PEB Lapsus
PEB Lapsus
PREEKLAMSIA
Pembimbing :
Disusun Oleh :
KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini, terutama kepada
ini. Tidak lupa pula, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Andoko,
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 persen
sampai 0,7 persen, sedang di negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil,
yaitu 0,05 persen sampai 0,1 persen. Di Indonesia preeklampsia berat dan
kematian maternal.
ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi
menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda,
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. SR
Umur : 40 tahun
No RM : 030221
Agama : Islam
Rappocini Makassar
Pendidikan : SMA
Bangsa : Indonesia
2.2. Anamnesis
Ibu masuk rumah sakit dengan keluhan sakit kepala sejak tadi malam. Nyeri
ulu hati, mual, muntah 2 kali. Penglihatan kabur (-). Nyeri perut tembus ke
4
Toxo : disangkal
Asma : disangkal
Kejang : disangkal
Alergi : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
Riwayat Sosial :
Pola makan dan minum baik, pola istirahat baik, pasien tidak konsumsi kopi
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari
HPHT : 05-11-2017
HPL : 12-08-2018
5
Riwayat Perkawinan :
Riwayat ANC :
Hamil ini
Riwayat KB : Disangkal
Vital sign :
Nadi : 96 x/ mnt
Suhu : 36.6oC
RR : 20x/menit
Status Umum
6
Kepala : Oedem kelopak mata - / -
Konjunctiva anemis - / -
Sclera icterus - / -
Dypsneu -
Thorax :Bentuk normal, gerak simetris, tak tampak sesak, retraksi dinding
mammae +/+
Abdomen :Inspeksi : rounded ,cicatrix (+), bekas operasi (+), striae (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) ulu hati, Hepar lien tidak teraba
Extermitas : Akral hangat, kering, merah; anemis -, ikterus -, edema tungkai +/+
His : (-)
7
Ketuban : sulit dinilai
USG
corpus lateralis kiri grade II, AFI 5.28, EFW 3004 gram, biometri janin sesuai
2.6. Diagnosis
2.7. Planning
- MRS
8
- O2 6-8 liter/ menit NRM
- MgSO4 10g IM (MgSO4 40%) pelan masing masing pada bokong kanan
- Nifedipine 3 x 10 mg tab PO
- CITO SSTP
Planing Monitoring
- TTV
- TFU
- Bekas operasi
- Lokia
- ASI
9
- Perdarahan
Follow Up
A: POH 0
P:
Drips MgSO4 40% 6 gram dalam RL 500 cc 28
tpm (lanjut sampai 24 jam post partum)
Drips oxytocin 20 IU dalam 500 cc RL 28 tpm
Inj cefoperazone 1gr/12jam/iv
Inj ketorolac 30 mg/ 8jam/ iv
Inj asam traneksamat 1amp/8jam/iv
Inj ranitidin 50mg/8jam/iv
Nifedipine 3 x 10mg tab
Cek Hb post operasi tunggu hasil
Pemeriksaan luar:
Mammae : tak/tak
10
ASI : +/+
TFU 2 jari di bawah pusat
Luka operasi : verban kering
Lokia : kruenta
Peristaltik : +
Flatus : +
Bab : belum
Bak : per kateter 35 cc/ jam (650 cc)
Hb post op : 8,5 gr/dL
A:
POH 1
P2 A0 post SSTP a.i PEB
P:
MgSO4 40% 6 gram dalam RL 500 cc 28 tpm
dilanjut dengan
IVFD RL : D5 2:1 28 tpm
Inj cefoperazone 1gr/12jam/iv
Inj ketorolac 30 mg/ 8jam/ iv
Inj asam traneksamat 1amp/8jam/iv
Inj ranitidin 50mg/8jam/iv
Nifedipine 3 x 10mg tab
Makan minum sedikit-sedikit
Mobilisasi bertahap
Konseling KB AKDR
Pemeriksaan luar:
Mammae : tak/tak
ASI : +/+
TFU 2 jari di bawah pusat
Luka operasi : kering
Lokia : kruenta
Peristaltik : +
Flatus : +
Bab : sudah
Bak : per kateter 40cc/jam
11
A:
POH 2
P2 A0 post SSTP a.i PEB
P:
Cefadroxil 2 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
SF 1 x 200 mg tab
Nifedipine 3 x 10mg tab
Diet biasa
Mobilisasi aktif
Konseling KB AKDR
Aff kateter
Pemeriksaan luar:
Mammae : tak/tak
ASI : +/+
TFU 2 jari di bawah pusat
Luka operasi : kering
Lokia : kruenta
Peristaltik : +
Flatus : +
Bab : sudah
Bak : lancar
A:
POH 3
P2 A0 post SSTP a.i PEB
P:
Cefadroxil 2 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
SF 1 x 200 mg tab
Nifedipine 3 x 10mg tab
KIE
Boleh pulang
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Pada negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 persen
sampai 0,7 persen, sedang di negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil,
yaitu 0,05 persen sampai 0,1 persen. Di Indonesia preeklampsia berat dan
kematian maternal.
ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi
dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab
pertama kali didiagnosa saat hamil yang menetap setelah 42 hari pasca
persalinan.
13
2. Preeklamsia: onset peningkatan tekanan darah dan proteinuria setelah usia
A. Preeklamsia
– Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah usia kehamilan 20 minggu
diukur dua kali pengukuran pada jarak paling sedikit 6 jam dan tidak lebih
dari 7 hari.
– Proteinuria lebih dari 300 mg dalam urin 24 jam atau 1+ (30 mg/dL) pada
B. Preeklamsia berat
– Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 110 mmHg
sewaktu tirah baring yang diukur dua kali pengukuran pada jarak paling
EKLAMPSIA)
2.3. ETIOLOGI
14
sebagai “penyakit teori”. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan
intrauterin.
jalan yang paling mungkin adalah membesarkan diameter arteri. Pada wanita
hamil, pembesaran diameter arteri spiralis meningkat 4-6 kali lebih besar
peningkatan aliran darah 10.000 kali dibandingkan aliran darah wanita tidak
Hasil akhir dari perubahan fisiologis yang normal adalah arteri spiralis
yang tadinya tebal dan muskularis menjadi lebih lebar berupa kantung yang
elastis, bertahanan rendah dan aliran cepat, dan bebas dari kontrol
untuk pemasokan oksigen dan nutrisi bagi janin. Pada preeklampsia terjadi
15
defisiensi plasentasi. Terjadi kegagalan pada invasi trofoblas, sehingga
terjadi pada sebagian arteri spiralis segmen desidua, sementara arteri spiralis
segmen miometrium masih diselubungi oleh sel-sel otot polos. Selain itu
tengah arteri spiralis 40% lebih kecil dibandingkan pada kehamilan normal,
hal ini menyebabkan tahanan terhadap aliran darah bertambah dan pada
kelahiran hidup pada negara maju. Pada negara berkembang insidens bervariasi
antara 6-10 kasus per 10.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu bervariasi
plasenta.
Sekitar kurang lebih 75% eklampsi terjadi antepartum dan 25% terjadi
16
banyak dijumpai pada primigravida daripada multigravida terutama
1. Nullipara
2. Kehamilan ganda
3. Obesitas
7. Adanya trombofilia
2.5. Patofisiologi
plasenta dan sindrom maternal. Tahap pertama terjadi selama 20 minggu pertama
kehamilan dan tidak menimbulkan gejala. Pada fase ini terjadi perkembangan
darah. Tetapi pada preeklamsia, invasi trofoblas tidak sempurna. Hal ini
terjadi gangguan respon imun. Selain itu, arteri spiralis mungkin saja mengandung
Pada tahap kedua, terjadi manifestasi dari penyakit. Iskemik plasenta yang terjadi
dari respon inflamasi pada ibu menyebabkan kerusakan sel endotelium yang
17
banyak sehingga menyebabkan vasokonstriksi, peningkatan permeabilitas
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada
hamil normal, 60% edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80%
edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria. Edema terjadi
karena hipoalbuminemia atau sel endotel kapiler. Edema yang patologik adalah
edema yang nondependen pada muka dan tangan, atau edema generalisata, dan
gromerular dan tubulus. Ini dapat dideteksi dengan adanya protein dalam urin
yaitu proteinuria >300mg per volume pada pengambilan dalam 24 jam. Ureum
dan kreatinin juga mungkin meningkat yaitu lebih dari 6 mmol/ liter dan 100
mikromoles/ liter.4
bergantung terutama pada curah jantung, volume plasma, resistensi perifer, dan
Tekanan darah yang tinggi pada preeklamsia bersifat labil dan mengikuti irama
sirkadian normal. Tekanan darah menjadi normal beberapa hari pasca persalinan,
18
kecuali beberapa kasus preeklamsia berat kembalinya tekanan darah normal
kejang eklamtik pada preeklamsia walaupun hal ini jarang terjadi. Terakhir,
edema serebral yang berakibat pada status mental dari konfus sampai koma.6
Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila
terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar
dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di bawah
2.6. Diagnosis
19
3. Gangguan fungsi organ ringan: Proteinuria (>= 300 mg/24 jam atau
4. Jika tidak ada proteinuria, HT dapat diikuti salah satu dari 6 gejala
Trombositopenia (<100.000/mm3)
Edema paru
oligohidramnion, IUGR
2.7. Penatalaksanaan
a) Tirah baring
d) Memeriksa kadar proteinuria rutin setiap hari dengan tes carik celup
20
Adapun tatalaksanapada preeklampsia berat mencakup pengelolaan
terdiri atas :
b) Tirah baring
-Edema paru
-Edema anasarka
g) Kardiotonika
21
jantung dan dilakukan perawatan bersama bagian penyakit jantung
h) Diet
tujuan mengakhiri kehamilan atas indikasi medis yang terdiri atas insikasi
kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending eklampsia
22
kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus kehamilan diakhiri.
2.8. Komplikasi
Penyulit ibu
kapsul hepar
operasi
terkendalikan
Penyulit janin
23
2.9. Pencegahan
yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, (b)
suplemen pada resiko tinggi terjadinya preeklamsia. Selain itu dapat pula
diberikan zinc 200 mg/ hari, magnesium 365 mg/ hari. Obat antitrombotik
24
rata-rata di bawah 100 mg/ hari, atau dipiridamole. Dapat juga diberikan
2.10. Prognosis
buruk pada ibu dan janin. Pada ibu, dapat terjadi perdarahan otak,
25