Anda di halaman 1dari 10

Metode Pembelajaran Problem Solving

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM


SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
STANDAR KOMPETENSI MENERAPKAN DASAR DASAR
KELISTRIKAN DI SMKN 2 LAMONGAN

Sulistya Marda., Drs. J.A. Pramukantoro, M. pd


Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya,
Sulistya.marda@yahoo.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa pada penerapan metode
pembelajaran problem solving karena di SMK Negeri 2 Lamongan diketahui bahwa proses
KBM kompetensi dasar kejuruan masih berpusat pada guru (teacher centered), hal itu akan
dapat menyebabkan siswa menjadi pasif , Oleh karena itu penulis termotivasi untuk
menerapkan metode pembelajaran Problem Solving pada standar kompetensi menerapkan
dasar-dasar di SMK Negeri 2 Lamongan.
Dalam penelitian ini rancangan yang di gunakan adalah ( The Separate-sample
pretest posttest control groub desing). Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian Eksperimental di mana terdapat suatu perlakuan yang di berikan berupa metode
pembelajaran problem solving kepada kelas eksperimen dan konvensional kepada kelas
kontrol.
Dari hasil penelitian diperoleh : (1) Berdasarkan hasil analisis nilai posttest dengan
uji normalitas dan homogenitas didapatkan kedua kelas terdistribusi normal dan homogen. (2)
Berdasarkan analisis nilai posttest dengan uji-t satu pihak didapatkan thitung manual sebesar
7,00 dan thitung SPSS sebesar 7,08 dengan ttabel sebesar 1,67 dengan taraf signifikan sebesar 0,05.
Dari pertandingan nilai tersebut diperoleh bahwa thitung > ttabel dan dinyatakan bahwa problem
solving berpengaruh signifikan lebih tinggi terhadap hasil belajar siswa dibandingkan
pembelajaran konvensioanal.

Kata kunci : Metode Pembelajaran Problem Solving dan Hasil Belajar

Abstract
The purpose of this study to determine student learning outcomes in the application of
learning methods for problem solving in SMK Negeri 2 Lamongan known that the learning process
vocational basic competence is centered on the teacher (teacher centered), it will cause students to
be passive the authors were motivated to apply learning methods Problem Solving competency
standards apply the basics of electricity in SMK Negeri 2 Lamongan.
In this study design is used (The Separate-sample pretest-posttest control groub desing).
The method used in this study is a type of experimental research in which there is a treatment that is
given in the form of problem solving teaching methods to classroom experiments and conventional to
control class
The result showed: (1) Based on the results of the posttest value analysis test for
normality and homogeneity obtained two classes are normally distributed and
homogeneous. (2) Based on the analysis of the value of the t-test posttest with one party
obtained thitung manual thitung of 7.00 and 7.08 with SPSS for ttabel of 1.67 with
significance level of 0.05. Match the value obtained from the t count > t table and stated that
the problem solving significantly higher student learning outcomes than konvensional
learning

Keywords: Learning Problem Solving Methods and Learning Outcomes

1
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 01 Nomor 1, Tahun 2013, 1-10

menciptakan suasana yang nyaman


PENDAHULUAN
bagi siswa, sehingga dapat
Dalam kehidupan nyata banyak memotivasi siswa dalam belajar dan
masalah yang membutuhkan dapat memahami konsep-konsep sulit
pemecahan hal ini juga yang terjadi pada materi mengenal dasar dasar
pada proses belajar mengajar . Di kelistrikan, konsep-konsep sulit pada
dalam kelas saat proses belajar materi menerapkan dasar kelistrikan
mengajar permasalahan sering terjadi ini misalnya: Hukum ohm, khirchoff,
misalnya, kurangnya kemampuan rangkaian seri parallel dan
mengajar guru sehingga akan penerapanya
mengakibatkan menurunya Masalah ini dapat diatasi
ketuntasan hasil belajar siswa yang di dengan pemilihan model dan metode
karenakan kecilnya minat atau respon pembelajaran yang tepat dalam hal
siswa terhadap pelajaran tersebut. ini menggunakan model
Mengingat pentingnya pembelajaran pembelajaran berdasarkan masalah
demi mutu dan kualitas pendidikan dengan metode problem solving
berbagai upaya dilakukan salah Selain itu guru diharapkan dapat
satunya penerapan model menjadi motivator siswa supaya
pembelajaran yang tepat . siswa berpikir mandiri untuk dapat
Menurut Nasution (Dalam memecahkan masalahnya
Jamal Ma’mur Asmani,2011:19) sendiri.Mendorong siswa berani
menyebutkan, bahwa metode adalah mengungkapkan ide-ide yang
jalan yang harus dilalui atau cara dimilikinya untuk mendapatkan
untuk melakukan sesuatu atau banyak kemampuan penyelesaian
prosedur. Secara ringkas Djamarah ,dengan berfikir kreatif siswa dapat
dan Aswan Zain (1996 : 93- 106) , belajar mengambil keputusan yang
menyebutkan bahwa : beberapa tepat, selain itu dalam proses
metode mengajar, antara lain : pembelajaran seorang guru dituntut
metode Proyek, metode eksperimen, dapat membangkitkan minat siswa,
metode tugas belajar dan resitasi, sehingga siswa dapat merespon
metode diskusi, metode sosiodrama pertanyaan-pertanyaan yang
(role playing), metode demonstrasi, diajukan oleh guru kemudian
model problem solving, metode membimbing siswa-siswanya dalam
karyawisata (field trip). permasalahan tersebut.
Dalam Dewi Syafitri Hal ini penting dilakukan
(2011:2-3) mengemukakan, pada selama pembelajaran berlangsung
model pembelajaran secara dengan melibatkan siswa secara
konvensional siswa kurang dituntut berkelompok dan memberikan
untuk menguasai materi secara aktif permasalahan yang harus
dan mandiri. Sebagian besar mereka dipecahkan sehingga siswa di kelas
hanya mengharapkan bantuan dari tidak bersifat pasif dan saling
guru tanpa ingin bertanya sendiri membantu untuk memahami suatu
kepada teman ataupun guru sekelas. materi pelajaran,memeriksa dan
Metode belajar seperti ini akan berinteraksi dengan sesamanya serta
memberikan hasil belajar kurang kegiatan lainya dengan tujuan
maksimal mencapai hasil belajar tertinggi
Penerapan model dalam hal ini guru dapat memilih
pembelajaran dalam proses dan menggunakan beberapa model
pembelajaran di dalam kelas perlu dan metode pembelajaran, salah
diperhatikan, karena proses belajar satunya yaitu menggunakan model
tidak hanya interaksi siswa dengan pembelajaran berdasarkan masalah
siswa tetapi guru juga dituntut untuk
Metode Pembelajaran Problem Solving

dengan metode problem solving dasar 1.1 Menjelaskan Arus,


(pemecahan masalah). tegangan dan hambatan listrik.
Dengan model pembelajaran 1. Untuk mengetahui hasil belajar
berdasarkan masalah dengan metode siswa setelah mengikuti metode
problem solving seperti ini di pembelajaran problem solving
harapkan ketika siswa dihadapkan pada standar kompetensi
dengan suatu masalah, mereka dapat menerapkan dasar dasar
berfikir kreatif. Dengan melakukan kelistrikan
ketrampilan memecahkan masalah, 2. Untuk mengetahui aktifitas siswa
memilih dan melakukan tanggapan terhadap proses belajar mengajar
secara cepat dan tepat dan saling metode pembelajaran problem
berinteraksi secara kooperatif, dalam solving pada standar kompetensi
interaksi ini semua anggota dan menerapkan dasar dasar
kelompok belajar di tuntut untuk kelistrikan
saling bertatap muka sehingga
mereka dapat melakukan dialog 1. Bagi Guru
tidak hanya dengan guru tetapi a) Memberikan masukan yang
dengan sesama mereka.Interaksi bermanfaat tentang model
semacam itu di harapkan dapat pembelajaran yang dapat
memungkinkan siswa menjadi meningkatkan kemampuan
sumber belajar bagi sesama siswa untuk memecahkan
sehinggaakan lebih memudahkan suatu permasalahan bagi
untuk memahamidan memecahkan tenaga pengajar
suatu permasalahan yang di hadapi b) Meningkatkan kemampuan
Penulis menggunakan model tenaga pengajar terhadap
pembelajaran berdasarkan masalah model pembelajaran yang
dengan metode problem solving digunakan secara tepat pada
sebagai upaya dalam menciptakan tingkat SMK
proses belajar mengajar yang aktif, 2. Bagi Peserta Didik
efektif dan efisien sehingga akan a) Mendapatkan cara belajar
meningkatkan kualitas pendidikan menerapkan dasar-dasar
elektronika yang lebih efektif .
1. Apakah terdapat perbedaan hasil menarik dan menyenangkan
belajar siswa yang menggunakan serta kemudahaan untuk
metode pembelajaran Problem menangkap materi yang
Solving di banding dengan yang dipelajari
menggunakan model konvensional b) Meningkatkan kemampuan
pada standar kompetensi siswa dalam memecahkan
menerapkan dasar dasar masalah dalam pembelajaran
kelistrikan 3. Bagi Peneliti
2. Apakah hasil belajar siswa yang a) Menambah pengetahuan dan
menggunakan metode pengalaman pembelajaran
pembelajaran Problem Solving dalam materi menerapkan
lebih baik daripada hasil belajar dasar dasar kelistrikan model
siswa dengan model pembelajaran problem solving
konvensional?
Menurut Arends (dalam Trianto,
1. Penelitian ini hanya dilakukan 2007:68) pembelajaran berdasarkan
pada kelas XI/EI 1 dan XI/EI 2 masalah merupakan suatu pendekatan
2. Materi yang di sampaikan hanya pembelajaran dimana siswa
pada Standar Kompetensi mengerjakan permasalahan yang
1.Menerapkan dasar dasar otentik dengan maksud untuk
kelistrikan. Dengan kompetensi menyusun pengetahuan mereka

3
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 01 Nomor 1, Tahun 2013, 1-10

sendiri, mengembangkan inkuiri dan Menurut suprijono (dalam


keterampilan berfikir tingkat lebih M.Thobrani&Arif Mustafa,
tinggi, mengembangkan kemandirian 2011:22-23), hasil belajar adalah
dan percayadiri. pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
Kemampuan pemecahan pengertian-pengertian, sikap-sikap,
masalah penting artinya bagi siswa dan ketrampilan menunjukan
dan masa depannya. Para ahli pemikiran.sedangkan menurut
pembelajaran sependapat bahwa Bloom (dalam M.Thobrani&Arif
kemampuan pemecahan masalah Mustafa, 2011:23-24) hasil belajar
dalam batasan-batasan tertentu dapat mencakup kemampuan kognitif,
dibentuk melalui bidang studi dan efektif dan psikomotor.
disiplin ilmu yang diajarkan. 1. Domain Kognitif mencakup:
(Suharsono dalam Made Wena, Knowledge (pengetahuan , ingatan),
2009:53) Komprehension (pemahaman,
Peran tradisional seorang guru menjelaskan, meringkas, contoh);
dalam pembelajaran berdasarkan Application (menerapkan); Analysis
masalah, guru menyodorkan masalah- (menguraikan,menentukan
masalah, mengajukan pertanyaan- hubungan),Syntetis(mengorganisasi
pertanyaan, dan memfasilitasi kan, merencakan, membentuk
penyelidikan dan dialog. bangunan baru), Evaluating (
Bagi kaum konstruktivis, belajar menilai)
adalah suatu proses organik untuk 2. Domain Afektif mencakup :
menemukan sesuatu, bukan suatu Receiving,Responding
proses mekanik untuk (memberikanrespon)Valueing(nilai)
mengumpulkan fakta. Belajar itu Organization(organisasi)Karakteriz
suatu perkembangan pemikiran ation(karekterisasi)
dengan membuat kerangka 3. Domain psikomotor mencakup:
pengertian yang berbeda. Pelajar Initiatory,Pre-
harus punya pengalaman dengan routine,Roundtinized,Ketrampilan
membuat hipotesis, mengetes produktif, tehnik, fisik, sosial,
hipotesis, memanipulasi objek, managerial,dan intelektual.
memecahkan persoalan, mencari
jawaban, menggambarkan, meneliti, Strategi penyelesaian
berdialog, mengadakan refleksi, masalah sering disebut juga strategi
mengungkapkan pertanyaan, inkuiri atau strategi
mengekspresikan gagasan dan lain- discovery.perbedaanya,strategi
lain untuk membentuk konstruksi inkuiry lebih menekankan pada
baru. keyakinan atas diri sendiri terhadap
Proses belajar merupakan apa yang di temukan,sedangkan
jalan yang harus ditempuh oleh pada penyelesaian masalah (problem
seorang pelajar untuk mengerti solving) lebih menekankan pada
sesuatu hal yang sebelumnya tidak terselesainya masalah.sedangkan
diketahui. Gage (dalam Martinis discovery menekankan pada
Yamin, 2008:122) mengatakan penemuan..setiap saat manusia di
bahwa “belajar adalah proses di hadapkan pada permasalahan yang
mana organisme berubah menuntut penyelesaian.
perilakunya di akibatkan Metode pemecahan masalah
pengalaman. (Problem Solving) pun juga di kenal
Siswa sendirilah yang harus sebagai Metode Brainstroming, ia
mengartikan apa yang telah merupakan metode yang
diajarkan dengan menyesuaikan merangsang berfikir dan
terhadap pengalaman-pengalaman menggunakan wawasan tanpa
mereka melihat kualitas pendapat yang di
Metode Pembelajaran Problem Solving

sampaikan oleh siswa.(Martinis Sedangkan menurut (Martinis


Yamin, 2008:85) Yamin, 2008:11) Pemecahan
Sedangkan penyelesaian masalah adalah ketrampilan individu
masalah adalah proses pemikiran untuk memecahkan masalah melalui
dan mencari jalan dari masalah pengumpulan fakta-fakta,analisis
tersebut.menurut Gulo dalam informasi,dan memilih pemecahan
(Muhammad Thorbani & Mustafa masalah yang efektif.
Arif, 2011:334) penyelesaian Dari pengertian di atas dapat di
masalah dapat di lakukan dengan simpulkan bahwa Problem solving
berbagai cara sebagai berikut. adalah suatu metode yang menuntut
a. Penyelesaian masalah berdasarkan ketrampilan individu untuk
pengalaman masa lalu menyelesaikan suatu masalah
Biasanya,cara ini digunakan dengan cara mencari solusi yang
pada masalah yang muncul secara tepat sesuai dengan permasalahan
berkala yang hanya berbeda dalam yang di hadapi dengan cara mencari
bentuk penampilanya.apabila cara- data sampai menarik kesimpulan
cara ini dilakukan melembaga,cara dalam penyelesaian masalah
penyelesaian masalah ini di sebut tersebut.
cara tradisional.Penyelesaian Model pembelajaran
masalah menjadi Irasional konvensional yang dimaksud secara
b. Penyelesaian masalah umum adalah pembelajaran dengan
berdasarkan intuitif menggunakan metode yang biasa
Ketika menyelesaikan dilakukan oleh guru yaitu memberi
masalah, tidak berdasarkan materi melalui ceramah, latihan soal
akal, tetapi berdasarkan kemudian pemberian tugas.
intuisi atau firasat. Ceramah merupakan salah satu cara
c. Penyelesaian masalah penyampaian informasi dengan lisan
berdasarkan trial and error. dari seseorang kepada sejumlah
Penyelesaian masalah pendengar di suatu ruangan.
dilakukan dengan mencoba- Kegiatan berpusat pada penceramah
coba sehingga akhirnya dan komunikasi searah dari pembaca
ditemukan penyelesaian yang kepada pendengar. Penceramah
tepat.percobaan yang dilakukan mendominasi seluruh kegiatan,
tidak berdasarkan sedang pendengar hanya
hipotesis,tetapi secara acak memperhatikan dan membuat
d. Penyelesaian masalah secara catatan seperlunya.
otoritas Langkah-langkah pembelaran
Penyelesaian masalah konvensional adalah sebagai berikut
berdasarkan kewenangan :
seseorang 1. Siswa disuruh untuk membaca
e. Penyelesaian masalah secara buku.
metafisika 2. Guru menyampaikan materi
Masalah-masalah yang pelajaran sesuai dengan pokok
dihadapi dalam dunia empiric materi pelajaran.
diselesaiakan dengan konsep- 3. Guru memberi kesempatan kepada
konsep atau prinsip-prinsip siswa untuk bertanya.
yang bersumber dalam 4. Guru mengulas pokok materi
supranatural atau dunia mistik pelejaran yang diulas dilanjutkan
f. Penyelesaian masalah secara dengan menyimpulkan.
ilmiah 5. Guru melakukan postes sebagai
g. Penyelesaian masalah secara upaya untuk mengecek terhadap
rasional melalui proses pemahaman siswa tentang matri
dedukasi dan induksi. pelajaran yang telag disampaikan.

5
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 01 Nomor 1, Tahun 2013, 1-10

Chadwan Dwi Yoganingsih merupakan salah satu cara untuk


(2007) tentang meningkatkan hasil mencapai penguasaan konsep akan
belajar dalam menyelesaikan soal- menjadi lebih baik..
soal.Pada pokok bahasan 1. Di duga hasil belajar siswa yang
pengukuran (satuan ukur panjang) menggunakan metode pembelajaran
Melalui implementasi metode problem solving berbeda dengan
problem solving pada siklus I siswa yang menggunakan model
diperoleh hasil 20 siswa terdapat 7 konvensional
orang siswa (35%) yang dapat 2. Di duga hasil belajar siswa yang
dikatagorikan tidak tuntas belajar menggunakan metode pembelajaran
yaitu yang mendapat nilai < 70 problem solving lebih baik
sedangkan pada siklus II di peroleh dibandingkan dengan hasil belajar
2 orang siswa yang tidak tuntas dan siswa yang diajarkan dengan
18 siswa tuntas (90%) dengan rata- menggunakan pembelajaran
rata > 70, Sehingga dapat konvensional.
disimpulkan bahwa kemampuan METODE
siswa dalam menyelesaikan soal Jenis penelitian adalah
soal pokok bahas pengukuran penelitian eksperimen yang
mengalami peningkatan. menyelidiki pengaruh metode
Sujarwata (2009) yang pembelajaran problem solving
berjudul “Peningkatan hasil belajar terhadap hasil belajar dengan
Fisika dasar II melalui penerapan menggunakan perlakuan yaitu kelas
Problem Solving Di jurusan fisika eksperimen. Perlakuan yang
FMIPA”.pada Universitas Negeri diberikan pada kelas eksperimen
Semarang di peroleh hasil hasil rata- adalah metode pembelajaran
rata nilai pada metode Problem Problem Solving Pada Standar
Solving adalah 90,14 dengan standar Kompetensi Menerapkan Dasar
deviasi 3.26621 sedangkan pada Dasar Kelistrikan.
metode konvensional adalah 75,77 Rancangan penelitian yang
dengan standar deviasi 3.48994. digunakan dalam penelitian ini
Pendidikan yang berorientasi adalah Quasi Eksperimen (The
pada guru adalah pendidikan yang Separate-sample Pretest Posttest
konvensional dimana hampir seluruh Control Groub Design). Desain
kegiatan pembelajaran dikendalikan penelitian ini digambarkan sebagai
oleh guru. Hal ini membuat proses berikut :
pembelajaran menjadi kurang Rancangan ini digambarkan
bermakna dan kurang aktifnya siswa. ( sebagai berikut :
Yamin, 2011: 201) .Menerapkan
teknik pembelajaran Problem Solving Tre Pos
Pre-
merupakan salah satu upaya untuk Kelas atm t-
test
memperbaiki proses pembelajaran ent test
dengan harapan terciptanya kondisi
pembelajaran yang lebih bermakna. Eksperimen O1 X1 O2
Menurut pendapat ahli (Hudojo,
1988:32). Problem solving merupakan Kontrol O3 _ O4
suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan
Keterangan :
merumuskan hipotesis yang
O1 dan O3 = Pre-test
memungkinkan dapat meningkatkan
O2 dan O4 = Post-test
kemampuan siswa dalam
X1 = Pemberian perlakuan
menyelesaikan soal, Membiasakan
metode pembelajaran Problem
siswa dalam merumuskan,
Solving (Sugiono.2011:79)
menghadapi dan menyelesaikan soal,
Metode Pembelajaran Problem Solving

(Arikunto, 1993:78) 80 Kompetensi Dasar


Dalam desain ini terdapat dua 78 Indikator Pencapaian
kelas penelitian, yaitu kelas 76
hasil belajar
Materi
eksperimen dan kelas kontrol.
74
Dimana masing-masing kelompok Bahasa
diberikan uji pre-test untuk 72
Format
mengetahui kemampuan awal siswa. 70
Sumber dan Sarana
dan kemudian masing-masing 68 Belajar
kelompok juga diberikan uji post-test
untuk mengetahui gejala yang terjadi
setelah salah satu kelompok diberikan
perlakuan menggunakan metode
Problem Solving.
Dalam tahap persiapan dan
perencanaan penelitian merupakan Gambar 4.1 Grafik Hasil Rating
tahap awal dalam pengambilan data. Validasi RPP
Dalam tahap ini direncanakan semua
kegiatan yang menunjang kelancaran Dari hasil perhitungan analisis
dalam pengambilan data, antara lain validasi Bahan ajar dapat
salah satunya yaitu menyusun dikategorikan valid dengan hasil
perangkat penelitian, antara lain : rating sebesar 80,60 %. sehingga
1. Silabus layak untuk di terapkan di SMKN 2
2. Rencana Pelaksanaan lamongan
Pembelajaran
3. Modul 85
4. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 80 Penilaian
Pada proses pelaksanaan 75 Fisik bahan
Valia…

penelitian, sebelum pelajaran dimulai ajar


peneliti memberikan pre-test kepada
siswa sebelum perlakuan diterapkan
yaitu tes pemahaman konsep pada
Gambar 4.2 Hasil Rating
kompetensi dasar menjelaskan
validasi Bahan Ajar
tegangan,arus dan hambatan . Setelah
keseluruhan kegiatan pembelajaran Dari hasil perhitungan
selesai, siswa diberi tes (post-test), analisis validasi RPP dapat
sampel penelitian yaitu kelas XI/EI dikategorikan valid dengan hasil
1dan XI/EI2 yang di ajarkan dengan rating sebesar 79,02 %. sehingga
metode pembelajaran Problem layak untuk di terapkan di SMKN 2
Solving dan Konvensional. lamongan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil validasi Dan


hasil perhitungan analisis validasi
RPP dikategorikan valid dengan
hasil rating sebesar 77,49 %,
sehingga layak untuk di terapkan di
SMKN 2 lamongan.

Gambar.4.3 Hasil Rating


Validitas Butir Soal
Berdasarkan hasil uji coba
soal yang telah dilakukan sebelum

7
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 01 Nomor 1, Tahun 2013, 1-10

melakukan penelitian, yang di


berikan kepada siswa kelas XII-EI/1
yang sudah mendapat materi
menjelaskan arus ,tegangan dan
hambatan,dengan jumlah responden Sudjana (2005: 241)
22 siswa, tes butir soal di lakukan diperoleh nilai thitung pada
dengan memberikan tes pilihan kelompok eksperimen dengan
ganda sebanyak 40 soal. Yang kelompok 7,082, sedangkan nilai
kemudian diolah menggunakan ttabel dari daftar tabel distribusi t
software anatesV4 dan didapatkan dengan taraf signifikan 0,05 didapat
soal yang layak digunakan sebagai t(1 – 0,05) = 1,67. Karena nilai thitung >
soal pretest dan posttest adalah ttabel, maka hal ini menunjukkan
sebanyak 30 soal. bahwa H0: hasil belajar siswa
Pengujian reliabilitas kelompok eksperimen sama dengan
berkaitan dengan sejauh mana soal kelompok kontrol ditolak dan H1:
tes yang diberikan ajeg dari waktu hasil belajar siswa kelompok
ke waktu, yang artinya suatu soal tes eksperimen lebih baik daripada
dikatakan ajeg apabila dari waktu ke hasil belajar siswa kelompok
waktu menghasilkan nilai yang sama kontrol diterima.Berdasarkan
atau relatif sama. Pengujian analisis hasil posttest, rata-rata hasil
reliabilitas soal dilakukan dengan belajar kelompok eksperimen (kelas
menggunakan Anates V4. XI EI-1) lebih baik daripada
Berdasarkan perhitungan diperoleh kelompok kontrol (kelas XI EI-2),
nilai rhitung sebesar 0,923 sedangkan maka dapat disimpulkan bahwa
nilai rtabel sebesar 0,423 dengan taraf hasil belajar siswa lebih baik
signifikan α = 0,05 atau dengan taraf dengan menerapkan metode
kepercayaan 95 %. Berdasarkan pembelajaran Problem Solving,
hasil tersebut diketahui rhitung > rtabel, daripada kelompok kontrol yang
hal ini menunjukkan item soal yang tanpa menerapkan metode
digunakan pretest dan posttest pembelajaran Problem Solving yaitu
tersebut dinyatakan reliabel. menggunakan metode yang biasa
digunakan di sekolah
Dari hasil tes evaluasi (postest) (konvensional).
yang telah dilakukan, diperoleh PENUTUP
beberapa data yang digunakan Simpulan
untuk untuk mengetahui apakah Berdasarkan hasil analisis data
pembelajaran dengan menggunakan dan pembahasan, maka dapat
metode pembelajaran problem disimpulkan sebagai berikut :
solving lebih baik daripada yang 1. Rata-rata hasil belajar siswa
menggunakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Teknik analisis data Problem Solving sebesar 83,25 dan
hasil belajar yang digunakan adalah rata-rata hasil belajar siswa
Uji-t satupihak kanan (Independent menggunakan model pembelajaran
Samples Test). Dari hasil penelitian konvensional sebesar 72,50
diperoleh bahwa rata-rata nilai pada ,Perbedaan antara hasil belajar pada
kelas eksperimen (XI EI-1) adalah kedua kelas dinyatakan signifikan
83,2562 dengan standar deviasi karena berdasarkan uji-t diperoleh
5,54867sedangkan rata-rata nilai thitung > ttabel. Dapat dinyatakan
pada kelas kontrol (XI EI-2) adalah bahwa metode pembelajaran
72,5003 dengan standar deviasi Problem Solving berpengaruh lebih
6,56013. Nilai ttabel menggunakan tinggi terhadap hasil belajar siswa.
taraf signifikansi sebesar 5%. Dalam pengujian hipotesis
Rumus uji-t dengan uji-t 2 pihak di dapatkan
Metode Pembelajaran Problem Solving

nilai thitung manual sebesar 7,00 dan tujuan dari pembelajaran


thitung SPSS sebesar 7,08 sedangkan Problem Solving ini.
ttabel atau t(1-1/2α) sebesar 2,00 Maka b. Diharapkan untuk penelitian yang
dapat disimpulkan tolak H0 dan akan datang, hendaknya strategi
terima H1 yaitu rata- rata hasil pembelajaran Problem Solving
belajar siswa dengan metode dapat diterapkan pada pokok
pembelajaran Problem Solving tidak bahasan yang lain dengan bentuk
sama dengan model pembelajaran penilaian kinerja yang berbeda.
konvensional. c. Dalam penelitian ini masih
2. Sedangkan uji-t satu pihak banyak kekurangan, terutama
didapatkan nilai thitung manual pada terbatasnya referensi untuk
sebesar 7,00 dan thitung SPSS sebesar materi ajar. Diharapkan ada pihak
7,08 sedangkan ttabel atau t(1-α) lain yang meneruskan penelitian
sebesar 1,67. Maka dapat ini dengan menambah referensi
disimpulkan tolak H0 dan terima H1 materi ajar agar mendapatkan
yaitu hasil belajar siswa dengan perangkat pembelajaran yang
model pembelajaran Problem lebih baik untuk meningkatkan
Solving lebih baik dari pada siswa kualitas pembelajaran.
dengan model pembelajaran
konvensional dengan perbedaan
rata-rata hasil belajar siswa DAFTAR PUSTAKA
kelompok eksperimen adalah 83,25
sedangkan rata-rata siswa kelompok Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
control adalah 72,50.selisih rata-rata Penelitian Suatu Pendekatan
hasil belajar siswa antara kelas Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
eksperimen dan control adalah
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar
10,7559 merupakan angka yang
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
cukup tinggi dan menggambarkan
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur
bahwa pengaruh metode
Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
pembelajaran problem solving lebih
Djamarah,Saiful B. & Aswan Zain. 1996.
tinggi di banding dengan model
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
pembelajaran konvensional.
PT. Rineka Cipta
Saran
Endang, Sari. 1993. Audience Research.
1. Penulis merasa bahwa hasil yang
Yogyakarta: Andi Offset.
telah didapat di dalam penelitian ini
Hudojo, Herman.1988. Mengajar dan
masih belum sempurna, oleh karena
Belajar. Jakarta: Depdikbud.
itu penulis Pada penelitian ini perlu
adanya penguasaan kelas agar
Ma’mur,Jamal.2011.7 Tips Aplikasi Pakem
mengetahui kondisi kelas, keikut
(Pembelajaran Aktif, Kreatif,
sertaan siswa dalam belajar serta
Efektif, dan Menyenagkan.
suasana kelas agar selalu
Jogjakarta: DIVA Press
menyenangkan.
Nur, Mohamad.2008. Model Pembelajaran
3. Bagi Pengguna
Berdasarkan Masalah. Surabaya:
Hasil penelitian ini juga dapat
Pusat Sains Dan Matematika
dijadikan salah satu referensi untuk
Sekolah UNESA
pembelajaran pada kompetensi dasar
Sasmita, Nur.2009. Penerapan Model
selanjutnya khususnya pada mata
pembelajaran Problem Solving
pelajaran dasar-dasar Kelistrikan.
Dengan Pendekatan Konstektual Di
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
SMK N Klakah.Skripsi tidak di
a. Diharapkan sebelum melakukan
terbitkan. Surabaya: Universitas
penelitian, siswa diberi
Negeri Surabaya.
penjelasan mengenai maksud dan

9
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 01 Nomor 1, Tahun 2013, 1-10

Syafitri, Dewi.2011. Penerapan Model


Pembelajarn Problem Solving Susanto. 2007. Pengembangan KTSP Dengan
Terhadap Hasil Belajar Pada Prespektif Menejemen Visi.
Kompetensi Dasar Menjelaskan Surabaya : Matapena.
Konsep Sekuensial Di SMKN 3
Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Tipler, Paul. 2001. Fisika Untuk Sains dan
Surabaya: Universitas Negeri Teknik. Jakarta : Erlangga
Surabaya.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu
Matematika di Indonesia. dalam Teori dan Praktik. Jakarta
Depdiknas. : Prestasi Pustaka Publisher.
Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan
Belajar Mengajar. Bandung: Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Remaja Rosdakarya. Aksara.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung:
Tarsito
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta .
________.2011. Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung: Alfabeta.
Sujarwata. 2009. Peningkatan hasil belajar
Fisika dasar II melalui penerapan
Problem Solving Di jurusan
fisika FMIPA.
http://www.perpustakaan online
UNS_0817.pdf. Diakses 8 april
2012.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Thobroni, Muhammad & Arif Mustafa. 2011.
Belajar & Pembelajaran:
Pengembangan Wacana Dan
Praktik Pembelajaran Dalam
Pembangunan Nasional.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yamin,Martinis. 2008.Paradigma Pendidikan
Konstruktivistik. Jakarta: GP. Press
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung
:Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung :


Tarsito.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative


Learning : Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.

Anda mungkin juga menyukai