Anda di halaman 1dari 13

14 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm.

1-55

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan


dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
ANDI PITONO

Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN Jatinangor


Jalan Raya Jatinangor KM 20 Sumedang, Jawa Barat 28293, Telp/Fax (022) 7798252

Abstract: A principle is base, guidance or something that considered as truth; that become thinking purpose
and principles of guidance. Principles of Government come to be general principles as base and rule in
conducting appropriate government, therefore the governmental conduct can be polite, fair and honor, free
from cruelty, rule violation, abuse action of authority and too authoritative action. According to Constitution
No 32 in 2004, it states that in conducting governmental affairs, Government rules by itself or gives away a
part of the affairs to its elements or subsidiary in district or gives it to regional government and/or village
government. In line with conducting governmental affairs as regional authority, the regional carries out
autonomy widely in order to rule and accomplish governmental problems on its own based on autonomy and
“tugas pembantuan”.

Keywords : Principles of government, regional authority, governmental affairs.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam desa, dari pemerintah provinsi kepada kabu-
penyelenggaraan pemerintahannya menganut paten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah
asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas kabupaten/kota kepada desa untuk menye-
pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pemban- lenggarakan urusan pemerintahan dan pem-
tuan diselenggarakan karena tidak semua wewe- bangunan yang disertai dengan kewajiban
nang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan melaporkan pelaksanaannya dan memper-
dengan rnenggunakan asas desentralisasi. Di- tanggungjawabkannya kepada yang memberi
samping itu, sebagai konsekuensi negara ke- penugasan. Tugas pembantuan diselenggarakan
satuan rnemang tidak dimungkinkan semua karena tidak semua wewenang dan tugas peme-
wewenang pemerintah didesentralisasikan dan rintahan dapat dilakukan dengan menggunakan
diotonomkan sekalipun kepada daerah. asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Pem-
Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan berian tugas pembantuan dimaksudkan untuk
pada wilayah provinsi dalam kedudukannya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penye-
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan lenggaraan pemerintahan, pengelolaan pemba-
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan ngunan, dan pelayanan umum. Tujuan pemberian
kepada gubenur sebagai wakil pemerintah di tugas pembantuan adalah memperlancar pelak-
wilayah provinsi. Gubernur sebagai kepala daerah sanaan tugas dan penyelesaian permasalahan,
provinsi berfungsi pula selaku wakil Pemerintah serta membantu penyelenggaraan pemerintahan,
di daerah, dalam pengertian untuk menjembatani dan pengembangan pembangunan bagi daerah
dan memperpendek rentang kendali pelak- dan desa.
sanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk Pada hakekatnya dekonsentrasi masih
dalam pembinaan dan pengawasan terhadap dalam rumpun sentralisasi atau dekonsentrasi
penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah merupakan pembagian kewenangan dan tang-
kabupaten dan kota. gung jawab administratif antara departemen
pusat dengan pejabat pusat dilapangan. Peme-
Penyelenggaraan asas tugas pembantuan
rintah Pusat menugaskan aparatnya untuk
adalah cerminan dari sistem dan prosedur
menjalankan kewenangan pusat di daerah.
penugasan Pemerintah kepada daerah dan/atau
Menurut Smit (Made Suwandi, 2006:13), unit

103
Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan 15
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

pemerintah yang dibentuk dengan kebijakan c. Apabila terjadi penolakan terhadap kebijakan
dekonsentrasi tersebut disebut “Field Adminis- pemerintah dan timbul tekanan-tekanan
tration”. Selanjutnya dikatakatan bahwa ada daerah terhadap pusat tentang suatu isu ter-
dua cara yang dapat ditempuh pusat dalam tentu, maka pusat dapat menugaskan aparat
membentuk pemerintah wilayah, apabila unit dekonsentrasi untuk berfungsi menghadapi
wilayah tersebut hanya diberi tanggung jawab tekanan-tekanan tersebut di daerah sehingga
untuk melaksanakan satu kewenangan tertentu pusat terhindar dari tekanan langsung oleh
saja maka unit tersebut disebut “Functional daerah.
Field Administration”. Sedangkan unit wilayah Sedangkan tujuan administrasi dari kebi-
diberi tanggung jawab untuk melakukan jakan dekonsentrasi sebagai berikut:
berbagai kewenangan pusat yang ada di daerah a. Pejabat dekonsentrasi diharapkan mampu
(multi functions), maka unit tersebut disebut mengetahi apa yang menjadi kebutuhan orang
“Integrated Field Administration”. daerah, sehingga mampu menyusun program-
Selanjutnya Rondinelli membahas konsep program pembangunan sesuai dengan ke-
dekonsentrasi menguraikan macam-macam tipe butuhan masyarakat lokal;
dekonsentrasi, status dan hubungan fungsional b. Dengan menempatkan pejabatnya di daerah,
kelembagaan, serta keluasan wewenang yang pusat akan dapat menugaskan mereka untuk
diperolehnya. Kemudian Rondinelli (1983:19) mengetahui potensi daerah guna dikembang-
membagi dua tipe dekonsentrasi, yaitu field kan bagi kepentingan nasional dan daerah
administration dan local administration. Tipe tersebut;
field administration, pejabat lapangan diberi
keleluasaan untuk mengambil keputusan seperti c. Pusat dapat memerintahkan pejabat-pejabat-
merencanakan, membuat keputusan-keputusan nya di daerah untuk membantu pelaksanaan
rutin, dan menyesuaikan pelaksanaan kebijakan program pusat yang ada di daerah, cara ini
pusat dengan kondisi setempat. Sedangkan local akan jauh lebih efisien dan efektif dibanding-
administration, semua pejabat disetiap tingkat kan dengan pengelolannya secara keseluruhan
pemerintahan merupakan perwakilan dari peme- dari pusat;
rintah pusat, seperti provinsi, distrik, kotapra dan d. Kebijakan dekonsentrasi akan lebih menjamin
sebagainya, yan dikepalai oleh seorang yang terjadi “speed of action” atas suatu kebijakan
diangkat oleh, berada di bawah dan bertanggung atau program pusat.
jawab kepada departemen pusat. Dari tataran teoritik tersebut terdapat ciri-
Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai ciri utama dari kebijakan dekonsentrasi, yaitu:
pemerintah dalam menerapkan kebijakan de- a. Dekonsentrasi tidak lebih dari perpanjangan
konsentrasi, yaitu tujuan politis dan tujuan tangan pusat yang dilaksanakan di daerah
Administrasi (Made Suwandi, 2004:14). Tujuan melalui pejabat-pejabat pusat yang di-
politis dari kebijakan dekonsentrasi sebagai laksanakan di daerah yang bersangkutan.
berikut: b. Pejabat yang ditugaskan mempertang-
a. Dengan kebijakan dekonsentrasi, pemerintah gungjawabkan pelaksanaannya ke pusat dan
akan berusaha menugaskan aparatnya yang bukan kepada rakyat di daerah tersebut.
ada di daerah untuk mengetahui, menyerap Manakala kebijakan pusat tidak cocok untuk
dan menginformasikan apa-apa yang menjadi daerah, pejabat dekonsentrasi tersebut tidak
aspirasi daerah untuk disampaikan oleh tidak mempunyai diskresi untuk merubah
pemerintah; kebijakan tersebut, namun hanya meng-
b. Dengan adanya pejabat pemerintah yan usulkan perubahannya ke pusat. Rakyat
ditugaskan di daerah, akan bermanfaat untuk tidak dapat meminta pertanggung jawaban
menciptakan dukungan daerah terhadap perihal kebijakan yang telah digariskan pusat.
kebijakan pemerintah; Pejabat dekonsentrasi hanya bertanggung
16 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret
Asas Dekonsentrasi dan 2012, hlm. 1-55
Asas Tugas Pembantuan
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

jawab dari aspek pelaksanaan dari kebijakan Indonesia dibagi dalam Wilayah-wilayah Propinsi
tersebut. dan Ibukota Negara. Wilayah Propinsi dibagi
c. Kebijakan, jenis kegiatan, sasaran, biaya, dalam Wilayah-wilayah Kabupaten dan Kota-
sarana dan prasarana pelaksanaan tugas ter- madya. Wilayah Kabupaten dan Kotamadya
sebut disiapkan oleh pusat. Anggaran pe- dibagi dalam Wilayah-wilayah Kecamatan.
jabat dekonsentrasi berasal dari pusat, se- Apabila dipandang perlu sesuai dengan pertum-
hingga akuntabilitas pemanfaatan anggaran buhan dan perkembangannya, dalam Wilayah
adalah ke pusat dan bukan ke rakyat daerah. Kabupaten dapat dibentuk Kota Administratip
yang pengaturannya ditetapkan dengan Peraturan
METODE Pemerintah.
Penelitian ini tergolong ke dalam analisis Setiap Wilayah dipimpin oleh seorang Kepala
deskriptif yang menjelaskan tentang asas Wilayah. Kepala Wilayah meliputi :
dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan dalam a. Propinsi dan Ibukota Negara disebut Gubernur;
penyelenggaraan pemerintahan. Pembahasan b. Kabupaten disebut Bupati;
diarahkan kepada bagaimana upaya menerap- c. Kotamadya disebut Walikotamadya;
kan kedua azas di atas untuk penyelenggaraan d. Kota Administratip disebut Walikota;
pemerintahan yang efektif. Sementara itu in- e. Kecamatan disebut Camat.
forman penelitian adalah informan yang paham Kepala Wilayah sebagai Wakil Pemerintah
akan penyelenggaraan pemerintahan dan infor- adalah penguasa Tunggal di bidang pemerintahan
masi lainnya yang dapat mendukung penjelasan. dalam wilayahnya dalam arti memimpin peme-
rintahan, mengkoordinasikan pembangunan dan
membina kehidupan masyarakat di segala bidang.
HASIL
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 bahwa
1. Dekonsentrasi Menurut UU Nomor 5 wewenang, tugas dan kewajiban Kepala Wilayah
Tahun 1974 adalah:
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang a. membina ketenteraman dan ketertiban di
dan Pemerintah atau Kepala Wilayah atau wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan
Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada ketenteraman dan ketertiban yang ditetapkan
Pejabat-Pejabatnya di daerah. Instansi Vertikal oleh Pemerintah;
adalah perangkat dari Depertemen-Departemen b. melaksanakan segala usaha dan kegiatan di
atau Lembaga-Lembaga Pemerintah bukan bidang pembinaan ideologi Negara dan
Departemen yang mempunyai lingkungan kerja politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan
di Wilayah yang bersangkutan. Bangsa sesuai dengan kebijaksanaan yan
Wilayah Administratip, selanjutnya disebut ditetapkan oleh Pemerintah;
Wilayah, adalah lingkungan kerja perangkat c. menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-
Pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan Instansi-instansi Vertikal dan antara
tugas pemerintahan umum di daerah. Urusan Instansi-Instansi Vertikal dengan Dinas-dinas
pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan Daerah, baik dalam perencanaan maupun
yang meliputi bidang-bidang : pelaksanaan untuk mencapai dayaguna dan
a. ketentraman dan ketertiban, hasilguna yang sebesar-besarnya.
b. politik, d. Membimbing dan mengawasi penyelenggaraan
c. koordinasi pengawasan dan Pemerintah Daerah;
d. urusan pemerintahan lainnya yang tidak e. Mengusahakan secara terus-menerus agar
termasuk dalam tugas sesuatu Instansi dan segala peraturan perundang-undangan dan
tidak termasuk urusan rumah tangga Daerah. Peraturan Daerah dijalankan oleh Instansi-
Dalam rangka pelaksanaan asas dekon- Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sentrasi, wilayah Negara Kesatuan Republik serta pejabat-pejabat yang ditugaskan untuk
Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan 17
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

itu serta mengambil segala tindakan yang c. keamanan,


dianggap perlu untuk menjamin kelancaran d. yustisi,
penyelenggaraan pemerintahan; e. moneter dan fiskal nasional,
f. Melaksanakan segala tugas pemerintahan f. agama,
yang dengan atau berdasarkan peraturan Urusan pemerintahan yang menjadi wewe-
perundang-undangan diberikan kepadanya; nang Pemerintah dimaksud didekonsentrasikan
g. Melaksanakan segala tugas pemerintahan kepada perangkat pusat di daerah, diselenggara-
yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu kan sendiri melalui instansi vertikal tertentu di
Instansi lainnya. daerah.
Selanjutnya apabila dipandang perlu, Men- Urusan pemerintahan yang didekonsen-
teri Dalam Negeri dapat menunjuk Pembantu trasikan kepada instansi vertikal adalah urusan
Gubernur, Pembantu Bupati atau Pembantu pemerintahan yang ditetapkan menjadi tugas dan
Walikotamadya yang mempunyai wilayah kerja fungsi instansi vertikal pada saat pembentukan
tertentu dalam rangka dekonsentrasi. organisasinya. Apabila di daerah belum terbentuk
instansi vertikal yang membidangi politik luar
2. Dekonsentrasi Menurut UU Nomor 32 ncgeri, pertaharan, keamanan, yustisi, moneter
Tahun 2004 dan PP Nomor 7 Tahun 2008 dan fiskal nasional, serta agama, maka sebagian
urusan dimaksud dilimpahkan kepada gubernur
Seiring dengan perkembangan dan dinamika selaku wakil Pemerintah. Yang dimaksud dengan
dalam pemerintahan di Indonesia, Undang- instansi vertikal tertentu adalah instansi pusat yang
Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- berada di daerah dan merupakan bagian dari ke-
pokok Pemerintahan di Daerah telah diganti menterian/lembaga selain kementerian/lembaga
dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan diganti yang membidangi politik luar negeri, pertahanan,
kembali dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
tentang Pemerintahan Daerah, sehingga serta agama.
Dekonsentrasi saat ini berdasarkan UU Nomor
32 Tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 3. Kedudukan Gubernur sebagai Wakil
tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pemerintah di Wilayah Provinsi
Dekonsentrasi menurut UU Nomor 32 Tahun Koordinasi menurut Peraturan Pemerintah
2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun Nomor 19 Tahun 2010 adalah upaya yang dilak-
2008 adalah pelimpahan wewenang pemerin- sanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
tahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai guna mencapai keterpaduan baik perencanaan
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan semua
vertikal di wilayah tertentu. Pelimpahan sebagian instansi vertikal tingkat provinsi, antara instansi
urusan pemerintahan dapat dilakukan kepada vertikal dengan satuan kerja perangkat daerah
gubernur. Selain dilimpahkan kepada gubernur, tingkat provinsi, antarkabupaten/kota dalam
sebagian urusan pemerintahan dapat pula di- provinsi yang bersangkutan, serta antara provinsi
limpahkan kepada: dan kabupaten/kota agar tercapai efektifitas dan
a. instansi vertikal; efisiensi penyelenggaraan pemerintahan.
b. pejabat Pemerintah di daerah. Sedangkan pengawasan atas penyeleng-
garaan pemerintahan daerah adalah upaya yang
Urusan pemerintahan yang menjadi wewe- dilakukan oleh gubernur selaku wakil Pemerintah
nang Pemerintah yang dapat didekonsentrasikan, untuk menjamin agar pemerintahan daerah ber-
diselenggarakan oleh instansi vertikal di daerah, jalan secara efisien, efektif, berkesinambungan
meliputi bidang: serta sesuai dengan ketentuan peraturan per-
a. politik luar negeri, undang-undangan.
b. pertahanan,
18 Jurnal Kebijakan Publik, Volume
Asas 3, Nomor 1, Maret
Dekonsentrasi dan2012,
Asas hlm.
Tugas1-55
Pembantuan
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

Gubernur menurut Peraturan Pemerintah sanaan kewajiban, dan pelanggaran sumpah/janji;


Nomor 19 Tahun 2010 karena jabatannya ber- d. menetapkan sekretaris daerah kabupaten/kota
kedudukan sebagai wakil Pemerintah di wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
provinsi dan bertanggung jawab kepada Presiden, undangan;
memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan e. mengevaluasi rancangan peraturan daerah
meliputi: tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
a. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah, pajak daerah, retribusi daerah, dan
antara pemerintah daerah provinsi dengan tata ruang wilayah kabupaten/kota;
instansi vertikal, dan antarinstansi vertikal di f. memberikan persetujuan tertulis terhadap
wilayah provinsi yang bersangkutan; penyidikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
b. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah kabupaten/kota;
antara pemerintah daerah provinsi dengan g. menyelesaikan perselisihan dalam penyeleng-
pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah garaaan fungsi pemerintahan antarkabupaten/
provinsi yang bersangkutan; kota dalam satu provinsi; dan
c. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan h. melantik kepala instansi vertikal dari kemen-
antarpemerintahan daerah kabupaten/kota terian dan lembaga pemerintah nonkemen-
di wilayah provinsi yang bersangkutan; terian yang ditugaskan di wilayah provinsi
d. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan yang bersangkutan.
pemerintahan daerah kabupaten/kota; Gubernur dalam melaksanakan koordinasi
e. menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah
serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan daerah provinsi dengan instansi vertikal dan antar
Republik Indonesia; instansi vertikal di wilayah provinsi melalui:
f. menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila a. musyawarah perencanaan pembangunan
dan kehidupan demokrasi; provinsi; dan
g. memelihara stabilitas politik; b. rapat kerja pelaksanaan program/kegiatan,
h. menjaga etika dan norma penyelenggaraan monitoring dan evaluasi, serta penyelesaian
pemerintahan di daerah; dan berbagai permasalahan.
i. koordinasi pembinaan dan pengawasan pe- Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
nyelenggaraan tugas pembantuan di daerah tugas gubernur dalam mewujudkan ketente-
provinsi dan kabupaten/kota. raman dan ketertiban masyarakat serta stabilitas
Selain melaksanakan urusan pemerintahan, daerah bagi kelancaran pembangunan daerah
gubernur sebagai wakil Pemerintah juga melak- dibentuk forum koordinasi pimpinan daerah.
sanakan urusan pemerintahan di wilayah provinsi Forum koordinasi pimpinan daerah terdiri atas:
yang menjadi kewenangan Pemerintah sesuai a. Gubernur,
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di- provinsi,
maksud, dalam tugasnya gubernur sebagai wakil c. Panglima daerah militer,
Pemerintah memiliki wewenang meliputi: d. Kepala kepolisian daerah, dan
a. mengundang rapat bupati/walikota beserta e. Kepala kejaksaan tinggi.
perangkat daerah dan pimpinan instansi vertikal; Gubernur dalam melaksanakan koordinasi
b. meminta kepada bupati/walikota beserta penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah
perangkat daerah dan pimpinan instansi ver- daerah provinsi dengan pemerintah daerah ka-
tikal untuk segera menangani permasalahan bupaten/kota di wilayah provinsi melalui:
penting dan/atau mendesak yang memerlukan a. musyawarah perencanaan pembangunan provinsi;
penyelesaian cepat;
c. memberikan penghargaan atau sanksi kepada b. rapat kerja pelaksanaan program/kegiatan,
bupati/walikota terkait dengan kinerja, pelak- monitoring dan evaluasi serta penyelesaian
berbagai permasalahan.
Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan 19
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

Gubernur dalam melaksanakan koordinasi a. perbatasan antarkabupaten/kota;


penyelenggaraan pemerintahan antar pemerintahan b. sumber daya alam antarkabupaten/kota;
daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi melalui c. aset;
rapat kerja yang mencakup: d. transportasi;
a. penyelenggaraan urusan pemerintahan yang e. persampahan; dan
menjadi kewenangan kabupaten/kota; f. tata ruang.
b. pelaksanaan kerja sama antarkabupaten/kota Dalam menjaga kehidupan berbangsa dan
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan; bernegara serta memelihara keutuhan Negara
c. penyelesaian perselisihan antarkabupaten/ Kesatuan Republik Indonesia, gubernur melakukan:
kota dalam penyelenggaraan urusan pemerin- a. penetapan kriteria ancaman, tantangan, ham-
tahan. batan, dan gangguan sesuai dengan situasi dan
Gubernur dalam melaksanakan pembinaan kondisi daerah;
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/ b. pemantauan situasi dan kondisi daerah de-
kota melalui: ngan kriteria ancaman, tantangan, hambatan,
a. pemberian fasilitasi dan konsultasi penyeleng- dan gangguan;
garaan urusan pemerintahan yang menjadi c. evaluasi situasi dan kondisi daerah dengan
kewenangan kabupaten/kota di wilayah provinsi kriteria ancaman, tantangan, hambatan, dan
yang bersangkutan; gangguan;
b. pemberian fasilitasi dan konsultasi pengelolaan d. koordinasi dengan aparat keamanan yang
kepegawaian kabupaten/kota di wilayah terkait untuk mengatasi ancaman, tantangan,
provinsi yang bersangkutan; hambatan, dan gangguan; dan
c. penyelesaian perselisihan yang timbul dalam e. pelaporan kepada Presiden melalui Menteri
penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar- Dalam Negeri mengenai situasi dan kondisi
kabupaten/kota di wilayah provinsi yang ber- daerah dengan kriteria ancaman, tantangan,
sangkutan; dan hambatan, dan gangguan.
d. upaya penyetaraan kualitas pelayanan publik Dalam menjaga dan mengamalkan ideologi
antarkabupaten/kota di wilayah provinsi yang Pancasila dan membangun kehidupan demo-
bersangkutan. krasi, gubernur melakukan upaya:
Gubernur dalam melaksanakan pengawasan a. memelihara dan mempertahankan ideologi
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/ Pancasila;
kota melalui: b. pengembangan demokrasi;
a. pengawasan pelaksanaan urusan pemerin- c. menjaga kerukunan antarumat beragama;
tahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah d. melestarikan nilai sosial budaya.
kabupaten/kota; Dalam memelihara stabilitas politik, guber-
b. pengawasan peraturan daerah dan peraturan nur melakukan:
kepala daerah kabupaten/kota; a. penetapan kriteria stabilitas politik sesuai de-
c. usul pembatalan peraturan daerah kabupaten/ ngan situasi dan kondisi daerah;
kota kepada Presiden melalui Menteri Dalam b. pemantauan situasi dan kondisi daerah sesuai
Negeri; dan dengan kriteria stabilitas politik;
d. pengawasan kinerja pemerintah daerah ka- c. evaluasi situasi dan kondisi daerah sesuai de-
bupaten/kota. ngan kriteria stabilitas politik;
Dalam menyelesaikan perselisihan antar d. koordinasi dengan aparat keamanan yang
kabupaten/kota, gubernur melakukan langkah terkait untuk memelihara stabilitas politik; dan
antara lain: e. pelaporan kepada Presiden melalui Menteri
a. persuasi dan negosiasi; dan Dalam Negeri mengenai situasi dan kondisi
b. membangun kerja sama antardaerah. daerah sesuai dengan kriteria stabilitas politik.
Perselisihan antar kabupaten/kota mencakup Dalam menjaga etika dan norma penyeleng-
antara lain: garaan pemerintahan di daerah gubernur me-
20 Jurnal Kebijakan Publik, Volume
Asas 3, Nomor 1, Maret
Dekonsentrasi dan2012,
Asas hlm.
Tugas1-55
Pembantuan
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

lakukan: urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah dae-


a. identifikasi etika dan norma yang hidup, ber- rah masih tetap merupakan urusan pusat cq.
kembang, dan perlu dipertahankan di wilayah Daerah yang lebih atas, tidak beralih menjadi uru-
provinsi yang bersangkutan; dan san rumah tangga daerah yang dimintakan bantuan.
b. membangun etos kerja penyelenggaraan pe- Akan tetapi, cara daerah otonom yang dimintakan
merintahan sesuai dengan etika dan norma. bantuan itu melakukan pembantuannya diserah-
Dalam melaksanakan koordinasi pembinaan kan sepenuhnya kepada daerah itu sendiri.
dan pengawasan penyelenggaraan tugas pem- Lebih lanjut Koesoemahatmadja (E. Koswara,
bantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota, 1999:59) menyatakan sebagai berikut:
gubernur melakukan: Jika ternyata ada daerah yang tidak menjalankan
a. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas bantuannya atau tidak begitu baik me-
tugas pembantuan dari kementerian dan lem- lakukan tugasnya, sebagai sanksinya pemerintah
pusat/daerah yang minta bantuan hanya dapat
baga pemerintah nonkementerian yang di-
menghentikan perbuatan dari daerah yang di-
tugaskan kepada pemerintah daerah provinsi; mintakan bantuan, untuk selanjutnya diper-
b. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan timbangan tentang pelaksanaan kepentingan
tugas pembantuan dari Pemerintah kepada atasan termaksud dengan jalan lain, dengan tidak
pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada mengurangi hak pemerintah pusat/daerah yang
minta bantuan untuk menuntut kerugian dari
di wilayahnya; dan
daerah yang melalaikan kewajibannya.
c. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
tugas pembantuan dari pemerintah daerah Dalam peraturan perundang-undangan
provinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/ Belanda, tugas pembantuan atau medebewind
kota yang ada di wilayahnya. dibedakan menjadi dua, yakni tugas pembantuan
yang mekanis (mechanisch medebewind) atau
yang lebih rinci dan tugas pembantuan yang
PEMBAHASAN fakultatif (facultatieve medebewind) atau yang
1. Konsep Penyelenggaraan Tugas Pem- memberikan kebebasan yang lebih luas untuk
bantuan Menurut Pakar menentukan kebijakasanaan pelaksanaan
Menurut Koesoemahatmadja (E. Koswara, medebewind (E. Koswara, 1993:61).
1999:58), medebewind atau zelfbestuur sebagai Dalam menjalankan medebewind, urusan
pemberian kemungkinan kepada pemerintah/ yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah masih
pemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas tetap merupakan urusan pusat atau daerah yang
untuk minta bantuan kepada pemerintah daerah/ lebih tinggi tingkatannya, dan tidak beralih men-
pemerintah daerah yang tingkatannya lebih ren- jadi menjadi urusan rumah tangga daerah, se-
dah agar menyelenggarakan tugas atau urusan panjang masih berstatus sebagai medebewind.
rumah tangga (daerah yang tingkatannya lebih Oleh karenanya, kebijaksanaan dan pembiayaan
atas tersebut). tetap ada pada pemerintah pusat atau daerah
Istilah zelfbestuur merupakan terjemahan tingkat atasnya. Sedang menurut R. Joeniarto
dari selfgovernment yang di Inggris diartikan (1979:31), disamping pemerintah lokal/daerah
sebagai segala kegiatan pemerintahan ditiap berhak mengatur dan mengurus rumah tangga
bagian dari Inggris yang dilakukan oleh wakil- urusan-urusan rumah tangganya sendiri, kepada-
wakil dari yang diperintah. Di Belanda zelfbestuur nya dapat pula diberi tugas-tugas pembantuan
diartikan sebagai pembantu penyelenggaraan (medebewind, sertatantra).
kepentingan-kepentingan dari pusat atau daerha- Adapun tugas pembantuan ialah tugas ikut
daerah yang tingkatannya lebih atas oleh alat- melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat
alat perlengkapan dari daerah-daerah yang atau pemerintah lokal yang berhak mengatur dan
tingkatannya lebih atas oleh alat-alat perleng- mengurus rumah tangga tingkat atasannya (R.
kapan dari daerah-daerah yang lebih bawah. Joeniarto, 1979:31).
Dalam menjalankan medebewind itu, urusan-
Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan 21
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

Menurut Bayu Surianingrat (1992:59) ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh


bahwa tugas pembantuan tidak beralih menjadi Pemerintah atau Pemerintah Daerah tingkat
urusan yang diberi tugas, tetapi tetap merupakan atasnya, dengan kewajiban mempertanggung-
urusan Pusat atau Pemerintah tingkat atasnya jawabkan kepada yang menugaskannya.
yang memberi tugas. Pemerintah dibawahnya Urusan yang ditugaskan itu semua sepe-
sebagai penerima tugas bertanggung jawab nuhnya masih menjadi wewenang Pemerintah
kepada yang memberi tugas dan turut serta atau Pemerintah atasnya. Pemerintah atau
dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang Pemerintah atasnya yang menugaskan menyusun
bersangkuta. Tugas Pembantuan tidak diberikan rencana kegiatan, atau kebijaksanaan dan me-
kepada pejabat Pemerintah yang ada di Daerah, nyediakan anggarannya, sedang daerah yang di-
melalinkan kepada Pemerintah Daerah, ka- tugasi hanya sekedar melaksanakannya, tetapi
renanya bukanlah suatu dekonsentrasi, tetapi dengan suatu kewajiban untuk mempertang-
bukan pula suatu desentralisasi karena urusan gungjawabkan pelaksanaan tugas itu kepada
pemerintahan yang diserahkan tidak menjadi yang memberikan tugas.
urusan rumah tangga Daerah. Sedangkan pada Pasal 1 huruf (g) Undang-
Lebih lanjut Bagir Manan (2001:147) me- undang Nomor 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa
ngemukakan bahwa Urusan rumah tangga dalam Tugas Pembantuan adalah: “Penugasan dari
tugas pembantuan hanya mengenai tata cara Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan dari
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang di- Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu
bantu, sedangkan substansi tetap ada pada sa- yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana
tuan pemerintahan yang dibantu. serta sumber daya manusia dengan kewajiban
Baik dalam otonomi maupun tugas pem- melaporkan pelaksanaannya dan mempertang-
bantuan, daerah sama-sama mempunyai ke- gungjawabkan kepada yang me-nugaskan”.
bebasan mengatur dan menyelenggarakan Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa
urusan tersebut sepanjang tidak bertentangan pengaturan Tugas Pembantuan menurut Undang-
dengan peraturan perundang-undangan, ke- undang Nomor 22 Tahun 1999 lebih luas dan
susilaan dan kepentingan umum. rinci disertai hak dan kewajiban yang seimbang
antara pemberi dan penerima tugas. Hal lain yang
2. Konsep Tugas Pembantuan Berdasarkan menonjol dalam Undang-Undang Nomor 22
Peraturan Perundang-undangan Tahun 1999 bahwa Tugas Pembantuan juga
Sebagai konsekwensi pasal 18 UUD 1945, diberikan kepada Desa.
kepada penyelenggara pemerintahan negara Menurut Pasal 99 butir c Undang-undang
diwajibkan melaksanakan policy atau kebijak- Nomor 22 Tahun 1999 dikemukakan bahwa Desa
sanaan desentralisasi dan dekonsentrasi dalam memiliki kewenangan untuk melaksanakan Tugas
penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu, Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi
maka disusunlah ketentuan pengaturannya dan atau Pemerintah Kabupaten. Se-lanjutnya pada
melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Pasal 100 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
yang diformulasikan sebagai azaz-azas peme- dikemukakan bahwa “Tugas Pembantuan dari
rintahan. Azas-azas itu adalah Desentralisasi, Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan atau
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pemerintah Kabupaten kepada Desa disertai
Menurut ketentuan dalam pasal 1 huruf d dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
jo. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 5 Tahun sumber daya manusia. Untuk memahami pengertian
1974 disebut “tugas pembantuan” atau yang Tugas Pembantuan berdasarkan Undang-Undang
disebut sertatantra, medebewind atau self- 22 Tahun 1999 dimaksud, menurut Sadu Wasis-
government, adalah tugas-tugas turut serta tiono (2001:25) dapat dijelaskan ke dalam bentuk
dalam melaksanakan urusan Pemerintahan yang bagan tentang arah pemberian Tugas Pembantuan
sebagai berikut:
22 Jurnal Kebijakan Publik, Volume
Asas 3, Nomor 1, Maret
Dekonsentrasi dan2012,
Asas hlm.
Tugas1-55
Pembantuan
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

Bagan. 1 kepada Desa, sedangkan Kota tidak dapat


Arah Pemberian Tugas Pembantuan memberi tugas pembantuan kepada Desa
mengingat wilayah Desa tidak ada dalam
Kota, hal ini sesuai dengan pasal 126 ayat
PUSAT
(2) UU 22 Tahun 1999 yang menyatakan
bahwa Desa-desa yang ada dalam wilayah
PROPINSI Kotamadya, Kotamadya administrasi, dan
Kota Administrasi berdasarkan UU Nomor
5 Tahun 1974 pada saat mulai berlakunya
undang-undang ini ditetapkan sebagai kelurahan.
KABUPATEN
Selanjutnya pada pasal 100 Undang-Undang
KOTA
No. 22 Tahun 1999 dikemukakan bahwa “Tugas
Pembantuan dari pemerintah, pemerintah pro-
DESA pinsi dan atau pemerintah kabupaten kepada
desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan
Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan prasarana, serta sumber daya manusia”. Pada
sebagai berikut: penjelasan pasal 100 dikemukakan bahwa:
a. Pemerintah Pusat dapat memberi tugas pem- “Pemerintah desa berhak menolak pelaksanaan
bantuan kepada Daerah (Propinsi, Kabu- Tugas pembantuan yang tidak disertai dengan
paten, Kota) dan Desa; pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber
b. Pemerintah Propinsi tidak dapat memberi daya manusia”.
tugas pembantuan kepada Kabupaten dan Dari pengertian Tugas Pembantuan menurut
Kota, tetapi hanya dapat memberi tugas kedua UU tersebut di atas disusun tabel perban-
pembantuan kepada Desa dingan sebagai berikut:
c. Kabupaten dapat memberi tugas pembantuan
Tabel.1
Perbandingan Pengertian Tugas Pembantuan
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 dan UU Nomor 22 Tahun 1999
No. Uraian Menurut UU 5/1974 Menurut UU 22/1999
1 2 3 4
1. Tugas turut serta Penugasan pemerintah
Hakekat pengertian
dalam melaksanakan
urusan pemerintahan
2. Institusi yang menugaskan 1. Pemerintah Pusat 1. Pusat
2. Pemerintah Daerah 2. Daerah (Propinsi,
tingkat atasnya Kabupaten Kota)
(Propinsi DT I)
3. Institusi yang menerima 1. Daerah Tingkat I 1. Daerah (Propinsi,
penugasan Kabupaten/Kota)
2. Daerah Tingkat II
2. Desa
4. Fasilitas yang menyertai Pembiayaan 1. Pembiayaan
2. Sarana dan Prasarana
3. Sumber daya manusia
Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan 23
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

No. Uraian Menurut UU 5/1974 Menurut UU 22/1999


1 2 3 4
5. Mempertanggungjawa 1. Melaporkan
Kewajiban penerima tugas
bkan penugasannya pelaksanaan
penugasan
2. Mempertanggug
jawabkan
penugasannya

6. Tidak ada hak untuk Menolak pelaksanaan


Hak penerima tugas
menolak tugas tugas pembantuan apabila
pembantuan tidak disertai dengan
pembiayaan, sarana dan
prasarana serta sumber
daya manusia
Sumber : Sadu Wasistiono (2002:70)

Berdasarkan perbandingan tersebut diatas, Bagan. 2


terlihat bahwa pengaturan Tugas Pembantuan Arah Pemberian Tugas Pembantuan
menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 lebih luas
dan rinci disertai hak dan kewajiban yang se- PUSAT
imbang antara pemberi dan penerima tugas.
Pemerintah sebagai penanggung jawab kemajuan
wilayah dan kesejahteraan rakyat perlu untuk PROPINSI
memberikan Tugas Pembantuan kepada Daerah
dan Desa. Hal ini dimaksudkan agar pemberian
KABUPATEN*
tugas dapat memenuhi tercapainya efektivitas
dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, KOTA
pembangunan serta pelayanan kepada mas-
yarakat. DESA*

3. Perubahan Kebijakan Mengenai Tugas Pasal 2 ayat (2) UU 32 Tahun 2004 antara
Pembantuan Menurut UU 32 Tahun 2004 lain menyebutkan bahwa : “Pemerintahan Daerah
Secara konstitusional, asas tugas pembantuan mengatur dan mengurus sendiri urusan peme-
merupakan salah satu asas dalam penyeleng- rintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas
garaan pemerintahan daerah (pasal 18A UUD pembantuan”. Lebih lanjut dalam pasal 10 ayat
1945 Amandemen). Menurut pasal 1 butir 9 UU (2) dikemukakan bahwa: “Dalam menyeleng-
Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan garakan urusan pemerintahan yang menjadi
Tugas Pembantuan adalah: Penugasan dari kewenangan Daerah, pemerintah Daerah men-
Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa, dari jalankan otonomi yang seluas-luasnya untuk
Pemerintah Propinsi kepada Kabupaten/Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan peme-
dan/atau Desa, serta dari Pemerintah Kabupaten/ rintahan berdasarkan asas otonomi daerah dan
Kota kepada Desa untuk melaksanakan tugas tugas pembantuan.
tertentu. Untuk lebih jelas dapat disampaikan Di dalam pasal 20 ayat (2) dikemukakan
melalui bagan berikut : bahwa: “Dalam menyelenggarakan peme-
24 Jurnal Kebijakan Publik, Volume
Asas 3, Nomor 1, Maret
Dekonsentrasi dan2012,
Asas hlm.
Tugas1-55
Pembantuan
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

rintahan, Pemerintah menggunakan asas desen- daerah, Pemerintah daerah menggunakan asas
tralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dari
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. pengertian Tugas Pembantuan menurut kedua
Serta pada pasal 20 ayat (3) dikemukakan UU tersebut di atas disusun tabel perbandingan
bahwa: “Dalam menyelenggarakan pemerintahan sebagai berikut:
Tabel. 2
Perbandingan Pengertian Tugas Pembantuan
Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 32 Tahun 2004

No Uraian Menurut UU 22/1999 Menurut UU 32/2004


1. Hakekat pengertian Penugasan Pemerintahan Penugasan Pemerintahan
2. Institusi yang Pemerintah Pusat 1. Pemerintah Pusat
menugaskan Daerah (Propinsi 2. Pemerintah Propinsi
Kabupaten/Kota) 3. Pemerintah Kabupaten/ Kota)
3. Institusi yang 1. Daerah (Propinsi, 1. Daerah (Propinsi,
menerima Kabupaten/Kota) Kabupaten/Kota)
penugasan 2. Desa 2. Desa
4. Fasilitas yang 1. Pembiayaan 3. Pembiayaan
menyertai 2. Sarana dan prasarana 4. Sarana dan prasarana
3. Sdm 5. Sdm
5. Kewajiban 1. Melaporkan pelaksanaan 6. Melaporkan pelaksanaan
penerima tugas penugasan penugasan
2. Mempertanggungjawabk 7. Mempertanggungjawabkan
an penugasan penugasan
6. Hak penerima tugas Ada Hak untuk menolak Ada Hak untuk menolak jika tidak
jika tidak disertai 3 P disertai 3 P
Sumber : UU 22/1999 & UU 32/2005

Mengacu kepada pendapat para ahli tersebut sentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan)
di atas, maka dapat dibedakan ciri-ciri dari ke tiga seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:
asas penyelenggaraan pemerintahan daerah (de-
Tabel. 3
Perbandingan Tiga Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
NO ASAS CIRI-CIRI PELAKSANAAN
PEMERINTAHAN

1 DESENTRALISASI y Transfer kewenangan


(Desentralisasi Politik/ y Kewenangan sepenuhnya menja-di hak &
Ke-tatanegaraan) tanggungjawab institusi penerima kewenangan
y Diberikan dana yang dialokasikan secara terpisah
maupun sumber-sumber dana
y Personil pelaksana adalah dari institusi penerima
transfer kewenangan
Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan 25
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

NO ASAS CIRI-CIRI PELAKSANAAN


PEMERINTAHAN

2 DEKONSENTRASI (De- y Delegasi kewenangan


sentralisasi Administratif) y Kewenangan tetap melekat pada institusi/pejabat
peberi delegasi kewenangan
y Disediakan dana dari institusi pemberi tugas
y Personil pelaksana adalah dari institusi pemberi
tugas tetapi ditugaskan di luar pusat
3 y Bukan transfer kewenangan maupun delegasi
TUGAS PEMBANTUAN kewenangan, melainkan pemberian bantuan
pelaksanaan tugas yang bersifat operasional
y Kewenangan tetap melekat pada institusi pemberi
tugas
y Disediakan dana, saran dan prasarana, serta
personil yang diperlukan
y Personil pelaksanan sebagian besar adalah dari
institusi pemberi tugas
Sumber: Sadu Wasistiono (2006: 9 )

SIMPULAN pemerintahan yang bersangkuta. Tugas Pem-


bantuan tidak diberikan kepada pejabat Peme-
Dekonsentrasi tidak lebih dari perpanjangan
rintah yang ada di Daerah, melalinkan kepada
tangan pusat yang dilaksanakan di daerah melalui
Pemerintah Daerah, karenanya bukanlah suatu
pejabat-pejabat pusat yang dilaksanakan di
dekonsentrasi, tetapi bukan pula suatu desen-
daerah yang bersangkutan. Pejabat yang di-
tralisasi karena urusan pemerintahan yang di-
tugaskan mempertanggungjawabkan pelaksa-
serahkan tidak menjadi urusan rumah tangga
naannya ke pusat dan bukan kepada rakyat di
Daerah.
daerah tersebut. Manakala kebijakan pusat tidak
cocok untuk daerah, pejabat dekonsentrasi Urusan rumah tangga dalam tugas pem-
tersebut tidak tidak mempunyai diskresi untuk bantuan hanya mengenai tata cara penyeleng-
merubah kebijakan tersebut, namun hanya garaan urusan pemerintahan yang dibantu, se-
mengusulkan perubahannya ke pusat. Rakyat dangkan substansi tetap ada pada satuan
tidak dapat meminta pertanggung jawaban pemerintahan yang dibantu.
perihal kebijakan yang telah digariskan pusat.
Pejabat dekonsentrasi hanya bertanggung jawab DAFTAR PUSTAKA
dari aspek pelaksanaan dari kebijakan tersebut. Buku
Tugas Pembantuan ialah tugas ikut melak- Andi Gadjong, Agussalim. 2004. Pemerintahan
sanakan urusan-urusan pemerintah pusat atau Daerah (Kajian Politik dan Hukum).
pemerintah lokal yang berhak mengatur dan Bogor: Ghalia Indonesia.
mengurus rumah tangga tingkat atasnnya. Tugas
pembantuan tidak beralih menjadi urusan yang Azis,Abdul,Arnold D, 2003, David, Desentralisasi
diberi tugas, tetapi tetap merupakan urusan Pusat Pemerintahan, Pengalaman Negara-
atau Pemerintah tingkat atasnya yang memberi negara Asia, Pustaka Amanah, Bantul.
tugas. Pemerintah dibawahnya sebagai penerima
tugas bertanggung jawab kepada yang memberi Fauzan, Muhammad. 2006. Hukum Pemerintahan
tugas dan turut serta dalam melaksanakan urusan Daerah (Kajian Tentang Hubungan
26 Jurnal Kebijakan Publik, Volume
Asas 3, Nomor 1, Maret
Dekonsentrasi dan2012,
Asas hlm.
Tugas1-55
Pembantuan
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Andi Pitono)

Keuangan antara Pusat dan Daerah). Panduan Lengkap Otonomi Daerah,


Yogyakarta: PKHKD FH UNSOED Jakarta : Ismee.
dengan UII Press.
Taylor, Harold L. 1989. Delegasi, Kunci Sukses
G. Shabbir Cheema & Dennis A. Rondinelli. Praktek Manajemen. Jakarta : PT. Pustaka
1983, Decentralization and Development Binaman Pressinda.
(Implementation in Developing Countries),
USA : The UNCRD. Tutik, Titik Triwulandari. 2008. Pokok-Pokok
Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Kertapradja, Koswara. 2002. Otonomi Daerah, Amandemen UUD 1945. Jakarta : Cerdas
(untuk Demokrasi dan Kemandirian Pustaka.
Rakyat). Jakarta : Candi.
Wasistiono, Sadu, 2002, Kapita Selekta
Manan, Bagir. 2004. Menyongsong Fajar Otonomi Manajemen Pemerintahan Daerah,
Daerah. Yogyakarta : Penerbit Pusat Studi Alqprint, Bandung.
Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII.
—————, 2002, Kapita Penyelenggaraan
Mustamin Daeng Manutu, dkk. 2004. Mandat, Pemerintahan Daerah, Alqprint, Bandung.
Delegasi, Attribusi dan Implementasinya
Di Indonesia. Yogyakarta : UII Press. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Osborne, David & Gaebler, Ted. 1992. Reinventing Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Government: How the Entrepreneurial Tahun 1999 Nomor 60, tambahan Lembaran
Spirit Is Transforming the Public Sector. Negara Nomor 3839);
New York : Penguins Books.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pide, Andi Mustari, 1999, Otonomi Daerah Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI, Tahun 2004 Nomor 125, tambahan
Gaya Media Pratama, Jakarta. Lembaran Negara Nomor 4437);

Ryaas, Rasyid, dkk. 2003. Otonomi Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008
(Dalam Negara Kesatuan). Jakarta : tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Pustaka Pelajar. (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20
Tambahan Lembaran Negara Nomor
Solihin, Dadang dan Marhayudi, Putut. 2002. 4816);

Anda mungkin juga menyukai