Pengaruh Corporate Social Responsibility Pada Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Skripsi)
Pengaruh Corporate Social Responsibility Pada Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Skripsi)
(Skripsi)
Oleh
Oleh
ESTER CHRISTINE DEBORA
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2006-2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive judgement sampling dan sampel yang diperoleh sebanyak 7 perusahaan.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis faktor untuk mereduksi empat variabel
moderasi yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris
independen dan jumlah anggota audit, lalu dilakukan regresi linear berganda dan uji
asumsi klasik
NPM : 0411031056
TELP : 081311142540
EMAIL : ester_cpa@yahoo.co.id
I.2 Permasalahan
I.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di kemukakan suatu perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengungkapan CSR berpengaruh positif pada nilai perusahaan?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.3 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)
Menurut The World Bussines Council for Sustainable Development, Corporate Sosial
Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) didefinisikan sebagai komitmen
bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat dan
masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Corporate Sosial Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) perusahaan
diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainbility Reporting. Sustainbility
Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,
pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).Sustainability Reporting harus menjadi
dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang
Sustainability Development yang membawanya menuju kepada bisnis yang utama dan
sektor industrinya.
Corporate Social Responsibiliy (tanggung Jawab Sosial Perusahaan) berhubungan erat
dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus
berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang.
Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan
masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga
menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen)
sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap
perusahaan. Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa
tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut :
1. Basic responsibility (BR)
Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu
perusahaan, yang muncul karena keberadaan perusahan tersebut seperti;
perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar
pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini
tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius.
2. Organization responsibility (OR)
Pada level kedua ini menunjukkan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi
perubahan kebutuhan “Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan
masyarakat di sekitarnya.
3. Social responses (SR)
Pada level ketiga, menunjukkan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan
kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat
tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang
terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.
Tanggung jawab perusahaan (CSR) tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan
perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang
ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun Teuku
dan Imbuh (1997) dalam Cahyonowati (2003) mendeskripsikan tanggung jawab sosial
sebagai kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan
juga memberikan kontribusi positif terdapat kesejahteraan komunitas dimana mereka
berada. Sedangkan menurut Sevic (Hasibuan,2001) tanggung jawab sosial diartikan
bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab pada tindakan yang mempengaruhi
konsumen, masyarakat dan lingkungan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung sosial adalah suatu
bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan perusahaan, atas dampak positif
maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin
sedikit-banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam
lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba,
perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk menyediakan
lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya
tidak mencemarkan lingkungan sekitar perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja
secara jujur, menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga
lingkungan eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.
2.9. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk mengukur sampai sejauh
mana perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang
saham. Nilai perusahaan juga dapat digunakan untuk meyakinkan para kreditur bahwa
perusahaan tidak akan melangggar perjanjian hutang.
Nilai perusahaan (firm value) akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Apabila harga
saham tinggi berarti saham tersebut akan diminati oleh investor, dan dengan permintaan
saham yang menaik menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Dengan semakin
baiknya nilai perusahaan, maka tingkat kepercayaan para pemegang saham juga akan
semakin tinggi, sehingga mereka akan menanamkan dananya keperusahaan, yang mana
dalam hal ini dana tersebut akan dijadikan oleh perusahaan sebagai modal untuk
membiayai kegiatan opersional.
Dalam sofiana (2009), nilai perusahaan berkaitan dengan nilai saham yaitu nilai pasar dan
nilai buku. Semakin tinggi harga saham, maka semakin sejahtera pemegang saham.
Nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan. Nilai
buku per lembar menunjukkan aset bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan memiliki satu lembar saham, maka nilai buku per lembar saham adalah
total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Untuk menghitung nilai buku suatu
saham perlu diketahui :
a. Nilai Nominal
Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang
ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ini merupakan modal
disetor per lembar yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk
proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham.
b. Agio Saham
Agio saham merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada
perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.
Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh
pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham
preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan
total nilai minimal ditambah dengan agio saham.
d. Laba Ditahan
Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke
perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di
neraca akan menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik
pemegang saham yang berupa keuntungan yang tidak dibagikan, maka nilai ini
juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca.
Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham bersangkutan di pasar bursa.
Menurut Gordon, Sharpe, dan Baley (1995) dalam Setiawaty (2007) harga saham
ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai pasar
agregat suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar per lembar saham dikalikan
dengan jumlah saham yang beredar, dengan asumsi bahwa harga saham yang digunakan
adalah harga penutupan atau harga terakhir yang merupakan harga yang tidak mungkin
berubah sampai bursa diaktifkan kembali. Nilai kapitalisasi pasar suatu perusahaan juga
dapat digunakan investor untuk dijadikan salah satu indikator perkembangan suatu
perusahan.
Di samping itu, menurut Brigham dan Houston (2004) dalam Setiawaty (2007), nilai pasar
saham yang diperdagangkan di pasar sekunder, sebagai variabel pengukur nilai kapitalisasi
pasar berguna bagi manajemen sebagai indikator untuk mengukur pandangan investor
terhadap kinerja perusahaan di masa lalu maupun prospek perusahaan di masa depan.
Selain itu, informasi yang mempengaruhi nilai perusahaan juga akan mempengaruhi harga
saham. Informasi tersebut meliputi pendapatan masa mendatang, arus kas, propek
pertumbuhan, makro ekonomi, informasi dari inflasi, tingkat bunga dan informasi
mengenai ekonomi dan industri.
PBVatau Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang
investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. PBV
diperoleh dengan cara membagi harga pasar saham dengan Nilai Buku Per Saham atau
Book Value Per Share (BVPS). Nilai Buku Per Saham (BVPS) diperoleh dengan cara
membagi total ekuitas perusahaan pada periode tertentu dengan jumlah sahamnya yang
tercatat di Bursa Efek.Rasio analisis ini berfungsi melengkapi analisis book value. Jika
pada analisis book value, investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai
saham, pada rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung book value dari suatu
saham dengan market valuenya. Dengan rasio PBV investor dapat mengetahui langsung
sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book valuenya.Setelah
mendapatkan rasio PBV, investor dapat membandingkanlangsung rasio ini dengan
saham-saham di industrinya atau yang bergerak di sektor ekonomi yang sama. Dengan
demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga suatu saham, apakah market
value saham tersebut sudah relatif mahal atau ternyata masih murah.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2005-2010. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu
industri manufaktur sebagai populasi karena sektor manufaktur memiliki jumlah terbesar
perusahaan dibandingkan sektor lainnya. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode purposive judgement sampling, yaitu tipe pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu. Maka diperoleh 7 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Nama Perusahaan Sampel
1. Studi Lapangan
Merupakan cara untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan untuk
menganalisis objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa Annual
Report, Sustainability Report dan laporan keuangan dari masing-masing
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
tahun 2005-2010 yang diperoleh dari situs BEI www.idx.co.id.
2. Studi Kepustakaan
Merupakan pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku ilmiah
dansumber data lainnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan
mengenai teori dan pendapat para pakar yang akan digunakan dalam menganalisis
penelitian ini.
b. Variabel Independen
Variabel-variabel bebas digunakan dalam penelitian ini dinyatakan dengan notasi X.
Variabel-variabel tersebut adalah CSRI (Corporate Sosial Resposibility Index) dan
Corporate Governance. Perhitungan CSRI dilakukan dengan menggunakan pendekatan
dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika
diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item
dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus
perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (haniffa dkk,2005 dalam Sayekti dan
Wondabio,2007) :
Keterangan :
CSRI : Corporate Sosial Responsibility Disclosure Index
nj : jumlah item untuk perusahaan j,nj = 78
xj : 1= jika item I diungkapkan; 0=jika item I tidak diungkapkan
dengan demikian, 0< CSRIt<1
c Variabel Pemoderasi
Variabel pemoderasi merupakan hubungan langsung antara variabel-variabel independen
dengan variabel-variabel dependen kemungkinan dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Variabel pemoderasi adalah tipe variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan
langsung antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel pemoderasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalahcorporate governance yang diproksikan
menggunakan:
1. Kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham dewan
direksi dan dewan komisaris dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
2. Kepemilikan institusional yang diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh
perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan institusi lain dibagi
dengan total jumlah saham beredar.
4. Jumlah anggota komite audit yang diukur dengan menghitung jumlah anggota
komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini.
Keterangan:
Y = PBV
a = konstanta
ß1 – ß3 = koefisien regresi
ZCSRI = standardized corporate social responsibility disclosure index
ZCG = standardized corporate governance
AbzCSRIxCG = ZCSRI x ZCG
e = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk mereduksi empat variabel moderasi yaitu kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah
anggota audit menjadi satu faktor yaitu Corporate Governanve. Penelitian ini
menggunakan confirmatory factors analysis, yaitu analisis faktor yang digunakan untuk
mengkonfirmasi apakah suatu konstruk yang secara teoritis telah dibentuk dapat
dikonfirmasikan dengan data empirisnya (Ghozali, 2006).
Hasil pengujian melalui analisis faktor menunjukkan bahwa penelitian ini melalui dua
tahap analisis. Hasil analisis yang pertama menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
institusional tidak digunakan lagi pada analisis selanjutnya karena memiliki nilai korelasi
<0,5 yaitu sebesar 0,426. Hasil analisis faktor yang pertama dapat ditunjukkan pada tabel
berikut :
IN KI KM KA
Anti-image Covariance IN .899 -.083 .164 .197
KI -.083 .924 -.241 .067
KM .164 -.241 .863 -.150
KA .197 .067 -.150 .905
a
Anti-image Correlation IN .560 -.091 .186 .218
KI -.091 .426a -.270 .073
a
KM .186 -.270 .517 -.170
KA .218 .073 -.170 .574a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
IN KM KA
Anti-image Covariance IN .906 .155 .205
KM .155 .931 -.144
KA .205 -.144 .910
a
Anti-image Correlation IN .585 .169 .226
a
KM .169 .619 -.157
KA .226 -.157 .589a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Statistik deskriptif berhubungan dengan penggambaran atau peringkasan data penelitian
sehingga data tersebut mudah dipahami.
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan perbandingan antara variabel-
variabel independen yaitu corporate sosial responsibility disclosure, corporate
governance, terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Hasil statistik deskriptif
dari data penelitian ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 4. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
PBV 35 -1.5184 3.4379 .842657 1.3187500
CSR 35 .385 .718 .57436 .099783
CG 35 -1.36938 3.02887 -2.8270910E-16 1.00000000
Valid N (listwise) 35
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regersi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem
multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya varianceinflation factor (VIF). Nilai
VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan
terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan cukup besar antara variabel-variabel
bebas, dan angka tolarance mempunyai angka > 0,10, maka variabel tersebut tidak
mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
Dari tabel di atas dapat diketahui DW sebesar 2.830 dari jumlah sampel 35 dengan
variabel berjumlah 3 (n =35, k = 3) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut
maka batas dL = 1.283, dU= 1.653.
. Uji heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah faktor penggangu mempunyai variasi sama atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi
digunakan metode dengan menggunakan plot pada regresi. Jika pada grafik scaterrplot
ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scaterrplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak
membentuk pola tertentu, serta tersebar baik dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi
4.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi variabel
independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Dengan dasar keputusan
berdasarkan probabilitas sebagai berikut :
jika (p-value) .0,05 maka Ha ditolak
jika (p-value) < 0,05 maka Ha diterima
Rumus regresi untuk menguji hipotesis adalah :
Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X1X2 + e
Dimana nilai X1 adalah corporate responsibility social disclosure, X2 adalah corporate
governance, keduanya harus diubah dalam bentuk standardized agar tidak terjadi
perbedaan nilai absolute yang besar. Langkah berikutnya adalah membuat regresi dengan
persamaan sebagai berikut :
PBV = a + ß1ZCSRI + ß2ZCG + ß3AbsCSRI_CG + e
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan CSR dan corporate
governancepada nilai perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitiansebelumnya
karena menggunakan corporate governance sebagai variabel pemoderasi pada hubungan
pengungkapan CSR dengan nilai per usahaan. Hasil pengujian hipotesis pertama
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasil
ini memperkuat hasil penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) dan Dahlia dan Siregar
(2008) Harjoto dan Jo (2007), namun menentang hasil penelitian Harjoto dan Jo (2007).
Hasil penelitian ini memberikan arti bahwa para investor di Indonesiaharus lebih
memperhatikan dalam laporan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga kebutuhan akan
informasi tanggung jawab sosial merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi. Apabila perusahaan memiliki kinerja sosial dan
lingkungan yang baik, maka akan muncul kepercayaan dari investor sehingga direspon
positif melalui peningkatan harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Setiap perusahaan hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan
karena tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di BEI masih sangat
rendah dan belum mengikuti standar yang dikeluarkan regulator. Selain itu, hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti
pemerintah, Bapepam, dan IAI dalam merumuskan kebijakan, peraturan, dan standar
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Mengingat semakin
pentingnya pengungkapan CSR, maka regulator agar lebih mengintensifkan semua
perusahaan yang terdaftar di BEI untuk melakukan kegiatan CSR sebagai salah satu wujud
kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian
lingkungan di sekitar perusahaan.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan yang tergolong dalam
Perusahaan manufaktur sehingga belum bisa digunakan untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian untuk kelompok selain perusahaan
manufaktur
2. Kurang banyaknya sampel penelitian yang dapat menyebabkan kurangnya
keakuratan hasil penelitian.
3. Variabel yang digunakan kurang memadai dan bervariasi.
5.3 Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi
hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel lebih banyak dan lebih
luas agar dapat diperoleh kesimpulan yang lebih luas dan menyeluruh.
2. Penggunaan sampel yang lebih banyak diharapkan dapat memberikan hasil
penelitian yang lebih akurat.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih
bervariasi sehingga dapat memberikan informasi yg lebih bermanfaat bagi
pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
Daftar Pustaka
Alexander, John. J dan Buchloz. 1978. A Reason for Differences in Corporate Social
Reporting. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 10, p. 521-547.
Black, Bernard S H. Jang, dan W Kim. 2003. Does Corporate Governance affect Firm
Value? Evidence from Korea. Finance Working Paper No.103/2005,
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=222491, tgl download 13 Mei
2007.
Dahlia, Lely, dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.
Daily, Catherine, dan Robert Dalton. 1993. Corporate Governance: The Impact of Board
Composition and Structure. The Academy of Management Journal. December,
Vol.37, 1603-1617.
Daryatno, Arief. 2004. Pengaruh Corporate Governance pada Nilai Perusahaan dengan
Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening Simposium Nasional Akuntansi VII
Denpasar Bali, 2-3 Desember.
Departemen Keuangan. 2006. Studi penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 Dalam
Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Seri Tata Kelola (Corporate
Governance) Jilid II. http: //fcgi.org.id.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
BPFE Universitas Diponegoro.
Goodstein, J. Gautam, dan Warren Boeker. 1991. The Effect of Owner versus Management
Control on the Choice of Accounting Methods. Journal of Accounting and
Economics, Vol.4. hal.41 -53.
Harjoto, Maretno A, dan Hoje Jo. 2007. Corporate Governance and Firm Value: The