Anda di halaman 1dari 57

PS- D4 PJJ

JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

RAHMAD HAKIKI
1511051017
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan


Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang dilakukan
pada semester VII oleh mahasiswa Politeknik Negeri Padang Jurusan Teknik Sipil
Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan guna memenuhi kurikulum yang
pendidikan di Politeknik Negeri Padang, hal ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk lulus pada mata kuliah Praktek Kerja Lapangan.

Pada Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat mengamati


pekerjaan pekerjaan dilapangan dan dapat mengaitkan yang didapatkan dilapangan
dengan teori yang didapatkan di bangku perkuliahan. Mahasiswa juga diharapkan
untuk dapat membantu dalam pelaksanaan proyek tersebut, sehingga hal ini dapat
meningkatkan kemampuan dan professionalisme kinerja dalam diri mahasiswa
yang nantinya akan meningkatkan rasa percaya diri, sikap mandiri, dan berfikir
kritis. Dalam Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa mendapatkan kesempatan
untuk dapat melaksanakan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Pandaan-Malang.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan selama kurang lebih dua bulan
mahasiswa diharapkan :
1. Dapat menambah wawasan mengenai dunia konstruksi jembatan.

2. Dapat mengetahui cara pengendalian proyek secara langsung.

3. Dapat mengetahui metoda konstruksi yang dipakai pada proyek.

4. Dapat mengetahui kondisi pekerjaan di lapangan secara langsung.

5. Dapat pengalaman di lapangan yang tidak didapatkan pada bangku


perkuliahan.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 1
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

6. Dapat membandingkan teori yang didapatkan pada bangku perkuliahan


dengan keadaan langsung di lapangan.

1.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan
laporan ini yaitu :
1. Observasi ( Pengamatan Langsung)
Metode ini adalah metode dimana mahasiswa meninjau langsung secara
kasat mata ke lapangan yang nantinya akan digunakan sebagai data.

2. Metode Inverview (Konsultasi)


Metode ini dilakukan dengan cara konsultasi langsung dengan pihak-
pihak yang ada pada lapangan, antara lain : owner, konsultan, kontraktor
(pelaksana, quality control, engineer, mandor, tukang, dll).

3. Metode Literatur (Bacaan)


Metode ini adalah metode yang menggunakan buku-buku referensi untuk
memecah masalah dan pengumpulan data.

1.4 Batasan Masalah


Adapun permaslahan dan batasan masalah yang akan dibahas dalam laporan
Praktek Kerja Lapangan ini, yaitu : Tinjauan Umum Proyek, Manajemen Proyek,
Metoda Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang dan kasus
yang terjadi pada proyek yaitu Pemeriksaan Tegangan Yang Terjadi Pada Girder.

1.5 Sistematika Laporan


Untuk mempermudah pemahaman, maka disusunlah laporan Praktek Kerja
Lapangan ini dengan susunan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

BAB ini membahas mengenai latar belakang dan tujuan dilakukannya


Praktek Kerja Lapangan, Teknik Pengumpulan Data, Batasan Masalah,
dan Sistematika Pembuatan Laporan.

BAB II Tinjauan Umum Proyek

RAHMAD HAKIKI
1511051017 2
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB ini membahas mengenai latar belakang proyek dan tujuan proyek,
sistem pelelangan dan kontrak, lokasi proyek, data-data proyek baik data
umum maupun data teknis, serta menjelaskan mengenai sumber daya
proyek yaitu material, tenaga kerja, dan perlatan yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek.

BAB III Manajemen Proyek

BAB ini membahas mengenai uraian umum, manajemem proyek,


tinjauan pelaksanaan proyek, tinjauan pengendalian mutu,tinjauan
pengendalian waktu, dan K3.

BAB IV Study Kasus

BAB ini membahas mengenai kasus yang terjadi pada proyek yang
dianalisa secara teoritis dan memberikan kesimpulan hasil analisa
tersebut.

BAB V Penutup

BAB ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang mencakup


semua pembahasn pada laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 3
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Latar Belakang Proyek

Pembangunan jalan tol memanglah sangat dibutuhkan karena dapat


mengurangi kemacetan pada ruas jalan utama dan juga dapat meningkatkan
perindustrian barang dan jasa pada daerah yang tinggi tingkat perkembangannya.

Jalur Pandaan-Malang merupakan jalur yang selalu sibuk dan padat baik
hari libur ataupun hari kerja yang makin harinya volume kendaraannya semakin
meningkat dan berkembang. Volume kendaraan yang besar dan kapasitas jalan
yang kecil menyebabkan jalan ini tidak bias lagi menampung volume kendaraan
yang besar ini dan terjadilah macet di beberapa titik setiap harinya. Maka dari itulah
pemerintah Jawa Timur atas arahan Presiden Jokowi membangun jalan tol
Pandaan-Malang.

Proyek jalan tol Pandaan-Malang ini memiliki panjang 38,48 km yang


dibagi menjadi 5 seksi dengan panjang seksi 1 (14,573 km), seksi 2 (7,743 km),
seksi 3 (8,315 km), seksi 4(4,750 km), dan seksi 5 (3,107 km). Proyek ini
merupakan pembangunan dari PT.Jasamarga Pandaan Malang (Persero) Tbk.

2.2 Tujuan Proyek


Adapun tujuan dari dibangunnya proyek ini yaitu:

1. Meningkatkan kenyamanan pengguna jalan

2. Meningkatkan keselamatan lalulintas

3. Meningkatkan dan memperlancar arus perdagangan dan bisnis

4. Mempercepat waktu tempuh perjalanan

2.3 Sistem Pelelangan dan Kontrak


2.3.1 Sistem Pelelangan
Sistem pelelangan untuk pemilihan penyedia jasa pada proyek ini yaitu
mengacu kepada Keputusan Direksi PT. Jasamarga Pandaan Malang nomor

RAHMAD HAKIKI
1511051017 1
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

001/KPTS-JPM/2016 tanggal 17 Juni 2016 tentang pedoman pelaksanaan


pengadaan barang/jasa di lingkungan PT. Jasamarga Pandaan Malang dengan
menggunakan metode pemilihan Pelelangan Terbatas dengan Pra Kualifikasi.

2.3.2 Kontrak
Berdasarkan Pasal 1 UU No. 18/1999, disebutkan bahwa kontrak kerja
konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hokum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Kontrak kerja yang digunakan oleh PT.PP (persero) Tbk dalam proyek
pembangunan jalan tol Pandaan-Malang adalah harga satuan (Unit Price Contract).

2.3.2.1 Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)


Jenis kontrak ini adalah jenis kontrak dimana memperhitungkan semua
biaya yang mungkin dikeluarkan pada saat penawaran seperti biaya overhead dan
keuntungan. Pada jenis kontrak ini menggunakan opname yang dilakukan oleh
kontraktor untuk menentukan kuantitas pekerjaan yang sesungguhnya dan nantinya
akan dilaporkan kepada Owner. Kontrak ini memliki kelemahan yaitu pemilik
(Owner) tidak dapat mengetahui secara pasti.

2.3.2.2 Sistem Kontrak


Proyek pembangunan tol Pandaan-Malang menggunakan metode sistem
kontrak umum, yaitu motode dimana kontrak dibuat antara pemilik proyek dan
kontraktor umum.

2.3.3 Sistem Pembayaran


Cara pembayaran pada proyek pembangunan tol Pandaan-Malang ini adalah
berdasarkan sistem kontrak yang digunakan, yaitu Unit Price, dimana pembayaran
baru bisa dilakukan setelah dilakukan opname (kemajuan fisik lapangan) yang
dirangkap dalam laporan bulanan (Monthly Certificate).

RAHMAD HAKIKI
1511051017 2
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.3.4 Hubungan Koordinasi Proyek


Dalam mengerjakan suatu proyek maka hubungan koordinasi antar pemilik,
kontraktor, dan konsultan sangatlah penting untuk menjaga proyek tetap bekerja
dengan baik dan benar. Hubungan antara pihak-pihak diatas yaitu :

Owner
PT. Jasamarga Pandaan
Malang

Konsultan Konsultan

PT. Virma Karya (Persero) PT. Virma Karya (Persero)

: Garis Kontrak : Garis Koordinasi


: Garis Jasa : Garis Pengawasan
: Gambar
Garis Pengawasan
2. 1 Hubungan Koordinasi Proyek

2.3.5 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek


Pada Proyek ini banyak pihak-pihak yang terlibat, dimana pihak-pihak
tersebut nantinya akan membutuhkan satu sama lain. Pihak-pihak yang terlibat
tersebut yaitu :

2.3.5.1 Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik Proyek adalah orang atau instansi yang memiliki proyek dan
diberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai dengan
perjanjian (kontrak) untuk menrealisasikan proyek. Dalam proyek ini Owner
memiliki tugas pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek.

2.3.5.2 Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan yang disewa oleh pemilik proyek untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian (kontrak) yang telah disepakati
oleh kedua pihak, proyek dibatasi oleh item pekerjaan yang dilaksanakan, biaya,
serta waktu penyelesaian. Kontraktor haruslah penuh dengan ketelitian dan
ketekunan, merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan pekerjaan dan
memperbaiki setiap kerusakannya sesuai dengan kontrak.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 3
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.3.5.3 Konsultan Pengawas


Konsultan Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek
(Owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Pengawas memikiki
wewenang untuk memperingati, menghentikan, memberikan tanggapan,
memeriksa, melakukan perubahan dan menerbitkan, dan mengkoreksi pekerjaan
dari kontraktor.

2.4 Lokasi Proyek


Proyek pembangunan tol Pandaan-Malang ini berada di Pandaan,
Kabupaten Pasuruan sampai ke Kecamatan Kedung Kandang. Kota Malang terletak
di provinsi Jawa Timur. Berikut peta lokasi proyek pembangunan jalan tol Pandaan-
Malang. Peta lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2. Peta Lokasi Proyek

RAHMAD HAKIKI
1511051017 4
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar diatas adalah gambar detail proyek jalan tol Pandaan-Malang yang memiliki panjang 38,48
km yang dibagi menjadi 5 seksi dengan panjang seksi 1 (14,573 km), seksi 2 (7,743 km), seksi 3
(8,315 km), seksi 4(4,750 km), dan seksi 5 (3,107 km). Proyek ini merupakan pembangunan dari
PT.Jasamarga Pandaan Malang (Persero) Tbk.
Gambar 2. 3. Peta seksi proyek strategis nasional pembangunan

jalan tol Pandaan-Malang

2.5 Data-data proyek


2.5.1 Data Umum Proyek
Pada proyek ini terdapat data-data umum yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Data-data Umum Proyek

Proyek strategis nasional pembangunan jalan tol


Nama proyek
Pandaan-Malang
Pemborongan (Design and Build) Pekerjaan Tol Pandaan-
Nama paket
Malang
Prov/Kab/Kodya Jawa Timur / Pasuruan – Malang
Tahun anggaran 2016

Nilai kontra fisik Rp.3.771.905.000.000,00 (Termasuk PPN)

Nomor kontrak 01/Kontrak-JPM/XI2016


Tanggal kontrak 08-Nov-16

730 (Tujuh Ratus Tiga Puluh ) hari kalender dihitung sejak 22


Masa pelaksanaan
hari kalender sejak penandatanganan kontrak.

Pemilik proyek PT. Jasamarga (Persero) Tbk.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 5
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Konsultan perencana PT. Wiranusantara Bumi


Konsultan pengawas PT. Virma Karya (Persero)
Kontraktor PT. PP (Persero) Tbk.
Item pekerjaan Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Fondasi
Pekerjaan Pier
Pekerjaan Abutment
Pekerjaan PCI Girder
PHO 30-Nov-18
FHO 30-Nov-21
Masa pemeliharaan 1095 hari kalender
2.5.2 Data Teknis Proyek
1. Panjang Jembatan : 40,8 m
2. Panjang Bor Pile : 11 m
3. Lebar Abutment :1m
4. Panjang Abutment : 33,6 m
5. Tinggi Abutment : 11,5 m

2.6. Sumber Daya Proyek


Sumber daya proyek merupakan suatu kebutuhan proyek supaya proyek
tersebut bisa dilaksanakan, sumber daya proyek mencakup :

2.6.1 Material
Material merupakan elemen utama dalam suatu kegiatan konstruksi yang
sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan keawetan konstruksi. Untuk
melaksanakan suatu proyek dibutuhkan suatu persyaratan teknis mengenai mutu
bahan yang mengacu pada spek proyek pembangunan tol Pandaan-Malang.

2.6.1.1 Semen
Pada proyek ini digunakan semen protland tipe I diproduksi oleh PT. Semen
Gresik. Semen tipe ini digunakan untuk pengerjaan pengecoran dilapangan. Semen
yang digunakan dalam proyek pembanguan jalan tol Pandaan-Malang ini harus
memenuhi syarat mutu dari

RAHMAD HAKIKI
1511051017 6
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.6.1.2 Agregat Kasar


Agregat Kasar merupakan material yang bisa terdiri dari batu pecah, batu
kali, atau material lainnya yang mempunyai sifat yang sama, mempunyai butir-butir
yang bersih, keras dan awet. Agregat kasar haruslah bersih dan bebas dari bahan
organic dan bahan pengganggu lainnya. Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Pandaan-Malang ini menggunakan agregat kasar yang berasal dari quary Mojosari,
Jawa Timur.

Gambar 2. 4 Agregat kasar dari Mojosari

Agregat Kasar haruslah memenuhi syarat gradasi dari spek:

Tabel 2. 2 Gradasi Batu Pecah ukuran 05-10 mm


Komulatif
Lubang Ayakan Batu pecah Tinggal Lolos
inc/mm
tertinggal
Gram % % %
76.2
38.1
19.1
9.5 425 9.41 9.41
4.76 3485 77.19 86.60
2.38 605 13.40 100.00
1.19 100.00
0.59 100.00
0.297 100.00
0.149 100.00
0

RAHMAD HAKIKI
1511051017 7
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jumlah 4515 596.01


Fm BBp = 5.96

Sumber : Pengujian Laboratorium PT. PP (Persero) Tbk.

Tabel 2. 3 Gradasi Batu Pecah ukuran 10-20 mm


Batu Pecah Komulatif
Lubang Ayakan Tertinggal Tinggal Lolos
(inc/mm)
Gram % % %
76.2
38.1
19.1 495 7.87 7.87
9.5 5630 89.51 97.38
4.76 165 2.62 100.00
2.38 100.00
1.19 100.00
0.59 100.00
0.297 100.00
0.149 100.00
0
Jumlah 6290 705.25
Fm BBp = 7.05
Sumber : Pengujian Laboratorium PT. PP (Persero) Tbk.

2.6.1.3 Agregat Halus


Agregat halus haruslah terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah dan
terdiri dari bahan yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) tertahan saringan no. 200.
Agregat halus haruslah terdiri dari butiran yang tajam dan keras, butirannya
haruslah yang tidak mengandung lumpur lebih dari 5 %. Lumpur yang dimaksud
adalah yang lolos saringan no. 200 , jika kadar lumpur melewati 5 % maka pasir
haruslah di cuci terlebih dahulu.

Agregat halus yang digunakan pada proyek strategis nasional pembangunan


jalan tol Pandaan-Malang ini berasal dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 8
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Agregat halus haruslah memenuhi syarat analisa saringan yang dapat dilihat
pada Tabel 2.4

Tabel 2. 4 Analisa Saringan Agregat Halus

Batu Pecah
Lubang Ayakan Tertinggal
(inc/mm)
Gram % % Komulatif
4.76 143.4 14.47 14.47
2.38 105.7 10.66 25.13
1.19 140.6 14.19 39.32
0.59 192.7 19.44 58.76
0.297 176.3 17.79 76.55
0.149 134.4 13.56 90.11
Pan 98 9.89
Jumlah 991.1 100.00 304.35
Fm Pasir = 3.04
Sumber : Pengujian Laboratorium PT. PP (Persero) Tbk.

Gambar 2. 5 Agregat halus dari Lumajang

2.6.1.4 Air
Air merupakan bahan untuk membuat adonan dan mencampur material
yang menjadi bahan utama untuk membuat beton, dimana air ini berfungsi sebagai

RAHMAD HAKIKI
1511051017 9
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

bahan pengikat hidrolis pada campuran beton (di luar beton ready mix). Air
haruslah bebas dari bahan kimia dan organik seperti minyak, garam, asam, basa,
dan gula. Air yang digunakan pada proyek pembangunan jalan tol Pandaan-Malang
ini berasal dari lokasi sekitar proyek.

2.6.1.5 Baja Tulangan


Menurut SNI 03-2847-2002, baja yang dapat digunakan pada elemen beton
bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat saja. Baja tulangan tersedia
di pasaran pasaran ada 2 jenis yaitu baja tulangan polos (BJTP) dan baja tulangan
ulir/deform (BJTD). Baja yang digunakan pada proyek pembanguan jalan tol
Pandaan-Malang ini berasal dari PT. Hunil Steel dan PT. Master Steel, dimana baja
yang digunakan adalah:

a. Tulangan Polos

Tulangan Polos merupakan tulangan yang biasanya digunakan untuk


tulangan geser/begel/sengkang dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal
240 Mpa (disebut BJTP-24) dengan ukuran sebagai berikut :

Tabel 2. 5 Dimensi Efektif Tulangan Polos

Diameter Berat Keliling Luas penmpang


(mm) (kg/m) (cm) (cm2)
6 0,222 1,88 0,283
8 0,395 2,51 0,503
10 0,617 3,14 0,785
12 0,888 3,77 1,13
16 1,58 5,02 2,01
Sumber : SNI T-15-1991-03

RAHMAD HAKIKI
1511051017 10
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 2. 6 Baja tulang polos (BJTP)

b. Tulangan Ulir

Tulang Ulir merupakan tulangan yang digunakan untuk tulangan


longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy)
minimal 300 Mpa (disebut BJTD-30), dengan ukuran sebagai berikut :

Tabel 2. 6 Dimensi Efektif Tulangan Ulir

Diameter Berat Keliling Luas Penampang


(mm) (kg/m) (cm) (cm2)
10 0,67 3,14 0,785
13 1,04 4,08 1,33
16 1,58 5,02 2,01
19 2,23 5,96 2,84
22 2,98 6,91 3,80
25 3,85 7,85 4,91
32 6,31 10,05 8,04
36 7,99 11,30 10,20
40 9,87 12,56 12,60
Sumber : SNI T-15-1991-03

Gambar 2. 7 Baja tulangan ulir/deform (BJTD)

RAHMAD HAKIKI
1511051017 11
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.6.1.6 Multiplek
Multiplek merupakan kayu olahan yang relative lebih kuat dibangdingkan
dengan jenis kayu olahan lainnya seperti, triplek, hdf, mdf, blockboard, dll, yang
digunakan sebagai bekisiting untuk pengecoran beton. Multiplek yang digunakan
pada proyek ini adalah multiplek dengan ukuran 244 cm x 122 cm x 0,9 cm.

Gambar 2. 8 Multiplek

2.6.1.7 Paku
Paku merupakan bahan yang digunakan untuk menyambungkan multiplek
dengan multiplek supaya bisa membentuk bekisting sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 2.10 Paku

2.6.1.8 Kawat Bendrat


Kawat bendrat merupakan kawat yang biasa digunakan sebagai pengikat
rangkaian tulangan-tulangan antara suatu tulangan dengan yang lainnya baik untuk
tulangan kolom, balok, dll, sehingga membentuk suatu rangkaian rangka elemen
struktur yang siap dicor.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 12
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 2.11 Kawat bendrat

2.6.2 Material Khusus Konstruksi

2.6.2.1 PCI Girder

Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier
ataupun abutment pada suatu jembatan ataupun fly over, gider yang digunakan pada
proyek ini adalah girder precast yaitu girder beton yang telah dicetak di pabrik
tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut dibawa ke lokasi proyek pada
saat pemasangan (erection girder). Pemberian tegangan pada girder adalah dengan
cara post-tension dimana precast girder dimasukan baja strand (tendon) yang
nantinya akan ditarik (ttressing) menggunakan alat jacking post , dan setelah di
stressing akan di potong dan di grouting .

Gambar 2.12 PCI girder

Berikut adalah spesifikasi PCI girder yang digunakan pada proyek pembangunan
jalan tol Pandaan-Malang.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 13
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Sumber: PCI Girder PP Precast


Gambar 2.13 Spesifikasi PCI girder PP precast

2.6.2.2 Baja Tendon (Strand)

Baja tendon terdiri dari kawat yang diputar spiral yang membentuk strand
yang nantinya akan digunakan untuk proses Stressing. Spesifikasi strand dapat
dilihat di tabel berikut :

Tabel 2.7. Spesifikasi Strand

Keterangan Satuan Spesifikasi Hasil pengujian

Diameter rata-rata Mm 12,70 (+0,65/-0,15) 12,75-12,81

Panjang pilihan xD 12,0-16,0 14,3-14,9

Selisih diameter kawat inti dan Mm


Min 0,076 0,110-0,160
diameter kawat luar

Beban tarik kN Min 183,7 201,3-205,6

Beban ulur diukur pada 1 % kN


Min 165,3 176,0-181,1
regangan

RAHMAD HAKIKI
1511051017 14
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Regangan ≥ 600 mm % Min 3,5 4,8-5,9

Sumber : PT.Wika Beton

Gambar 2.14 Strand

2.6.2.3 Wedges

Wedges merupakan sebuah besi yang memiliki bentuk kerucut yang


memiliki belahan dibagian dalamnya bergerigi, wegdes digunakan pada saat
pekerjaan stressing girder.

Gambar 2.15 Wedges

RAHMAD HAKIKI
1511051017 15
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.6.2.4 Wedges Plate

Wedges Plate merupakan plat baja yang dipakai pada saat pekerjaan
stressing girder yang nantinya akan dimasukan wedges kedalamnya.

Gambar 2.16 Wedges plate

2.6.3 Peralatan

Peralatan adalah alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan atau


memperlancar pembuatan suatu konstruksi. Alat-alat yang digunakan pada Proyek
Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang adalah :

2.6.3.1 Crane

Crane adalah alat pengangkat yang biasa digunakan dalam proyek


konstruksi yang cara kerjanya adalah dengan mengangkat material yang akan
dipindahkan, memindahkan secara horizontal, kemudian menurunkan material
ditempat yang diinginkan. Crane memiliki beberapa tipe seperti:

a. Crawler Crane
Crawler Crane ini memiliki roda besi yang berigi-rigi yang memungkinkan
crane untuk bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 16
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 2.17 Crawler crane

b. Mobile Crane
Mobile crane jenis ini dapat berpindah ketempat dari satu proyek ke proyek
yang lainnya karena crane ini memiliki roda ban, crane ini dilengkapi dengan kaki
untuk menjaga keseimbangnnya saat pekerjaan berlangsung.

Gambar 2.18 Mobile crane

2.6.3.2 Truck Mixer


Truck mixer adalah merupakan kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi
proyek dimana selama proses pengangkutan mixer harus terus berputar dengan
kecepatan 8-12 putaran permenit agar beton tetap homogen serta tidak mengeras.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 17
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 2.19 Truck mixer

2.6.3.3 Concrete Pump


Concrete Pump adalah sebuah alat/mesin yang digunakan untuk
menyalurkan adonan beton segar dari Truck Mixer ket tempat pengecoran yang
tempatnya sulit dijangkau oleh Truck Mixer.

Gambar 2.20 Concrete pump

2.6.3.4 Ecavator

Excavator adalah alat berat yang tediri dari lengan (arm), bahu (boom), serta
bucket dan digerakan oleh tenaga hidrolis yang dimotori dengan mesin diesel dan
berada di atas roda rantai, excavator ini memiliki fungsi utama yaitu untuk
menggali.

Gambar 2.21 Excavator

RAHMAD HAKIKI
1511051017 18
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.6.3.5 Drilling Machine Bor Pile

Drilling Machine Bor Pile adalah alat yang digunakan untuk melubangi
tanah yang nantinya akan di isi dengan tulangan bor pile lalu di cor, alat ini
dilengkapi dengan mata bor yang dapat diganti-ganti sesuai dengan kondisi dan
jenis tanah dilapangan.

Gambar 2.22 Drilling Machine Bor Pile

2.6.3.6 Concrete Vibrator

Adalah suatu alat yang digunakan untuk menggetarkan beton pada saat
pengecoran sedang berlangsung supaya beton memenuhi semua sisi dan tidak ada
rongga yang tertinggal.

Gambar 2.23 Concrete Vibrator

RAHMAD HAKIKI
1511051017 19
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.6.3.7 Hydraulic Jack

Adalah alat yang digunakan pada saat proses stressing yang dimana alat ini
berfungsi sebagai penarik kabel tendon pada PCI girder.

Gambar 2.24 Hydraulic Jack

2.6.3.8 Pipa Tremie

Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton
pada saat pengecoran, digunakan pada pengecoran bore pile.

Gambar 2.25 Pipa Tremie

RAHMAD HAKIKI
1511051017 20
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.6.3.9 Truck Bogie

Truck Bogie ini digunakan untuk mengangkat girder dari stock yard ke
lokasi erection girder.

Gambar 2.25 Truck Bogie

2.6.4 Tenaga Kerja

Melaksanakan suatu proyek adalah pekerjaan yang rumit dan membutuhkan


banyak orang untuk mengerjakannya, oleh karena itu tenaga kerja sangatlah
berperan penting dalam suatu proyek. Dalam suatu proyek, tenaga kerja dapat
dikelompokkan sebagai berikut.

2.6.4.1 Tenaga Kerja Terdidik dan Terlatih

Adalah tenaga kerja yang mendapatkan keahlian atau kemahiran pada suatu
bidang karena sekolah atau Pendidikan formal dan non formal. Pada proyek ini
terdapat orang-orang tersebut seperti:

a. Project Manager
b. Deputy Project Manager
c. Site Manager
d. Pelaksana
e. Quantity Surveyor

RAHMAD HAKIKI
1511051017 21
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

f. Surveyor
g. Logistik
h. Administrasi
i. dll

2.6.4.2 Tenaga Kerja Terlatih

Adalah tenaga kerja yang mendapatkan keahlian tertentu dari pengalaman


kerja, keahlian terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan
adalah latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai
pekerjaan tersebut.

2.6.4.3 Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih

Adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenga saja, contohnya
seperti tukang.

BAB III
METODA KONSTRUKSI DAN MANAJEMEN PROYEK

3.1 Uraian Umum


Proyek merupakan rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan, yang
didalamnya menggunakan sumber-sumber (input) misalnya uang dan tenaga kerja
yang ditunjukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu.

Manajemen adalah suatu seni dalam ilmu dan pengorganisasian seperti


menyusun perencanaan, membangun organisasi dan pengorganisasiannya,
pergerakan serta pengendalian atau pengawasan.

Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya
kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien, dan efektif. Efektif yaitu dimana
hasil penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan sasarannya yang
meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lainya, dan efisien yaitu dalam penggunaan
sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat yang meliputi jumlah, jenis,
saat penggunaan sumber lain dan lain-lain.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 22
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Dalam ini akan membahas metoda konstruksi dan manajemen proyek, yaitu
manajemen mutu, dan manajemen waktu.

3.2 Tinjauan Pelaksanaan Proyek


Pada proyek pembangunan jalan tol Pandaan-Malang ini terdapat pekerjaan
yang dapat diuraikan sebagai berikut :

3.2.1 Pekerjaan Struktur Bawah


Struktur bawah jembatan merupakan struktur yang berfungsi memikul
seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah,
aliran air, dll.

3.2.1.1 Pekerjaan Bore Pile


Pada pekerjaan bore pile ini adapun metoda konstruksi pekerjaan bore pile
ini, yaitu:

a. Tahap awal, pengukuran, marking dan cek koordinat titik bor dilapangan.
Setelah dilakukan pengukuran, pengeboran dimulai dengan alat diposisikan pada
titik yang sudah ditentukan.

b. Pekerjaan pengeboran dimulai setelah ketegakan alat bor dipastikan vertikal


melalui monitor komputer di kabin operator.

c. Pekerjaan pengeboran dilakukan tahap demi tahap dan tanah di bor sampai
bucket penuh lalau diangkat dan dibuang di sebelah alat, alat bucket dimasukan lagi
untuk melakukan pengeboran kembali.

d. Untuk mengetahui kedalaman pengeboran dapat dilihat pada monitor di ruang


kabin operator, dan untuk menghindari kelongsoran selama proses pengeboran
maka dapat dipakai casing.

e. Setelah pengeboran tercapai, selanjutnya melakukan pengecekan kedalaman


dengan melihat ke monitor di kabin operator, ataupun bisa juga cek dengan
pengukuran manual.

f. Proses selanjutnya yaitu memasukan besi beton yang sudah dirangkai ke dalam
lubang pengecoran.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 2
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

g. Selanjutnya dilakukan pengecoran dengan memakai perantara yaitu pipa tremi.


Pipa tremi harus diangkat menggunakan crane dengan ujung pipa tetap di dalam
agregat cor untuk menghindari air tanah bercampur dengan agregat cor. Mutu beton
yang digunakan untuk bore pile adalah kelas B / K-350.

h. Setelah pengecoran selesai sesuai level yang diinginkan, pipa tremi diangkat
dengan crane.

Gambar 3. 1 Proses pengecoran Bore Pile

Gambar 3. 2 Hasil pengecoran Bore Pile

Adapun manajemen mutu proyek ini yang harus dilakukan dengan cara
mengontrol pekerjaan bore pile ini yaitu:

a. Nilai slump harus ditentukan menurut SNI 1972 : 2008 (AASHTO T119-09).
b. Uji kuat tekan beton harus ditentukan menurut SNI 03-1974-1990 (AASHTO
T22-07).
c. Persiapan fondasi harus sesuai dengan detail dalam gambar.
d. Pastikan galian dalam keadaan kering, bebas dari lumpur, runtuhan, atau
genangan air.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 3
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

e. Pengecoran harus dilakukan tanpa berhenti (tidak boleh ada selang waktu yang
lama saat pengecoran ) sampai selesai.
f. Pada saat pengecoran suhu bahan harus tetap dijaga dibawah 30°C sepanjang
waktu pengecoran.

3.2.1.2 Pekerjaan Pile Cap

Pile Cap merupakan alas beton tebal yang terletak diatas fondasi yang
gunanya untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan disebarkan
fondasi, pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada pada titik pusat
fondasi. Adapun metoda konstruksi dari pile cap ini sendiri, yaitu:

a. Pengukuran lokasi dan marking oleh team surveyor.

b. Besi tulangan dipindahkan dari work shop ke lokasi pembesian.

c. Menyiapakan peralatan pendukung pembesian dilokasi pembesian.

d. Memulai memasang pembesian pile cap, pembesian pile cap haruslah sesuai
dengan gambar rencana untuk urutan dan posisi besi tulangan utama dan tulangan
tagi.

Gambar 3. 3 Penulangan pile cap


e. Cek pembesian (jumlah tulangan, panjang penyaluran dan sambungan) sesuai
dengan gambar rencana atau tidak.

f. Pemasangan bekisting pile cap ( sesuai gambar rencana ).

RAHMAD HAKIKI
1511051017 4
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 4 Bekisting pile cap


g. Pengecekan elevasi bekisting oleh team surveyor.

h. Melakukan pengecoran dengan mutu beton kelas C / K-250, selama proses


pengecoran dengan menggunakan bantaun concrete pump dan vibrator beton.

i. Setelah pengecoran selesai, cek elevasi pile cap tersebut, sesuai dengan tebal
rencana atau tidak.

Gambar 3. 5 Proses pengecoran pile cap

Adapun manajemen mutu proyek ini yang harus dilakukan dengan cara
mengontrol pekerjaan pile cap ini yaitu:

a. Nilai slump harus ditentukan menurut SNI 1972 : 2008 (AASHTO T119-09).

RAHMAD HAKIKI
1511051017 5
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

b. Uji kuat tekan beton harus ditentukan menurut SNI 03-1974-1990 (AASHTO
T22-07).
c. Sebelum pengecoran konsultan pengawas harus memeriksa seluruh cetakan
(formwork) dan perancah, dan beton tidak boleh dicor sebelum konsultan pengawas
memeriksa dan menyetujui cetakan dan perancahnya.
d. Pengecoran harus dilakukan sekali pengecoran secara bersambung.
e. Pengecoran tidak boleh dicor lebih tinggi dari ketinggian melibihi 1,5 m.
f. Pada saat pengecoran suhu bahan harus tetap dijaga dibawah 30°C sepanjang
waktu pengecoran.

3.2.1.3 Pekerjaan Pier (Pilar)


Pier adalah tiang yang digunakan sebagai penguat dalam sebuah konstruksi
jembatan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyalur beban dari struktur atas
ke pile cap, lalu fondasi. Adapun langkah-langkah pengerjaan pier, yaitu:

a. Pekerjaan pier baru bisa dilakukan setelah pekerjaan pile cap selesai, dimana hal
pertama yang harus dilakukan adalah memasang perancah untuk mempermudah
memasang tulangan pier.

b. Memasang tulangan dari kolom pier secara rapi dan diikat dengan menggunakan
kawat bendrat atau dengan las untuk kondisi tertentu, pemasangan haruslah sesuai
dengan gambar rencana.

c. Setelah pemasangan tulangan selesai maka selanjutnya adalah pemasangan


bekisting pier, pemasangan bekisting haruslah sesuai dengan gambar rencana.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 6
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 6 Pemasangan bekisting pier


d. Jika bekisting telah terpasang dengan rapi dan sesuai gambar rencana maka
pengecoran baru bisa dilakukan.

e. Para proyek Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang ini pengecoran pier


dilakukan secara beberapa tahap yaitu :
Tahap 1 : cor setinggi 4 meter
Tahap 2 : cor setinggi 2 per 2 meter, setelah 4 meter pertama selesai dilaksanakan.

f. Setelah pengecoran selesai dilakukan curing beton.

3.2.1.4 Pekerjaan Pier Head

Pier head adalah dudukan girder serta sebagai penyalur beban lalu lintas
dari girder ke pier yang bertujuan agar beban yang tersalur dari Pier Head dan
girder dapat diarahkan dengan baik. Adapun tahapan pekerjaan pier head yaitu
sebagai berikut :

a. Pekerjaan pier head dilakukan setelah pekerjaan pier, yaitu yang dilakukan
pertama sekali adalah pemasangan perancah sebagai tempat dudukan bekisting dan
tulangan pier head.

Gambar 3. 7 Perancah pier head

b. Pengukuran Lokasi dan Marking oleh team surveyor sesuai dengan elevasi dan
lokasi rencana.

c. Setelah marking selesai dilanjutkan dengan pemasangan tulangan pier head


yang harus rapi dan sesuai dengan gambar rencana.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 7
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 8 Proses Penulangan Pier Head

d. Setelah pembesian selesai, dilanjutkan dengan check list bersama dengan


pengawas dan owner.

e. Setelah check list sudah ok, maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting.

f. Selanjutnya pemeriksaan elevasi pembesian dan bekisting oleh team surveyor.

g. Tahap terakhir yaitu pengecoran dilakukan dengan menggunakan truck mixer,


concrete pump dan menggunakan 3 tahap cor.

Gambar 3. 9 Pengecoran Pier Head

Adapun manajemen mutu proyek ini yang harus dilakukan dengan cara
mengontrol pekerjaan pier head ini yaitu:

g. Nilai slump harus ditentukan menurut SNI 1972 : 2008 (AASHTO T119-09).

h. Uji kuat tekan beton harus ditentukan menurut SNI 03-1974-1990 (AASHTO
T22-07).

RAHMAD HAKIKI
1511051017 8
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

i. Sebelum pengecoran konsultan pengawas harus memeriksa seluruh cetakan


(formwork) dan perancah, dan beton tidak boleh dicor sebelum konsultan pengawas
memeriksa dan menyetujui cetakan dan perancahnya.

j. Pengecoran harus dilakukan sekali pengecoran secara bersambung.

k. Pengecoran tidak boleh dicor lebih tinggi dari ketinggian melebihi 1,5 m.

l. Pada saat pengecoran suhu bahan harus tetap dijaga dibawah 30°C sepanjang
waktu pengecoran.

3.2.1.5 Pekerjaan Abutment

Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung
pilar-pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul keseluruhan beban hidup (angin,
kendarran, dll) dan mati (berat sendiri geladar, dll) pada jembatan.
Pekerjaan Abutment memiliki tahapan-tahapan seperti berikut:

a. Pengukuran lokasi dan marking oleh team surveyor sesuai dengan elevasi dan
lokasi rencana.

b. Melakukan pembersihan lokasi sekitar yang akan dipasang pembesian.


c. Mendatangkan besi tulangan ke lokasi pembesian dan menyiapkan peralatan
pendukung untuk pembesian.

d. Melakukan pemasangan perancah untuk dudukan bekisting dan pembesian


abutment.

e. Memulai pembesian abutment, pembesian haruslah rapi dan kuat sesuai dengan
gambar rencana, dan diikat dengan menggunakan kawat bendrat, juga bisa
menggunakan las untuk kondisi tertentu.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 9
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 10 Penulangan Badan Abutment

f. Setelah pembesian selesai, dilanjutkan dengan check list bersama dengan


pengawas dan owner, jika sudah ok maka pemasangan bekisting abutment bisa
dilakukan.

g. Setelah pemasangan bekisting selesai maka dilakukan cek elevasi pembesian


dan bekisting oleh team surveyor, jika sudah sesuai dengan gambar rencan, maka
pengecoran bisa dilakukan.

h. Pengecoran dilakukan dengan bantuan alat concrete pump dan vibrator beton.

i. Selama proses pengecoran, beton di getar dengan menggunakan alat vibrator


beton supaya beton memasuki semua sisi.

Adapun manajemen mutu proyek ini yang harus dilakukan dengan cara
mengontrol pekerjaan pile cap ini yaitu:

a. Nilai slump harus ditentukan menurut SNI 1972 : 2008 (AASHTO T119-09).

b. Uji kuat tekan beton harus ditentukan menurut SNI 03-1974-1990 (AASHTO
T22-07).

c. Sebelum pengecoran konsultan pengawas harus memeriksa seluruh cetakan


(formwork) dan perancah, dan beton tidak boleh dicor sebelum konsultan pengawas
memeriksa dan menyetujui cetakan dan perancahnya.

d. Pengecoran harus dilakukan sekali pengecoran secara bersambung.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 10
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

e. Pengecoran tidak boleh dicor lebih tinggi dari ketinggian melebihi 1,5 m.

f. Pada saat pengecoran suhu bahan harus tetap dijaga dibawah 30°C sepanjang
waktu pengecoran.

3.2.2 Pekerjaan Struktur Atas


Struktur atas jembatan merupakan bagian jembatan yang menerima beban
langsung yang meliputi beban sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu
lintas kendaaran, gaya rem, dll.

3.2.2.1 Pekerjaan Setting Girder

Dalam pekerjaan girder adapun pekerjaan Setting Girder yaitu pekerjaan


untuk mengatur girder supaya letak girder segaris/lurus dan tidak melenceng supaya
pada saat stressing girder tidak terjadi ketidak cocokan antar segmen dan
menimbulkan terjadinya keretakan/pecah pada bagian segmen girder. Adapun
langkah pekerjaan setting girder yaitu:

a. Mendatangkan segmen-segmen girder ke tempat setting girder.


b. Mendatangkan kan alat berat untuk setting gider yaitu mobile crane.
c. Meletakan bantalan yang terbuat dari beton pada ujung-ujung dari girder.

Gambar 3. 11 Bantalan beton pada ujung girder

d. Memasang benang sepanjang total girder sebagai acuan untuk meletakan


girder.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 11
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 12 Benang acuan setting girder


e. Meletakan bantalan kayu balok untuk segmen pertama.

Gambar 3. 13 Meletakan bantalan kayu segmen girder

f. Mengambil/mengangkat segmen gider yang telah tersedia di dekat mobile


crane dengan mobile crane.

Gambar 3. 14 Mengambil segmen dari stok

RAHMAD HAKIKI
1511051017 12
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

g. Meletakan gider secara perlahan diatas bantalan dengan bantuan arahan dari
tukang yang menyesuaikan dengan benang acuan.

Gambar 3. 15 Pengarahan letak gider

h. Setelah segmen pertama berhasil diletakan maka segmen selanjutnya sudah bisa
dikerjakan sampai panjang total gider terpenuhi.

i. Setelah pekerjaan setting gider dengan menggunakan alat berat dilakukan,


selanjutnya dilakukan setting gider manual dengan menggunakan alat dongkrak,
gunanya supaya segmen lebih rapi/segaris dengan benang acuan.

Gambar 3. 16 Setting girder manual

3.2.2.2 Pekerjaan Stressing Girder


Pekerjaan stressing girder menggunakan alat jack pose dan memiliki
langkah kerja sebagai berikut :

a. Setelah pekerjaan setting gider selesai, selanjutnya hal yang harus dilakukan
pekerjaan instalasi strand terlebih dahulu,

RAHMAD HAKIKI
1511051017 13
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 17 Pemotongan strand

b. Memasukan ducting pada lubang tendon, lalu dilanjutkan dengan memasukan


strand yang telah dipotong terlebih dahulu yang panjangnya melebihi dari girder
tersebut.

c. Setelah semua strand dimasukan, selanjutnya dilakukan pemasangan wedges


plate pada strand.

d. Pasanglah wedges pada tiap strand yang telah dipasangi wedges plate dengan
cara dipukul supaya wedges memasuki wedges plate.

Gambar 3. 18 Pemasangan wedges pada strand

e. Selanjutnya dilakukan pemasangan jack post pada tendon no. 2

RAHMAD HAKIKI
1511051017 14
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 19 Pemasangan alat jacking

f. Penarikan pada tendon no.2 dilakukan 100% pada sisi A.

Gambar 3. 20 Penarikan tendon no.2 pada sisi A

g. Perhatikanlah pertemuan antara girder ketika terjadinya pertemuan antara


segmen tidak terjadi beda elevasi.

h. Setelah stressing tendon no.2 100% kemudian stressing tendon no.3 dari sisi B
25%.

Gambar 3. 21 Dial stressing

RAHMAD HAKIKI
1511051017 15
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

i. Lalu stressing tendon no.4 50% dari sisi B, dan stressing tendon no.3 sampai
75% dari sisi B.

j. Stressing tendon no.3 sampai 100% dari sisi A, lalu tendon no.1 sampai 100%
dari sisi A, tendon no.4 sampai 100% dari sisi A, tendon no.3 sampai 100% dari
sisi A, tendon no.1 sampai 100% dari sisi B, dan tendon no.2 sampai 100% dari sisi
B.

k. Terakhir melakukan pengukuran chamber.

Gambar 3. 22 Pengukuran chamber

3.2.2.3 Pekerjaan Erection Girder


Setelah semua girder selesai di stressing maka girder-girder tersebut sudah
bisa di erection tiga hari setelah stressing, langkah pekerjaan erection girder
adalah:

a. Pengukuran lokasi dan marking oleh team surveyor, sesuai dengan elevasi
rencana.

b. Penyiapan alat Mobile Crane kapasitas 80 ton = 2 unit , Mobile Crane kapasitas
100 ton = 2 unit, dan Truk Boogie = 1 unit.

c. Crane kapasitas 80 ton 2 unit mengangkat gider dari stock yard ke atas truck
boogie, dengan titik angkat berada pada ujung penampang girder yang besar.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 16
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 23 Pengankatan girder dari stock yard

d. Girder diletakan ti truk boogie kemudian diberi perkuatan dengan sling baja.

Gambar 3. 24 Perkuatan dengan sling baja

e. Setelah girder berada di atas truk, maka girder di angkut kelokasi erection.

f. Setelah truck sampai di lokasi erection, maka langsung dipasang sling baja crane
kapasitas 100 ton yang stand by pada girder.

Gambar 3. 25 Pemasangan sling baja crane ke gider

g. Kemudian gider diangkut dan crane berjalan secara perlahan ke posisi


perletakan gider.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 17
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 26 Pengangkatan girder oleh crane

h. Girder yang diangkat diarahkan menuju tepat pada titik bearing pad dan jika
sudah pas, maka girder bisa diturunkan secara perlahan.

Gambar 3. 27 Pengarahan untuk peletakan gider

i. Setelah gider berada diatas bearing pad, segera dipasang bracing-bracing dengan
cara melakukan pengelasan besi tulangan D25.

Gambar 3. 28 Pemasangan bracing antar girder

j. Selanjutnya dipasang rantai untuk penguat girder.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 18
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 29 Pemasangan rantai penguat.

k. Jika rantai dan bracing sudah selesai dipasang maka barulah sling crane bisa
dilepas.

Gambar 3. 30 Rencana pemasangan bracing

3.2.2.4 Pekerjaan Diafragma


Diagragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan
antara PCI Girder yang nantikanya akan menyikat dan menstabilkan PCI Girder
secara horizontal. Adapun langkah-langkah pekerjaan Diafragma, yaitu:

a. Melakukan pengukuran lokasi dan marking oleh team surveyor sesuai dengan
elevasi rencana.

b. Membersihkan lokasi sekitar pembesian yang akan dipasang.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 19
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

c. Menyiapkan segala jenis alat pendukung pada saat pembesian diafragma.

d. Memulai pemasangan pembesian diafragma sesuai dengan gambar recana,


urutan dan posisi besi Tulangan Utama dan Tulangan Bagi.

e. Setelah pemesian selesai, maka barulah bisa dilakukan pemasangan bekisting


diafragma.

f. Setelah pemasangan bekisting selesai, dilakukan pengecekan elevasi bekisting


oleh team surveyor.

g. Melakukan pengecoran diafragma dengan bantuan alata concrete pump.

Gambar 3. 31 Pengecoran diafragma

3.3 Tinjauan Pengendalian Mutu Bahan


Dalam suatu proyek, setiap pekerjaan memiliki mutu tertentu yang harus
dicapai guna memenuhi syarat spesifikasi yang telah ditentukan pada kontrak,
untuk itulah pengendalian mutu sangatlah diperlukan guna mengurangi
penyimpangan terhadap mutu pekerjaan yang nantinya juga akan berpengaruh
kepada biaya.

Pada proyek strategis nasional pembangunan jalan tol Pandaan-Malang ini


memiliki pengendalian mutu bahan untuk pengecoran seperti:

3.3.1 Slump Test


Dalam hal pengecoran beton, kekentalan dan keplastisan beton sangatlah
perlu diperhatikan oleh karena itu slump test sangat diperlukan guna mengetahui
apakah beton segar yang akan dicor dapat digunakan atau tidak, tingkat kekakuan
suatu beton menunjukan seberapa besar air yang digunakan. Pengujian slump ini

RAHMAD HAKIKI
1511051017 20
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

mengacu pada SNI 1972:2008 (AASHTO T119-09 atau JISA 1101). Untuk itu
pengujian ini dapat mengetahui apakah kadar air yang digunakan pada beton segar
tersebut sudah pas, kurang atau berlebihan. Adapun langakah-langakah melakukan
pengujian slump ini yaitu:

3.3.1.1 Peralatan
a. Kerucut Abraham
b. Sendok semen
c. Plat alas
d. Tongkat besi

3.3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah beton Ready Mix.

3.3.1.3 Metode
a. Ketika truk mixer sampai di lokasi proyek, maka diambil tiga buah sampel unutk
pengujian.

b. Meletakan plat alas pada tanah yang datar dengan posisi lubang yang besar
berada di bawah.

c. Kemudian tuangkan beton segar kedalam kerucut Abraham sebanyak 1/3


kerucut lalu tumbuk dengan tongkat besi sebanyak 25 kali dan merata.

d. Lalu isi beton sampai 2/3 kerucut dan lanjutkan menumbuk sebanyak 25 kali,
dan untuk yang terakhir isilah sampai penuh (3/3) kerucut kemudian ratakan
permukaan dengan besi penumbuk, lalu lakukan penumbukan sebanyak 25 kali

RAHMAD HAKIKI
1511051017 21
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3. 32 Pengisian kerucut Abraham

e. Setelah penumbukan selesai maka angkat kerucut Abraham secara vertikal ke


atas.

f. Kemudian balikan kerucut Abraham dan letakan di samping sampel, lalu lalukan
pengukuran terhadap keruntuhan yang terjadi.

Gambar 3. 33 Pengukuran keruntuhan bahan uji

g. Jika nilai slump sudah tepenuhi maka beton sudah bisa langsung digunakan
untuk pengecoran, jika beton tidak memenuhi syarat maka truk mixer harus
dikembalikan ke pabrik.

3.3.2 Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah seberapa kuat beton menahan beban per satuan
luas. Kuat tekan beton sangatlah perlu diperhatikan karena jika ada kesalahan pada

RAHMAD HAKIKI
1511051017 22
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

pengujian ini maka bisa mengakibatkan mutu beton berkurang. Standar yang
digunakan untuk pengujian kuat tekan beton pada proyek ini adalah SNI 03-1974-
1990 (AASHTO 122-07), SNI 03-6813-2002 (ASTM C943-80).

3.3.2.1 Persiapan Benda Uji


Pengujian kuat tekan beton memiliki benda uji berbentuk silinder yang
biasanya dibuat setelah melakukan pengecoran dilapangan, beton segar tersebut
dimasukan ke dalam silinder yang telah disediakan oleh orang quality control.

a. Peralatan

1. Kerucut Abraham
2. Tongkat pemadat
3. Plat alas
4. Silinder 15x30 cm
5. Ruskam
6. Sendok semen
7. Gerobak

b. Bahan
1. Beton ready mix
2. Oli

c. Metode persiapan benda uji ini adalah :

1. Memasukan beton segar dari truk mixer kedalam gerobak, lalu masukan beton
segar tersebut kedalam cetakan silinder yang sebelumnya telah dilumuri dengan oli
bagian dalamnya.

2. Masukan beton segar sebanyak 3 lapis dengan tiap lapis ditumbuk sebanyak 25
kali tumbukan.

3. Setelah penuh maka ratakan benda uji dengan menggunakan ruskam.

4. Biarkan benda uji tersebut dilapangan selama ±24 jam, setelah beton mengeras
maka benda uji dibawa ke lab.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 23
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

3.3.2.2 Pengujian Kuat Tekan Beton


Pengujian ini dilakukan pada laboratorium proyek dengan langkah, dan
peralatan sebagai berikut:

a. Peralatan
1. Kompor
2. Alat kuat tekan beton
3. Cetakan caping

b. Bahan
1. Benda uji silinder
2. Belerang

c. Langkah pengujian benda uji ini adalah :

1. Benda uji yang telah di diamkan selama 24 jam diambil dan direndam selama
waktu yang ditentukan.

2. Setelah perendaman selesai maka selanjunya adalah pembuatan caping untuk


mendatarkan permukaan benda uji dengan cara mencairkan benda uji dengan
kompor lalu dituangkan keatas benda uji.

3. Selanjutnya adalah penimbangan berat benda uji yang telah ditambah dengan
caping.

Gambar 3. 34 Penimbangan benda uji setelah di caping

4. Kemudian memasukan benda uji ke alat kuat tekan dengan beban konstan dasar
2 – 4 kg/cm2 per detik.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 24
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

5. Lakukanlah pembacaan nilai pada dial kuat tekan beton pada saat mesin alat
berhenti dan beton mulai pecah.

Gambar 3. 35 Pengujian kuat tekan beton

6. Setelah didapatkan nilai pada dial, maka dilakukan perhitungan lalu dilihat
apakah kuat tekan sudah memenuhi syarat atau belum.

Gambar 3. 36 Hasil pengujian kuat tekan beton

RAHMAD HAKIKI
1511051017 25
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

3.4 Tinjauan Pengendalian Waktu

Pada proyek strategis nasional pembangunan jalan tol Pandaan-Malang ini


memiliki pekerjaan yang banyak, oleh karena itu banyak pekerjaan yang di sub kan
kepada sub-kontraktor.

RAHMAD HAKIKI
1511051017 26
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB IV
STUDI KASUS
PEMERIKSAAN TEGANGAN PADA GIRDER JEMBATAN STA 34+100
BENTANG 40,8 M DENGAN METODE KONSEP DASAR

a. Data Teknis Girder


1. Mutu Beton = K-600
2. Diameter Strand = 12,70 mm
3. Tinggi girder = 2,1m
4. Panjang , L = 40,8m

Gambar 4. 1 Dimensi girder

b. Data Perhitungan
f’c = 600 kg/cm2 = 8534,006 psi = 58,84 MPa
f’ci = 0,8xf’c = 6827,205 psi = 47,072 MPa
fci = 0,6xf’ci = 4096,323 psi = 28,243 MPa
fti = 3√𝑓′𝑐𝑖 = 247,881 psi = 1,709 MPa
fc = 0,45 x f’c = 3840.303 psi = 26,478 MPa
ft = 6√𝑓′𝑐 = 554,278 psi = 3,822 MPa

RAHMAD HAKIKI
1511051017 1
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Keterangan :
f’c = Mutu beton
fci = tegangan tekan izin maksimum di beton segera sesudah transfer
dan sebelum terjadi kehilangan.
fti = tegangan tarik izin maksimum di beton segera sesudah transfer
dan sebelum terjadi kehilangan.
fc = tegangan tekan izin maksimum di beton sesudah semua
kehilangan pada taraf beban kerja.
ft = tegangan tarik izin maksimum di beton sesudah semua
kehilangan pada taraf beban kerja.

c. Baja Prategang
Aps = 64 x 0,153 in2
= 9,792 in2
fpu = 270000 psi
= 1861,584 Mpa
fpy = 0,9 x fpu
= 1675,426 Mpa
fpi = 0,7 x fpu
= 1303,109 Mpa
fpe = 0,8 x fpi
= 1042,487 Mpa
Pi = Aps x fpi
= 8232,27 kN
Pe = Aps x fpe
= 6585,816 kN

𝑓𝑝𝑒
γ =
𝑓𝑝𝑖
= 0,8

RAHMAD HAKIKI
1511051017 2
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Keterangan :
fpi = Tegangan prategang awal yang dialami elemen beton
fpe = Tegangan prategang efektif yang dialami elemen beton sesudah
kehilangan
Pi = Prategang awal
Pe = Prategang efektif sesudah kehilangan

d. Properties penampang girder

Gambar 4. 2 Penampang girder

Tabel 4. 1 Propertis girder

Girder Precast
H = 2,1 m
L = 40,8 m
ct = 1,046 m
cb = 1,054 m
Ac = 0,704 m2
Ic = 0,378 m4
r2 = 0,537 m2
St = 0,361 m3
Sb = 0,358 m3
kt = 146 mm
kb = 754 mm
amax = 975 mm
amin = 200 mm

RAHMAD HAKIKI
1511051017 3
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

e. Pembebanan
Berat Sendiri WD, = Ac x Berat Jenis Beton
= 0,704 m2 x 2500 kg/m3
= 1758,75 kg/m
= 17,257 kN/m
Beban Mati lain
Plat lantai = tebal plat x lebar x b.jenis
= 0,32 m x 2 m x 2,4 t/m3
= 1,536 t/m’
Beban Aspal = tebal aspal x lebar x b.jenis
= 0,07 m x 2 m x 2,2 t/m3
= 0,308 t/m’
Beban Super Dead, WSD = beban plat lantai + beban aspal
= 1,536 + 0,308
= 1,844 t/m’
Beban Hidup, WL = 1,58 ton/m

f. Perhitungan Momen
1 1 𝑘𝑁
𝑀𝐷 = 𝑥𝑊𝐷 𝑥𝑙 2 = 𝑥17,247 𝑥40,8 𝑚2 = 3588,756 𝑘𝑁. 𝑚
8 8 𝑚
1 1 𝑡𝑜𝑛
𝑀𝐿 = 8 𝑥𝑊𝐿 𝑥𝑙 2 = 8 𝑥1,58 𝑥40,8 𝑚2 = 2924,852 𝑘𝑁. 𝑚
𝑚

1 1 𝑡𝑜𝑛
𝑀𝑆𝐷 = 𝑥𝑊𝑆𝐷 𝑥𝑙 2 = 𝑥1,844 𝑥40,8 𝑚2 = 3413,561 𝑘𝑁. 𝑚
8 8 𝑚
𝑀𝑇 = 𝑀𝐷 + 𝑀𝐿 + 𝑀𝑆𝐷 = 9927,168 𝑘𝑁. 𝑚

g. Perhitungan Tegangan
eb = kb + amin = 754 mm + 200 mm = 954 mm
et = amax – kt = 975 mm – 146 mm = 829 mm
dengan demikian gunakan eksentrisitas yang lebih kecil
ec = et = 829 mm
𝐾𝑡 +𝐾𝑏 146 𝑚𝑚+754 𝑚𝑚
ee = 2
= 2
= 450 𝑚𝑚

RAHMAD HAKIKI
1511051017 4
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

Tegangan pada transfer


1. Penampang Tengah Bentang
−𝑃𝑖 𝑒 .𝑐 𝑀𝐷+𝑀
ft = 𝑥 (1− 𝑐 2 𝑡 )− 𝑆𝐷
𝐴𝑐 𝑟 𝑆𝑡
−8232,27𝑘𝑁 0,829𝑚 𝑥 1,046 𝑚 7002,317𝑘𝑁.𝑚
= 𝑥 (1 − )−
0,704𝑚2 0,537𝑚2 0,361𝑚3

= -12194 kN/m2
= -12,194 MPa < fci = -26,478 Mpa(OK)
−𝑃𝑖 𝑒𝑐 .𝑐𝑏 𝑀𝐷+𝑀
fb = 𝑥 (1+ )+ 𝑆𝐷
𝐴𝑐 𝑟 2 𝑆𝑏
−8232,27𝑘𝑁 0,829𝑚 𝑥 1,054 𝑚 7002,317𝑘𝑁.𝑚
= 𝑥 (1 + )+
0,704𝑚2 0,537𝑚2 0,358𝑚3

= -11206 kN/m2
= -11,206 MPa < fci = -26,478 Mpa(OK)
2. Penampang pada tumpuan
−𝑃𝑖 𝑒 .𝑐
ft = 𝐴𝑐
𝑥 (1− 𝑒 2 𝑡 )
𝑟
−8232,27𝑘𝑁 0,450𝑚 𝑥 1,046 𝑚
= 𝑥 (1 − )
0,704𝑚2 0,537𝑚2

= -1441 kN/m2
= -1,441 MPa < fci = -26,478 Mpa(OK)
−𝑃𝑖 𝑒 .𝑐
fb = 𝐴𝑐
𝑥 (1+ 𝑒 2 𝑏 )
𝑟
−8232,27𝑘𝑁 0,450𝑚 𝑥 1,054 𝑚
= 𝑥 (1 + )
0,704𝑚2 0,537𝑚2

= -22041 kN/m2
= -22,041 MPa < fci = -26,478 Mpa(OK)

Tegangan pada beban kerja


1. Penampang Tengah Bentang
−𝑃𝑒 𝑒 .𝑐 𝑀
ft = 𝐴𝑐
𝑥 (1− 𝑐 2 𝑡 )− 𝑆𝑡𝑇
𝑟
−6585,816𝑘𝑁 0,829𝑚 𝑥 1,046 𝑚 9924,85𝑘𝑁.𝑚
= 𝑥 (1 − )−
0,704𝑚2 0,537𝑚2 0,361𝑚3

RAHMAD HAKIKI
1511051017 5
PS- D4 PJJ
JURUSAN TEKNIK SIPIL Laporan Praktek Kerja Lapangan

= -21735,295 kN/m2
= -21,735 MPa < fc = -26,478 Mpa(OK)
−𝑃𝑒 𝑒 .𝑐 𝑀
fb = 𝑥 (1+ 𝑐 2 𝑏 )+ 𝑇
𝐴𝑐 𝑟 𝑆𝑏
−6585,816𝑘𝑁 0,829𝑚 𝑥 1,054 𝑚 9924,85𝑘𝑁.𝑚
= 𝑥 (1 + )+
0,704𝑚2 0,537𝑚2 0,358𝑚3

= 3106,929 kN/m2
= 3,107 MPa < ft = 7,643 Mpa (OK)

2. Penampang pada tumpuan


−𝑃𝑒 𝑒 .𝑐
ft = 𝑥 (1− 𝑒 2 𝑡 )
𝐴𝑐 𝑟
−6585,816𝑘𝑁 0,450𝑚 𝑥 1,046 𝑚
= 𝑥 (1 − )
0,704𝑚2 0,537𝑚2

= -1153 kN/m2
= -1,153 MPa < fc = -26,478 Mpa(OK)
−𝑃𝑒 𝑒 .𝑐
fb = 𝐴𝑐
𝑥 (1+ 𝑒 2 𝑏 )
𝑟
−6585,816𝑘𝑁 0,450𝑚 𝑥 1,054 𝑚
= 𝑥 (1 + )
0,704𝑚2 0,537𝑚2

= -17633 kN/m2
= -17,633 MPa < fc = -26,478 Mpa(OK)

RAHMAD HAKIKI
1511051017 6

Anda mungkin juga menyukai