Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN

“PENCEMARAN di PANTAI KUTA”

Dosen Pembimbing:

Natal Buntu Payuk,SE,M.kes,MM

Disusun Oleh:

Anggun Fortuna Dewi P21335118009

(Absen no 4)

KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah hukum lingkungan dengan sub bahasan mengenai
“Pencemaran di pantai kuta ” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari
masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada bapak Natal Buntu Payuk, SE, M.kes,MM yang telah memberikan tugas ini. Saya
sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat, serta memberikan
ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam dalam bidang hukum lingkungan

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga yakin
bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari
pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya

Jakarta, Mei 2019

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................................... - 1 -
PENDAHULUAN ............................................................................................................... - 1 -
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... - 1 -
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ - 3 -
1.3. Tujuan ................................................................................................................... - 3 -
BAB II .................................................................................................................................. - 4 -
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... - 4 -
2.2. Dasar Hukum Pembangunan Parawisata ............................................................. - 4 -
2.3. Lingkungan Hidup .................................................................................................. - 5 -
2.4. Dampak Pembangunan Pariwisata .................................................................... - 8 -
2.5. Pencemaran Lingkungan ..................................................................................... - 9 -
BAB III............................................................................................................................... - 18 -
Pembahasan ....................................................................................................................... - 18 -
3.1. Kondisi Pencemaran di Pantai Kuta ................................................................... - 18 -
3.2. Penyebab Pencemaran di Pantai Kuta ................................................................ - 20 -
3.3. Penanggulangan Kebersihan di Pantai Kuta .................................................. - 21 -
3.4. Peraturan-Peraturan yang Dibuat oleh Pemerintah dalam Rangka Mengatasi
Pencemaran di Pantai Kuta ......................................................................................... - 23 -
BAB IV .............................................................................................................................. - 27 -
4.1. Simpulan ............................................................................................................. - 27 -
4.2. Saran.................................................................................................................... - 28 -
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ - 29 -

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik
buruknya lingkungan dan sangat peka dengan kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran
oleh limbah domestik yang berbau dan tampak kotor, sampah yang bertumpuk dan kerusakan
pemandangan yang disebabkan oleh ulah dari manusia itu sendiri.

pariwisata memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Namun,


masa depan Bali mulai dipertanyakan apabila kondisi lingkungan hidup semakin rusak.
Menurut Picard (2006:276), pencemaran lingkungan menjadi ancaman besar bagi masa
depan Bali. Gangguan kebersihan dapat menyebabkan dampak terhadap perkembangan
pariwisata akibat kesan negatif wisatawan terhadap pemandangan Bali yang dikotori oleh
sampah.

Bagi Pulau Bali yang dikenal sebagai destinasi wisata dunia, fenomena pencemaran
lingkungan hidup merupakan sebuah ironi. Sebagai kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi Bali yang menjadi lokasi hotel, restoran, dan beragam fasilitas perdagangan dan bisnis
yang berkelas dunia, seharusnya kawasan tersebut menampilkan kualitas daerah yang sesuai
dengan citra daerah tujuan wisata internasional. Namun, fakta-fakta yang
menunjukkan peningkatan pencemaran lingkungan hidup di kawasan yang telah berkembang
menjadi segitiga emas pertumbuhan ekonomi Bali tersebut sangat memprihatinkan. Apalagi,
masyarakat Bali sebagai pendukung budaya setempat dikenal luas memiliki konsep nilai yang
mengedepankan keharmonisan dengan alam, sangat menghargai keindahan, dan nilai-nilai
spiritual seharusnya memberikan kontribusi yang besar pada pembentukan citra kawasan
yang baik.

Naradha (2004:224), menuliskan penyebab pencemaran lingkungan hidup di Bali, yaitu


perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan. Hal itu didapatkan dalam survei
terhadap 406 pemilik telepon di Bali yang dilakukan oleh Bali Post, yang menyatakan
sebanyak 322 responden (80%) menyebutkan kerusakan tersebut akibat pemerintah kurang
tegas menegakkan aturan yang ada.

Pantai dan segala daya tariknya, menjadi motor penggerak bagi wisata alam, khususnya
yang berbasis pada potensi wisata pantai, (Fandeli, 1997). Pemanfaatan pantai sebagai tempat

-1-
pembangunan pariwisata tentu berakibat pada makin beratnya beban yang harus didukung oleh
lingkungan. Sebagai akibatnya kualitas lingkungan pantai menjadi menurun seperti semakin
sempitnya garis pantai, tidak tertatanya lingkungan akibat banyaknya komponen buatan yang
tumbuh disekitarnya. Semakin sedikitnya sumber daya yang dapat dimanfaatkan seperti biota
dan terumbu karang, hal ini diakibatkan oleh munculnya berbagai limbah pada ekosistem
pantai.

Berdasarkan survey International Network for Partnership and Sustainable


Development (INSPD) pada tahun 2007, disebutkan bahwa perilaku masyarakat di Kawasan
Bali Selatan yang membuang sampah secara sembarangan dinyatakan sebagai penyebab
terbanyak (37%) terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Selain itu, sebab lainnya adalah
masyarakat yang tidak mempunyai septik tank (25 %) dan masyarakat yang tidak peduli
terhadap lingkungan (18%). Ketiga pernyataan tersebut memiliki kesamaan karena
menunjukkan perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan, sehingga merupakan satu
kesatuan (80%).

Laut sama dengan ekosistem lainnya memiliki daya homeostatis yaitu kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan dan merupakan ekosisitem perairan yang memiliki daya
dukung (carrying capacity) untuk memurnikan diri (self purification) dari segala gangguan
yang masuk ke dalam badan-badan perairan tersebut. Pada kenyataanya, perairan pesisir
merupakan penampungan (storage system) akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia (Dahuri, 2001). Laut menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari
daerah pertanian, limbah rumah tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan
minyak lepas pantai dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke laut (Darmono, 2001). Jika
beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan
turun. Lingkungan perairan tidak sesuai lagi dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan
tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobilogi. Hal ini di samping sangat
berpengaruh terhadap komunitas yang ada di dalamnya, juga sangat berpengaruh terhadap
masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai.
Berdasarkan hasil penelitian Bapedal Kabupaten Badung bekerjasama dengan PPLH Unud
(2004), kondisi perairan Pantai Kuta bila dilihat dari segi peruntukannya kondisinya sudah
kurang baik. Sebagai air untuk pariwisata dan rekreasi, ada beberapa parameter fisik, kimia
dan mikrobiologi telah melampaui ambang batas yang ditetapkan baik di musim hujan, maupun
musim kemarau. Perairan Pantai Kuta juga sering mendapat kiriman sampah setiap musim

-2-
barat. Perlu diupayakan pencegahannya seminimal mungkin sehingga perairan pantai menjadi
aman untuk mandi, renang, dan menyelam.
Tanpa lingkungan yang baik tidak mungkin pariwisata berkembang. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam
industri pariwisata lingkungan itulah sebenarnya di jual. Seperti halnya dengan industri lain,
pariwisata menjadi tidak laku jika mutunya tidak lagi memadai. Oleh karena itu dalam
pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk melestarikan kemampuan
lingkungan guna mendukung pembangunan berkelanjutan bukanlah merupakan hal yang
abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek
(Soemarwoto, 2001).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi pencemaran di Pantai Kuta?
2. Apa penyebab pencemaran di Pantai Kuta?
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran di Pantai Kuta?
4. Peraturan-peraturan apa saja yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka
menanggulangi pencemaran di Pantai Kuta?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pencemaran di Pantai Kuta.
2. Untuk mengetahui apa penyebab pencemaran di Pantai Kuta.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi
pencemaran di Pantai Kuta.
4. Untuk mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang dibuat oleh pemerintah dalam
rangka menanggulangi pencemaran di Pantai Kuta.

-3-
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pembangunan Pariwisata

Pembangunan berarti selalu perubahan, membangun adalah merobah sesuatu untuk


mencapai taraf yang lebih baik. Apabila dalam proses pembangunan itu terjadi dampak yang
kurang baik terhadap lingkungan, maka haruslah dilakukan upaya untuk meniadakan atau
mengurangi dampak negatif tersebut, sehingga keadaan lingkungan menjadi serasi dan
seimbang lagi (Koesnadi Hardjasoemantri, 1999: 90).

2.2. Dasar Hukum Pembangunan Parawisata

Pengembangan pariwisata harus mengacu dan memperhatikan ketentuan Pasal 12, Pasal
13 dan Pasal 14 Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai berikut:

 Pasal 12
1. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)
2. Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan
sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dengan memperhatikan: a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; b.
keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan c. keselamatan, mutu hidup, dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup nasional dan
pulau/kepulauan;
b. Gubernur untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup lingkungan hidup
provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau
c. Bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kabupaten/kota
dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.

-4-
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan
pemerintah.
 Pasal 13
1. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam
rangka pelestarian fungsi lingkun gan hidup.
2. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan
3. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-
masing.

 Pasal 14: Instrumen pencegahan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup terdiri
atas: KLHS; tata ruang; baku mutu lingkungan hidup; kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup; amdal; UKL-UPL; perizinan; instrumen ekonomi lingkungan hidup; peraturan
perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; anggaran berbasis lingkungan hidup;
analisis risiko lingkungan hidup; audit lingkungan hidup; dan instrumen lain sesuai dengan
kebutuhan dan/ atau perkembangan ilmu pengetahuan.

2.3. Lingkungan Hidup

Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta


(Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan
adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang terlingkung disuatu daerah
sekitarnya. Menurut ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk
orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai anggota
masyarakat dalam kehidupan dan kebudayaannya.

Dalam Ensiklopedia Indonesia(1983) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar
suatu organisme meliputi :

-5-
1. Lingkungan mati (abiotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas benda
atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfir
dan lainnya.
2. Lingkungan hidup (biotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas
organisme hidup seperti tumbuhan, hewan dan manusia.

Menurut Undang – Undang RI No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok


Pengelolaan lingkungan hidup dan Undang-Undang RI No 23 tahun 1997 tentang Pengolahan
Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lainnya.

Pada penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan sistem
yang meliputi lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Oleh
sebab itu keberadaan lingkungan hidup harus turut dipertimbangkan dalam setiap pengelolaan
suatu kegiatan manusia termasuk pengelolaan sampah pemukiman, karena lingkungan hidup
manusia adalah sistem dimana berada perwujudan atau tempat dimana terdapat kepentingan
manusia di dalamnya (Soerjadi;1988). Lingkungan Hidup menurut Perda Provinsi Bali Nomor
4 Tahun 2005 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.

Pengelolaan lingkungan hidup menurut Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005
adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, penagwasan dan
pengendalian lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal 1 ayat (2)
UU No. 23 Tahun 1997). Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 3 UU Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 23 Tahun 1997, bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggerakan dengan
asas tanggung jawab, asas keberlanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan

-6-
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang
beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang maha Esa.

Dan yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan hidup ini adalah (Pasal 4 UUPLH
No. 23 Tahun 1997) :

1. Tercapainya keselarasan dan keseimbangan antara manuisa dengan lingkungan hidupnya.


2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Terkendalinya pemanfaatan sumer daya secara bijaksana.
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau
kegiatan diluar wilayah Negara yang menyeabkan pencemaran dan/atau perusak
lingkungan hidup. (dalam Neolaka,2008;113)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah merancang
tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup yaitu : (tahun 2004-2009)

1. Mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup dengan :


a. Penurunan beban pencemaran lingkungan meliputi air, udara, atmosfir, laut dan tanah.
b. Penurunan laju kerusakan lingkungan hidup yang meliputi sumber daya air, hutan dan
lahan, keanekaragaman hayati, energi dan atmosfir, serta ekosistem pesisir laut.
c. Terintegrasinya dan diterapkannya pertimbangan pelestarian fungsi lingkungan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pengawasan pemanfaatan ruang dan
lingkungan.
2. Meningkatnya kepatuhan para pelaku pembangunan untuk menjaga kualitas fungsi
lingkungan hidup.
3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dibidang pengelolaan lingkungan hidup.
Dengan terwujudnya pengarusutamaan prinsip tata pemerintahan dalam pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup dipusat dan daerah ( Zoer`aini,2009;25)

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup atau untuk mendapatkan
mutu lingkungan yang baik, dilakukan upaya memperbesar manfaat lingkungan dan
memperkecil resiko lingkungan, agar pengaruh yang merugikan dapat dijauhkan sehingga
kawasan lingkungan hidup dapat terpelihara.

-7-
Sujatmoko (1983) mengatakan bahwa Indonesia menghadapi 2 macam masalah
mengenai lingkungan hidup, yaitu pertama kemelaratan dan kepadatan penduduk. Masalah
yang kedua adalah pengrusakan dan pengotoran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
proses pembangunan. Pembangunan erat kaitanya dengan lingkungan hidup, dimana
pembangunan itu membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Menurut
Hardjasumantri (2002) bahwa pembangunan dapar berjalan, tanpa menganggu lingkungan
hidup. Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tidak dapat dilakukan sendiri oleh
pemerintah, dibutuhkan swadaya masyarakat banyak untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2.4.Dampak Pembangunan Pariwisata

Usaha pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang tidak dapat dihindari sebagai
akibat datangnya wisatawan ke suatu wilayah tertentu yang mempunyai kondisi berbeda dari
tempat asal wisata tersebut.

Menurut John M. Bryden (1973) menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan


pariwisata dan objek wisata dapat memberikan setidaknya adanya enam butir dampak positif,
yaitu:

 Penyumbangan devisa Negara


 Menyebarkan pembangunan
 Menciptakan lapangan kerja
 Memacu pertumbuhan ekonomi melalui multiplier effect
 Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas
 Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan keterampilan penduduk

Abdurrachmat dan E. Maryani menjelaskan dampak-dampak negatif yang timbul dari


pariwisata yaitu:

 Semakin ketatnya persaingan harga antar sector


 Harga lahan yang semakin tinggi
 Mendorong timbulnya inflasi
 Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari Negara terhadap pariwisata
 Meningkatnya kecenderungan impor
 Menciptakan biaya-biaya yang banyak

-8-
 Perubahan system nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam
masyarakat, misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan santun, dan lain-lain.
 Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang
 Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalism, rusaknya habitat
flora dan fauna tertentu, polusi air, udara, tanah, dsb
2.5. Pencemaran Lingkungan

Dalam Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009


dijelaskan polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan
pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

Sifat polutan antara lain:

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak
lagi, dan
2. Merusak dalam jangka waktu lama seperti Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah.
Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, dapat terakumulasi dalam tubuh sampai
tingkat yang merusak.

Beberapa macam pencemaran yaitu:

1. Pencemaran tanah

Fakor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah antara lain


pembuangan bahan sintesis yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastic,
kaleng, kaca, sehingga menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke tanah. Ketika suatu zat
berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu
air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.

-9-
2. Pencemaran air

Bahan polutan yang dapat menyebabkan polusi air antara lain limbah pabrik, detergen,
pestisida, minyak, dan bahan organis yang berupa sisa-sisa organism yang mengalami
pembusukan.

3. Pencemaran udara

Pencemaran udara dapat bersumber dari manusia atau dapat berasal dari alam.
Pencemaran oleh alam misalnya letusan gunung berapi yang mengeluarkan debu, gas CO, SO2,
dan H2S. partikel-partikel zat padat yang mencemari udara di antara nya berupa debu, jelaga,
dan partikel logam. Partikel logam yang paling banyak menyebabkan pencemaran adalah Pb
yang berasal dari pembakaran bensin yang mengandung TEL (tetraethyl timbel).

4. Pencemaran suara

Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru
mesin pabrik, atau tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.

2.5.1 Limbah

Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia
baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak memiliki nilai ekonomis
sehingga cenderung untuk dibuang. Limbah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti
dan tidak berharga limbah bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh
kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika
dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit atau merugikan. Limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik
(rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau
bersifat merugikan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki beberapa pengertian yakni :
(1) limbah adalah sisa proses produksi, (2) limbah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian, (3) limbah
adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi. Menurut UU No. 32/2009 tentang

- 10 -
Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan atau
kegiatan.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah. Karakteristik limbah yaitu: berukuran mikro, dinamis, berdampak luas
(penyebarannya), dan berdampak jangka panjang (antar generasi). Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kualitas limbah yaitu : volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan
frekuensi pembuangan limbah.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian,


yaitu:

1. Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari
berbagai kegiatan manusia sehari-hari;
2. Limbah padat, adalah benda-benda yang keberadaannya melebihi jumlah normal dan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya (merugikan);
3. Limbah gas dan partikel, adalah gas dan partikel yang jumlah atau keberadaannya bersifat
merugikan; dan
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi menjadi


empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah suara. Artikel ini
akan menjelaskan secara rinci masing-masing jenis limbah ini.

1) Limbah cair

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah yaitu sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil
buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa
air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.

- 11 -
Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:

 Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu: air
sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
 Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri.
Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri
pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
 Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke
dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam
saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat
melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya
yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan
industri, serta pertanian atau perkebunan.
 Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam
sistem prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menimbulkan dampak
yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat menjadi sumber penyakit bagi masyarakat.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang
berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas,
teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak
demikian bagi industri kecil atau sedang. Selain itu, limbah cair domestik biasanya tidak terlalu
diperhatikan dengan baik padahal kalau dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama

- 12 -
dapat menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, limbah air
deterjen sisa cucian apabila dibiarkan dalam jangka panjang akan menjadi sumber pencemaran
lingkungan dan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Mengingat penting dan besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair bagi lingkungan, sehingga penting bagi sektor
industri maupun domestik untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian


lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Teknologi
pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan. Pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pengolahan
secara biologi, pengolahan secara fisika, dan pengolahan secara kimia.

2) Limbah padat

Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang
berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu: kertas, plastik, serbuk besi,
serbuk kayu, kain, dll.

Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi enam kelompok sebagai berikut:

 Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-
bahan organik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa
makanan, sisa dapur, sampah sayuran, kulit buah-buahan.
 Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik
atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit
membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.
 Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran.
Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah membusuk.
 Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai
binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
 Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi
berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas dan plastik.
 Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal daribuangan
industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.

- 13 -
Penanganan limbah padat bisa dibedakan dari kegunaan atau fungsi limbah padat itu
sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi serta mempunyai
nilai ekonomis seperti plastik, tekstil, potongan logam, namun ada juga yang tidak bisa
dimanfaatkan lagi. Limbah padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang,
dibakar, atau ditimbun begitu saja.

Beberapa industri tertentu limbah padat yang dihasilkan terkadang menimbulkan


masalah baru yang berhubungan dengan tempat atau areal luas yang dibutuhkan untuk
menampung limbah tersebut.

3) Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Secara alami
udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dll. Penambahan gas ke
udara yang melampaui kandungan udara alami akan menurunkan kualitas udara. Limbah gas
yang dihasilkan berlebihan dapat mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan
masyarakat. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan
gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti
uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat
dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.

Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung partikel-partikel bahan


padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan ringan sehingga tersuspensi dengan gas-
gas tersebut. Bahan padatan dan cairan tersebut disebut sebagai materi partikulat. Seperti
limbah gas yang dihasilkan oleh suatu pabrik dapat mengeluarkan gas yang berupa asap,
partikel serta debu. Apabila ini tidak ditangkap dengan menggunakan alat, maka dengan
dibantu oleh angin akan memberikan jangkauan pencemaran yang lebih luas. Jenis dan
karakteristik setiap jenis limbah akan tergantung dari sumber limbah.

No. Jenis Keterangan


1. Karbon monoksida (CO) Gas tidak berwarna, tidak berbau
2. Karbon dioksida (CO2) Gas tidak berwarna, tidak berbau
3. Nitrogen oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau
4. Sulfur oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau tajam

- 14 -
5. Asam klorida (HCl) Berupa uap
6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna, berbau
7. Metan (CH4) Gas berbau
8. Hidrogen fluorida (HF) Gas tidak berwarna
9. Nitrogen sulfida (NS) Gas berbau
10. Klorin (Cl2) Gas berbau
Tabel 2.3.1 Sepuluh macam limbah gas yang umum ada di udara

4. Limbah suara

Yaitu limbah yang berupa gelombang bunyi yang merambat di udara. Limbah suara
dapat dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin-mesin pabrik, peralatan elektronikdan sumber-
sumber yang lainnya.

Menurut A. K. Haghi, 2011 menyatakan bahwa berdasarkan Sumber yang


menghasilkan limbah dapat dibedakan menjadi lima yaitu:

1. Limbah rumah tangga, biasa disebut juga limbah domestik.


2. Limbah industry merupakan limbah yang berasal dari industri pabrik.
3. Limbah pertanian merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian,
contohnya sisa daun-daunan, ranting, jerami, kayu dan lain-lain.
4. Limbah konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan lagi dan
yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau perubahan. Jenis material limbah
konstruksi yang dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi antara lain proyek
pembangunan maupun proyek pembongkaran (contruction and domolition). Yang
termasuk limbah construction antara lain pembangunan perubahan bentuk (remodeling),
perbaikan (baik itu rumah atau bangunan komersial). Sedangkan limba demolition antara
lain Limbah yang berasal dari perobohan atau penghancuran bangunan.
5. Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik
pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun
pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit. Bahan atau peralatan
terkena atau menjadi radioaktif dapat disebabkan karena pengoperasian instalasi nuklir
atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion.

- 15 -
Limbah digolongkan menjadi dua berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak
terdegradasinya antara lain:

1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah
terurai), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti
daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.
2. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami
(nondegradable waste = tidak mudah terurai), misanya besi, plastik, kaca, kaleng, dan
lain-lain. Pemanfaatan limbah dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu dalam proses daur
ulang menjadi produk tertentu yang bermanfaat dan tanpa daur ulang. Sampah yang dapat
dimanfaatkan langsung tanpa daur ulang contohnya adalah pemanfaatan ban-ban bekas
yang dijadikan perabot (meja, kuri, dan pot), serbuk gergaji sebagai media penanaman
jamur, botol dan kaleng yang dapat digunakan untuk pot.

Jenis limbah ada 5 berdasarkan sifatnya yaitu:

1. Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat
membuat logam berkarat
2. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.
3. Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan
kebakaran.
4. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.
5. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan yang menghasilkan
gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.
Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:

1. Limbah padat: sisa sparepart, tong bekas, kain bekas, besi, dll
2. Limbah cair: bahan kimia, hasil pelarut, air bekas produksi, oli bekas, dll
3. Limbah gas: gas buangan kendaraan bermotor, gas buangan boiler, gas hasil
pembakaran dll

- 16 -
Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan rumah tangga (domestik) antara lain:

1. Limbah padat: sisa makanan, tinja manusia dll


2. Limbah cair: urine manusia, air bekas cucian, air bekas mandi dll
3. Limbah gas: asap dapur, asap hasil pembakaran sampah, dll

Semakin banyak limbah yang dihasilkan akan dapat menyebabkan dampak terhadap
lingkungan. Limbah yang dihasilkan bisa berdampak positif dan negatif terhadap lingkungan.
Perlu dilakukan pengolahan limbah untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
Beberapa factor yang mempengaruhi kualitas limbah antara lain volume limbah, kandungan
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah.

- 17 -
BAB III

Pembahasan

3.1. Kondisi Pencemaran di Pantai Kuta


Pencemaran air laut di kawasan pantai Kuta semakin mengkhawatirkan. Sejumlah

kandungan zat kimia seperti nitrat dan phospat ternyata telah melampaui nilai ambang batas

maksimum baku mutu air laut. Padahal, bila masuk ke tubuh manusia zat-zat itu bisa berbahaya

karena dalam jangka panjang atau terakumulasi bisa memicu penyakit.

Hasil penelitian dan pengukuran yang dilakukan Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (Bapeldal) Badung pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kadar tiga unsur yakni

nitrat (no3-N), posphat (P), dan phenol sudah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.

Menurut Kepala Bapeldalda Badung, Dr I Gede Putra Suteja, pihaknya melakukan

pemeriksaan pada November 2007 lalu dengan mengambil sampel dari air laut Kuta, serta

tukad yang bermuara di sepanjang Pantai Kuta, yakni Tukad Mati dan Tukad Tebah.

Hasilnya, dari 19 parameter pengujian, ada tiga unsur kimia yang melebihi batas

maksimum. Kadar zat nitrat kini sudah mencapai 1,06075 miligram/perliter (mg/l) dari batas

maksimal yang diperbolehkan adalah 0,008 mg/l. Berikutnya unsur phospat yang seharusnya

di bawah 0,015 mg/l, namun kini sudah mencapai angka 3,170 mg/l. Sementara, phenol,yang

seharusnya hanya 0,002 mg/l malah mencapai angka 0,9687. Suteja menjelaskan, unsur nitrat

adalah senyawa yang berasal sampah-sampah organik dan biasanya selalu ditemukan di air

bawah tanah maupun air permukaan.

Jika tubuh manusia mengalami kelebihan nitrat maka bisa mengakibatkan

methemoglobinemia simptomatik. Untuk phospat, Suteja menjelaskan bahwa unsur ini

kebanyakan berasal dari berbagai bahan yang berhubungan dengan aktivitas pertanian.

- 18 -
Pantai Kuta dan sekitarnya selalu penuh dengan sampah setiap akhir tahun sejak tahun

2012 hingga saat ini. Sampah-sampah itu pada umumnya adalah sampah kiriman akibat

fenomena angin musim barat yang bertiup dari wilayah barat ke timur. Selama angin musim

barat berembus, Pantai Kuta dan sekitarnya akan selalu menjadi tempat menumpuknya sampah

kiriman dari laut dan muara sungai-sungai terdekat. Mengingat lokasinya berada di teluk,

Pantai Kuta dan sekitarnya menjadi titik berkumpulnya sampah kiriman dari berbagai daerah

di Pulau Bali.

Sampah yang ada di daratan, khususnya yang berada disekitar DAS Selat Bali akan

tetap berada di posisinya ataupun terperangkap dalam daerah-daerah tergenang di sekitar aliran

sungai. Sampah tersebut akan menjadi sampah di perairan Selat Bali pada saat terjadinya

hujan besar. Pada saat musim hujan (musim barat), pola arus di Selat Bali bergerak dari barat

menuju timur dengan membawa massa air dan sampah yang menyertainya. Sebagian sampah

akan didamparkan di bibir pantai di sepanjang Selat Bali dan sebagian lainnya bergerak

mengikuti arus. Pergerakan arus menuju timur akan berputar saat sampai ke cekungan Pantai

Kuta hingga Tanjung Benoa. Kondisi ini berdampak pada massa air dan sampah yang terbawa

berbalik dan berkumpul di sekitar pantai terutama di sekitar Pantai Kuta. Hasil pemodelan

pada periode musim barat 2011, hampir tidak didapatkan sampah yang berasal dari Pulau Jawa.

Namun demikian dengan melihat karakteristik pantai dan pola perubahan musim, sampah

kiriman di sebagian besar pantai di Selat Bali berlangsung secara estafet. Sampah pantai yang

tidak dibersihkan akan terhanyut kembali dan menjadi sumber sampah bagi pantai di daerah

lain.

- 19 -
Beberapa kondisi pencemaran sampah kiriman di Pantai Kuta dan sekitarnya sebagai

berikut:

1. Fenomena alam kiriman sampah ke Pantai Kuta mulai bulan Desember 2014 dan terus

berlangsung hingga bulan April 2015;

2. Total sampah sampai akhir Januari 2014 sebanyak ± 1700 ton, dengan rata-rata

timbulan sampah ± 30 ton/hari;

3. Pantai yang terkena dampak sampah kiriman sepanjang ± 16 km berada di 13 pantai

yaitu Pantai Canggu, Seseh, Pererenan, Batu Belig, Petitenget, Seminyak, Legian, Kuta,

Jerman, Kelan, Kedonganan, Jimbaran dan Dreamland;

4. Sampah didominasi batang kayu dan bambu yang berukuran besar dan panjang serta

sampah plastik rumah tangga.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran air laut di Pantai Kuta Tahun 2006,

tingkat pencemaran masing-masing lokasi pengambilan sampel tergolong tercemar sedang,

yang berkisar antara 6,46 s/d 6,77 seperti tampak pada Tabel berikut:

Tabel 3.2.1 Indeks pencemaran air laut di Pantai Kuta Tahun 2006

3.2. Penyebab Pencemaran di Pantai Kuta


Menurut PPLH Unud dan Bapedal Kab. Badung (2004), parameter pencemar yang telah

melebihi ambang batas baku mutu di perairan laut Pantai Kuta pada musim hujan terus

meningkat dari tahun 2001 hingga 2004. Berikut adalah jenis limbah dan sumber limbah yang

mencemari Pantai Kuta:

- 20 -
1. Limbah Cair

Bahan kimia terbanyak yang digunakan oleh hotel dan restoran, pemukiman serta

industri yaitu sabun, diterjen dan sampo. Perdagangan dan jasa paling banyak menggunakan

bahan kimia berupa cat, plitur dan tiner, nelayan paling dominan menjawab tidak menggunakan

bahan kimia.

2. Limbah padat

Komposisi sampah hotel dan restoran sebagai berikut. Sampah organik 50% non

organik 41,41% dan limbah lainnya (B3) 8,59%. Sampah pemukiman organik 50%, non

organik 41,28% dan lainnya 8,72%, perdagangan dan jasa limbah non organik 96% dan limbah

lainnya 4%. Sampah industri sebagai berikut organik 2,13%, non organik 95,74% dan lainnya

2,13%, nelayan organik 22,22% dan non organik 77,78%.

3. Limbah Gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Contoh limbah

gas yang mencemari kawasan Pantai Kuta adalah asap rokok dan asap kendaraan.

4. Limbah Suara

Berupa gelombang bunyi yang merambat di udara. Contoh limbah suara di Pantai Kuta

adalah mesin kendaraan dan music yang menggunakan speaker saat ada event-event tertentu.

3.3. Penanggulangan Kebersihan di Pantai Kuta

Sampah kiriman ke Pantai Kuta dan sekitarnya merupakan fenomena alam yang pasti

datang setiap tahunnya, untuk itu diperlukan penanganan yang proaktif. Hal ini harus

dipikirkan tidak hanya oleh pemerintah kabupaten, tetapi juga oleh propinsi dan pusat. Semua

pihak harus turut berpartisipasi termasuk pihak swasta yakni pengelola akomodasi pariwisata

di Kuta. Langkah preventif atau pencegahan juga perlu dilakukan, misalnya dengan tidak

- 21 -
membuang sampah ke sungai dan menjaga kebersihan sungai di masing-masing kabupaten.

Hal ini semakin menegaskan bahwa persoalan lingkungan tidak hanya dibatasi oleh batas-batas

administrasi.

Upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Badung diantaranya:

 Pengambilan sampah dilakukan setiap harinya dengan menggunakan 4 wheel loader

dan truk sampah dengan melibatkan sekitar 1000 personil yang terdiri dari pemda,

masyarakat dan kalangan perhotelan;

 Usaha pembersihan oleh pihak DKP Badung biasanya dilakukan pada waktu sore

sekitar jam 4.

 Sejak tahun 2013, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung telah

menyiapkan standar operasional dalam mengatasi sampah, yakni membentuk Unit

Reaksi Cepat yang bekerja sama dengan desa adat Kuta.

Berikut adalah usaha pengelolaan sampah yang dilakukan oleh para stakeholder:

Sumber Limbah Pengelolaan Limbah

STP

Bak sampah
Hotel dan Restoran
Ruangan: sampah basah berAC, Sampah

kering

Bak sampah
Pemukiman
Septic tank

Perdagangan dan STP

Jasa Septic tank

- 22 -
Bak sampah

Septic tank
Industri
Bak sampah

Septic tank
Nelayan
Bak sampah

Tabel 3.31 Usaha pengelolaan sampah yang dilakukan oleh para stakeholder

Sesuai dengan hasil observasi yang kami lakukan, kami dapat melihat bahwa

lingkungan pantai kuta di lengkapi dengan fasilitas – fasilitas kebersihan seperti tempat sampah

yang tersebar di area pantai. Hal ini di lakukan untuk mengantisipasi sampah yang ditimbulkan

oleh para wisatawan khususnya wisatawan lokal yang dimana masih dari mereka kurang

mengerti hygiene dan sanitasi. Pada umumnya sampah yang dihasilkan oleh para pengunjung

berupa sampah non-organik, seperti plastik makanan. Sedangkan untuk limbah biologis dari

para wisatawan, pemerintah sudah menyediakan toilet – toilet di pantai kuta yang bejarak 100

meter dari satu toilet ke toilet lainnya.

3.4. Peraturan-Peraturan yang Dibuat oleh Pemerintah dalam Rangka Mengatasi


Pencemaran di Pantai Kuta
Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat pemerintah daerah dalam upaya menanggulangi

pencemaran lingkungan, antara lain sebagai berikut:

1. Perda Prov. Bali No. 6 Th 2009 tentang RPJPD Prov. Bali Th 2005-2025

Dalam RPJPD, pemerintah daerah Bali tidak menempatkan isu lingkungan dalam arah

pembangunan daerahnya. Namun, dalam perda ini terdapat kajian mengenai sarana dan

prasarana untuk mendukung pembangunan bidang pariwisata dan tantangannya sebagai

berikut:

- 23 -
a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah

Penanganan air limbah dilakukan secara komunal dan sistem perpipaan. Sistem

Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 20.210 unit dengan jumlah Instalasi Pengelolaan Limbah

Terpadu (IPLT) sebanyak 7 unit tersebar di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota.

Pengelolaan air limbah dengan sistem perpipaan melalui Denpasar Sewerage

Development Project (DSDP) dengan wilayah pelayanan meliputi Denpasar, Sanur dan Kuta

serta penanganan air limbah secara regional lainnya adalah IPAL Regional Ubud.

b. Tantangan

 Tantangan penanganan air limbah 20 tahun kedepan adalah sistem penanganan secara

terpusat pada kawasan tertentu dengan jumlah penduduk padat serta kegiatan ekonomi

tinggi melalui sistem perpipaan. Tantangan lainnya adalah kesadaran masyarakat

terhadap penanganan limbah masih rendah.

 Tantangan pengelolaan persampahan 20 tahun kedepan di Provinsi Bali adalah

meningkatnya volume sampah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Penanganan sampah dengan TPA yang representatif yang tidak berdampak terhadap

pencemaran lingkungan, dilakukan secara parsial dan harus terlaksananya 3R (reduce,

reuse, recycle) dengan baik dan masih sedikit masyarakat yang melakukan

pengelolaan sampah mandiri.

 Tantangan pengelolaan sumberdaya alam 20 tahun kedepan adalah pemanfaatan yang

belum berbasis pada pembangunan berkelanjutan yang mampu memberikan manfaat

bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Bali. Tantangan dalam hal pencemaran

media lingkungan adalah meningkatnya akumulasi cemaran pada media air, tanah,

dan udara karena masih rendahnya kesadaran dan peran masyarakat, lemahnya

- 24 -
pengawasan serta penegakan hukum lingkungan terhadap pelaku pencemaran

lingkungan.

2. Perda No.4 Th 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH

Bab I Pasal 2, disebutkan bahwa pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

berasaskan pelestarian fungsi lingkungan hidup dengan menjunjung tinggi peranserta

masyarakat dan nilai-nilai Tri Hita Karana, dan bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi

pencemaran, kerusakan, serta memulihkan kualitas lingkungan hidup.

Bab III tentang Wewenang dan Tanggungjawab pada Pasal 8, disebutkan bahwa

Gubernur berwenang melakukan koordinasi dalam pengendalian pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup terhadap Bupati/Walikota terkait. Pada Bab VII tentang

Pengawasan disebutkan bahwa tugas pengawasan juga menjadi amanah Gubernur mencakup

pemantauan penataan persyaratan perizinan dan pemeriksaan contoh limbah dan spesimen

secara berkala dan insidental baik di lapangan maupun di laboratorium. Biaya-biaya

pemeriksaan laboratorium terhadap contoh limbah dibebankan kepada :

 Penanggungjawab Usaha sebagai kewajiban untuk pemeriksanaan secara berkala sesuai

dokumen lingkungan hidup;

 Anggaran pendapatan dan belanja Daerah atau sumber-sumber dana lain yang sah untuk

pemeriksanaan yang dilakukan oleh Instansi

Bab IV tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Pasal 12,

disebutkan bahwa Setiap Penanggungjawab Usaha dilarang membuang limbah ke media

lingkungan hidup tanpa izin dari Gubernur, dan izin sebagaimana dimaksud harus memuat

persyaratan untuk melakukan upaya pengendalian pencematan dan perusakan lingkungan

hidup. Selanjutnya pada pasal 13 disebutkan bahwa Setiap Penanggung jawab Usaha yang

- 25 -
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan peraturan

perundnag – undangan yang berlaku. Pasal 14 kemudian menjelaskan bahwa setiap

Penanggung jawab Usaha yang kegiatannya mengandung potensi limbah yang mencemari dan

merusak lingkungan harus menyediakan dana lingkungan, dan besaran dana lingkungan diatur

dengan Peraturan Gubernur setelah mendapat Rekomendasi DPRD.

Bab V pasal 15 menentukan bahwa Setiap Penanggungjawab Usaha yang menimbulkan

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sebagai akibat pembuangan limbah wajib

(a). memiliki sistem tanggap darurat; (b). memberikan informasi tentang sistem tanggap darurat

kepada pemberi izin dan masyarakat luas; dan (c). melakukan upaya penanggulangan.

Bab VI pasal 17 menyebutkan bahwa Penangungjwab jawab Usaha wajib menanggung

biaya penanggulangan dana/atau pemulihan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Bab X tentang Ketentuan Pidana disebutkan bahwa setiap orang yang melanggar

ketentuan pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal, 15, pasal 17, dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud adalah pelanggaran.

- 26 -
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
1) Untuk limbah cair, bahan kimia terbanyak yang digunakan oleh hotel dan restoran,

pemukiman serta industri yaitu sabun, diterjen dan sampo. Perdagangan dan jasa paling

banyak menggunakan bahan kimia berupa cat, plitur dan tiner, nelayan paling dominan

menjawab tidak menggunakan bahan kimia.

2) Untuk limbah padat, komposisi sampah yang tertinggi baik yang dihasilkan oleh hotel

dan restoran maupun pemukiman di areal Kuta 50% merupakan sampah organik.

Sedangkan untuk usaha perdagangan dan jasa limbah non organiknya mencapai 96% .

3) Limbah gas yang mencemari kawasan Pantai Kuta adalah asap rokok dan asap

kendaraan.

4) Limbah suara di Pantai Kuta adalah mesin kendaraan dan musik yang menggunakan

speaker saat ada event-event tertentu.

5) Pengelolaan dalam masalah pencemaran di Pantai Kuta adalah pengambilan sampah

dilakukan setiap harinya dengan menggunakan 4 wheel loader dan truk sampah dengan

melibatkan sekitar 1000 personil yang terdiri dari pemda, masyarakat dan kalangan

perhotelan; dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung telah

menyiapkan standar operasional dalam mengatasi sampah, yakni membentuk Unit

Reaksi Cepat yang bekerja sama dengan desa adat Kuta.

6) Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rengka mengatasi pencemaran

Pantai Kuta antra lain : Perda Prov. Bali No. 6 Th 2009 tentang RPJPD Prov. Bali Th

2005-2025 dan Perda No.4 Th 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan Hidup dan Perda No.4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup.

- 27 -
4.2. Saran

1) Pemerintah sebagai pengawas dan pengendali pembangunan harus bersikap bijak dan

tanggap terhadap permasalahan tersebut. Sehingga hak-hak masyarakat atas lingkungan

hidup yang baik dan sehat dapat terwujud. Dengan adanya alat yang bijak tersebut yakni

Perda no. 4 Tahun 2005, maka pemerintah harusnya bisa menindak dengan tegas pihak-

pihak yang melakukan pelanggaran tersebut.

2) Pemerintah harus selalu tegas mengawasi tingkat pencemaran mulai dari hulu sampai

hilir. Pihak hotel dan restoran juga terbuka, baik untuk diberi sosialisasi penanganan

limbah maupun dikenai sanksi, jika terbukti mencemari lingkungan.

3) Pemda dan masyarakat di Kelurahan Kuta sebaiknya melakukan upaya pengelolaan

limbah secara terpadu, melakukan koordinasi antar daerah, peningkatan pengawasan dan

pemantauan secara rutin, penataan pembangunan sesuai RDTR, tindakan tegas berupa

sanksi dan denda bagi pelanggar yang merusak lingkungan sehingga parairan laut dapat

digunakan sesuai peruntukannya dan berkelanjutan.

4) Perlu upaya peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi/penyuluhan,

pendidikan dasar, kursus, seminar dan pelatihan keterampilan. Karena seperti

pencemaran yang terjadi akibat sampah kiriman yang terjadi di Pantai Kuta, haruslah

semua pihak bertanggung jawab dalam mengelola sampah dan limbahnya karena

dampaknya juga dirasakan oleh daerah lainnya.

- 28 -
DAFTAR PUSTAKA

www.nasional.tempo.co .
www.binus.ac.id
Elyazar, Nita, M.S. Mahendra, dan I Nyoman Wardi. 2007. Dampak Aktivitas Masyarakat
Terhadap Tingkat Pencemaran Air Laut Di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta Upaya
Pelestarian Lingkungan, volume 2 no 1.
Gede Dharma Putra, Ketut. 2010. Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan yang Berasal
dari Sampah
Hayati, Cucu. 2012. Kajian Kebijakan Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan
Hidup Terhadap Permasalahan Pencemaran Akibat Kegiatan Pariwisata Di Provinsi Bali.
.
H. Prawiro, Ruslan.1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang: Satya Wacana.

Mulyanto, HR. 2007. ILMU LINGKUNGAN. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Munir, Rozy, dkk. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ryadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Usana Offset Printing.
Setiawan, Budi. 2014. Pengelompokkan Limbah Berdasarkan Bentuk atau wujudnya.ber 2015.
www.antaranews.com
www.core.ac.uk
www.jurnal.pasca.uns.ac.id

- 29 -

Anda mungkin juga menyukai