Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KIEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ASMA

Disusun Oleh : Liza Ika Wulandari ( 1032161002 )

A. PENGERTIAN
Asma adalah penyakit jalan napas obtruktif intermitten, revelsible dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap simulasi tertentu. Asma adalah suatu
gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodic (kontraksi
spasme pada saluran napas). (Iman Somantri, 2008).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami menyempitan karena
hiperaktifitas terhadap perangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahun. (Saheb, 2011).

B. ETIOLOGI
Penyebab Asma yaitu :
1. Faktor Predisposisi : Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma
bronkhial.
2. Faktor Presipitasi :
a. Alergan.
b. Perubahan cuaca.
c. Stress.
d. Lingkungan kerja.
e. Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala Asma :
1. Dypnea parah dengan ekspirasi panjang (sesak napas).
2. Whezzing.
3. Batuk produktif.
4. Penggunaan obat bantu napas.
5. Sianosis, takikardi, gelisah dan pulsus parodokus.
6. Hiperkapnia.
7. Anoreksia.
8. Diaphoresis.

D. PATOFISIOLOGI
Infeksi merusak dinding bronkhial, sehingga akan menyebabkan struktur penunjang
dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan mengobstruksi
bronkus. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat, infeksi
meluas kejaringan peribronchial. Pada kondisi ini timbul saccular bronchicctasis.
Setiap kali diatasi, sputum kental akan berkumpul dan akan menjadi abses paru,
eksudat keluar secara bebas melalui bronkus. Bronchiccatis biasanya terlokalikasi dan
mempengaruhi lobus atau segmen paru. Lobus bawah merupakan area yang paling
sering terkena.

Retensi dari secret dan timbulnya obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan
obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk
sebagai reksi peradangan akan menghentikan fungsi dari jaringan paru.

Biasanya pada kondisi ini berkembang kearah insufisiensi pernapasan yang ditandai
dengan penurunan kapsitas vital, penurunan vitalasi dan peningkatan ratio residual
volume terhadap kapsitas total paru. Kemudian terjadilah kerusakan pertukaran gas
dimana gas inspirasi saling bercampur dan terjadi hipoksemia.

Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi dan lain-
lain, dapat menimbulkan antigen dan antibodi kemudian dikeluarkanlah subtansi
vasoaktif atau sel mast (histamin, bradikin, anafilaktin, prostaglandin), setelah itu
terjadilah kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan permeabilitas kapiler
(edema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian obtsruksi
saluran nafas yang menyebabkan batuk, dyspnea mengi.
E. PATHWAY

Faktor Pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding dada Spasme otot polos Sekresi mucus kenntal


bronkiolus didalam lumen
bronkiolus

Ekspirasi Menekan sisi Diameter Bronkiolus Bersihan jalan


luar bronkiolus mengecil nafas tidak efektif

Ketidakefektifan Intoleransi aktifitas


Dispneu
pola nafas

Gangguan Perfusi paru tidak


pertukuran gas cukup mendapat
ventilasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Sputum.
2. Pemeriksaan Darah.
3. Foto Rontgen.
4. Pemeriksaan Faal Paru.
5. Elektrokardiografi.

G. KOMPLIKASI
1. Pneumothoraks.
2. Pneumomediastinum.
3. Emfisemasubkutis.
4. Ateleltaksis.
5. Aspergilosis.
6. Gagalnafas.
7. Bronchitis.

H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Non Farmalogik :
a. Penyuluhan.
b. Menghindari faktor pencetus.
c. Fisioterapi.
2. Pengobatan Farmakologik :
a. Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel.
b. Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin.
c. Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis
800 empat kali semprot tiap hari.
d. Koromolin.
e. Ketotifen.
f. Iprutropioum bromide (Atroven).
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus :
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam.
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul.
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Airway
Tidak terdapat adanya sumbatan (secret atau darah), kesulitan bernapas, batuk-
batuk, kesuliatan bersuara, terdengar whezzing.
2. Breathing
Adanya sumbatan pada jalan napas, irama napas tidak teratur, napas cuping
hidung, napas cepat dan pendek.
3. Circulation
Nadi teraba lemah, terjadi penurunan tekanan darah sistolik pada waktu
inspirasi, adanya kekurangan oksigen.
4. Disability
Mengetahui kesadaran umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi.
5. Exposure
Adanya perubahan kulit atau rambut, tidak adanya hematoma.

J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan atau Respirasi.
Sesak, batuk produktif, tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot
aksesoris penapasan, peningkatan PCO2, dan penurunan O2, sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar whezzing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musical.
2. Sistem Kardiovaskuler
Diaprosis, tachicardia, dan kelelahan.
3. Sistem Persyarafan atau Neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran.
4. Sistem Perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang, akibat sesak
napas.
5. Sistem Pencernaan atau Gastriostestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan
minum, mukosa mulut kering.
6. Sistem Intregument
Berkeringat akibat usaha pernapasan terhadap pernapasan.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan napas b.d gangguan sulpai oksigen (bronkospasme),
penumpukan sekret, sekret kental.
2. Pola napas tidak efektif b.d gangguan suplai oksigen (bronkospasme).
3. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen (bronkuspasme).

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan napas b.d gangguan sulpai oksigen
(bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas
b. Kaji dan pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi atau
ekspirasi.
c. Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernapasan,
penggunaan obat bantu.
d. Tempatkan posisi yang nyaman.

2. Pola napas tidak efektif b.d gangguan suplai oksigen (bronkospasme).


Intervensi :
a. Ajurkan klien bernapas dalam.
b. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi, berikan posisi semi
fowler.
c. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan.
3. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen (bronkuspasme).
Intervensi :
a. Kaji dan awasi kulit dan membrane mukosa
b. Palpasi fremitus.
c. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

M. DAFTAR PUTASA
1. NANDA NIC-NOC 2016
2. Balck J.M & Hawaks J.H (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8-Buku
3. Jakarta: Salemba Medika.
3. GINA. 2011. At A Glance Asthma Management Reference. Diakses dari
http://www.ginasthma.org/at-a-glance-asthma-management-reference pada
tanggal 20 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai