Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


PendidikanNasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraaktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, sertaketerampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Lebih lanjut, mengenai fungsi
pendidikan dinyatakan bahwa pendidikannasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.Berdasarkan dua batasan di atas,
maka pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan perkembangan aspek
kognitif atau pengetahuan pesertadidik, namun juga tetapi perkembangan individu
sebagai pribadi yang unik secara utuh.
Oleh karena setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang
dapatmemfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan
dankonseling. Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan
disekolah mutlak diperlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian
darikompetensi supervisi manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap
sekolahyang berada dalam lingkup binaannya.Pendidikan sebagai salah satu bentuk
lingkungan bertanggung jawabdalam memberikan asuhan terhadap proses
perkembangan individu. Bimbingandan konseling akan merupakan bantuan individu
di dalam memperolehpenyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dalam konsepsitentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa
setiap periodetertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan.
Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut
akanberpengaruh bagi perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian dirinya di
dalammasyarakat. Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa dibantu agar
dapatmencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik.Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan komponen pendidikan yg dapat membantu para siswa dlm
proses perkembangannya.
Pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan
merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling.Perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas
kaitannya dengan beberapa aspek yang menjadi latar belakangnya, yaitu aspek sosial-
kultural, pedagogis, dan psikologis.
Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan masalah perkembangan
sosial yang juga erat kaitannya dengan perkembangan kebudayaan khususnya ilmu
pengetahuan dan teknologi.Perkembangan tersebut mempengaruhi sekolah sebagai
lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai individu. Latar belakang
pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat pendidikan sebagai usaha
mengembangkankepribadian, dinamika dan perkembangan kepribadian, dan hakikat
peranan gurusebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan pribadi
parasiswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal.Latar belakang psikologis,
berhubungan dengan hakikat siswa sebagaipribadi yang unik, dinamik dan
berkembang, dalam upaya mencapai perwujudandiri. Secara psikologis setiap siswa
memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan masing-
masing. Ketiga hal di atas, menuntut adanyalayanan bimbingan dan konseling sebagai
salah satu unsur dalam keseluruhanpendidikan di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip serta asas pada Bimbingan dan Penyuluahan ?
2. Apa saja Teknik dan jenis layanan Bimbingan dan Penyuluhan?
3. evaluasi apa saja yang dilakukan dalam bimbingan dan penyuluhan ?

1.3 Tujuan
1. mengetahui perinsip serta asas dalam bimbingan dan penyuluhan.
2. memahami teknik yang digunakan dalam bimbingan dan penyuluan.
3. mengetahui jenis layanan yang terdapat pada bimbingan dan penyuluhan.
4. mengetahui evaluasi yang ada didalam bimbingan dan penyuluhan.

1.4 Manfaat Penulisan


- Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Prinsip, Asas, Teknik,
Jenis serta evaluasi pada bimbingan dan penyuluhan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam upaya membantu peserta didik di sekolah menemukan pribadi,


mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan maka layanan bimbingan dan
konseling di sekolah memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting agar
bimbingan dan konseling tersebut dapat berfungsi dengan baik sesuai denang tujuan
maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Berkenaan dengan ini Yusuf dan
Nurihsan (2008) mengemukakanbeberapa prinsip dasar yang dipandang

sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-
prinsip itu adalah sebagai berikut :

1. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals).


Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta
didik, baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah; baik pria maupun
wanita;anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang
digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada
perseorangan (individual).

2. Bimbingan bersifat individualisasi.


Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun
layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

3. Bimbingan menekankan hal yang positif.


Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negative terhadap
bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi.
Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses
bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan dan
konseling merupakan cara untuk membangun
pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang
untuk berkembang.

4. Bimbingan merupakan usaha bersama.


Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tapi juga tugas guru-
guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan
dan konseling.

5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.


Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling mempunyai peranan
untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh
tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan
yang tepat. Jones et.al. (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat
pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus
dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan
individu untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.

6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.


Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di
lingkungan keluarga, perusahaan atau industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersifat multiaspek,
yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Selanjutnya Peters
dan Farwell (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 17-20)mencatat 18 prinsip khusus
bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah, yaitu sebagai
berikut.
1. Bimbingan ditujukan bagi semua siswa.
2. Bimbingan membantu perkembangan siswa kearah kematangan.
3. Bimbingan merupakan proses layanan bantuan kepada siswa yang berkelanjutan
dan terintegrasi.
4. Bimbingan menekankan berkembangnya potensi siswa secara maksimum.
5. Guru merupakan co-fungsionaris dalam preoses bimbingan.
6. Konselor merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan.
7. Administrator merupakan co-fungsionaris yang mendukung kelancaran proses
bimbingan.
8. Bimbingan bertanggung jawab untuk mengembangkan kesadaran siswa akan
lingkungan (dunia di luar dirinya) dan mempelajari secara efektif.
9. Untuk mengimplentasikan berbagai konsep bimbingan dan konseling diperlukan
program bimbingan yang terorganisasi dengan melibatkan pihak administrator, guru,
dan konselor.
10. Bimbingan perkembangan membantu siswa untuk mengenal, memahami,
menerima, dan mengembangkan dirinya sendiri.
11. Bimbingan perkembangan berorientasi kepada tujuan.
12. Bimbingan perkembangan menekankan kepada pengambilan keputusan.
13. Bimbingan perkembangan berorientasi masa depan.
14. Bimbingan perkembangan melakukan penilaian secara periodik terhadap
perkembangan siswa sebagai seorang pribadi yang utuh.
15. Bimbingan perkembangan cenderung membantu perkembangan siswa secara
langsung.
16. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada individu dalam kaitannya dengan
perubahan kehidupan sosial budaya yang terjadi.
17. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada pengembangan kekuatan pribadi.
18. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada proses pemberian dorongan.

Sekaitan dengan prinsip-prinsip di atas, Biasco (Syamsu, 2009: 63-64) telah


mengidentifikasi lima prinsip bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut.
1. Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral
program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani
semua siswa, bukan hanya anak yang berbakat dan yang mempunyai masalah.
2. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama
antar personel sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orangtua
siswa atau spesialis.
3. Layanan bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang
yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.
4. Bimbingan berasumsi bahwa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk
menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan
sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung
jawabnya.
5. Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut
aspek akademik, sosial, pribadi, maupun vokasional.
Dalam kaitan ini Prayitno dan Erman Amti (2004: 221) mengemukakan rumusan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran
pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelajaran,
dan penyelenggaraan pelayanan.
Prinsip merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Uraian berikut
ini akan mengemukakan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang dirumuskan
oleh Prayitno dkk, di dalam buku Seri Pemandu Pelaksaan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah (1977). Rumusan prinsip ini merupakan pedoman yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di SD/MI,
SMP/MTS maupun SMA/MA. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan
a. Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan
dinamis.
c. Bimbingan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek
perkembangan individu.
d. Bimbingan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan inividu yang
menjadi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu
a. Bimbingan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi
mental, fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta
kaitannya dengan kontak sosial dengan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental
dan fisik individu.
b. Kesenjangan ekonomi, sosial dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu, yang kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan konseling.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus
diselaraskan dan dilakukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan terendah sampai tertinggi.
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan
dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan akan
kemauan desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalambidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Kerjasama antara guru pembimbing,guru-guru lain dan orang tua siswa amat
menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu
sendiri.

2.2 Asas Bimbingan dan Konseling


Asas atau dasar merupakan landasan untuk melakukan sesuatu kegiatan, yang
dijadikan sebagai dasar pertimbangan kegiatan tersebut dilaksanakan. Begitupun
dalam penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling disamping
memuat tujuan dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling juga memuat sejumlah
asas dan fungsi sebagai rujukan aktivitas bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini
Prayitno (1997: 24-27) mengemukakan sejumlahasas yang seyogyanya menjadi dasar
pertimbangan dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling, adapun asas-asas
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Asas Kerahasiaan
Asas ini merupakan asas bimbingan dan konselingyang menuntut dirahasiakannya
semua data dan keterangan mengenai konseli yang menjadi sasaran layanan
bimbingan dan konseling. Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dimana konselor
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin dan konseli merasa aman rahasianya
tidak diketahui pihak lain.

2. Asas Kesukarelaan
Sebagai aktifitas layanan yang bersifat membantu kegiatan bimbingan dan konseling
bukanlah merupakan suatu paksaan. Dengan adanya kesukaan dan kerelaan konseli
dan konselor untuk menjalani proses konseling maka antara konseli dan konselor
akan terjalin kerjasama yang demokratis.

3. Asas Keterbukaan
Merupakan asas bimbingan dan konseling yang menginginkan konseli dalam proses
konseling bersifat terbuka dan menjauhi kepura-puraan, terutama dalam memberi
keterangan ataupun menerima informasi dari luar yang bermanfaat untuk proses
konseling. Konselor hendaknya mengembangkan sikap untuk membuat konseli
terbuka, artinya: konselor terlebih dahulu bersifat terbuka dan tidak purapura, agar
konseli juga berbuat demikian, asas ini sangat berhubungan dengan terbinanya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli sebagai
sasaran layanan bimbingan dan konseling.

4. Asas Kegiatan
Asas ini menghendaki agar konseli tidak pasif tapi berpartisipasi aktif dalam proses
konseling, dalam hal ini konselor hendaknya berupaya mendorong konseli untuk aktif
dan partisipatif dalam setiap sesi konseling yang dilaksanakan, misalnya konseli
harus melaksanakan tugas-tugas yang diberikan konselor dalam rangka mencapai
tujuan konseling yang telah ditetapkan.

5. Asas Kemandirian
Asas ini merujuk kepada tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu konselor
berusaha menghidupkan kemandirian di dalam konseli, kemandirian ini ditunjukkan
dengan konseli mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan dan dapat mengaktualisasi diri. Jika di awal proses konseling
konseli terlihat sangat tergantung pada konselor, maka selama proses konseling,
konselor harus berupaya menumbuhkan sikap kemandirian dengan memberikan
respon-respon positif dan cermat. Karena tidak jarang sikap ketergantungan konseli
banyak ditentukan oleh respon yang salah dan kurang cermat dari konselor.

6. Asas Kekinian
Asas ini berangkat dari pernyataan bahwa konseling bertitik tolak dari masalah yang
dirasakan konseli saat sekarang atau saat ini, walau tak dapat dipungkiri bahwa proses
konseling itu menjangkau dimensi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Sejumlah masalah yang dihadapi konseli acapkali bersumberdari rasa sesal terhadap
peristiwa yang terjadi pada masa lalu, dan ketakutan dalam menghadapi apayang
akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia tidak mengertidengan apa yang
harus dan mampu dilakukan pada saat ini. Untuk itulah konselor harus berupaya
mengarahkan dan membantu konseli untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sekarang.
7. Asas Kedinamisan
Asas ini menghendaki agar isi layanan bimbingan dan konseling tidak statis,tetapi
selalu bergerak terus, berkembang, dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dari
waktu ke waktu sampai terjadi perubahan sikap dan perilaku konseli kearah yang
lebih baik.

8. Asas Keterpaduan
Asas ini menginginkan supaya layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
konselor atau pihak-pihak lain hendaknya ada kerjasama, saling menunjang,
terpadukan, dan harmonis. Suasana kooperatif ini diharapkan dapat lebih
menumbuhkan kondisi yang kondusif dalam membantu penanggulangan masalah
konseli. Jadi konselor harus mampu bekerjasama dengan pihak lain, saling membantu
dan saling mengerti demi terpecahkannya masalah yang dihadapi
konseli.

9. Asas Kenormatifan
Asas ini menghendaki agar seluruh kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku. Asas ini
juga bermakna bahwa konselor tidak boleh memaksa konseli agar menerima dan
memakai norma dan nilai yang dianutnya kepada konselinya.

10.Asas Keahlian
Asas ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan dengan
menggunakan kaidah-kaidah professional. Dengan kata lain agar proses bimbingan
dan konseling dapat mencapai hasil yang diharapkan maka konselor harus memiliki
pendidikan dan keterampilan yang memadai serta sikap dan kepribadian yang sesuai
dengan ketentuan profesinya.

11.Asas Alih Tangan


Asas ini menghendaki agar konselor menyadari keberadaan dan keterbatasannya.
Konselor harus menghindarkan diri dari faham“completism”, suatu perasaan yang
memandang diri “ Saya adalah seorang konselor, bersirtifikat dan terdidik, sekali jadi
dan untuk selamanya” (Kartadinata: 2010: 184). Berbagai
permasalahan yang dihadapi konseli jenis dan bentuknya sangat unik, baik
kedalamnya, keluasannya maupun kedinamisannya. Tidak jarang konselor belum
dapat mengatasi masalah konseli setelah konseling berakhir. Dalam hal ini konselor
perlu mengalihtangankan (referal) konseli kepada konselor lain atau pihak yang lebih
ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh konseli.

12.Asas Tutwuri Handayani


Asas ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana yang kondusif, yang penuh dengan keteladanan, rasa
aman, dan nuansa yang membangkitkan motivasi agar konseli berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

2.1 TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING

Pada umumnya, teknik yang dipergunakan dalam bimbingan menggunakan


dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan
secara individual (individual counseling).

A. Bimbingan kelompok

Teknik ini dipergunakan untuk membantu murid atau sekelompok murid


memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok. Bentuk khusus teknik bimbingan
kelompok adalah; home room program, karya wisata (Field Trip), diskusi kelompok,
kegiatan kelompok dan organisasi murid.
1) Home Room Program
Teknik home room program adalah suatu program yang dilakukan diluar jam
pelajaran untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan siswa, agar siswa
bebas mengutarakan isi hati dan masalah yang dihadapinya.
2) Karya Wisata
Selain bcrfungsi sebagai kegiatan rekreasi, karya wisata juga dapat dijadikan
sebagai kegiatan kelompok. Karena siswa dituntut agar dapat menyesuaikan diri
dengan kehidupan kelompok. Selain itu dalam teknik ini siswa juga dapat mengamati
secara langsung objek-objek yang ada sehingga dapat mengembangkan bakat serta
cita-citanya.
3) Diskusi Kelompok
Dalam kegiatan ini sebaiknya dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 5 orang agar siswa aktif dan berperan serta dalam mendiskusikan masalah-
masalah yang berhubungan dengan masalah.
4) Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok ini sangat baik bagi siswa karena individu mendapat
kesempatan untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, oleh karena itu dengan adanya kegiatan
kelompok banyak pekerjaan tertentu yang berhasil.
5) Organisasi Murid
Organisasi murid sangat bermanfaat bagi individu, karena melatih siswa
dalam mengembangkan sikap kepemimpinannya dan menjadikan siswa sebagai
individu yang bertanggung jawab terhadap amanat yang dipercayakan kepadanya.

b) Konseling Idividual (Individual counseling).


Konseling merupakan salah satu teknik pemberian yang bersifat langsung (face
to face) dengan mengadakan wawancara antara konselor dengan klien. Dan masalah-
masalah yang diselesaikan
biasanya masalah pribadi.
Pada umumnya dikenal empat teknik khusus dalam konseling, yaitu:
1) Directive counseling
Yaitu teknik konseling yang bersifat mengarahkan siswa dalam mengambil
tindakan atau keputusan yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Dalam teknik ini konselor lebih banyak mengambil inisiatif, sehingga klien tinggal
menerima apa yang dikemukakan koselor. Jadi dalam teknik ini yang lebih banyak
berperan adalah konselor.
2) Non directive counseling
Yaitu teknik yang tidak bersifat mengarahkan, karena yang lebih banyak
berperan adalah siswa sedangkan konselor hanya mendengarkan cerita dari siswa
tersebut sambil mencari jalan keluar masalah yang sedang dihadapinya.
3) Eclectic counseling
Yaitu memilih diantara teknik-teknik konseling yang paling tepat untuk klien.
Seorang konselor akan berhasil menjalankan tugasnya tidak hanya berpegang pada
satu teknik atau pendekatan saja, akan tetapi bisa digunakan secara bersama-sama
guna mencapai hasil yang lebih baik lagi.

JENIS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING


1. Layanan Orientasi, Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta
didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek
yangdipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik
dilingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satutahun yaitu
pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agarpeserta didik dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan barusecara tepat dan memadai, yang
berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman. Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut
:

a. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah

b. Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa.


c. Organisaso dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan
sosial siswa.

d. Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.

e. Peranan kegiatan bimbingan karir.


f. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan
kesulitan siswa,

2. Layanan Informasi, Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta


didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi diri, sosial,belajar,
pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalahmembantu peserta
didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentangsesuatu, dalam bidang pribadi,
sosial, belajar maupun karier berdasarkaninformasi yang diperolehnya yang memadai.
Layanan informasi pun berfungsiuntuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan
informasi menyangkut :

a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan


pribadi,

b. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk
penyuluhan dan
pengembangan.

c. Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.

d. Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.

e. Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti dan program tambahan.

f. Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti UN, dll.


g. Fasilitas penunjang/sumber belajar.

3. Layanan Pembelajaran, Layanan pembelajaran merupakan layanan yang


memungkinan pesertadidik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam
menguasaimateri belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan
dankemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,dengan
tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaanbelajar yang baik.
Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.

4. Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan penempatan dan penyaluran


merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran di dalamkelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan,
magang,kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat erta
kondisipribadinya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenapbakat,
minat dan segenap potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluranberfungsi untuk
pengembangan.
Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi :
a. Penempatan kelas siswa, program study/jurusan dan pilihan ekstrakurrikuler yang
dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat dan minat.
b. Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik
pengajaran maupun program pengayaan dan seleksi masuk perguruan tinggi.
c. Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar dan organisasi
kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.

5. Layanan Penguasaan Konten, Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang


membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan
yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

6. Layanan Konseling Perorangan, Layanan konseling perorangan merupakan layanan


yang memungkinanpeserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara
perorangan)dengan guru pembimbing untuk membahas dan mengentaskan permasalahan
yangdihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling peroranganadalah
agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.Layanan konseling
perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan
siswa dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut

a. Pengenalan dan pemahaman permasalahan.

b. Analisis yang tepat.

c. Aplikasi dan pemecahan permasalahan.

d. Evaluasi, baik evaluasi awal, proses ataupun evaluasi akhir.

e. Tindak lanjut. Melihat kepada teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat


bermacam-
macam teknik konseling perorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang
dialami oleh siswa.

Teknik konseling perorangan yang sederhana melalui proses/tahapan-tahapan sebagai


berikut:

a. Tahap pembukaan

b. Tahap penjelasan (eksplorasi)

c. Tahap pengubahan tingkah laku

d. Tahap penilaian/tindak lanjut Materi layanan konseling perorangan meliputi :

1. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat, minat dan
penyalurannya.

2. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.


3. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat,
bertingkah
laku sosial, baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat.

4. Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan
pengenalan belajar
sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri.

7. Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan


yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang
pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, baik sebagaiindividu maupun sebagai
pelajar, kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok.Layanan bimbingan kelompok berfungsi untuk
pemahaman dan pengembangan.
8. Layanan Konseling Kelompok, Layanan konseling kelompok merupakan layanan
yang memungkinanpeserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika
kelompok.Masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami
olehmasing-masing anggota kelompok. Layanan konseling kelompok berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi.

9. Layanan Konsultasi, Layanan Konsultasi merupakan layanan yang membantu peserta


didik danatau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi
dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaanbantuan teknis untuk konselor,
orang tua, administrator dan konselor lainnyadalam mengidentifikasi dan memperbaiki
masalah yang membatasi efektivitaspeserta didik atau sekolah konseling atau psikoterapi
sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi
secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
10. Layanan Mediasi, Layanan mediasi merupakan layanan yang membantu peserta didik
menyelesaikan permasalahan ataupun perselisihan dan memperbaiki hubungan antar peserta
didik dengan konselor sebagai mediator.
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam
bahasa Arab : al-Taqdir. Dalam bahasa Indonesia berarti penilaian .
Sedangkan menurut istilah, dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.
Brown tahun 1977 : evaluation refer to the act or process to determining the value to
something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk pada atau
mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari
sesuatu.[1]
Evaluasi program bimbingan, menurut W.S Winkel (1991:135), adalah usaha
menilai efesiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan
mutu program bimbingan. Adapun menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:47), evaluasi
program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan
derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-
patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Jadi, evaluasi
pelaksanaan program bimbingan merupakan suatu usaha untuk menilai efesiensi dan
efektifitas pelayanan bimbingan konseling demi peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling.
Penilaian program bimbingan konseling merupakan usaha untuk menilai
sejauh mana pelaksanaan suatu program mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu
kondisi yang hendak dilihat melalui kegiatan penilaian.
Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk
mengetahui efektivitas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya pengambilan
keputusan. Pengertian lain evaluasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para
siswa melalui kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan, atau
proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan-kebutuhan siswa.
Fitri Wahyuni (blogspot.com/2009), mengungkapkan beberapa prinsip yang
harus diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling, yaitu sebagai berikut :
a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program. Perlu
adanya kejelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan evaluasi
b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas
c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang profesional dalam program bimbingan
konseling.
d. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga hasilnya dapat digunakan untuk
membuat kebijakan atau keputusan. Aadapun keputusan daoat mennyangkut :
1) Personalia yang terlibat dan kemampuannya menggantikan atau penambahan tenaga
2) Jenis kegiatan dan pelaksanaannya yang disusun berdasarkan prioritas kegiatan dan
subjek yang ditangani
3) Pembiayaan waktu, dan fasilitas lainnya harus dipertimbangkan
e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan. Hal ini berarti
bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang
bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan.[2]

2. Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling


Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling bertujuan untuk:
a. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan


dan konseling ditujukan untuk:
a. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
c. Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan/atau perlu
diadakan perbaikan dan perkembangan.
d. Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
e. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat terhadap
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
f. mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada
khususnya.
g. mendapatkan informasi yang akurat dalam rangka perencanaan langkah-langkah
pengembangan program bimbingan dan konseling.
h. membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dengan kebutuhan.

3. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi antara lain, sebagai berikut
a. Memberikan umpan balik kepada guru pembimbing (konselor) untuk memperbaiki
atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan
orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.[3]

4. Jenis-jenis evaluasi
a. Evaluasi Peserta Didik
Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan
konseling di sekolah, maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan
bimbingan dan konseling penting dan perlu.
Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa : (1)
kemampuan sekolastik umum, (2) bakat, (3) minat, (4) kepribadian, (5) prestasi
belajar, (6) riwayat kependidikan, (7) riwayat hidup, (8) cita-cita pendidikan atau
jabatan, (9) hobi dan penggunaan waktu luang, (10) kebiasaan belajar, (11) hubungan
sosial, (12) keadaan fisik dan kesehatan, (13) kesulitan-kesuliitan yang dihadapi dan
(14) minat terhadap mata pelajaran disekolah.
b. Evaluasi Program
Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling disekolah. Penyusunan program bimbingan dan konseling
di sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan, yaitu : (1) layanan kepada
peserta didik, (2) layanan kepada guru, (3) layanan kepada sekolah, (4) layanan
kepada orang tua siswa atau masyarakat
c. Evaluasi Proses
Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan
dan konseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan program bimbingan yang
mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi :
1) Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling.
2) Petugas pelaksana atau personel (tenaga professional dan non profesional).
3) Fasilitas dan perlengkapan, meliputi :
a) Fasilitas teknis : tes, inventori angket, format dan sebagainya.
b) Fasilitas fisik, seperti : ruang konselor, ruang konseling, ruang tunggu, ruang
pertemuan, ruang administrasi bimbingan dan konseling, ruang penyimpanan alat-
alat, dan ruang penyimpanan data.
c) Perlengkapan seperti : meja, kursi, filling cabinet, files, lemari, rak, papan media
bimbingan, mesin ketik, alat perekam pandang dengar, dan sebagainya.
d) Anggaran biaya
Anggaran perlu dipersiapkan secara rinci untuk menunjang pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah. Anggaran yang diperlukan adalah dalam pos-
pos seperti berikut:
1. Honorarium pelaksana/ personel
2. Pengadaan dan atau pengembangan alat-alat teknis
3. Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik
4. Biaya operasional : perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan sebagainya.
5. Penilaian dan penelitian
e) Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
d. Evaluasi Hasil
Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan
terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri dari berbagai
aspeknya. Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada efek-efek yang
dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan namaevaluasi
produk atau evaluasi hasil. Jadi, untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan
dari pelaksanaan program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan untuk
mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, maka harus dilihat dalam diri siswa yang memperoleh layanan
bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap hasil lebih menekankan pada pengumpulan
data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh kegiatan layanan bimbingan
yang telah diberikan. Dengan kata lain, evaluasi terhadap hasil ditunjukan pada
pencapaian tujuan program, baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.

5. Hambatan-hambatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah
a. Pelaksana-pelaksana bimbingan di sekolah tidak memepunyai waktu yang cukup
memadai untuk melaksanakan evaluasi
b. Pelaksana-pelaksana BK di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang sangat
bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya.
c. Belum tersedianya alat/ instrumen evaluasi y7angt valid, reliable, dan objektif.
d. Belum diselenggarakannya penataran,pendidikan,atau pelatihan khusus yang
berkaitan denganevaluasi
e. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang
f. Belum adanya guru inti atau instruktur BK yang ahli dalam bidang evaluasi
g. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling yang
tegas dan baku belum ada.[4]

6. Aspek-aspek yang dievaluasi


Aspek yang dinilai, baik proses maupun hasil antara lain:
a. Kesesuaian antara program dan pelaksanaan
b. Keterlaksanaan program
c. Hambatan-hambatan yang dijumpai
d. Dampak layanan dan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
e. Respon siswa, personal sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan
bimbingan
f. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan,
pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, dan keberhasilan siswa
setelah menamatkan sekolah, baik studi lanjutan maupun pada kehidupan di
masyarakat.[5]

7. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program, ada beberapa hal yang harus ditempuh, yaitu
sebagai berikut:
a. Fase Persiapan
Pada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam
kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini yang dilalui adalah
1) Langkah pertama-penetapan aspek-aspek yang dievaluasi. Aspek-aspek yang
dievaluasi meliputi:
a) Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang hendak
dicapai
b) Program kegiatan bimbingan
c) Personel atau ketenagaan
d) Fasilitas teknis dan fisik
e) Pengelolaah dan administrasi bimbingan
f) Pembiayaan
g) Partisipasi personel
h) Proses kegiatan
i) Akibat sampingan
2) Langkah kedua-penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misalnya bila aspek proses
kegiatan yang dievaluasi ditinjau dari:
a) Lingkunngan bimbingan
b) Sarana yang ada
c) Situasi daerah
3) Langkah ketiga-penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi. Misalnya aspek proses
kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria pada bagian 2 diatas maka instrumen
yang harus digunakan adalah:
a) Cek list
b) Observasi kegiatan
c) Tes situasi
d) Wawancara
e) Angket
4) Langkah keempat-penetapan prosedur evaluasi seperti contoh pada butir 2 dan 3 di
atas, maka prosedur evaluasinya melalui: penelaahan → kegiatan → penelaahan hasil
kerja → konferensi kasus → lokakarya.
5) Langkah kelima-penetapan tim penilai atau evaluator. Yang harus menjadi evaluator
dalam penilaian proses kegiatan adalah:
a) Ketua tim bimbingan dan konseling
b) Kepala sekolah
c) Tim bimbingan dan konseling
d) Konselor
b. Fase persiapan atau instrumen evaluasi
Dalam fase ini, dilakukan kegiatan diantaranya:
1) Memilih alat-alat/ instrument evaluasi yang ada atau menyususn dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
2) Penggandaan alat-alat/ instrument evaluasi yang akan digunakan.
c. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi
Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
1) Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi
2) Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
d. Fase menganalisis evaluasi
Dalam fase analisis hasil evaluasi atau pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan
mengacu pada jenis datanya. Langkah-langkah itu, diantaranya:
1) Abulasi data
2) Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non statistik.
e. Fase penafsiran dan pelaporan hasil evaluasi
Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan criteria
penilaian keberhasilan daily kemudian diinterpretasikan dengan memakai kode-kode
tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan
atau pengembangan program layanan bimbingan dan konseling.[6]
Sedangkan menurut Anas Salahudin, dalam melaksanakan evaluasi program, ada
beberapa hal yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait oleh dua aspek pokok yang
dievaluasi, yaitu: (1) tingkat keterlaksanaan program (aspek proses) dan (2) tingkat
ketercapaian tujuan program (aspek hasil).
b. Mengembangkan atau menyusun instrument pewngumpul data.
Instrument itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman
observasi, dan studi dokumentasi.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data.
Data yang diperoleh harus dianalisis, yaitu ditelaah program apa saja yang telah atau
belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah atau belum tercapai.
d. Melanjutkan tindak lanjut (follow up).
Kegiatan ini meliputi dua kegiatan, yaitu: (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang
lemah, kuranmg tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2)
mengembangfkan program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa hal
yang dipandang perlu untuk meningkatkan efektivitas atau kualitas program.

Anda mungkin juga menyukai