Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:
dr. Brian Pasa Nababan

Pembimbing:
dr. Niken Kurniasari

AGUSTUS
2019
BAB I
ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. SN
Tanggal lahir : 19-6-1993
Usia : 26 tahun
NRM : 088797
Alamat : Jl. MT. Haryono, Damai, Balikpapan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Banjar
Unit : Cendana
Pembayaran : BPJS

1.2 Anamnesis (27 Juli 2019)


Keluhan Utama:
Mual muntah sejak 7 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke IGD RSUD Balikpapan dengan keluhan mual dan muntah sejak
kemarin 7 hari yang lalu. Mual muntah awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja
dan terjadi setelah makan dan minum, namun sejak 2 hari yang lalu muntah yang
dialami > 10 kali per hari dengan volume kurang lebih 1/2 - 3/4 gelas besar. Isi
yang dimuntahkan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya,
pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah
berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien
juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-
hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan menurun karena
pasien takut muntah. BAB dan BAK dirasakan semakin menurun. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati dan berat badan menurun. Pasien mengaku tidak ada
permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya maupun dalam pekerjaan.
 Riwayat Haid :
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
Lama Haid : ± 5 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 13 Mei 2018
 Riwayat Nikah :
Merupakan pernikahan yang pertama dan sudah sudah berjalan 8 tahun.
 Riwayat Obstetri :
G2P1A0
1. Perempuan, aterm, berat badan lahir 3000 gram, lahir spontan di tolong oleh
bidan, sekarang usia 7 tahun, sehat
2. Hamil ini.
 Riwayat Keluarga Berencana (KB) :
Pasien mengaku menggunakan KB suntik 3 bulanan, sudah berhenti 2,5 tahun yang
lalu.
 Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan 3 kali, belum mendapatkan imunisasi
TT
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
- Riwayat Gastritis : disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan: disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
-
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suami bekerja sebagai swasta,
mempunyai 1 orang anak. Biaya pengobatan menggunakan Jampersal. Kesan
ekonomi: kurang

1.3 Pemeriksaan Fisis


Tanda Vital:
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 120x/ menit
Frekuensi Napas : 22x/menit
Suhu : 37,2oC

Status Generalis (27 Juli 2019):


Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Fungsi n. III, IV, VI baik, tidak ada diplopia
Paru : vesikuler, rh -/-, wh -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur -/-, gallop -/-
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan + di epigastrium dan suprapubik, BU
5x/menit
Genital : VT : portio kuncup, nyeri goyang (-), fluxus (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2s, edema -/-

Laboratorium (27/07/2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 12.7 14,0-18,0
Hematokrit 41.8 40-54
Leukosit 12.500 6.000-11.500
Eritrosit 5,98 4,60-6,00
MCV 70,0 80-94
MCH 21,2 26-32
MCHC 30,5 32-36
RDW 15.7 11,5-14,5
Trombosit 479.000 150.000-450.000
Eosinofil 0,33 1-3
Basofil 1,31 0-2
Limfosit 19,1 18-42
Monosit 11.2 2-11
Segmen 68.0 50 – 70

HCG urine Positif (+) Negatif(-)


Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Berat Jenis 1.015 1.005 – 1.030
Leukosit + Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Ph 5.0 5.0 – 8.0
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton +++ Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Vtc Negatif Negatif
Leukosit Sedimen 30 1–3
Eritrosit Sedimen 0 0–1
Silinder Negatif Negatif
Epitel 10 0–4
Kristal Amorf (+) Negatif
Bakteri Positif (+) Negatif
Jamur Negatif Negatif
Lain – lain Negatif Negatif
1.4 Diagnosis Kerja
G1P0A0 gravid 7 – 8 minggu + HEG + ISK

1.5 Tata Laksana


IGD :
 O2 NK 2 LpM
 IVFD RL
 Inj. Ondancentron 8 mg
 Inj. Omeprazole 1 amp

Konsultasi ke dr. Varianidia, Sp.OG


 IVFD RL 2 : Futrolit 2 / 24 jam
 Drip Neurobion 2 x 1 amp
 Inj. Ondancentron 3 x 8 mg
 Antasida Syr 3 x 1 C
 Amoxicillin 3 x 500 mg

1.6 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sananctionam : dubia ad bonam

1.7 Follow up
a. Follow up 1 (28/07/2019)
S : Pasien mengeluh mual muntah
O : sedang, CM
TD 110/70, N 82x/i, RR: 20, T : 36.7 ℃
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Fungsi n. III, IV, VI baik, tidak ada diplopia
Paru : vesikuler, rh -/-, wh -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur -/-, gallop -/-
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (+) epigastrium, BU 4x/menit
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2s, edema -/-
A : G1P0A0 gravid 7 – 8 minggu + HEG + ISK

P :

o IVFD RL 2 : Futrolit 2 / 24 jam


o Drip Neurobion 2 x 1 amp
o Inj. Ondancentron 3 x 8 mg
o Antasida Syr 3 x 1 C
o Amoxicillin 3 x 500 mg

b. Follow up 2 (19/07/2019)
S : mual muntah (-)
O : sedang, CM
TD 120/70, N 80x/i, RR 22x/I, T : 36℃
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Fungsi n. III, IV, VI baik, tidak ada diplopia
Paru : vesikuler, rh -/-, wh -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur -/-, gallop -/-
Abdomen : datar, supel, nyeri -, BU 4x/menit
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2s, edema -/-

A : G1P0A0 gravid 7 – 8 minggu + HEG + ISK perbaikan


P :
 Antasida syr 3 x 1C
 Amoxicillin 3 x 500 mg
 Ondancentron 2 x 8 mg
 Rencana KRS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan keluhan mual
muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan morning sickness, dialami 80%
wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia
kehamilan trimester I . Mual biasanya terjadi pada pagi hari, dapat juga timbul setiap saat dan
pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung ± 10 minggu. Derajat beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan
kehamilan sampai dengan gangguan yang berat dimana keluhan semakin memburuk, menetap,
hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan hiperemesis gravidarum.1,2
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam
urin.1,2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli
yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2,4
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari
kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum. Mual
dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10
minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur
kehamilan 12-14 minggu, 1-10% dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum.


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi
dan terdapat aseton dalam urin.1-4

B. Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2 Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:2,3
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan
sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

C. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh
keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh berikut:2
a) Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentilobuler
tanpa nekrosis.
b) Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai perdarahan sub-
endokardial.
c) Otak: terdapat bercak perdaran pada otak.
d) Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.

D. Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:1,2
a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik
< 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin
dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria.

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2
a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada
pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.
d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.
e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan
proteinuria.

F. Gejala Klinik.
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan), tanda-tanda
dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai
hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit.1,2,3

G. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala
muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara lain:
a) Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat
menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut
sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan
petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis
akut.
b) Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai
riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan
penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan
keton, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai
riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan NSAID. Keluhan
nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang
tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis
gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan
gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti
dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang
disertai diare.
d) Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum
Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien
hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya
tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis.
e) Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat.
Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke
kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri
menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum
amylase dapat membantu menegakkan diagnosis.
f) Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga
disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari,
gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan
kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.

H. Komplikasi 1
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia,
palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan
terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas),
ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati
Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot
ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan
bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

I. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan
jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.1,2,3

J. Penatalaksanaan 1-4
 Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa
yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin
B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetik seperti prometazin (avopreg), proklorperazin, atau mediamer B6.

 Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya dokter dan
perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau
makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum
dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
 Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk
diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang
tidak cair.
Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk melalui
pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
klinis berupa:
 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan jiwa
Ensephalopati Wernick.
 Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
 Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung
dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan darah menurun.
BAB III
DISKUSI

Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien Ny. SN usia 26 tahun, G2P1A0, hamil 7 -
8 minggu dengan hiperemesis gravidarum. Pasien datang ke IGD RSUD Balikpapan dengan
keluhan mual dan muntah sejak kemarin 7 hari yang lalu. Mual muntah awalnya hanya terjadi
pada pagi hari saja dan terjadi setelah makan dan minum, namun sejak 2 hari SMRS muntah
yang dialami > 10 x / hari dengan volume ± 1/2 - 3/4 gelas besar. Isi muntahan berupa makanan
minuman yang dikonsumsi sebelumnya, pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual
dan muntah semakin bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan menurun
karena pasien takut muntah. BAB dan BAK dirasakan semakin menurun. Pasien juga mengeluh
nyeri ulu hati. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya
maupun dalam pekerjaan.
Riwayat haid pasien: menarche pada usia 14 tahun, haid teratur dengan siklus 28 hari,
lama haid ± 5 hari, HPHT 13-05-2019. Riwayat pernikahan: berumah tangga selama 8 tahun,
merupakan pernikahan yang pertama. Riwayat Obstetri : G2P1A0, anak pertama perempuan,
aterm, berat badan lahir 3000 gram, lahir spontan di tolong oleh bidan, sekarang usia 7 tahun
dalam kondisi sehat. Riwayat KB: suntik 3 bulanan, sudah berhenti 2,5 tahun yang lalu. Pasien
ANC di bidan 3 kali, belum mendapatkan imunisasi TT.
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena berdasarkan
anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana
keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari sampai pekerjaanya. Muntah tersebut
juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak
lemas, tekanan darah 120 / 90 mmHg, nadi 88 x / menit, frekuensi pernapasan 22x /
menit, teratur, suhu 37,5 0C.
Dimana hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum
dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton
dalam urin.1-4
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu: Tingkat I :

Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lender dan sedikit cairan
empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit
tetapi masih normal. Tingkat II : Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik
< 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan
berat badan cepat menurun. Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria.1,2,3
Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, karena muntah semakin
berat, penderita tampak lemah, mata cekung, turgor kulit menurun dan bibir kering, frekuensi
nadi cepat (104x/menit), pernafasan agak cepat (22 x/menit),Namun dalam penegakan
diagnosis ini perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, kimia urin, elektrolit, gula darah dan
USG.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi rehidrasi dan koreksi
elektrolit, isolasi, terapi nutrisi, terapi dengan obat-obatan, dan psikoterapi. Terapi cairan
dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan rehidrasi. Umumnya kehilangan
air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik, misalnya Ringer Laktat, ringer asetat atau
normal salin. Cairan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan pasien ini adalah kristaloid
yaitu Ringer Laktat, dengan pertimbangan bahwa pada pasien terjadi penurunan volume cairan
intravaskuler dan kecenderungan defisit cairan intraseluler dan interstisial. Resusitasi
dikatakan adekuat bila terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-80 mmHg,
denyut jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas hangat dengan pengisian kapiler baik,
susunan saraf pusat baik, produksi urine baik 0.5-1 ml
Pada pasien ini diberikan terapi obat-obatan antara lain Neurobion drip 1 ampul dalam
infus RL, injeksi Ondansetron 1 x 1.
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien Ny. SN dengan diagnosis HEG perlu di awasi karena mual muntah yang berlebih
sehingga diawasi untuk tanda – tanda dehidrasi nya. Diberi cairan rutin selama perawatan dan
ditangani mual muntah guna menghindari dehidrasi. Di periksa juga untuk janin nya dengan
USG. Sehingga butuh perhatian khusus untuk ibu hamil jika didapati tanda bahaya kehamilan
salah satunya mual muntah sampai ibu tidak bisa makan dan minum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814-818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC. Hal 141-142.
3. Tim Obsgin RSUD Ulin- FK UNLAM. 2008. Hiperemesis Gravidarum. Dalam:
Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Banjarmasin: Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD ULIN – FK UNLAM Banjarmasin. Hal 51-52.
4. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:
http://www.emedicine.com (Accesed : 18 Juli 2019).

Anda mungkin juga menyukai