Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

PRE EKLAMSIA BERAT

Pembimbing :

dr. Deflina, Sp. OG

Oleh :

Yayan Samayang Putra Latuconsina

2018790126

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM SEKARWANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas laporan kasus pada Stase Ilmu
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Sekarwangi mengenai ”Preeklamsia Berat”.
Laporan kasus ini kami buat dengan tujuan memenuhi tugas saya selama menjalani
kepanitraan klinik stase Ilmu Obstetri dan Ginekologi dan juga dengan laporan kasus ini
kami bisa mempelajari proses perjalanan penyakit baik secara subjektif maupun objektif.
Terima kasih kepada dokter pembimbing di Rumah Sakit Umum Sekarwangi dr.
Deflina, Sp. OG yang telah membantu dalam terselesainya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca.

Sekarwangi, Mei 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................I

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... II

BAB I .................................................................................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA PREEKLAMSIA BERAT .......................................................... 9

1.1. Definisi ............................................................................................................................... 9

1.2. Klasifikasi ........................................................................................................................ 10

1.3. Epidemiologi .................................................................................................................... 10

1.4. Etiologi ..............................................................................................................................11

1.6. Tanda dan Gejala .............................................................................................................. 15

1.7 Diagnosis .......................................................................................................................... 17

1.8 Tata Laksana..................................................................................................................... 18

1.9 Komplikasi ....................................................................................................................... 19

1.10 Pencegahan ....................................................................................................................... 19

1.11 Prognosis .......................................................................................................................... 19

TINJAUAN PUSTAKA IUGR ......................................................................................... 20

2.1. Definisi ................................................................................................................................. 20

2.2. Faktor Risiko ......................................................................................................................... 20

2.3. Etiologi .................................................................................................................................. 20

2.4. Penapisan PJT ....................................................................................................................... 21

BAB III ............................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25

II
BAB I
STATUS PASIEN

Pasien datang ke Ponek tanggal 28 Juli 2019

IDENTITAS/BIODATA

Nama : Ny I Nama Suami : TN M

Umur : 29 Tahun Umur : 36 Tahun

Agama : Islam Agama : Katholik

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI

Alamat : Asrama Armed 13 RT Alamat : Asrama Armed 13 RT 3/RW


3/RW 15, Sukamulya, Cikembar, 15, Sukamulya, Cikembar, Sukabumi.
Sukabumi.

ANAMNESIS

Autoanamnesis

Keluhan Utama :

Os datang dengan keluhan sakit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os datang melalui IGD Kebidanan BLUD Sekarwangi melalui rujukan dari
puskesmas, anak keempat dengan usia kehamilan 31 minggu dengan keluhan sakit
kepala hebat sejak semalam disertai penglihatan kabur, mual muntah dengan
tekanan darah 200/120 mmHg dan proteinuria +2. OS tidak merasakan mulas,
nyeri epigastrium disangkal. Os mengatakan tidak ada perdarahan dan keluar air
ketuban.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, TB, jantung, dan operasi


disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti hipertensi, diabetes


mellitus, TB, jantung, disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Os diberikan obat nifedipin dan dopamid

Riwayat Alergi :

Os mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan.

Riwayat penggunaan kontrasepsi :

Os tidak memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi

Riwayat Psikososial :

Pola makan teratur, penggunaan alkohol dan obat-obatan disangkal, merokok


disangkal.

RIWAYAT OBSTETRI

Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
Menarche : 14 Tahun
Pernikahan ke- :1
Siklus Haid : 28 hari
Usia saat Menikah : 20 tahun
Lama Haid : 7 hari
Usia Suami : 24 tahun
Dismenorhea : disangkal Lama Menikah : 13 tahun

4
Riwayat Kehamilan : G3P2A0

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas : -

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Saat Datang Ke Ponek

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda- tanda Vital :-T : 180/110 mmHg

-N : 84 kali/menit
-R : 20 kali/menit
-S : 36,5oC

Antropometri : BB : kg

: TB : CM

STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-), Darah (-/-)

Mulut : Bibir kering (-), Faring hiperemis (-)

Telinga : Nyeri (-/-), Serumen (-/-)

Leher : Pembesaran KGB (-/-) Pembesaran Tiroid (-/-)

Thorax : Normochest, Gerak Simetris

Paru-Paru : VF Simetris (+/+) Vesikular (+/+) Ronkhi (-/-),Wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi I/II murni, regular

Ekstremitas : Akral Hangat, CRT < 2dtk

5
Abdomen : Palpasi

Leopold 1 : TFU 30cm, teraba bulat lunak, besar (bokong)

Leopold 2 : Bagian kanan teraba panjang keras (punggung)

Leopold 3 : Teraba bulat keras (kepala)

Leopold 4 : Bagian terbawah janin belum masuk PAP

Auskultasi : DJJ : 134x/mnt

Lama His :-

PEMERIKSAAN DALAM
Vulva/vagina : tidak dilakukan
Utera : tidak dilakukan
Portio : tidak dilakukan
Pembukaan : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(8-5-2019 – 23.00)
Golongan Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
Hematologi HB (Hemoglobin) 13,1 Gr% 12-14
Jumlah Leukosit 13.100 /mm3 4000-11000
Trombosit 211.000 /mm3 150000-400000
Hematokrit 39 % 36-46
Golongan Darah O/RH(+)
Serologi HBSAG Skrining:NonReaktif
HIV Anti Body Skrinning:NonReaktif
Standar Diagnostic Non Reaktif Non Reaktif
Intec Tidak Di Kerjakan Non Reaktif

BioMerieux Tidak Di Kerjakan Non Reaktif

Kimia Darah Gula Darah 59 mg/dl < 180

6
Sewaktu
AST (SGOT) 11 U/L 35
ALT (SGPT) 13 U/L 35
Albumin 3,5 g/dL 3,5-5,5
Ureum 19 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,5 mg/dL < 1,5

RESUME
G4P3A0 usia kehamilan 31 minggu Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu,
disertai penglihatan kabur, mual muntah dengan tekanan darah tinggi dan
proteinuria +2. Tidak terdapat kontraksi/his, pecah ketuban, perdarahan, dan nyeri
epigastrium.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan hipertensi, nadi normal, respirasi
normal dan suhu normal. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
kelainan. Pada pemerikasaan laboratorium didapatkan hipoglikemi.

DIAGNOSIS

Ibu : G3P2A0 Hamil 34 minggu dengan Preeklamsia berat


Bayi : Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup Intrauterin, susp IUGR

TATALAKSANA

- Infus RL + MgSO4
- Nifedipine 10mg 3x1
- Dopamet 500mg 3x1
- Dexametason 2x1 IV
- Observasi TTV dan Tanda-tanda Impending Eklampsi
- Terminasi kehamilan

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA PREEKLAMSIA BERAT
1.1. Definisi
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,
proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam
postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal
juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau
toksemia kehamilan. Sedangkan menurut Chapman (2006) preeklampsia adalah
merupakan kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan tekanan
darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan
gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi
pertumbuhan dan abrapsio plasenta. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-
tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit
ini umumnya terjadi pada triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan
ringan dan berat (Abdul, dkk, 2006).
Menurut Mansjoer, dkk (2007) preeklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Kemudian Preeklampsia menurut Achdiat
(2004) adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20
minggu dan / atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi,
proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu
bila terjadi penyakit trofoblastik. Menurut Skenna dan Kappel (2001) dalam
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran (2006), preeklampsia adalah kondisi
khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Bisa berhubung atau berlanjut menjadi kejang (eklampsia), sementara
komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta /
solusio plasenta. Preeklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada
trimester kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai
dengan kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema,
dan proteinuria.

9
1.2. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman pengelolaan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia
(2005):
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg Untuk pertama kalinya
setelah umur kehamilan 20 minggu, tidak disertai dengan proteinuria dan
tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklampsia
Ringan
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu
disertai dengan proteinuria ≥ 300mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+
Berat
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg Setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria > 2gr/24 jam atau dipstick ≥ 2+ sampai 4+
3. Eklampsia
Kejang-kejang pada preeklampsia disertai koma
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Timbulnya proteinuria ≥ 300mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah
mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah
kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi Kronik
Ditemukannya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau
sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang 12 minggu pasca
persalinan.

1.3. Epidemiologi
Preeklampsia merupakan penyebab ketiga terbanyak yang menyebabkan
kematian selama kehamilan setelah perdarahan dan emboli. Preeklampsia
merupakan penyebab pada 790 kematian ibu/100.000 kelahiran hidup.
Morbiditas dan mortalitas terkait dengan disfungsi dari endothelial sistemik,
vasospasme, dan thrombosis pembuluh darah kecil yang akan mengakibatkan
iskemi jaringan dan organ. Wanita ras Afrika-Amerika memiliki mortalitas yang

10
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita ras kulit putih. Secara umur mortalitas
dan morbiditas semakin meningkat pada wanita hamil dengan umur muda (<20
tahun) dan wanita hamil dengan umur > 35 tahun.

1.4. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor
lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain:
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida,
malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta
anemia. sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang
diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
(1) primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa;
(2) semakin tuanya kehamilan;
(3) terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus; dan
(4) timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan
ischaemia rahim dan plasenta (ischemaemia uteroplacentae).Selama kehamilan
uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion,
kehamilan ganda, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit
pembuluh darah ibu, diabetes , peredaran darah dalam dinding rahim kurang,
maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasmus
dan hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangakan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit tersebut. Ternyata tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.
Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeclampsia
adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu.Ada banyak faktor yang
menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang

11
ditemukan sering kali sudah ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
Dan sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia
belum diketahui, telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara
pasti, bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya
kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir
dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin
dengan melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester
III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat. Sampai sekarang
etiologi preeklampsia belum diketahui. Membicarakan patofisiologinya tidak
lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan fenomena yang beragam. Namun
pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama suksesnya
penanganan preeklampsia sehingga preeklampsia/eklampsia disebut sebagai the
disease of many theories in obstetrics. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada
tubuh.Pembuluh-pembuluhdarah menciut, terutama pembuluh darah kecil,
akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat
asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat
pembeku darah yang ikut menyambut pembuluh darah pada jaringan-
jaringan vital.
2. Peran Faktor Immunologi
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya.Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan
pertama pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
3. Peran Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia

12
b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeclampsia-
eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeclampsia-
eklampsia
c. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia dan
bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS).
Penderita pada tahap preeklampsia hendaknya mau dirawat dirumah sakit
untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan janin. Pemantauan meliputi
fungsi ginjal lewat protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-
hari pun perlu diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi,
sedangkan buah-buahan dan sayuran diperbanyak.

1.5. Faktor Risiko


Setiap wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat
kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.
Menurut Sarwono (2006), faktor yang berhubungan dengan terjadinya
preeclampsia yaitu faktor usia dan paritas. Beberapa faktor yang memiliki
hubungan dengan terjadinya preeklampsia adalah faktor pengetahuan, usia,
paritas, riwayat preeklampsia, genetik dan pemeriksaan kehamilan (ANC).
Walaupun penyebab preeklampsia belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor
berikut ini memiliki hubungan dengan terjadinya preeklampsia.
1. Umur Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada
usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya meningkat pada wanita
diatas 35 tahun. Dengan bertambahnya usia seseorang, maka kematangan dalam
berfikir semakin baik.
Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil berkisar
antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang
dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20

13
tahun atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena kehamilan pada usia
ini memiliki ini memiliki resiko tinggi, seperti terjadinya keguguran atau
kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya
lebih tua memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lebih muda.Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun,
selain fisik mulai melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai risiko
gangguan kesehatan, seperti darah tinggi, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya
termasuk preeclampsia. Tinggi rendahnya usia seseorang memengaruhi terjadinya
preeclampsia (Sarwono, 2006).
2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya
adalah kenaikan tekanan darah.Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih
dikategorikan hipertensi kronis. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada
usia kehamilna > 37 minggu dan makin tua kehamilan makin berisiko untuk
terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari
satu.Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah
anak yang pernah dilahirkannya.paritas adalah wanita yang pernah melahirkan
dan dibagi menjadi beberapa istilah:
a) Primigravida : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk
pertama kali
b) Multipara : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu
kali
c) Grande multipara : adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima
kali.
Pada primigaravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingankan
dengan multigaravida, terutama primigaravida muda (Sarwono, 2006).
4. Bad Obstetric History
Seorang wanita yang pernah memiliki riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeclampsia

14
lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan
darah tinggi menahun.

1.6. Tanda dan Gejala


Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di temukan:
1. Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg, atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
2. Proteinuria 2 gr atau lebih dalam 24 jam : ≥ +2 pada pemeriksaan
kualitatif
3. Kreatinin Serum > 1,2 mg% disertai Oliguria, air kencing < 400 ml/ 24
jam
4. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium
5. Trombosit < 100.000/mm3
6. Angiolisis Mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
7. Peningkatan kadar enzim hati (SGPT dan SGOT)
8. Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan serebral
9. Nyeri epigastrium yang menetap
10. Pertumbuhan janin terhambat
11. Edema paru-paru disertai sianosis
12. Adanya HELLP
Tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai berikut:
- Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila
peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam
trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa
penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi
dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita
menderita preeklampsia. Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30
mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg,
atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan
diastolik sekurang- kurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20
mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan
tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada

15
keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih,
ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat.
- Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada
ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa
pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan
masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau
3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi
pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan,
mungkin merupakan tanda preeklampsia. Bertambahnya berat badan
disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema nampak dan
edema tidak hilang dengan istirahat.Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan
terhadap timbulnya pre eklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat
PIH (Hipertensi dalam kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai sedikit
diagnostik kecuali jika edemanya general.
- Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+
atau 2 + (menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau
lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream
untuk memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan
jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hipertensi dan
tambah berat badan. Proteinuri sering ditemukan pada preeklampsia, karena
vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius. Kemudian tanda dan gejala preeklampsia
menurut adalah:
◦ Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
◦ Proteinuria 2 gr atau lebih dalam 24 jam : ≥ +2 pada pemeriksaan
kualitatif
◦ Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang

16
◦ Edema paru-paru, sianosis
◦ Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,
pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri
epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah
◦ Pertumbuhan janin intrauterine terlambat
◦ Adanya HELLP syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver
Enzym,P= Low Plat)
Kriteria menentukan adanya edema adalah: nilai positif jika edema di daerah
tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan, terutama setelah bangun
tidur dipagi hari. Klasifikasi Preeklampsia Pembagian preeklampsia dibagi dalam
golongan ringan dan berat, berikut ini adalah penggolongannya:
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui
secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome”
akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. Gejala preeklampsia
ringan meliputi:
a. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg
b. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
◦ Intrauterine

1.7 Diagnosis
Dikatakan preeklampsia berat apabila gejala didapatkan satu atau lebih
gejala dibawah ini pada kehamilan > 20 minggu :
1. Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg, atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
2. Proteinuria 2 gr atau lebih dalam 24 jam : ≥ +2 pada pemeriksaan
kualitatif

17
3. Kreatinin Serum > 1,2 mg% disertai Oliguria, air kencing < 400 ml/ 24
jam
4. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium
5. Trombosit < 100.000/mm3
6. Angiolisis Mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
7. Peningkatan kadar enzim hati (SGPT dan SGOT)
8. Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan serebral
9. Nyeri epigastrium yang menetap
10. Pertumbuhan janin terhambat
11. Edema paru-paru disertai sianosis
12. Adanya HELLP

1.8 Tata Laksana


a. Penanganan Umum
- Jika tekanan sistolik >180 mmHgdiastolik > 110 mmHg, berikan
antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
- Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
- Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria
- Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
- Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
- Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi
merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru,
hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide
40 mg IV)
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan
tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
b. Pemberian MgSo4
c. Anti Hipertensi

18
- Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 10-20 mg peroral
maksimum 120mg dalam 24 jam
- Sodium nitroprusside 0,25µg i.v/kg/menit
d. Sikap terhadap kehamilan nya
- Penanganan Aktif
- Penanganan Konservatif

1.9 Komplikasi
Komplikasi ibu dengan preeklampsia meliputi : cerebral vascular accident,
kardiopulmonari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine yang
disebabkan oleh hipoksia dan premature. Komplikasi preeklampsia yang lain
adalah : Ablatio retinae, gagal ginjal, perdarahan otak, gagal jantung dan edema
paru.

1.10 Pencegahan
Yang dimaksud dengan pencegahan adalah upaya untuk mencegah
terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya
preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu sindroma dari proses implantasi
sehingga tidak secara keseluruhan dapat di cegah.
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan pemeriksaan
antenatal care secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara tepat.
Penyuluhan tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat
melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi antara kegiatan tersebut, ibu
dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk diperhatikan selama
hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan
dan perbaikan sel dan transformasi lipid.

1.11 Prognosis
Tergantung pada ringan atau beratnya penyakit yang diderita. Bila ibu hamil
pengobatannya efektif, maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah
kehamilan diakhiri

19
TINJAUAN PUSTAKA IUGR
2.1. Definisi
Janin KMK diartikan sebagai janin dengan taksiran berat janin (TBJ) atau lingkar perut
janin pada pemeriksaan USG yang kurang dari persentil 10. Ini tidak menggambarkan suatu
kelainan pertumbuhan patologis, bahkan hanya menggambarkan taksiran berat janin yang
dibawah kisaran normal.

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) tidaklah sama dengan janin KMK. Beberapa PJT
adalah janin KMK, sementara 50-70% janin KMK adalah janin konstitusional kecil dengan
pertumbuhan janin yang sesuai dengan ukuran dan etniibu. Pertumbuhan janin terhambat
menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik yang patologis, sehingga
didapatkan adanya bukti-bukti gangguan pada janin seperti gambaran Doppler yang abnormal,
dan berkurangnya volume cairan ketuban. Dengan demikian, PJT adalah ketidak mampuan janin
mempertahankan pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva pertumbuhan yang telah
terstandarisasi dengan atau tanpa adanya KMK.

2.2. Faktor Risiko


Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor risiko dan ketidaksesuaian
tinggi fundus uteri dengan umur kehamilan. Beberapa faktor risiko PJT antara lain lingkungan
sosio-ekonomi rendah, adanya riwayat PJT dalam keluarga, riwayat obstetri yang buruk, dan
berat badan sebelum dan selama kehamilan yang rendah. Diantara faktor risiko tersebut ada
beberapa faktor risiko yang dapat dideteksi sebelum kehamilan dan selama kehamilan. Faktor
risiko yang dapat dideteksi sebelum kehamilan antara lain ada riwayat PJT sebelumnya, riwayat
penyakit kronis, riwayat Antiphsopholipid syndrome (APS), indeks massa tubuh yang rendah,
dan keadaan hipoksia maternal. Sedangkan faktor risiko yang dapat dideteksi selama kehamilan
antara lain peningkatan kadar MSAFP/hCG, riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti
coumarin dan hydantoin, perdarahan pervaginam, kelainan plasenta, partus prematur, kehamilan
ganda dan kurangnya penambahan berat badan selama kehamilan.

2.3. Etiologi
Kurang lebih 80-85% PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang menurun atau insufisiensi
utero-plasenta dan 20% akibat karena potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang
tersebut disebabkan oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan. Secara garis besar,

20
penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor maternal, faktor plasenta dan tali pusat, serta
faktor janin

2.4. Penapisan PJT


Walaupun tidak ada satupun pengukuran biometri ataupun Doppler yang benar-benar akurat
dalam membantu menegakkan atau menyingkirkan diagnosis PJT, namun penapisan PJT penting
sekali dilakukan untuk mengidentifikasi janin yang berisiko tinggi. Penapisan awal berupa
adanya faktor risiko terjadinya PJT perlu dilakukan pada semua pasien dengan anamnesis yang
lengkap. Pada populasi umum penapisan PJT dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus
uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan antenatal/ antenatal care
(ANC) sejak umur kehamilan 20 minggu sampai aterm. Walaupun beberapa kepustakaan
mempertanyakan keakuaratan pengukuran tinggi fundus tersebut, khususnya pada pasien yang
obesitas. Jika ada perbedaan sama atau lebih besar dari 3cm dengan kurva standar, perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).

Pada kehamilan yang berisiko terjadi PJT pemeriksaan USG serial perlu dilakukan.
Pemeriksaan dapat dilakukan pertama kali pada kehamilan trimester I untuk konfirmasi haid
pertama yang terakhir (HPHT). Kemudian pada pertengahan trimester II (18-20 minggu) untuk
mencari kelainan bawaan dan kehamilan kembar. Pemeriksaan USG diulang pada umur
kehamilan 28-32 minggu untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan dan fenomena brain sparing
effect (oligohidramnion dan pemeriksaan Doppler velocimetry yang abnormal). Diagnosis PJT
ditegakkan berdasarkan taksiran berat janin atau lingkar perut/abdominal circumference (AC)
yang sama atau kurang dari 10 persentil dari pemeriksaan USG yang diakibatkan oleh proses
patologis sehingga tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan secara biologis.

21
Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini :

1. Gerak janin berkurang


2. TFU < 3 cm TFU normal sesuai usia kehamilan
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg pada usia
kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
4. Taksiran berat janin < 10 persentil
5. HC/AC > 1
6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau cairan amnion kantung tunggal
terdalam < 2 cm)

22
BAB III
ANALISA MASALAH
FAKTOR TEORI KASUS

Faktor Risiko  Usia Ibu 


 Usia Kehamilan
 Riwayat preeklampsi
sebelumnya
 Kegemukan

Diagnosis  Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg,  Tekanan darah 200/120


atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
mmHg  Proteinuria kualitatif +2
 Proteinuria 2 gr atau lebih  Pertumbuhan janin terhambat
dalam 24 jam : ≥ +2 pada  Keluhan serebral, gangguan
pemeriksaan kualitatif pengelihatan atau nyeri
 Kreatinin Serum > 1,2 mg% daerah epigastrium
disertai Oliguria, air kencing <  Sakit kepala yang menetap
400 ml/ 24 jam atau gangguan visus dan
 Keluhan serebral, gangguan serebral
pengelihatan atau nyeri daerah  Pertumbuhan janin terhambat
epigastrium
 Trombosit < 100.000/mm3
 Angiolisis Mikroangiopati
(peningkatan kadar LDH)
 Peningkatan kadar enzim hati
(SGPT dan SGOT)
 Sakit kepala yang menetap
atau gangguan visus dan
serebral

23
 Nyeri epigastrium yang
menetap
 Pertumbuhan janin terhambat
 Edema paru-paru disertai
sianosis
 Adanya HELLP
Tatalaksana  MgSO4  RL + MgSO4
 Antihipertensi  Nifedipine 10mg 3x1
 Kortikosteroid : pematangan  Dopamet 500mg 3x1
paru  Terminasi kehamilan
 Usia kehamilan ≥37 minggu :
terminasi kehamilan
Komplikasi  Gejala persisten  Pertumbuhan janin terhambat
perawatan  Sindrom HELLP
ekspektatif:  Pertumbuhan janin terhambat
 Severe olygohydramnion
 Reversed end diastolic flow
 KPP atau inpartu
 Gangguan renal berat

24
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. et al. 2014. Williams Obstetrics 24th Edition. New York: McGraw Hi

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Witin, Anuncia Gertrudis. 2013. Penanganan Anemia dalam Kehamilan. FK Universitas


Hasanuddin, Bagian Obstetri dan Ginekologi.

PNPK Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia 2016.

PNPK Pengelolaan Kehamilan Dengan Pertumbuhan Janin Terhambat, 2016 . POGI

25

Anda mungkin juga menyukai