PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. mengetahui perinsip serta asas dalam bimbingan dan penyuluhan.
2. memahami teknik yang digunakan dalam bimbingan dan penyuluan.
3. mengetahui jenis layanan yang terdapat pada bimbingan dan penyuluhan.
4. mengetahui evaluasi yang ada didalam bimbingan dan penyuluhan.
PEMBAHASAN
sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-
prinsip itu adalah sebagai berikut :
2. Asas Kesukarelaan
Sebagai aktifitas layanan yang bersifat membantu kegiatan bimbingan dan konseling
bukanlah merupakan suatu paksaan. Dengan adanya kesukaan dan kerelaan konseli
dan konselor untuk menjalani proses konseling maka antara konseli dan konselor
akan terjalin kerjasama yang demokratis.
3. Asas Keterbukaan
Merupakan asas bimbingan dan konseling yang menginginkan konseli dalam proses
konseling bersifat terbuka dan menjauhi kepura-puraan, terutama dalam memberi
keterangan ataupun menerima informasi dari luar yang bermanfaat untuk proses
konseling. Konselor hendaknya mengembangkan sikap untuk membuat konseli
terbuka, artinya: konselor terlebih dahulu bersifat terbuka dan tidak purapura, agar
konseli juga berbuat demikian, asas ini sangat berhubungan dengan terbinanya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli sebagai
sasaran layanan bimbingan dan konseling.
4. Asas Kegiatan
Asas ini menghendaki agar konseli tidak pasif tapi berpartisipasi aktif dalam proses
konseling, dalam hal ini konselor hendaknya berupaya mendorong konseli untuk aktif
dan partisipatif dalam setiap sesi konseling yang dilaksanakan, misalnya konseli
harus melaksanakan tugas-tugas yang diberikan konselor dalam rangka mencapai
tujuan konseling yang telah ditetapkan.
5. Asas Kemandirian
Asas ini merujuk kepada tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu konselor
berusaha menghidupkan kemandirian di dalam konseli, kemandirian ini ditunjukkan
dengan konseli mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan dan dapat mengaktualisasi diri. Jika di awal proses konseling
konseli terlihat sangat tergantung pada konselor, maka selama proses konseling,
konselor harus berupaya menumbuhkan sikap kemandirian dengan memberikan
respon-respon positif dan cermat. Karena tidak jarang sikap ketergantungan konseli
banyak ditentukan oleh respon yang salah dan kurang cermat dari konselor.
6. Asas Kekinian
Asas ini berangkat dari pernyataan bahwa konseling bertitik tolak dari masalah yang
dirasakan konseli saat sekarang atau saat ini, walau tak dapat dipungkiri bahwa proses
konseling itu menjangkau dimensi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Sejumlah masalah yang dihadapi konseli acapkali bersumberdari rasa sesal terhadap
peristiwa yang terjadi pada masa lalu, dan ketakutan dalam menghadapi apayang
akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia tidak mengertidengan apa yang
harus dan mampu dilakukan pada saat ini. Untuk itulah konselor harus berupaya
mengarahkan dan membantu konseli untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sekarang.
7. Asas Kedinamisan
Asas ini menghendaki agar isi layanan bimbingan dan konseling tidak statis,tetapi
selalu bergerak terus, berkembang, dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dari
waktu ke waktu sampai terjadi perubahan sikap dan perilaku konseli kearah yang
lebih baik.
8. Asas Keterpaduan
Asas ini menginginkan supaya layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
konselor atau pihak-pihak lain hendaknya ada kerjasama, saling menunjang,
terpadukan, dan harmonis. Suasana kooperatif ini diharapkan dapat lebih
menumbuhkan kondisi yang kondusif dalam membantu penanggulangan masalah
konseli. Jadi konselor harus mampu bekerjasama dengan pihak lain, saling membantu
dan saling mengerti demi terpecahkannya masalah yang dihadapi
konseli.
9. Asas Kenormatifan
Asas ini menghendaki agar seluruh kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku. Asas ini
juga bermakna bahwa konselor tidak boleh memaksa konseli agar menerima dan
memakai norma dan nilai yang dianutnya kepada konselinya.
10.Asas Keahlian
Asas ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan dengan
menggunakan kaidah-kaidah professional. Dengan kata lain agar proses bimbingan
dan konseling dapat mencapai hasil yang diharapkan maka konselor harus memiliki
pendidikan dan keterampilan yang memadai serta sikap dan kepribadian yang sesuai
dengan ketentuan profesinya.
A. Bimbingan kelompok
b. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk
penyuluhan dan
pengembangan.
c. Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.
d. Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
e. Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti dan program tambahan.
a. Tahap pembukaan
1. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat, minat dan
penyalurannya.
4. Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan
pengenalan belajar
sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri.
3. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi antara lain, sebagai berikut
a. Memberikan umpan balik kepada guru pembimbing (konselor) untuk memperbaiki
atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan
orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.[3]
4. Jenis-jenis evaluasi
a. Evaluasi Peserta Didik
Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan
konseling di sekolah, maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan
bimbingan dan konseling penting dan perlu.
Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa : (1)
kemampuan sekolastik umum, (2) bakat, (3) minat, (4) kepribadian, (5) prestasi
belajar, (6) riwayat kependidikan, (7) riwayat hidup, (8) cita-cita pendidikan atau
jabatan, (9) hobi dan penggunaan waktu luang, (10) kebiasaan belajar, (11) hubungan
sosial, (12) keadaan fisik dan kesehatan, (13) kesulitan-kesuliitan yang dihadapi dan
(14) minat terhadap mata pelajaran disekolah.
b. Evaluasi Program
Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling disekolah. Penyusunan program bimbingan dan konseling
di sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan, yaitu : (1) layanan kepada
peserta didik, (2) layanan kepada guru, (3) layanan kepada sekolah, (4) layanan
kepada orang tua siswa atau masyarakat
c. Evaluasi Proses
Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan
dan konseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan program bimbingan yang
mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi :
1) Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling.
2) Petugas pelaksana atau personel (tenaga professional dan non profesional).
3) Fasilitas dan perlengkapan, meliputi :
a) Fasilitas teknis : tes, inventori angket, format dan sebagainya.
b) Fasilitas fisik, seperti : ruang konselor, ruang konseling, ruang tunggu, ruang
pertemuan, ruang administrasi bimbingan dan konseling, ruang penyimpanan alat-
alat, dan ruang penyimpanan data.
c) Perlengkapan seperti : meja, kursi, filling cabinet, files, lemari, rak, papan media
bimbingan, mesin ketik, alat perekam pandang dengar, dan sebagainya.
d) Anggaran biaya
Anggaran perlu dipersiapkan secara rinci untuk menunjang pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah. Anggaran yang diperlukan adalah dalam pos-
pos seperti berikut:
1. Honorarium pelaksana/ personel
2. Pengadaan dan atau pengembangan alat-alat teknis
3. Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik
4. Biaya operasional : perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan sebagainya.
5. Penilaian dan penelitian
e) Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
d. Evaluasi Hasil
Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan
terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri dari berbagai
aspeknya. Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada efek-efek yang
dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan namaevaluasi
produk atau evaluasi hasil. Jadi, untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan
dari pelaksanaan program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan untuk
mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, maka harus dilihat dalam diri siswa yang memperoleh layanan
bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap hasil lebih menekankan pada pengumpulan
data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh kegiatan layanan bimbingan
yang telah diberikan. Dengan kata lain, evaluasi terhadap hasil ditunjukan pada
pencapaian tujuan program, baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.
7. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program, ada beberapa hal yang harus ditempuh, yaitu
sebagai berikut:
a. Fase Persiapan
Pada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam
kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini yang dilalui adalah
1) Langkah pertama-penetapan aspek-aspek yang dievaluasi. Aspek-aspek yang
dievaluasi meliputi:
a) Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang hendak
dicapai
b) Program kegiatan bimbingan
c) Personel atau ketenagaan
d) Fasilitas teknis dan fisik
e) Pengelolaah dan administrasi bimbingan
f) Pembiayaan
g) Partisipasi personel
h) Proses kegiatan
i) Akibat sampingan
2) Langkah kedua-penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misalnya bila aspek proses
kegiatan yang dievaluasi ditinjau dari:
a) Lingkunngan bimbingan
b) Sarana yang ada
c) Situasi daerah
3) Langkah ketiga-penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi. Misalnya aspek proses
kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria pada bagian 2 diatas maka instrumen
yang harus digunakan adalah:
a) Cek list
b) Observasi kegiatan
c) Tes situasi
d) Wawancara
e) Angket
4) Langkah keempat-penetapan prosedur evaluasi seperti contoh pada butir 2 dan 3 di
atas, maka prosedur evaluasinya melalui: penelaahan → kegiatan → penelaahan hasil
kerja → konferensi kasus → lokakarya.
5) Langkah kelima-penetapan tim penilai atau evaluator. Yang harus menjadi evaluator
dalam penilaian proses kegiatan adalah:
a) Ketua tim bimbingan dan konseling
b) Kepala sekolah
c) Tim bimbingan dan konseling
d) Konselor
b. Fase persiapan atau instrumen evaluasi
Dalam fase ini, dilakukan kegiatan diantaranya:
1) Memilih alat-alat/ instrument evaluasi yang ada atau menyususn dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
2) Penggandaan alat-alat/ instrument evaluasi yang akan digunakan.
c. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi
Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
1) Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi
2) Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
d. Fase menganalisis evaluasi
Dalam fase analisis hasil evaluasi atau pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan
mengacu pada jenis datanya. Langkah-langkah itu, diantaranya:
1) Abulasi data
2) Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non statistik.
e. Fase penafsiran dan pelaporan hasil evaluasi
Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan criteria
penilaian keberhasilan daily kemudian diinterpretasikan dengan memakai kode-kode
tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan
atau pengembangan program layanan bimbingan dan konseling.[6]
Sedangkan menurut Anas Salahudin, dalam melaksanakan evaluasi program, ada
beberapa hal yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait oleh dua aspek pokok yang
dievaluasi, yaitu: (1) tingkat keterlaksanaan program (aspek proses) dan (2) tingkat
ketercapaian tujuan program (aspek hasil).
b. Mengembangkan atau menyusun instrument pewngumpul data.
Instrument itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman
observasi, dan studi dokumentasi.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data.
Data yang diperoleh harus dianalisis, yaitu ditelaah program apa saja yang telah atau
belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah atau belum tercapai.
d. Melanjutkan tindak lanjut (follow up).
Kegiatan ini meliputi dua kegiatan, yaitu: (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang
lemah, kuranmg tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2)
mengembangfkan program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa hal
yang dipandang perlu untuk meningkatkan efektivitas atau kualitas program.