Gumoh paling sering ditemukan pada bayi. Gumoh yang berlebihan
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.

Sekitar 70 persen bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh


minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai
dengan bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12
bulan dan 5 persen pada umur 18 bulan.
"Gumoh pada bayi bisa dianggap normal selama tidak mengganggu
pertumbuhan," kata Dr Ferry, Sp.A. Gumoh atau regurgitasi terjadi karena
beberapa sebab. Pertama, klep penutup lambung belum sempurna. Dari
mulut, makanan atau susu masuk ke saluran pencernaan atas atau
kerongkongan (esofagus), kemudian masuk ke lambung.

Di antara esofagus dan lambung terdapat klep penutup lambung. Pada bayi,
klep ini biasanya belum sempurna, sehingga kalau minum ada sebagian susu
yang kembali ke atas dan keluar dalam bentuk gumoh. Kalau keluar dalam
bentuk gumoh, tidak apa-apa. Yang berbahaya adalah jika ditahan dan masuk
ke paru, karena sudah mengandung asam lambung, sehingga bisa
menimbulkan infeksi.

Dari lambung ke usus juga terdapat klep. Pada beberapa anak, biasanya klep terlalu pekat atau
kental, sehingga susah terbuka. Ini akan kelihatan pada saat anak makan makanan padat, lalu
muntah. Ini karena makanan yang padat tadi tidak bisa lewat.

Namun, seiring bertambahnya usia, muntah pada anak karena klep yang belum sempurna ini
biasanya akan hilang. Meski begitu, anak harus tetap dilatih agar klep-nya gampang terbuka.
Caranya dengan memberikan makanan sedikit demi sedikit.

Penyebab kedua gumoh adalah karena bayi suka menggeliat. Sehabis minum, biasanya si kecil
akan langsung ditaruh di tempat tidur kemudian menggeliat. Ini akan membuat tekanan di dalam
perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.

Peristiwa ini juga masih normal, sepanjang jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang.
Muntah atau gumoh sekali atau dua kali sehari masih wajar, sampai anak berusia sekitar setahun.
Tetapi kalau setiap kali makan ia muntah, berarti memang ada kelainan.
Buat Bersendawa
Untuk mengurangi gumoh, biasanya bayi dibuat bersendawa. Caranya, bayi digendong dalam
posisi berdiri, kemudian tepuk-tepuk bagian punggung atasnya. Sebaiknya jangan langsung
memberi minum banyak-banyak. Minum sedikit-sedikit, disendawakan, lalu minum lagi. Jadi,
udara tak sampai paling bawah.

Cara lain yang perlu diupayakan bila mendapatkan bayi gumoh adalah menghilangkan gejala klinis
yang dapat memberikan efek negatif, baik terhadap kesehatan maupun kualitas hidup bayi.
Berbagai upaya dapat diberikan kepada orangtua dan bayi untuk mencegah keadaan yang
berlanjut. Menghilangkan kecemasan orangtua merupakan langkah awal yang penting. Orangtua
harus diyakinkan bahwa gumoh yang terjadi pada bayi merupakan hal yang normal.

Yang Harus Dilakukan


Jangan mengangkat anak saat gumoh atau muntah. Seringkali karena takut atau khawatir, para
ibu kemudian mengangkat anak dari posisi tidurnya dengan maksud menghentikan gumoh atau
muntah-muntah. Ini malah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru
dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa radang paru. Sebaiknya, miringkan atau
tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.

Tak perlu cemas jika anak muntah lewat hidung. Lebih baik keluar dari hidung daripada dihirup
masuk ke paru yang mengakibatkan infeksi. Beri minum sedikit demi sedikit, tapi sering. Selalu
usahakan cairan yang masuk lebih banyak dibandingkan cairan yang keluar supaya tidak terjadi
dehidrasi.

Selama muntahnya biasa, tidak menyemprot, tak usah khawatir. Baru jika anak tetap muntah dan
muntahnya menyemprot, jumlah cairan yang dimuntahkan lebih banyak daripada yang masuk,
segera konsultasi ke dokter.

Hati-hati memberi obat antimuntah tanpa pengawasan dokter karena ada efek sampingnya. Untuk
mengurangi gumoh, biasanya bayi dibuat bersendawa. Caranya, bayi digendong dalam posisi
berdiri, kemudian tepuk-tepuk bagian punggung atasnya. (cy, sumber: Ibu Anak)
MUNTAH TSB SERINGKALI TERJADI PADA BEBERAPA BAYI DENGAN SALURAN PENCERNAAN YANG BELUYM
SEMPURNA (IMATUR) PADA USIA DIATAS 3-6 BULAN BIASANYA BERANGSUR BERKURANG, SEBELUMNYA DAPAT
BERKURANG BILA SUSU ATAU DIET IBU (BILA MINUM ASI) COCOK ATAU TEPAT. APAKAH MUNGKIN GEJALA
YANG DI ALAMI ANAK ANDA BERKAITAN DENGAN GEJALA ALERGI? COBA KENALI GEJALA ALERGI PADA ANAK!
SEMOGA INFORMASI INI BERGUNA.

TERIMA KASIH

NARULITA

HEALTHY PARENTING

ALERGI MAKANAN
MENGGANGGU SEMUA ORGAN TUBUH TERMASUK OTAK DAN PERILAKU ANAK

MANIFESTASI KLINIS YANG BERKAITAN DENGAN ALERGI PADA BAYI :

o Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah
yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran
telinga berlebihan. Kulit Kepala Berkerak

o Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”,


sering REWEL atau GELISAH atau COLIK terutama malam hari), Sering buang air besar (> 3 kali
perhari), tidak BAB tiap hari, BERAK DARAH.

o Lidah/mulut sering timbul putih,

o Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan, terutama malam dan pagi hari

o Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)

o Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, BILA TIDUR kepala sering miring ke salah satu
sisi karena hidung buntu SEBELAH. Minum ASI sering tersedak atau minum dominan hanya satu
sisi bagian payudara.

o Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.

o Sering berkeringat (berlebihan)

o Berat Badan lebih/kegemukan (umur <1tahun) atau berat badan turun setelah usia 4-6
bulan.

o Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis

o Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.

o Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah,
pembesaran payudara, rambut rontok.

o Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering
gemetar

MANIFESTASI KLINIS YANG BERKAITAN DENGAN ALERGI PADA ANAK

· Sering batuk, batuk lama (>2 minggu), pilek, (TERUTAMA MALAM DAN PAGI HARI siang
hari hilang) sinusitis, bersin, mimisan. tonsilitis (amandel), sesak, suara serak.
· Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.

· Sering lebam kebiruan pada kaki/tangan seperti bekas terbentur.

· Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering
menggosok mata, hidung atau telinga. Kotoran telinga berlebihan.

· Nyeri otot & tulang berulang malam hari. Sering kencing, Bed wetting (Ngompol)

· Sering muntah , nyeri perut, SULIT MAKAN disertai berat badan kurang (biasanya setelah
umur 4-6 bulan).

· Sering sariawan, lidah sering putih/kotor nyeri gusi/gigi, mulut berbau, air liur berlebihan,
bibir kering.

· Sering Buang air besar (> 2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi), kotoran bulat kecil
hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana.

· Tidur larut malam/sering terbangun.

· Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat.Sering berkeringat (berlebihan)

· Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata, mata sering berkedip, memakai kaca mata sejak
usia sangat muda (usia 6-12 tahun).

· Gangguan hormonal : tumbuh rambut berlebihadi kaki/tangan, keputihan.

· Sering sakit kepala, migrain.

ALERGI DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN OTAK/PERILAKU

(“BRAIN ALLERGY” / CEREBRAL ALLERGY)

· GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN

usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan,
usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan
kepala ke belakang-membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan
badan di kasur (“smackdown”}, sering memanjat. Perilaku “TOMBOY” pada anak perempuan

· GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur


posisi “nungging”, berbicara/tertawa/berteriak dlm tidur, sulit tidur, PADA ANAK LEBIH BESAR
malam sering terbangun/duduk,mimpi buruk, “beradu gigi”

· AGRESIF sering memukul kepala sendiri,orang atau benda di sekitarnya. Sering menggigit,
menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)

· GANGGUAN KONSENTRASI : GANGGUAN KONSENTRASI DAN GANGGUAN BELAJAR : CEPAT


BOSAN terhadap sesuatu aktifitas (kecuali menonton televisi, baca komik atau main game),
TIDAK BISA BELAJAR LAMA, terburu-buru, tidak mau antri, TIDAK TELITI, sering kehilangan
barang atau sering lupa, nilai pelajaran naik turun drastis. Nilai pelajaran tertentu baik, tapi
pelajaran lain buruk. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik.Sering mengobrol dan
mengganggu teman saat pelajaran. ANAK TAMPAK CERDAS DAN PINTAR.

· GANGGUAN KOORDINASI :

BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK tidak sesuai usia. Berjalan sering terjatuh dan terburu-buru,
sering menabrak, jalan jinjit, duduk leter W/kaki ke belakang. Jalan Pincang.
· KETERLAMBATAN BICARA Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, hanya 4-5 kata umur
20 bulan, kemampuan bicara hilang dari yang sebelumnya bisa, biasanya > 2 tahun membaik.

· IMPULSIF : banyak bicara/tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain)

· Memperberat gejala ADHD (hiperaktif) dan AUTISME (hiperaktif, keterlambatan bicara,


gangguan sosialisasi)

KOMPLIKASI

· Sering mengalami infeksi saluran napas berulang. Infeksi sal kencing.

· Gangguan organ tubuh (paru,ginjal, otak,mata, kulit, saluran kencing, otot dll)

· Efek samping dari minum obat yang sering dan berkepanjangan

· KADANG GEJALA KLINIS ALERGI MIRIP PENYAKIT TBC , SEHINGGA SERING DIOBATI
ANTIBIOTIKA JANGKA PANJANG (PADAHAL DIAGNOSIS TBC BELUM TENTU BENAR)

· GIZI GANDA (berat badan kurang/kurang gizi atau Berat badan lebih) & KESULITAN MAKAN
(berat badan sulit naik

· Gangguan perkembangan (gangguan belajar, gangguan konsentrasi, agresif,


keterlambatan bicara, perilaku/ hiperaktif/ autisme dll)

TERAPI ALLERGY

PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN ANAK)

TERAPI BIOMEDIS GANGGUAN PERILAKU

Gumoh
Bayi Anda mengeluarkan cairan putih dari mulutnya, terutama setelah ia
usai diberi susu. Jangan panik, kondisi yang dalam istilah medis biasa
disebut dengan regurgitasi ini kerap dialami bayi hingga ia berusia 12 bulan.
Berbahayaka gumoh itu? Apakah gumoh sama dengan muntah?

Berikut ini sederetan jawaban yang bisa mengurangi kepanikan Anda:

Gumoh berbeda dengan muntah

Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung
bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak
berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1 - 4 kali sehari.

Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain
yang mencurigakan. Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak
bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu dipermasalahkan.

Penyebab gumoh

Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam. Di antaranya adalah:


1. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas
lambung, padahal di usia itu kapasitas lambung bayi masih
sangat kecil.
2. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada
saat bayi terus menerus menangis.
3. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari
mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru
kemudian ke lambung. Nah, di antara kedua organ tersebut
terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya
belum berfungsi sempurna. Akibatnya, kalau bayi dalam posisi
yang salah susu akan keluar dari mulut.

Solusi

1. Beri susu yang lebih kental, cara ini hanya disarankan pada bayi yang mengonsumsi susu formula.
Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap 100 cc susu. Lalu minumkan seperti biasanya.
2. Posisi menyusu bersudut 45 derajat. Posisi terlentang membentuk sudut 45 derajat antara badan,
pinggang, dan tempat tidurn bayi, terbukti membantu mengurangi aliran balik susu dari lambung ke
kerongkongan.
3. Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum. Gendong si kecil dalam posisi 45 derajat.
Atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa bantalan atau tumpukan kain di punggungnya. Biarkan ia
pada posisi tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
4. Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh atau muntah. Seringkali karena khawatir, dan
bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari posisi tidurnya. Padahal
cara ini justru berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah
mengganggu paru-paru.
5. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan
kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
6. Beri bayi minum sedikit demi sedikit, tapi sering. Selalu usahakan cairan yang masuk lebih banyak
ketimbang cairan yang keluar supaya tidak terjadi dehidrasi.

Bayi Muntah Harus Diwaspadai

Enter your search terms Submit search form


Web www.kumpulbocah.com

Writing by asti on Thursday, 5 of January , 2006 at 1:03


pm

Hampir setiap bayi pernah muntah dan bisa terjadi di usia berapa
saja. Muntah seperti apa yang harus diwaspadai?
Para ibu, apakah Anda masih memakaikan gurita pada si kecil?
Bila ya, sebaiknya segeralah hentikan. Sebab, seperti dituturkan
dr. Kishore R.J., SpA dari RSIA Hermina Podomoro, pemakaian
gurita dapat menyebabkan bayi muntah.
Lo, apa hubungannya? “Pemakaian gurita membuat lambung si
bayi tertekan. Bila dalam keadaan seperti itu si bayi dipaksakan
minum, maka cairannya akan tertekan. Muntahlah dia,” jelas
Kishore.
Hal lain yang paling sering bikin bayi muntah ialah posisi
menyusui. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi
miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan
tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran
nafas. Bayi pun muntah. Karena itu, Kishore mengingatkan,
“Kalau menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi
dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang
masuk bisa turun ke bawah.”
Untuk bayi yang menyusu dari botol, pemakaian bentuk dot juga
berpengaruh pada muntah. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi
dot kecil, ia akan malas mengisap karena lama. Akibatnya susu
tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi. Hal ini bisa
membuat bayi tersedak yang lalu muntah. Sebaliknya bayi yang
suka dot kecil diberi dot besar akan refleks muntah karena ada
benda asing.
GUMOH
Muntah yang sering terjadi dan biasa dialami pada bayi ialah
muntah yang disebut gumoh. Hal ini disebabkan fungsi
pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada
dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari
saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna. Itu
sebabnya ada makanan yang masih tetap di lambung, tidak
keluar-keluar karena peristaltiknya tidak bagus. Akibatnya,
terjadilah muntah atau gumoh.
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain
karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia
ditidurkan telentang setelah diberi makan. “Cairan yang masuk di
tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Nah, bila ada
makanan yang masuk ke oserfagus atau saluran sebelum ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi muntah,”
terang Kishore.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi
karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah
diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. “Lambung bayi
punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang
sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc. Nah, si ibu
harus tahu kapasitas bayinya. Jangan karena bayi tetangganya
minum 150 cc lantas si ibu memaksakan bayinya juga harus
minum 150 cc, padahal kapasitasnya cuma 120. Jelas si bayi
muntah.”
BISA MASUK PARU-PARU
Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa
dari hidung. Tapi tak usah cemas. Hal ini terjadi karena mulut,
hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada
saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian
lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak
semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan
keluar lewat hidung.
Yang perlu dikhawatirkan, seperti dituturkan Kishore, bila si bayi
tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernafasan alias paru-
paru. “Nah, itu yang bahaya,” tukasnya. Lebih bahaya lagi jika si
bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah
mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Jika ini yang
terjadi, tak ada pilihan lain kecuali membawanya ke dokter.
Untuk mencegah kemungkinan tersedak, Kishore menganjurkan
agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan
lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan tanda-
tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau
diberdirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
Adakalanya ibu yang kasihan melihat bayinya muntah lalu diberi
minum lagi. Menurut Kishore, boleh-boleh saja, “Asal proses
muntahnya sudah dibersihkan sehingga tak ada lagi sisa muntah.
Kalau muntahnya masih ada terus diberi minum lagi, si bayi bisa
kelepekan sehingga masuk ke saluran nafas.”
Soal sampai kapan si bayi berhenti muntah dalam arti gumoh,
menurut lulusan FK Universitas Airlangga Surabaya yang
mengambil spesialisasinya di FKUI ini, tak sama pada setiap bayi.
Tapi pada umumnya, setelah si bayi mulai bisa duduk dan berdiri,
biasanya frekuensi muntahnya berkurang banyak karena cairan
turun ke bawah menjadi lebih gampang.

Muntah Yang Harus Diwaspadai.


Ada beberapa bentuk muntah pada bayi yang harus diwaspadai
para ibu, yakni:
* Muntah sehabis diberi makan atau disusui bila muntahnya
berwarna hijau tua.
Hal ini menunjukkan ada kelainan pada saluran pencernaan si
bayi, yakni ada sumbatan di bawah usus halus. Warna hijau tua
pada muntah merupakan cairan dari empedu yang keluar. Kadang
kalau ada sumbatan, meskipun si bayi tidak makan, ia bisa
muntah karena cairan empedu keluar dan enzim-enzim lain tak
bisa lewat.
Ada dua macam sumbatan, yang penuh dan parsial (sebagian).
Sumbatannya bisa di mana saja. Bisa di antara oserfagus dan
lambung atau antara lambung dan usus. Karena ada sumbatan
yang parsial, kadang kelainan ini tak bisa diketahui secara pasti
penyebabnya sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Misalnya dengan rontgen atau USG dicari penyebabnya lalu
dihilangkan. Bila perlu dilakukan operasi jika sumbatannya akibat
tumor atau kelainan bawaan. Tapi kasus seperti ini jarang terjadi.
* Bentuk muntahannya menyemprot seperti air mancur.
Makan atau tidak makan, si bayi mengelurkan muntah yang
menyemprot seperti air mancur. Ini harus segera diperiksakan ke
dokter. Karena muntah yang demikian menunjukkan ada kelainan
pada susunan saraf pusat di otak si bayi. Biasanya terjadi jika si
bayi habis terjatuh.
* Muntah karena keracunan.
Anda mungkin bingung. Bayi, kok, bisa keracunan makanan?
“Memang seharusnya tidak boleh terjadi keracunan makanan
pada bayi mengingat bayi hanya makan makanan rumah. Tapi hal
itu bisa saja terjadi,” tutur Kishore. Misalnya, pengasuh tak
mencuci tangannya dengan bersih sebelum membuatkan makanan
bayi. Atau botol susunya tidak disterilkan. Hal ini selain
menyebabkan keracunan, juga bisa membuat infeksi pada saluran
pencernaan.
Gejala awal keracunan adalah muntah-muntah yang lalu diikuti
diare. Tapi kalau infeksi pada saluran pencernaan, diare lebih dulu
yang terjadi. Baru setelah itu ada gangguan keseimbangan
elektrolit yang menyebabkan muntah. Bentuk muntahnya sama,
berupa cairan. Bayi harus diberi banyak cairan setiap kali habis
muntah dan diare. Cairan apa saja. Entah itu air tajin, larutan gula
garam, teh manis pakai gula, maupun jus buah (asal jangan yang
asam).
Dibanding diare, menurut Kishore, muntah lebih berbahaya.
Karena muntah berarti tak ada cairan yang masuk, yang bisa
menyebabkan kekurangan cairan atau dehidrasi. Tapi kalau diare
dan si bayi masih mau minum, tak masalah sebetulnya, selama
yang diminum dan dikeluarkan proporsinya sama.
Bayi yang mengalami dehidrasi dapat dilihat dari mulutnya yang
mengering, mata cekung, hampir tak ada air mata, bila ditekan
kulitnya tak kembali ke bentuk semula (tidak elastis sebagaimana
kulit normal). “Mungkin kalau bayi lebih gampang terlihat dari
berat badannya. Kalau turun berarti ada tanda-tanda dehidrasi,”
tutur Kishore. Jika berat badan si bayi turun lebih besar atau
sama dengan 5-10 persen dari berat badannya, maka si bayi harus
diinfus.
* Muntah darah.
Ada kemungkinan bayi muntah disertai darah. Jika hanya berupa
bercak, berarti ada streching (luka di tenggorokan) akibat
muntah. Jika muntahnya berwarna merah dan byor-byoran, bisa
dicurigai ada pembuluh darah yang pecah. Jika darahnya
berwarna hitam, berarti ada darah di lambung. “Kadang si bayi
mimisan dan darahnya tertelan sampai ke lambung. Hal ini
menimbulkan rasa tak enak, sehingga si bayi refleks untuk
muntah,” terang Kishore.
Pemeriksaan ke dokter dilakukan tergantung pada jenis dan
banyaknya darah. Pendarahan yang banyak sangat berbahaya
karena menurunkan kadar hemoglobin sehingga bayi kekurangan
cairan dalam pembuluh darah.
Membersihkan Muntah.
Langsung bersihkan bekas muntah dengan lap basah atau kering
agar tak sempat berkontak terlalu lama dengan kulit si bayi. Kalau
tidak, kulit akan memerah atau terjadi iritasi, yang berarti harus
dilakukan pengobatan khusus.
Untuk membersihkan bekas muntah pada perabot atau lantai
maupun pakaian yang terkena muntah, gunakan campuran air dan
soda kue. Selain dapat menghilangkan noda yang menetap, juga
akan menghilangkan baunya.

Mencegah Muntah.
Masih ada beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan para ibu
untuk mencegah kemungkinan bayi muntah, yakni:
* Jangan memberi minum susu selagi bayi menangis. Berhentilah
menyusui untuk menenangkannya.
* Tegakkan bayi setegak mungkin selama dan beberapa waktu
setelah minum susu.
* Pastikan dot botol tak terlalu besar atau terlalu kecil, dan botol
dimiringkan sedemikian rupa sehingga susu, bukan udara, yang
memenuhi bagian dotnya.
* Jangan mengangkat-angkat si bayi selama atau sesudah ia
minum. Jika mungkin letakkan dan ikat sebentar si bayi pada
kursi bayi atau kereta dorongnya.
* Jangan lupa membuat bayi bersendawa

no comments yet.

pkoknya g mw asrama
Posted on June 18, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

kuliah kok menderita gini, pdahal kt kk2, ny lom seberapa,,

msti k warnet malem2, mana khujanan, bik ujian lom blajar, skrang dah stengah10 malem,
kapok2 aq slah jg knapa sk sks, sistem kbut smalam,, pulang ah,, kyaknya dah dkunci pak
satpam,, pgn makan nasgor, laper,,,,,,,,,,

Polo nyebai
Posted on April 15, 2007 by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

pol lllllllllllll

lok doain aq yang bener donk. mudah2an lulus S1 aq langsung nikah. amien. Biar g sendirian +
mempraktekkan semua ilmu, dt4q jg ada teknik2 loh..salah satunya teknik bercinta..lagian d4q ce
smua, so g bisa mempraktekkan bikin anak decch, whahahahah…Aq g kuat lok ktemu co yg agak
gmana gt..
aq g mw ma Dr. Boyke, tp ma DR Dicky mw,,, duitnya aja tapi tw sama anaknya..lok mw nyariin
aq pokoknya yng orisinil,,

km mw ngasi aq spermamu !! ga salah !!

gila banget sech !!! aq mw tau.. tiap senen aq ke lab KU UGM … sini biar aq teliti lebih jauh kalo
perlu sperma temen2mu yg lain juga mw..yg paling berkualitas. aq mw nyari yang paling
berkualitas gt..Aq bagi ilmu lagi..kromosom x = pembawa faktor kecerdasan, kromosom y =
bentuk fisik, besok anakmu ya bakalan mirip2kamu… ya iyalah masa mirip tetanggamu..

aq jg g mw nikah m kmu tw !!!dah nikah ma dian aj.. biar duitmu bisa dmanage dengan baik !!

1 comment.

Posted on by aririen-carter2388.
Categories: Uncategorized.

Andaikan aku punya sayap

Kukan terbang jauh mengelilingi angkasa,,

Kan kuajak ayah bundaku ,,

Terbang bersamaku melihat indahnya dunia,,

Tgl 23 dah UTS chayo..UTS kok 2 minggu yaw…

Ngapain aja ya??

Tiap hari kul dari stengah 7 p 5 sore

Lok p kosong mesti ganti jam

Tugas gila2an

Capek bwanget..

Biasa tdur 10 jam

Skrang cm7-8g bs tdr siang,, maklum aq kan hobby tdr..

Pdahal yg lain jm terbangnya > banyak dr jam tdur..

22-05rata2 lok ad tgas p hampir jm 12 malem,, di kelas tewas dech… aq kadang2 insomnia,
pdahal dah KO, tp lok ad dosen masuk kok jd ngantuk ya ? =selalu bgt…padahal g anemi

26 sks…oe

UGM aj paling pol cm 24 sks..

Itu aj mesti pk syarat IP4


Rata2malah cm 18-19sks..

Definisi belajar bwt aq , bc bk sktr2jam aj dah keren bgt..

Kbapa y aq dari kcil p skarang kok g sk blajar..

Ap karena nile2q ttp baik2aj y..

Tp skarang g mw lg…

AQ mw dpt IP 4, tp lok di asrama aq g bisa..aq pgang bk bentar aj dah pd bkn gerah..pd


sirik…lok g komentar g bs y??nyebelin bgt sech !!

Pdhal yg lain blajarnya ngeri2..

Orang2 aneh..

G mw diasrama lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Smua bendaq, semua harta bendaq..halah… pasti pd tw..

Pdahal aq g pnah tw menau dan tdk mau tw milik mrk..

Motorq dipinjem2 g mw bliin bensin… aq malah jrang pk…

Aq yg punya barang tp ms yng punya mesti minjem punya sendiri…

Pd mk barang seenaknya aj …

Lok aq kberatan pasti mulut2 menyebalkan yng q dengar..

Mreka t mikirnya aq t kaya..

Kaya gmana..mang anak bapakq cm aq

Aq nyapu tw mlakukan pkerjaan dikit kyaknya aneh bgt = pekerjaan itu seolah g pnah aq
lakuain..

Special bwt tmen2 yng di FK UGM thx bgt dah nyariin buku2 bwt referensi tgas2q..lok mw
ngasi tw soal mid x-ahn ky gimana makasih jg lho..

Aq 3ma dengan snang hati..

He3x

Bwt Ida n tmen2yg ikut UM, gmana? Sukses kan ?

Bwt mbak tuti, katanya lustrum sma kt thun dpan= 2008,, met bjuang bkin KTI = karya Tulis
Ilmiah
Mw nliti bout apa sech mbak ??

Yg semangat ya !!

Bwt adq yang paling ganteng n pinter selamat berjuang..

Good luck…

Sebelum ngerjain bedoa dl!!

Awas ya lok g ketrima diSMPq

Bukan adq lg berarti..!!!

Loh..becanda kok

Mudah-mudahan ketrima .amien..

Aq doain dari jauh..

Cm d asrama padahal..

KM PASTI BISAAA

BUKAN..

HARUS BISA

http://www.smp4pakem.com/

1. Tes tertulis = 15 april

* MTK

* IPA

* Pengetahuan umum

* B. Indo

* B. Ingg

2. Tes lisan = 16 april

* english

3. Tes Praktik = 17 april

* Komputer

4. Wawancara= 18 april
5. Psikotes= 19 april

Pengumuman seleksi tahap I = 21 april

Daftar ulang = 21-23 april

Bridging Course = 21 Mei - !5 Juni

MTK

IPA

Englih

Komputer

Pengumuman tahap II = 19 Juni

Daftar ulang tahap II = 20-23 Juni

no comments yet.

Theme by WPMU Theme pack by WPMU-DEV.

Anda mungkin juga menyukai