Anda di halaman 1dari 6

Jeruk Indonesia Mampu Bersaing

22 Dec
https://zainuri.wordpress.com/2010/12/22/jeruk-indonesia-mampu-bersaing/

Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub
Tropika di Tlekung, Kota Batu sampai saat ini mempunyai koleksi 210 aksesi (varietas)
jeruk, 73 aksesi apel, 43 aksesi anggur, 25 aksesi lengkeng dan 4 aksesi stroberi.

Kekayaan Indonesia itu kurang tersosialisasi dan diolah dengan baik sehingga selama ini
serbuan jeruk dan buah impor menyurutkan nyali kita, padahal Indonesia negara kaya.
Kita punya potensi untuk berpartisipasi dan merebut pasar perdagangan buah-buahan.
Jeruk adalah buah yang sangat populer. Buah meja ini senantiasa mampir dalam menu
harian kita maupun dalam menu hajatan di masyarakat. Selain itu juga sering
dimanfaatkan sebagai olahan makanan, minuman bahkan obat dan pengharum ruangan
pun banyak yang beraroma jeruk.

Dalam era perdagangan bebas ini, kita semakin mudah mendapatkan jeruk impor yang
bahkan selalu bisa dijumpai dipinggir jalan kota-kota besar. Sesuai dengan kesepakatan
ASEAN-China tarif jeruk impor dari China adalah nol persen. Hal ini membuat negara
lain sebagai penghasil jeruk yaitu Amerika dan Australia mengajukan keberatan atas
kebijakan ini karena mereka tetap dikenakan tarif 25% karena tidak (belum) terikat
perjanjian perdagangan bebas. Namun, Pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Perdagangan tetap teguh pada perjanjian yang sudah disepakati karena secara hitung-
hitungan matematis trade balance (neraca perdagangan) produk pertanian dengan
ASEAN-China, Indonesia masih meraih surplus US$ 2,2 miliar (nilai ekspor US$ 2,89
miliar dikurangi impor US$ 689,1 juta). Surplus tersebut dari pemasukan sektor
perkebunan yaitu sawit, kopi karet, kakao, dll yang juga bebas masuk ke pasar China.

Melimpahnya jeruk dari China dengan harga terjangkau membuat masyarakat sebagai
konsumen senang. Namun ada juga masyarakat yang mengkhawatirkan dan bertanya-
tanya, “Bagaimana dengan nasib jeruk lokal?” Jeruk yang sejak kecil sering dinikmati.
Dimana dengan mudah bisa didapatkan?

Varietas jeruk Indonesia sangat beragam, mulai dari Manis Waturejo, Manis Punten,
Manis Pacitan, Siam Pontianak, Siam Berastagi, Siam Mamuju, Siam Banjar, Siam
Kintamani, Keprok Riau, Keprok Kedu, Keprok Selayar, Keprok Madura, Keprok Konde
Purworejo, Keprok Batu 55, Keprok Satsuma, Keprok Ponkan, Keprok Tejakula, Keprok
Freemont, Keprok Pulung, Keprok Cina Licin, Keprok Madu Terigas, Keprok Soe,
Keprok Cina Konde, Keprok Mandarin Cimahi, dan lain-lain termasuk jenis jeruk Pamelo
yang selama ini kita tahunya Jeruk Bali yang sebetulnya hanya satu dari sekian banyak
jenis Jeruk Pamelo.

Jeruk adalah tanaman yang adaptif. Hampir semua wilayah di dunia ini dari dataran
rendah sampai dataran tinggi dapat ditanami dengan varietas komersial yang berbeda. Di
Indonesia sendiri hampir semua propinsi terdapat sentra produksi jeruk, terutama di
propinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Berdasarkan data produksi buah jeruk Food and Agriculture Organization (FAO) tahun
2006; luas panen jeruk Indonesia mencapai 72.370 ha dengan total produksi sebesar
2.625.543 ton, Indonesia telah masuk di jajaran 10 besar produsen jeruk dunia, bahkan
berdasarkan kelompok mandarin (keprok/mandarin, siam/tangerin, clementine dan
satsuma), Indonesia menduduki peringkat dua setelah China. Artinya, selain sebagai
pasar potensial, Indonesia juga harus dipertimbangkan sebagai produsen jeruk dunia di
pasar global.

Produktivitas usahatani jeruk nasional cukup tinggi, yaitu berkisar 17-35 ton/ha dari
potensi 25-40 ton per ha. Walaupun data impor buah jeruk segar dan olahan cenderung
terus meningkat, dan sebagian besar produksi dalam negeri terserap oleh pasar domestik,
namun ekspor buah jeruk jenis tertentu seperti lemon, grapefruit dan pamelo juga terus
meningkat sekaligus memberikan peluang pasar yang menarik. Pada tahun 2006, impor
buah jeruk segar mencapai 100.655 ton sedangkan ekspornya sebesar 1.140 ton, atau
sejak tahun 1998 masing-masing meningkat sebesar 24,07% dan 13,44% per tahun.
(Ditjen Bina Produksi Hortikultura)

Bisakah Mengalahkan Jeruk China?

Potensi dan keaneragaman varietas jeruk yang dimiliki memberi peluang dimana
Indonesia pantas menjadi tuan rumah di negeri sendiri bahkan meningkatkan ekspor
varietas unggulan dengan pesat setidaknya lebih dari 10 tahun mendatang. Jeruk
Indonesia pasti mampu mengalahkan jeruk China. Dengan kondisi sekarang ini, kita akui
memang masih banyak yang harus dibenahi. Ada beberapa hal yang harus dilakukan
bersama yaitu; Pertama, Buah jeruk harus memenuhi preferensi konsumen. Hal itu bisa
dari warna buah kuning-oranye yang juga mulus dan manis. Beberapa jenis jeruk keprok
kita sudah memenuhi syarat itu yaitu Keprok Batu 55, Keprok Soe, Keprok Berasitepu,
Keprok Borneo Prima, dan Keprok Freemont. Keprok Soe misalnya, yang berasal dari
NTT jauh lebih menarik ketimbang jeruk impor. Rasanya manis dan segar. Pemulia di
Balitjestro (Balai Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika) saat ini sedang berusaha
menghasilkan varietas jeruk yang seedless karena ternyata konsumen juga menghendaki
buah jeruk yang tidak berbiji atau berbiji kurang dari 5 butir. Ini tantangan bagi peneliti.

Kedua, Pemangkasan ekonomi biaya tinggi, terutama dalam distribusinya. Selama ini
petani sebagai produsen mendapatkan keuntungan yang rendah. Jeruk Berastagi untuk
sampai dari Medan ke Jakarta mengalami tujuh kali pungutan resmi dan liar. Sehingga
biaya mendatangkan jeruk dari Bangkok dan China justru lebih murah.

Ketiga, kebijakan yang berpihak untuk pengembangan jeruk nasional dari pemerintah
pusat sampai daerah, juga keberpihakan masyarakat sebagai konsumen produk dalam
negeri. Dalam hal ini peran pemerintah mencakup pembangunan sarana prasarana,
meningkatkan pengolahan pasca panen dan membangun industri pengolahan, kampaye
makan buah jeruk, pemberdayaan diplomasi dan negoisasi dalam Economic Partnership
Agreement (EPA) serta penyediaan benih berlabel. Saat ini jeruk keprok dapat diproduksi
jutaan batang dalam waktu singkat dengan teknologi somatic embryogenesis (SE) –
(Gatot Irianto, Kompas). Pemerintah sekarang juga mulai membahas RUU Hortikultura
pada 2010. Pembahasan RUU ini mengatur perbenihan, pendanaan, perlindungan dan
perdagangan komoditas hortikultura yang akan melindungi masyarakat dari berbagai
produk asing, termasuk ancaman ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

Dan keempat, adanya pengawalan teknologi yang intensif. Varietas jeruk yang beragam
membuat pemda dan masyarakat harus selektif memilih produk unggulan yang berdaya
saing bagi daerahnya. Saat ini Kementrian Pertanian rajin melakukan keprokisasi, karena
harga jeruk keprok di pasar lebih kompetitif dan memberikan nilai lebih bagi petani dua
kali lipat daripada jeruk siam. Kawalan teknologi diperlukan sehingga tanaman jeruk
dapat tumbuh optimal, berumur panjang dan menghindari hama dan penyakit seperti
kasus serangan Citrus Vein Phloem Degeneration (CPVD), penyakit yang menjadi
momok bagi petani jeruk. klik artikelnya disini

Advertisements
Report this ad
Report this ad

Related

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika


In "umum"

Citrus Spectacular Day 2010

In "umum"

Dapatkah Rekayasa Genetika Menyelamatkan Jeruk Florida?

In "Riset"

4 Comments

Posted by zainurihanif on December 22, 2010 in umum

Tags: badan litbang, benih, buah, citrus, Jeruk, Riset

← Capital of Realization Strength


Sayangi Hewan →

4 responses to “Jeruk Indonesia Mampu Bersaing”


1.

ashari

May 5, 2011 at 12:45

diperlukan revolusi pertanian, krn terbukti reformasi telah menghasilkan


penjajah2 yang merampas kekayaan negeri ini atas nama investasi asing. belajar
bagaimana nabi yusup mampu swasembada pangan yg cukup untuk 7 tahun tidak
hanya berkelanjutan tiap tahun maka secara teknis ada bbrp tahapan. 1,
menghidupkan tanah mati, semua lahan harus ditanamai dan dikelola, dibiarkan
minimal 3 thn akan diambil negara scr paksa. di negeri ini puluhan juta lahan
kosong belum termanfaatkan. luas pertanian jeruk kita skrg hanya sekitar 75.000
ha, sangat sedikit skali maka pelu diperluas menjadi jutaan ha minimal 1 jt ha
seperti kelapa sawit yg lebih 20jt ha. 2. sarana pendukung yg optimal termasuk
infrastruktur, peralatan, traktor, saprodi dll. 3. litbang yg terus berkembang dan
langsung diaplikasikan. 4 distribusi yang transparan termasuk harga. dll. penutup
semua ini tdk akan berjalan jika sistem negeri ini tetap kapitalis pro pasar. baca
juga di alwaie, n0 128 th 11 april 2011, kegemilangan pertanian pada masa
khilafah

Like

Reply

2.

zainuri

May 5, 2011 at 13:21

mas Ashari bisa uploadkan artikel yang dimaksud? (alwaie, n0 128 th 11 april
2011, kegemilangan pertanian pada masa khilafah)? biar kita lebih tahu
lengkapnya… siapa tahu mengkayakan dan menjadi solusi bagi kita. Dan
semoga kita bisa mencontoh nabi Yusuf.

Data luas lahan jeruk kita sampai 2009 dari Pusdatin Kementan yaitu Jeruk
(60,190 ha), Jeruk Besar/Pamelo (4,765 ha) dan jeruk siam (55,425 ha). Untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri memang perlu sebuah langkah kongkrit
penambahan lahan. Tapi tetap harus diperhitungkan dengan baik seluas mana
areal yang ideal dan dimana saja. Syukur2 bisa ekspor nantinya. Apakah
arealnya sampai jutaan? ngalahin lahan kedelai dan makanan pokok lainnya
dong, bisa-bisa makanan pokok kita jadi jeruk… hehe :p…. target minimal ya
nggak impor. itu sudah bagus. Walau kita menyadari bahwa komoditas unggulan
paling prospektif kita ya di buah tropis yang kita menjadi tuan rumah dengan
iklim yang sangat mendukung, misalnya mangga.

Like

Reply

3.

Imam M.

July 6, 2015 at 10:42

Kira2 jeruk keprok terbaik untuk wilayah kalsel yg panas, apa ya pak?
siem banjar harganya turun terus…tejakula, broneoprima, madura, trigas, atau
yg lain… mohon sarannya

Like

Reply

zainurihanif

July 18, 2015 at 23:54

mas Imam, Keprok ada yang untuk dataran rendah. Yang sekarang
banyak dikembangkan adalah Keprok Tejakula di Tuban dan Nunukan.

Like

 Weekend Activity

Anda mungkin juga menyukai