Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata kuliah Peminatan Geriatri

DISUSUN OLEH:
1. SITI FAIDATUN M A 11501191
2. SOLIHATUN A 11501196
3. SWASTI ZAMACHSARI A 11501207
4. TITI MA’RIFAH A 11501203
5. WIWIT PURWANTI A 11501216
6. YOVIN BETA FADHYLA A 11501218

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
GOMBONG
2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Khusus ..................................................................................... 1
1.4 Tujuan Umum ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3
2.1 Definisi Demensia ............................................................................... 3
2.2 Etiologi ............................................................................................... 3
2.3 Manifestasi Klinis .............................................................................. 4
2.4 Patofisiology ....................................................................................... 5
2.5 Penatalaksanaan .................................................................................. 6
2.6 Pegkajian Demensia ............................................................................ 7
2.7 Diagnosa Keperawatan....................................................................... 12
2.8 Intervensi Keeperawatan ................................................................... 13
BB III TINJAUAN JURNAL ........................................................................ 44
3.1 Pencegahan Demensia......................................................................... 44
3.2 Penanganan Demensia ........................................................................ 44
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 47
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 47
4.2 Saran ................................................................................................... 47
DAFTAR ISI ................................................................................................... 48

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan Makalah Ini Sebatas Pengetahuan Dan Kemampuan Yang
Dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Makalah Asuhan
Keperawatan Lansia Dengan Dimensia“.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Kami menyadari tugas kuliah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya
tugas kelompok ini.Harapan penulis tugas kelompok ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Gombong, 12 Oktober 2018

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Di antara orang Amerika
yang berusia 65 tahun, kira-kira 5% menderita demensia berat, dan 15%
menderita demensia ringan. Di antara orang Amerika yang berusia 80 tahun,
kira-kira 20% menderita demensia berat.
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60% menderita demensia tipe
Alzheimer, yang merupakan tipe demensia yang paling sering. Kira-kira 5%
dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe
Alzheimer, dibanding dengan 15 – 25% dari semua orang yang berusia 85
tahun atau lebih.
Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia vaskuler, yang
berjumlah kira-kira 15 – 30% dari semua kasus demensia. Demensia vaskuler
paling sering ditemukan pada orang yang berusia antara 60 – 70 tahun dan
lebih sering pada laki-laki dibanding wanita.
Masing-masing 1 – 5% kasus adalah demensia yang berhubungan dengan
trauma kepala, berhubungan dengan alkohol, dan berbagai demensia yang
berhubungan dengan pergerakan (misalnya penyakit Huntington dan penyakit
parkinson).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan klien lansia dengan demensia?
1.3 TUJUAN UMUM
1) Untuk lebih memahami apa itu demensia serta bagaimana pengobatannya
2) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan geriatri
1.4 TUJUAN KHUSUS
1) Untuk mengetahui definisi Demensia
2) Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari Demensia
3) Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Demensia
4) Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Demensia
5) Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Demensia

1
6) Untuk mengetahui pengkajian pada lansia
7) Diagnosa keperawatan
8) Intervensi keperawatan

2
BABII
TINJAUN TEORI

2.1 DEFINISI DEMENSIA


Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara
lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan
bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi
vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran
abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan
hilangnya independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Menurut Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
1. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolism
2. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
3. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya

3
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari
Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia
enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak
memperlihatkan gejalayang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana
Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat
nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri
sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama,
mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan
dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang
tua mereka. Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi
pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif.
Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain
dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja
Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di
sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana
demensia bukanlah menjadi hal utama focus pemeriksaan.
tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik
perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia.
Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap
empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan

4
sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang
dapatterjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi,
halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial,
ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur
dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa”menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun,tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah
2.4 PATOFISIOLOGI
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang
dijumpai pada penyakit demensia Alzheimer. Serabut neuron yang kusut
(masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak senile atau neuritis (deposit
pritein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein precusor amiloid
(APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri
dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan serupa juga dijumpai
pada tonjolan kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang terkena
penyakit ini adalah menggunakan neurotransmitter asetilkolin. Secara
biokomia, produksi asetilkolion yang mempengaruhi aktivitas menurun
asetelkolin terutama terlibat dalam proses ingatan.

5
Kerusakan serebri terjadi bila pasokan darah keotak terganggu. Infark,
kematian jaringan otak, terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Infark
serebri kecil-kecil multiple-infark. Pada penyakit Alzeimer terjadi penurunan
yang progresif, sebaliknya progresi demensia multi-infark tidak beraturan.
Setiap infark yang kecil diikuti penyembuhan dan masa stabil sampai terjadi
infark kemudian. Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit
kardiovaskuler atau serebrovaskuler.
Pusing, sakit kepala dan penurunan kekuatan fisik dan mental adalah
tanda-tanda awal penyakit. Pada lebih dari setengah kasus, penyakit ini
muncul sebagai kebingungan yang mendadak. Kemudian diikuuti kehilangan
ingatan yang mendadak. Kemudian diikuti kehilangan ingatan bertahap.
Pasien bisa mengalami halusinasi dan menunjukkan tanda-tanda delirium, bisa
terjadi gangguan bicara.
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah
ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-
psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi
obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius.

6
Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga
bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu
bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang
senang berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara
rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
akan memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
2.6 PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan secara umum pada penyakit demensia
antara lain:
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti
acara program televisi.

7
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal
yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode
emboli (merupakan factor predisposisi).
c. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan
persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan
orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah
penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh
dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu
untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun
tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama
mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan
berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ),
menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan
diare.
e. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi)
perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan,
mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak
makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan
tampak semakin kurus (tahap lanjut).
f. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar

8
mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan
kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:
tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.
g. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan,
pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam
kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu,
penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan
sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu
). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau
hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi )
serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam
menemukan kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki
arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan
kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan
keterampilan motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi
factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh,
luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya;
pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku
yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.

9
Struktur Otak:
1. Kehilangan berat otak karena penuaan menyebabkan pengurangan jumlah
dari neuron dengan kehilangan area yang besar dari cortex dan cerebellum.
2. Atrofi dari tegangan dengan perluasan sulci dan gyri paling banyak di
daerah frontal.
3. Dilatasi dari ventrikel karena proses menua.
4. Peningkatan akumulasi intrasel dari pigmen lipofuscin menyebabkan
intisel mengasumsikan posisi yang abnormal.
5. Perkembangan dari senile plaques atau lesi yang anatomik terkait dengan
penuaan.
Fungsi Metabolik dan Fisiologik
1. Menurunnya konsumsi oksigen menyebabkan penurunan energi
intraseluler, penggunaan glukosa, aliran darah.
2. Perubahan metabolik dari kompleks sinaptik menyebabkan efek
neurotransmiter berhubungan dengan fungsi otak dengan tidur, kontrol
temperatur, mood mengakibatkan gangguan tidur, intoleransi terhadap
dingin dan depresi.
3. Penurunan kadar norepinephrine, peningkatan kadar serotonin dan
monoamin oksidase menyebabkan perubahan dalam fungsi
neurotransmiter dan depresi, penurunan kadar dopamin menyebabkan
penyakit parkinson’s.
4. Perubahan umum dalam sirkulasi otak menyebabkan kekacauan mental
(association retrieval, recall, memory dan kemampuan kognitif), dalam
pergerakan (kekuatan motorik, kelincahan dan ketangkasan), pada
interpretasi sensory (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan
perasa), kemampuan dalam koping dengan kejadian multipel (depresi,
afek, komunikasi).
5. Penurunan jumlah neuron menyebabkan penurunan dalam kekuatan
transmisi dari otak ke anggota badan dan mengakibatkan perubahan
ambang bekerja dari organ dan sistem.
6. Peningkatan recovery time dari susunan saraf otonom menyebabkan
pemanjangan waktu untuk kembali ke fungsi organ awal setelah stimulasi

10
mengakibatkan kecemasan dan ketegangan akibat stimulasi yang
berlebihan.
7. Penurunan dendrites pada saraf, sinap, lesi pada akson menyebabkan
penurunan pada hantaran saraf tepi dan memperlambat waktu reaksi.
8. Perubahan ekstra piramidal menyebabkan perubahan affect, mengurangi
pergerakan dan berkedip.
Perubahan Electroencephalographic (EEG)
Pada pembacaan menampakkan satu siklus yang lebih rendah daripada tahap
lain yang matang.
Fungsi dan Struktur Sensori
1. Penurunan ukuran pupil dan perubahan respon cahaya yang minimal
menyebabkan kesulitan melihat dalam gelap, pada malam hari atau
adaptasi yang lambat untuk melihat dalam gelap.
2. Penurunan dalam sensitivitas dari cones di retina terhadap warna
menyebabkan kesulitan dalam membedakan warna (merah dan hijau
menjadi hitam).
Perubahan Pola Tidur
1. Tetap pada tahap I dan II untuk jangka waktu yang lama dan mungkin
membutuhkan waktu yang lama untuk tertidur.
2. Tahap III tetap sama, waktu tahap IV sangat berkurang atau terlewati
semua dengan penuaan, menyebabkan frekuensi bangun saat malam hari
dan penurunan intensitas dari tidur membuat lebih mudah untuk bangun
dan tidak mendapatkan tidur yang cukup.
3. Waktu tidur REM sebanding dengan tahap lain dari masa dewasa tetapi
penuaan mengakibatkan mimpi kurang dan pengurangan pada REM
mengakibatkan mudah terangsang, letargi dan depresi.
4. Pengurangan pada tahap IV menyebabkan rasa lemas, capek, cemas dan
tegang.
5. Insomnia, sleep apnea dan tidur sebentar, meningkat dengan usia
menyebabkan gangguan pola tidur dan penyimpangan.

11
2.7 Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau
memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi
dan menilai realitas dengan akurat.
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu
berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis,
gelisah, halusinasi.
3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan,
gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive,
kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus
terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi
atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan
melakukan perawatan diri.
6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah
tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi
ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.
9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

12
2.8 INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Perubahan proses Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri
pikir berhubungan keperawatan diharapkan klien
1. Kembangkan lingkungan a. Mengurangi kecemasan dan
dengan perubahan mampu mengenali perubahan
yang mendukung dan emosional, seperti kemarahan,
fisiologis dalam berpikir dengan KH:
hubungan klien-perawat meningkatkan pengembangan
(degenerasi neuron - Mampu memperlihatkan
yang terapeutik evaluasi diri yang positif dan
ireversibel) ditandai kemampuan kognitifuntuk
mengurangi konflik psikologis
dengan hilang menjalani konsekuensi
ingatan atau kejadian yang menegangkan b. Memberikan dasar perbandingan
memori, hilang terhadap emosi dan pikiran yang akan datang dan memengaruhi
konsentrsi, tidak tentang diri rencan intervensi. Catatan: evaluasi
mampu - Mampu mengembangkan 2. Kaji derajat gangguan orientasi secara berulang dapat
menginterpretasikan strategi untuk mengatasi kognitif, seperti meningkatkan respon yang
stimulasi dan anggapan diri yang negative perubahan orientasi, negative/tingkat frustasi
menilai realitas - Mampu mengenali rentang perhatian,
c. Kebisingan merupakan sensori
dengan akurat. perubahan dalam berpikir kemampuan berpikir.
berlebihan yang meningkatkan
atau tingkah laku dan factor Bicarakan dengan

13
penyebab keluarga mengenai gangguan neuron
- Mampu memperlihatkan perubahan perilaku
d. Pendekatan terburu-buru
penurunan tingkah laku
menyebabkan klien bingung,
yang tidak diinginkan,
kesalahan persepsi/perasaan,
ancaman, dan kebingungan
terancam
3. Pertahankan lingkungan
e. Menimbulkan perhatian, terutama
yang menyenangkan dan
pada klien dengan gangguan
tenang
perceptual

f. Nama adalah bentuk identitas diri


dan menimbulkan pengenalan
4. Lakukan pendekatan
terhadap realita dan klien
dengan cara perlahan dan
tenang g. Meningkatkan pemahaman. Ucapan
tinggi dank eras menimbulkan
stress/marah yang mencetuskan
konfrontasi dan respons marah

5. Tatap wajah ketika h. Seiring perkembangan penyakit,

14
berbicara dengan klien pusat komunikasi dalam otak
terganggu sehingga menghilangkan
kemampuan klien dalam respons
penerimaan pesan dan percakapan
secara keseluruhan

6. Panggil klien dengan i. Menimbulkan respons verbal,


namanya meningkatkan pemahaman. Isyarat
menstimulasi komunikasi, memberi
pengalaman positif

j. Mengarahkan perhatian dan


penghargaan. Membantu klien
dengan alat bantu proses kata dalam
7. Gunakan suara yang agak menurunkan frustasi
rendah dan berbicara
k. Provokasi menurunkan harga diri
dengan perlahan pada
dan merupakan ancaman yang
klien
mencetuskan agitasi yang tidak
sesuai

15
l. Lamunan membantu dalam
meningkatkan disorientasi.
Orientasi pada realita meningkatkan
perasaan realita klien, penghargaan
8. Gunakan kata-kata diri dan kemuliaan (kebahagiaan)
pendek, kalimat dan personal
Ulangi instruksi tersebut
m. Keterpaksaan menurunkan
sesuai kebutuhan
keikutsertaan dan meningkatkan
kecurigaan, delusi

n. Tertawa membantu dalam


komunikasi dan meningkatkan
kestabilan emosi

9. Berhenti sejenak di antara


kalimat/pertanyaan. Beri

16
isyarat tertentu, gunakan
kalimat terbuka

10. Dengarkan dengan penuh


perhatian pembicaraan
klien. Interpretasikan
pertanyaan, arti, dan kata.
Beri kata yang benar

11. Hindari kritikan,


argumentasi, dan
konfrontasi negative

17
Kolaborasi
a. Dapat digunakan untuk
mengontrol agitasi, halusinasi.
12. Gunakan distraksi.
Mallril jarang digunakan karena
Bicarakan tentang
adanya beberapa efek samping
kejadian yang sebenarnya
yang bersifat ekstrapiramidal,
saat klien
meningkatkan kekacauan
mengungkapkan ide yang
mental; masalah penglihatan dan
salah, jika tidak
terutama gangguan berdiri dan
meningkatkan kecemasan
berjalan.
b. Dapat meningkatkan kesadaran
mental tetapi memerlukan
penelitian lebih lanjut.
c. Dalam penelitian merupakan cara
13. Hindari klien dari yang dilakukan terus menerus
aktivitas dan komunikasi untuk menyelidiki kemanfaatan
yang dipaksakan dari tiamin dosis tinggi selama
fase awal penyakit untuk

18
14. Gunakan hal yang memperlambat berkembangnya
humoris saat berinteraksi gangguan/meningkatan keadaan
pada klien kognisi secara sederhana

Kolaborasi
a. Antisiklotik, seperti
haloperidol (haldol);
tioridazin (Mallril)

b. Vasodilator, seperti

19
siklandelat
(Cyclospasmol)
c. Titamin

2 Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri


sensori keperawatan diharapkan
a. kembangkan lingkungan a. Meningkatkan kenyamanan dan
berhubungan perubahan persepsi sensori klien
yang suportif dan menurunkan kecemasan pada klien
dengan perubahan dapat berkurang atau terkontrol
hubungan perawat –klien
persepsi, transmisi dengan KH: b. Meningkatkan koping dan
terapeutik
atau integrasi - Mengalami penurunan menurunkan halusinasi
sensori (penyakit halusinasi b. Bantu klien untuk
c. Untuk membantu klien dalam
neurologis, tidak memahami halusinasi
- Mengembangkan strategi memahami halusinasi
mampu
psikososial untuk c. beri informasi tentang
berkomunikasi,
mengurangi stress atau sifat halusinasi
gangguan tidur,
mengatur prilaku. ,hubungannya dengan
nyeri) ditandai
stresor/pengalaman
dengan cemas, - Mendemonstrasikan respon
emosional yang
apatis, gelisah, yang sesuai stimulasi
traumatic,pengobatan dan

20
halusinasi. - Perawat mampu cara mengatasi
mengidentifikasi factor
d. kaji derajat sensori atau
eksternal yang berperan d. Keterlibatan otak memperlihatkan
gangguan persepsi dan
terhadap perubahan masalah yang bersifat asimetris
bagaimana hal tersebut
menyebabkan klien kehilangan
- kemampuan persepsi mempengaruhi klien
kemampuan pada salah satu sisi
sensori termasuk penurunan
tubuh (gangguan unilateral). Klien
penglihatan atau
tidak dapat mengenali rasa lapar .
pendengaran

e. Untuk menurunkan kebutuahan akan


e. ajarkan strategi untuk
halusinasi
mengurangi stress
f. Meningkatkan masukan
f. anjurkan untuk
sensori,membatasi /menurunkan
menggunakan kaca mata
kesalahan interpretasi stimulasi
atau alat bantu

21
pendengaran sesuai
keperluan

22
3 Sindrom stress Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri
relokasi keperawatan diharapkan klien
a. Jalin hubungan saling a. Untuk membangun kepercayaan
berhubungan dapat beradaptasi dengan
mendukung dengan klien dan rasa aman
dengan perubahan perubahan aktivitas sehari- hari
dalam aktivitas dan lingkungan dengan KH : b. Orientasikan pada b. Menurunkan kecemasan dan
kehidupan sehari- - Mengidentifikasi perubahan lingkungan dan rutinitas perasaan terganggu
hari ditandai dengan - Mampu beradaptasi pada baru
c. Untuk menentukan persepsi klien
kebingungan, perubahan lingkungan dan
tentang kejadian dan tingkat
keprihatinan, aktivitas kehidupan sehari-
c. Kaji tingkat stressor serangan.
gelisah, tampak hari
(seperti penyesuaian diri,
cemas, mudah - Mempertahankan rasa
krisis perkembangan,
tersinggung, berharga pada diri dan
peran keluarga, akibat
tingkah laku identitas pribadi yang positif
perubahan status
defensive, - Membuat pernyataan positif d. Perawatan di rumah sakit
kesehatan)
kekacauan mental, tentang lingkungan yang mengubah aktivitas klien dan
tingkah laku curiga, baru d. Tempatkan pada ruangan meningkatkan masalah tingkah
dan tingkah laku - Memperlihatkan penerimaan pribadi jika mungkin dan laku. Memberi kesempatan
agresif. terhadap perubahan bergabung dengan orang mengontrol lingkungan dan
lingkungan dan penyesuaian terdekat dalam aktivitas melindungi dari kelainan tingkah

23
kehidupan perawatan, waktu makan, laku
- Mampu menunjukan tentang dan sebaginya
perasaan yang sesuai/tidak
cemas dan rasa takut
berkurang
e. Konsistensi mengurangi
- Tidak menyimpan
e. Tentukan jadwal aktivitas kebingungan dan meningkatkan
pengalaman menyakitkan
yang wajar dan masukkan rasa kebersamaan
- Menggunakan bantuan dari
dalam kegiatan rutin
sumber yang tepat selama f. Memfasilitasi bantuan dengan
waktu pengaturan pada komunikasi dan manajemen dari
lingkungan baru f. Identifikasi kekuatan kekurangan sekarang serta
klien yang dimiliki selanjutnya
sebelumnya

g. Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa saling
percaya dan orientasi. Saat klien
g. Berikan penjelasan dan
mengetahui secara perlahan tentang
informasi yang
apa yang terjadi, koping klien akan

24
menyenangkan mengenai meningkat
kegiatan/peristiwa
h. Stress meningkat, rasa tidak
nyaman/nyeri fisik dan kelelahan
mencetuskan penurunan tingkah
laku dan gangguan komunikasi.
Perilaku katastropik ini
h. Catat tingkah laku, menimbulkan panic dan rasa
munculnya perasaan bermusuhan
curiga/paranoid, mudah
tersinggung, defensive
i. Menenangkan situasi dan member
klien waktu untuk memperoleh
kendali terhadap perilaku dan
emosinya

j. Rasa diterima menurunkan rasa

25
i. Pertahankan keadaan takut, dan respons agresif
tenang. Tempatkan dalam
k. Memberikan keyakinan,
lingkungan tenang yang
menuunkan stress, dan
memberikan kesempatan
meningkatkan kualitas hidup
untuk “beristirahat”

j. Atasi tingkah laku agresif


dengan pendekatan yang
tenang

k. Gunakan sentuhan jika


tidak mengalami
paranoid/sedang
mengalami agitasi sesaat

26
4 Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
tidur berhubungan keperawatan diharapkan tidak
a. Jangan menganjurkan a. Irama sirkadian (siklus tidur-
dengan perubahan terjadi gangguan pola tidur pada
klien tidur siang apabila bangun)yang tersinkronisasi
lingkungan ditandai klien dengan KH :
berakibat efek negative disebabkan oleh tidur siang yang
dengan keluhan - Memahami factor penyebab
terhadap tidur pada singkat
verbal tentang gangguan pola tidur
malam hari
kesulitan tidur, - Mampu menentukan
terus-menerus penyebab tidur inadekuat b. Evaluasi efek obat klien
b. Derangement psikis terjadi bila
terjaga, tidak - Mampu memahami rencana (steroid ,diuretik) yang
terdapat penggunaan kortikosteroid,
mampu menentukan khusus untuk mengganggu tidur
termasuk perubahan mood, insomnia
kebutuhan/ waktu menangani/mengoreksi
tidur. penyebab tidur tidak adekuat
- Mampu menciptakan pola
c. Mengubah pola yang sudah terbiasa
tidur yang adekuat dengan
c. Tentukan kebiasaan dan dari asupan makan klien pada malam
penurunan terhadap pikiran
rutinitas waktu tidur hari terbukti mengganggu tidur
yang melayang-layang
malam dengan kebiasaan
(melamun) d. Hambatan kortikal pada formasi
klien (memberi susu
- Tampak atau melaporkan reticular akan berkurang selama
hangat)
dapat beristirahat yang tidur, emningkatkan respons

27
cukup otomatik, karenanya respons
d. Memberika lingkungan kardiovaskular terhadap suara
yang nyaman untuk meningkat selama tidur
meningkatkan tidur
(mematikan lampu,
ventilasi ruang adekuat,
suhu yang sesuai,
e. Gangguan tidur terjadi dengan
menghindari kebisingan)
seringnya tidur dan mengganggu
pemulihan sehubungan dengan
gangguan psikologis dan fisiologis,
e. Buat jadwal intervensi sehingga irama sirkadian terganggu
untuk memungkinkan
waktu tidur lebih
lama(memeriksa tanda f. Aktivitas fisik dan mental yang lama
vital, mengubah posisi) mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan,
aktivitas yang terprogram tanpa
stimulasi berlebihan meningkatkan

28
f. Berikan kesempatan waktu tidur
untuk tidur sejenak,
g. Risiko gangguan sensori,
anjurkan latihan saat siang
meningkatkan agitasi dan
hari, turunkan aktivitas
menghambat waktu istirahat
mental/fisik pada sore hari
h. Peningkatan kebingungan,
disorientasi, tingkah laku tidak
kooperatif (sindrom sundower) dapat
mengurangi tidur

i. Penguatan bahwa saatnya tidur dan


g. Hindari penggunaan mempertahankan kestabilan
“pengikatan” secara terus lingkungan. Catatan : penundaan
menerus waktu tidur diindikasikan agar klien
membuang kelebihan energy dan
memfasilitasi tidur

h. Evaluasi tingkat j. Meningkatkan relaksasi dengan


stress/orientasi sesuai perasaan mengantuk
perkembangan hari demi

29
hari k. Menurunkan kebutuhan akan bangun
untuk berkemih selama malam hari

l. Menurunkan stimulasi sensori


dengan menghambat suara lain dari
i. Buat jadwal tidur secara lingkungan sekitar yang akan
teratur. Katakan pada menghambat tidur
klien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur

j. Berikan makanan kecil


sore hari, susu hangat,
mandi, dan masase
punggung

30
k. Turunkan jumlah
minuman sore. Lakukan
berkemih sebelum tidur

l. Putarkan musik yang


lembut atau “suara yang
jernih”

5 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri


a. Identifikasi kesulitan dalam a. Memahami penyebab yang
diri berhubungan keperawatan diharapkan klien
berpakaian/ perawatan mempengaruhi intervensi. Masalah
dengan intoleransi dapat merawat dirinya sesuai
diri, seperti: keterbatasan dapat diminimalkan dengan
aktivitas, dengan kemampuannya dengan
gerak fisik, apatis/ depresi, menyesuaikan atau memerlukan
menurunnya daya KH :
penurunan kognitif seperti konsultasi dari ahli lain.
tahan dan kekuatan  Mampu melakukan aktivitas
apraksia.
ditandai dengan perawatan diri sesuai dengan
penurunan tingkat kemampuan.
kemampuan  Mampu mengidentifikasi dan b.Seiring perkembangan penyakit,
b. Identifikasi kebutuhan
melakukan aktivitas menggunakan sumber pribadi/ kebutuhan kebersihan dasar mungkin
kebersihan diri dan
sehari-hari. komunitas yang dapat dilupakan.
berikan bantuan sesuai
memberikan bantuan.

31
kebutuhan dengan
perawatan rambut/kuku/
kulit, bersihkan kaca mata,
dan gosok gigi.
c. Perhatikan adanya tanda- c. Kehilangan sensori dan penurunan
tanda nonverbal yang fungsi bahasa menyebabkan klien
fisiologis. mengungkapkan kebutuhan perawatan
diri dengan cara nonverbal, seperti
terengah-engah, ingin berkemih
dengan memegang dirinya.
d.Pekerjaan yang tadinya mudah
sekarang menjadi terhambat karena
penurunan motorik dan perubahan
d. Beri banyak waktu untuk kognitif.
melakukan tugas.
e. Meningkatkan kepercayaan untuk
hidup.

e. Bantu mengenakan pakaian

32
yang rapi dan indah.

6. Koping individu Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


a. Kaji perubahan dari a. Menentukan bantuan individual
tidak efektif keperawatan diharapkan koping
gangguan persepsi dan dalam menyusun rencana perawatan
berhubungan individu menjadi efektif dengan
hubungan dengan derajat atau pemilihan intervensi.
dengan pemecahan kriteria hasil :
ketidakmampuan
masalah tidak - Mampu menyatakan atau
b. Kepatuhan terhadap program latihan
adekuat ditandai mengkomunikasikan dengan
b. Dukung kemampuan dan berjalan membantu
dengan cepat orang terdekat tentang
koping memperlambat kemajuan penyakit.
marah, curiga, situasi dan perubahan yang
Dukungan dan sumber bantuan dapat
mudah tersinggung. sedang terjadi
diberikan melalui ketekunan berdoa
- Mampu menyatakan
dan penekanan keluar terhadap
penerimaan diri terhadap
aktivitas dengan mepertahankan
situasi
patisipasi aktif
- Mengakui dan
c. Membantu klien untuk melihat bahwa
menggabungkan perubahan
perawat menerima kedua bagian
ke dalam konsep diri dengan
sebagai bagian dari seluruh tubuh.
cara yang akurat tanpa
Mengizinkan klien untuk merasakan
haraga diri yang negatif
adanya harapan dan mulai menerima

33
c. Pernyataan pengakuan situasi baru.
terhadap penolakan tubuh,
mengingatkan kembali
fakta kejadian tentang d. Klien Demensia sering merasa malu,
realitas bahwa masih dapat apatis, tidak adekuat, bosan dan
menggunakan sisi yang merasa sendiri. Perasaan ini dapat
sakit dan belajar disebabkan akibat keadaan fisik yang
mengontrol sisi yang sehat lambat dan upaya yang besar
d. Beri dukungan psikologis dibutuhkan terhadap tugas-tugas
secara menyeluruh kecil. Klien dibantu dan didukung
untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas)
e. Bentuk program aktivitas pada
keseluruhan hari untuk mencegha
waktu tidur yang terlalu banyak yang
dapat mengarah padda tidak adanya
keinginan dari apatis. Setiap upaya
dibuat untuk mendukung klien keluar

34
darii tugas-tugas yang termasuk
koping dengan kebutuhan mereka
e. Bentuk program aktivitas setiap hari dan untuk membentuk
pada keseluruhan hari klien mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk keamanan
sewaktu mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan koping.
f. Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta
mempengaruhi proses rehabilitasi.
g. Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang
peran individu masa mendatang.

h. Dapat mengindikasikan terjadinya


depresi dimana memerlukan
intervensi dan evaluasi lebih lanjut

35
f. Anjurkan orang yang
terdekat untuk
Kolaborasi
mengizinkan klien
a. Dapat memfasilitasi perubahan
melakukan hal-hal untuk
peran yang penting untuk
dirinya semaksimal
perkembangan perasaan.
mungkin
Kerjasama fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan,
dan dukungan partisipasi
kelompok dapat menolong
g. Dukung perilaku atau
mengurangi depresi yang juga
usaha seperti peningkatan
sering muncul pada kejadian ini.
minat atau partisipasi
dalam aktivitas rehabilitasi

h. Monitor gangguan tidur


peningkatan konsentrasi,
letargi, dan withdrawal

36
Kolaborasi
a. Rujuk pada ahli
neuropsikologi dan
konseling bila ada
indikasi
7. Hambatan Setelah diberikanasuhan Mandiri Mandiri
a. Kaji kemampuan klien a. Untuk menentukan tingkat
komunikasi verbal keperawatan, diharapkan klien
untuk berkomunikasi. kemampuan klien dalam
berhubungan tidak mengalami hambatan
berkomunikasi.
dengan perubahan komunikasi verbal dengan
persepsi ditandai kriteria hasil :
b. Menentukan cara-cara b. Untuk membantu proses
dengan disorientasi  Membuat teknik/metode
berkomunikasi seperti berkomunikasi dengan klien, dan
tempat, orang dan komunikasi yang dapat
mempertahankan kontak agar tidak terjadi miskomunikasi.
waktu. dimengerti sesuai
mata, pertanyaan dengan
kebutuhan dan
jawaban ya atau tidak,
meningkatkan kemampuan
menggunakan kertas dan
berkomunikasi
pensil/bolpoint, gambar,
atau papan tulis; bahasa
isyarat, penjelas arti dari

37
komunikasi yang
disampaikan.
c. Letakkan bel/lampu
panggilan di tempat mudah
dijangkau dan berikan
penjelasan cara c. Untuk memudahkan klien dalam
menggunakannya. Jawab memanggil perawat saat
panggilan tersebut dengan membutuhkan bantuan.
segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan kepada
klien bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.

Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli
wicara bahasa.

Kolaborasi

38
a. Memberikan terapi bicara pada
klien.
8. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
a. Kaji pengetahuan a. Identifikasi kebutuhan untuk
perubahan nutrisi keperawatan diharapkan klien
klien/keluarga mengenai membantu perencanaan pendidikan
kurang dari mendapat nutrisi yang seimbang
kebutuhan makan
kebutuhan tubuh dengan KH:
berhubungan  Mengubah pola asupan yang
b. Usahakan/ berikan bantuan b. Klien tidak mampu menentukan
dengan mudah lupa, benar.
dalam memilih menu pilihan kebutuhan nutrisi
kemunduran hobi,  Mendapat diet nutrisi yang
c. Berikan makanan kecil c. Makan makanan kecil meningkatkan
perubahn sensori. seimbang.
setiap jam sesuai masukan yang sesuai
 Mempertahankan/ mendapat
kebutuhan
kembali berat badan yang
d. Makan panas mengakibatkan mulut
sesuai.
d. Hindari makanan yang terbakar atau menolak untuk makan
 Ikut serta dalam aktifitas
terlalu panas Kolaborasi:
yang mempermudah koping
adaptif. a. Bantuan diperlukan untuk
mengembangkan keseimbangan
Kolaborasi :
diet dan menemukan kebutuhan
a. Rujuk atau
/ makan yang disukai

39
konsultasikan dengan b. Pertolongan utama terhadap
ahli gizi fungsi bowell atau BAB

b. Pemberian suppositoria
dan pelumas faeces /
pencahar.

9. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri


cedera berhubungan keperawatan diharapkan Risiko
a. Kaji derajat gngguan a. Mengidentifikasi risiko di
dengan kesulitan cedera tidak terjadi dengan KH :
kemampuan,tingkah laku lingkungan dan mempertinggi
keseimbangan, - Meningkatkan tingkat
impulsive dan penurunan kesadaran perawat akan bahaya.
kelemahan, otot aktivitas
persepsi visual. Bantu Klien dengan tingkah laku impulsif
tidak terkoordinasi, - Dapat beradaptasi dengan
keluarga mengidentifikasi berisiko trauma karena kurang
aktivitas kejang. lingkungan untuk
risiko terjadinya bahaya mampu memgendalikan perilaku.
mengurangi risiko
yang mungkin timbul Penurunan persepsi visual berisiko
trauma/cedera

40
- Tidak mengalami terjatuh
trauma/cedera
b. Klien dengan gangguan kognitif,
- Keluarga mengenali
gangguan persepsi adalah awal
potensial di lingkungan dan
terjadi trauma akibat tidak
mengidentifikasi tahap- b. Hilangkan sumber bahaya
bertanggung jawab terhadap
tahap untuk lingkungan
kebutuhan keamanan dasar
memperbaikinya
c. Mempertahankan keamanan dengan
menghindari konfrontasi yang
meningkatkan risiko terjadinya
trauma

d. Perlambatan proses metabolisme


c. Alihkan perhatian saat mengakibatkan hipotermia.
perilaku teragitasi Hipotalamus dipengaruhi proses
penyakit yang menyebabkan rasa
kedinginan

e. Klien yang tidak dapat melaporkan


d. Gunakan pakaian sesuai tanda/gejala obat dapat

41
dengan lingkungan menimbulkan kadar toksisitas pada
fisik/kebutuhan klien lansia. Ukuran dosis/penggantian
obat diperlukan untuk mengurangi
gangguan

f. Membahayakan klien, meningkatkan


agitasi dan timbul risiko fraktur
e. Kaji efek samping obat,
pada klien lansia (berhubungan
tanda keracunan (tanda
dengan penurunan kalsium tulang)
ekstrapiramidal,hipotensi
ortostatik,gangguan
penglihatan, gangguan
gastrointestinal)

f. Hindari penggunaan
restrain terus-menerus.
Berikan kesempatan
keluarga tinggal bersama
klien selama periode

42
agitasi akut

43
BAB III
TINJAUAN JURNAL
3.1 PENCEGAHAN DEMENSIA
Demensia adalah penyakit yang diderita oleh lanjut usia , dari demensia itu
sendiri terdapat beberapa pencegahan agar tidak terjadi demensia yaitu
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alcohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif:
a. Kegiatan rohani dan memperdalam ilmu agama
b. Terapi interaksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
c. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat
3.2 PENANGANAN DEMENSIA
Bebarapa penangan demensia yaitu :
1. Terapi farmakoterapi
2. Dukungan atau peran keluarga
a. Mepertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi . Kalender yang besar, cahaya yng besar,
cahaya yang terang
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detector pada pintu
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur, dan aktifitas lainnya secara
ruti dapat memberikan rasa keteraturan
3. Terapi simtomatik
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah

44
Dari beberapa yang diuraikan diatas penangan demensia dapat dilakukan
menggunakan senam otak, dukungan keluarga dan terai game . seperti
jurnal dibawah ini :
a. Jurnal Seryl Yohana Tumipa Hendro Bidjuni Jill Lolong , (2017 )
menyebutkan bahwa demensia dapat ditangani dengan dukugan
keluarga, dari peenelitian yang dilakukan bahwa perlakuan dari
keluarga dan dukungannya sangat mepengaruhi kualitas dari lansia
tersebut dan anggapan dari keluarga yang menyadari bahwa demenisa
itu adalah penyakit dari akibat penuaan dan keluarga memberikan
dukungan dan mengasuhnya dengan baik mengurangi angka dari
terjadinya demensia.
b. Dari peneletian yang dilakukan oleh Joanna patricia, Aristarchus
pranayama, ryan pratama (2017) berdasarkan dari analisa media-media
yang ada, maka demensia dapat ditangani dengan board game sebagai
media terapi para lansia yang dapat mengandalkan kemapuan berfikir
dari pemainnya, sehingga mau tidak mau para pemainnya dituntut
untuk terus melatih fungsi kognitifnya agar tidak memperburuk
kondisi penyakit demensia yang dialami. ( Joanna, patricia.
Aristarchus pranayama. ryan pratama.2017.perancangan board game
sebagai media terapi penyakit demensia ringan pada lansia.surabaya. (
c. Berdasarkan jurnal guslinda, yola yolnda, devi (2013) PENGARUH
SENAM OTAK TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA
DENGAN DIMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
SABAI NAN ALUIH SICINCIN PADANG PARIAMAN TAHUN
2013 , Pada penelitian yang dilakuakan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Lebih dari separoh (58,4%) responden mengalami penurunan
fungsi kognitif dengan kategori ringan sebelum dilakukan senam
otak (brain gym) di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin Padang Pariaman.
2. Lebih dari separoh (75%) responden mengalami peningkatan
fungsi kognitif dengan kategori normal sesudah dilakukan senam

45
otak (brain gym) pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai
Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.
3. Ada perubahan fungsi kognitif pada lansia kelompok intervensi
setelah diberikan senam otak terjadi peningkatan sebesar 84,54 %
dari fungsi kognitif awal. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak
terdapat perubahan Fungsi kognitif.
4. Ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia
dimensia dimana terdapat perbedaan yang bermakna antara fungsi
kognitif kelompok yang dilakukan senam otak pada lansia lansia
dengan yang tidak dilakukan senam otak yaitu dengan selisih nilai
4,41 poin.

46
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian. Penyakit yang dapat dialami oleh semua orang dari
berbagai latar belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak
terdapat perawatan khusus untuk demensia, namun perawatan untuk
menangani gejala boleh dilakukan.
4.2 SARAN
Kesempurnaan makalah ini tergantung pada motivasi dan saran yang
membangun dari para pembaca. Maka dari itu, penulis mengharapkan
masukan ataupun saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Stanley,Mickey. 2010. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC;


Jakarta.
2. Nugroho, Wahjudi. 2009. Keperawatan Gerontik Edisi 2 Buku Kedokteran.
EGC : Jakarta.
3. Doenges, Marilyn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta:EGC
4. ilvia.A.Price & Wilson.2010.Patofisiologi. Ed.8. Jakarta. EGC
5. Nugroho, wahjudi.2016.keperawatan gerontik edisi 2 buku
kedokteran.EGC:Jakarta
6. Stanley,mickey.2010.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2.EGC:Jakarta
7. Guslinda, yola yolnda, devi (2013).PENGARUH SENAM OTAK
TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN
PADANG PARIAMAN.
8. Seryl Yohana Tumipa Hendro Bidjuni Jill Lolong , (2017 ). pengaruh senam
otak terhadap penurunan demensi . https://www.google.com &
=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id diakses pada tanggal 12 BAoktober
2018.jam 17.00

48

Anda mungkin juga menyukai