Dosen Pembimbing :
Wima Yudo Prasetyo S.Sos, MAP
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Teori Governance
Oleh:
Kelas H
0
PENDAHULUAN
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak
upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan iklim Good Governance
yang baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap
publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan
pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi
acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak
lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga –
lembaga penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk.
1
Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde
Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru
dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development bukannya
sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat
menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mewujudkan Konsep Good Governance di Indonesia
3
perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap
jalannya aktifitas-aktifitas tersebut.
Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai
keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi.
Prasyarat minimal untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi,
akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan
keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan,
efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai
bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan masyarakat di
setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan
struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah
faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau
tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian
hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap manusia memiliki kepentingan.
Baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau kepentingan masyarakat nasional
bahkan internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut
selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang namanya
“good governance” benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan
melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok yang membuat sulit
tercapainya kata “sepakat”. Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep
yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang
dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang
dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan memberikan pelayanan demi
kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan
yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3 (tiga) pilar
pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan
pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak
pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak
ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak
4
tersebut saling berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang
baik. Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar.
Namun dengan keadaan Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi,
2005).
Dengan berbagai statement negatif yang dilontarkan terhadap pemerintah
atas keadaan Indonesia saat ini. Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang
berpengaruh terhadap clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005):
1. Integritas Pelaku Pemerintahan
Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para
pelaku pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada
kesempatan untuk melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri
Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang
dihadirkan oleh politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang
tidak/kurang demokratis yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan.
Maka tentu harus segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan
berbagai kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan yang merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga
menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara,
dan masih banyak timbul masalah sosial di dalamnya seperti konflik dan
anarkisme kelompok, akan sangat kecil kemungkinan good governance bisa
ditegakkan.
5. Sistem Hukum
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara.
Hukum merupakan faktor penting dalam penegakan good governance. Kelemahan
sistem hukum akan berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan secara
5
keseluruhan. Good governanance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem
hukum yang lemah. Oleh karena itu penguatan sistim hukum atau reformasi
hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good governance.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan
mendambakan terciptanya good governance. Namun, keadaan saat ini
menunjukkan bahwa hal tersebut masih sangat jauh dari harapan. Kepentingan
politik, KKN, peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan
kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa masalah yang membuat
pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Untuk mencapai good
governance dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip good
governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan.
Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu
pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil hendaknya saling menjaga, saling
support dan berpatisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang
dilakukan
1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan
sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara konstruktif.
6
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,
termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar
dapat dimengerti dan dipantau.
6. Kesetaraan
8. Akuntabilitas
7
kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban
tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
8
pemberi pelayanan dalam hal ini birokrasi sehingga masyarakat mencari jalan
alternatif untuk mendapatkan pelayanan melalui cara tertentu yaitu dengan
memberikan biaya tambahan. Dalam pemberian pelayanan publik, disamping
permasalahan diatas, juga tentang cara pelayanan yang diterima oleh masyarakat
yang sering melecehkan martabatnya sebagai warga Negara. Masyarakat
ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan pejabat birokrasi, sehingga
harus tunduk pada ketentuan birokrasi dan kemauan dari para pejabatnya. Hal ini
terjadi karna budaya yang berkembang dalam birokrasi selama ini bukan budaya
pelayanan, tetapi lebih mengarah kepada budaya kekuasaan.
9
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam buku van walt yang
berjudul changing public services values mengatakan bahwa para birokrat bekerja
dalam sebuah bermuatan nilai dan lingkungan yang yang didorong oleh sejumlah
nilai. nilai-nilai ini yang menjadi pijakan dalam segala aktivitas birokrasi saat
memberi pelayanan publik.
Terkait dengan pernyataan tersebut ada beberapa nilai yang harus dipegang
teguh para formulator saat mendesain suatu naklumat pelayanan. beberapa nilai
yang dimaksud yakni
1. Kesetaraan
2. Keadilan
3. Keterbukaan
4. Kontinyuitas dan regualitas
5. Partisipasi
6. Inovasi dan perbaikan
7. Efesiensi
8. Efektifitas
Dengan metode tersebut penerapan prinsip good governance dalam
pelayanan publik akan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance
yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, pada dasarnya menuntut keterlibatan
seluruh komponen pemangku kepentingan, baik di lingkungan birokrasi maupun
di lingkungan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, adalah
pemerintah yang dekat dengan masyarakat dan dalam memberikan pelayanan
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Esensi kepemerintahan yang baik
(good governance) dicirikan dengan terselenggaranya pelayanan publik yang baik,
hal ini sejalan dengan esensi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang
ditujukan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah mengatur dan mengurus
masyarakat setempat, dan meningkatkan pelayanan publik.
Beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik (khususnya dibidang
perizinan dan non perizinan) menjadi strategis, dan menjadi prioritas sebagai
kunci masuk untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik di Indonesia. Salah
satu pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis dan prioritas
untuk ditangani adalah, karena dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik
sangat buruk dan signifikan dengan buruknya penyelenggaraan good governance.
10
Dampak pelayanan publik yang buruk sangat dirasakan oleh warga dan
masyarakat luas, sehingga menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan
terhadap kinerja pelayanan pemerintah. Buruknya pelayanan publik,
mengindikasikan kinerja manajemen pemerintahan yang kurang baik.
Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah, selama ini didasarkan pada
paradigma rule government (pendekatan legalitas). Dalam merumuskan,
menyusun dan menetapkan kebijakan senantiasa didasarkan pada pendekatan
prosedur dan keluaran (out put), serta dalam prosesnya menyandarkan atau
berlindung pada peraturan perundang-undangan atau mendasarkan pada
pendekatan legalitas. Penggunan paradigma rule government atau pendekatan
legalitas, dewasa ini cenderung mengedepankan prosedur, hak dan kewenangan
atas urusan yang dimiliki (kepentingan pemerintah daerah), dan kurang
memperhatikan prosesnya. Pengertiannya, dalam proses merumuskan, menyusun
dan menetapkan kebijakan, kurang optimal melibatkan stakeholder (pemangku
kepentingan di lingkungan birokrasi, maupun masyarakat).
11
c. Kecenderungan masyarakat yang mempertahankan sikap nrima (pasrah)
apa adanya yang telah diberikan oleh pemerintah sehingga berdampak
pada sikap kritis masyarakat yang tumpul.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan
mendambakan clean and good governance. Untuk mencapai good governance dalam
tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya
ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan, prinsp-prinsip tersebut
meliputi: Partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparasi, peduli dan
stakeholder, berorientas pada consensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi,
akuntabilitas, dan visi strategis. Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi
negara yang Clean and good governance dapat terwujud dan hilangnya faktor-faktor
Kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan
kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa masalah yang membuat
pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Masyarakat dan pemerintah yang
masih bertolak berlakang untuk mengatasi masalah tersebut seharusnya menjalin
harmonisasi dan kerjasama mengatasi masalah-masalah yang ada.
3.2 Saran
13
pemerintah menjadi lebih buruk apabila tidak dipakai sebagaimana mestinya.
Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus terjamin sebagai wujud peran masing-
masing dalam pemerintah. Setiap pihak harus bergerak dan menjalankan tugasnya
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.banyumaskab.go.id/berita-378-pelaksanaan-good-governance--di-
indonesia.html
http://khafidsociality.blogspot.com/2011/07/penerepan-prinsip-prinsip-good.html
http://www.inkindo-jateng.web.id/?feed=rss2&p=779
http://www.transparansi.or.id/tentang/good-governance/
http://hardiyansyah-ahmad.blogspot.com/2009/01/pelaksanaan-prinsip-prinsip-
good.html
http://blog.umy.ac.id/stratasatu/2012/06/30/penerapan-konsep-good-governance-
dalam-proses-manajemen-perkotaan/
http://lismaaja.blogspot.com/2011/12/jurnal-penerapan-prinsip-prinsip-good.html
http://beritagratis.blogspot.com/2009/10/penerapan-good-governance-di-
indonesia.html
15