Anda di halaman 1dari 16

GASTRITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul
akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis,
yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan sering
merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi biasanya bakteri
penyebab gastritis (Helycobacter pylori) masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.

Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik atau
ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6
tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang
kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan
menggaggu masa tua, sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik
lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari gastritis?

2. Bagaimana klasifikasi dari gastritis?

3. Bagaimana patogenesis dari gastritis?

4. Apa etiologi dari gastritis?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari gastritis?

6. Apa faktor pemicu kekambuhan dari gastritits?

7. Bagaimana penatalaksanaan penanganan gastritis?


8. Bagaimana cara untuk mencegah timbulnya gastritis?

9. Bagaimana petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya:

1. Mengetahui pengertian dari gastritis

2. Mengetahui pengklasifikasian dari gastritis

3. Mengetahui patogenesis dari gastritis

4. Mengetahui etiologi dari gastritis

5. Mengetahui manifestasi klinis dari gastritis

6. Mengetahui faktor pemicu kekambuhan gastritits

7. Mengetahui penatalaksanaan penanganan gastritis

8. Mengetahui cara untuk mencegah timbulnya gastritis

9. Mengetahui petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan


penyakit gastritis.

2. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien gastritis.

3. Mahasiswa dapat membuat diagnosa keperawatan pada klien gastritis.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk penyusunan makalah ini adalah metode pustaka, yaitu
penulis mengambil data-data dari beberapa sumber seperti buku dan internet.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gastritis

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit (Brunner and Suddarth,2001). Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung, secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut (Suyono Slamet, 2001).

Dari beberapa pengertian tentang gastritis tersebut, dapat disimpulkan bahwa gastritis
adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada
daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan
oleh kebiasaan merokok atau minum alkohol.

2.2 Klasifikasi Gastritis

Gastritis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif , maksudnya kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muskularis. Sering disebut juga tukak beban atau tukak stress sebagai
reaksi pada permukaan mukosa lambung akibat iritasi (karena alkohol, aspirin, NSAID,
lisol, reflux empedu, cairan pankreas).

Jenis gastritis akut :

a. Gastritis eksogen akut

Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia, misal: lisol,
alkohol, merokok, kafein, lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti
inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung).
b. Gastritis endogen akut

Dibagi menjadi : gastritis infeksiosa akut (disebabkan karena toksin atau bakteri
dalam darah dan masuk ke jantung), dan gastritis flegmans akut (proses inflamasi
bersifat purulen di dinding lambung).

2. Gastritis Kronik

Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh
bakteri helicobacter pylori yang menyerang permukaan gaster.

Gastritis kronik dapat dibedakan berdasarkan kelainan histopatologi, yaitu :

a. Gastritis kronik superfisialis apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas
pada lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-
kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis
kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.

b. Gastritis kronik atrofik, sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai
dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik
dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.

c. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu
struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan
jaringan ikat, sedangkan sebukan sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat
tipis sehingga dapat menerangkan mengapa pembuluh darah bisa terlihat pada saat
pemeriksaan endoskopi.

2.3 Patogenesis Gastritis

Proses terjadinya gastritis yaitu awalnya karena obat-obatan, alkohol, empedu atau
enzim-enzim yang dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu
pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam
jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi
perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya adalah perdarahan
dan peritonitis.

2.3.1 Patogenesis Gastritis Akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung. Jika
mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi:

1. Karena terjadi iritasi lambung sebagai kompensasi lambung.


Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3
akan berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari
penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan
nutrisi cairan dan elektrolit.
2. Iritasi mukosa lambung.
Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCl maka akan terjadi
homeostasis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal
melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika
erosi ini terjadi dan sampai lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan
yang akan menyebabkan nyeri dan hipovolemik.

2.3.2 Patogenesis Gastritis Kronik

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B.

Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung.

Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan


bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-
obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori
termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan
dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung
menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat
menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri
H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan
infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori
tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa
dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati
dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung.
Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan
sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak
sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).
Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

2.4 Etiologi Gastritis

1. Etiologi Gastritis akut

 Obat-obatan

Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan
sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil salisilat
lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat
dipakai secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis
prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase
merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat.
Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat
penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal
terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat
merusak sel-sel epitel mukosa.

Pemberian aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan
sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian
setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis.

 Alkohol

Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan


kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat
dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan
struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang
terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam
bentuk etil alkohol atau etanol.

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung
dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang
tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam
jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan
berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa
lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung,
memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol
mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena
ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa
gastrointestinal.

 Stress

Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman
yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut

a. Stress Psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban
kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat
mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan
terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet
sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang
cukup.

b. Stress Fisik.

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks empedu atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta pendarahan pada lambung.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis
dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut
menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung.

Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan
yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus
kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric
valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis.

2. Etiologi Gastritis Kronik

Pada gastritis kronik penyebabnya tidak jelas, tetapi berhubungan dengan


ditemukannya Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan
penunjang.

Helicobacter pylori punya kebolehan bertahan dan berkembang biak dalam


lambung meski lambung mengandung asam lambung karena mempunyai enzim urease
sehingga terbentuk kabut hasil netralisasi asam lambung di sekitarnya dengan ammonia
yang mengamankan bakteri ini. Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah
lambung dapat mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai perdarahan
dan pembentukan lubang-lubang.

Pada kondisi Helicobacter pylori mencapai 1.010 sel dalam lambung bisa
mengakibatkan hipochlorhidia, yaitu berkurangnya asam lambung yang akan
mengundang Escherichia coli dari usus untuk berkoloni di lambung dan beerpeluang
bagi terjadinya diare dan tukak lambung dengan gejala sakit perut berkepanjangan,
feses berdarah atau berwarna hitam, dan muntah darah.

2.5 Manifestasi Klinis Gastritis


Menurut Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, gastritis pada umumnya merupakan hal
yang banyak dijumpai pada masyarakat dari berbagai usia, jenis kelamin, maupun
profesi. Sebagian besar masyarakat pernah mendengar dan mengetahui pencetus
terjadinya sakit gastritis seperti terlambat makan, makan tidak teratur, makanan
atau minuman yang merangsang produksi asam lambung, serta stress. Meski
demikian, mungkin banyak dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami
gejala-gejala sakit gastritis. Rasa Perih pada lambung atau pada ulu hati merupakan
hal yang sering disebut sebagai sakit gastritis atau mag. Faktanya, gejala sakit
gastritis atau mag tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi rasa tidak nyaman
pada lambung atau ulu hati yang dibarengi dengan mual atau kembung dan sering
sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala sakit gastritis atau mag.
Serta Gejala lainya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut. Rasa pahit ini timbul
karena asam lambung yang berlebihan mendorong naik ke kerongkongan sehingga
kadang kala timbul rasa asam ataupun pahit pada kerongkongan dan mulut.

Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala-gejala tersebut :

1. Sendawa

Sendawa (burping atau belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna
(kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan kadang-
kadang bau.

2. Kembung

Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:

a. Gejala atau bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih


besar dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan,
merupakan hal yang lebih ringan dari distention.

b. Tanda atau distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif) dimana


didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari
observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan lambung jelas lebih
besar dari biasanya.

3. Flatus atau Kentut

Menurut Dr. Helmin Agustina Silalahi, flatus merupakan keluarnya gas dalam
saluran cerna melalui anus yang bersumber dari udara yang tertelan atau hasil
produksi dari bakteri. Namun terjadinya flatus lebih sering diakibatkan oleh
produksi dari bakteri di saluran cerna atau usus besar berupa hydrogen atau
methan pada keadaan banyak mengkonsumsi kandungan gula dan polisakarida.
Contoh gula adalah seperti laktosa (gula susu) , sorbitol sebagai pemanis rendah
kalori, dan fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen.
Gastritis akut maupun gastritis kronis memiliki manifestasi klinis tertentu,
yaitu :

1. Manifestasi Gastritis Akut

a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukos
lambung.

b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering


muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga
terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual dan
muntah.

c. Ditemukan pada perdarahan saluran pencernaan berupa hematemesis


dan melena kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.

2. Manifestasi Gastritis Kronik

Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya


sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

2.6 Faktor Pemicu Kekambuhan Gastritits

a. Faktor makan (pola makan)

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah,
frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari. Faktor pola makan terdiri
dari beberapa hal, yaitu :

1. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat
dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka
jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga
timbul rasa nyeri. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini
akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama,
produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa
pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang
menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi
oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut
secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan
memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung.

2. Sifat dan jenis makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya. Makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas. Mengkonsumsi
makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama
lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat
penderita makin berkurang nafsu makannya.

Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam
seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan
iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. Gastritis dapat disebabkan pula
dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan
penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan
makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini
tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih
lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus
selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung
untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang
dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.
3. Porsi makanan

Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan
refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung
menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada
lambung.

b. Faktor obat-obatan

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin)
dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung. Tidak hanya itu, obat-
obatan yang mengandung salisilat (sering digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam
tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis. Efek salisilat terhadap
saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian
dalam dosis besar. Salisilat merupakan agen-agen yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat yang kurang mengerti tentang penggunaan obat. Penyebab paling umum
dari gastritis erosive akut adalah pemakaian obat yang mengandung asam silisilat.

c. Faktor psikologis

Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi


asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan
antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat
ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan atau
iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat
keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.

d. Infeksi bakteri

Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut akan
terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri gastritis umumnya
berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud
komplikasi penyakit yang telah diderita sebelumnya.
2.7 Penatalaksanaan Gastritis

Menurut Brunner dan Suddarth (2001), penatalaksanaan medis pada pasien gastritis
akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan
sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,diet mengandung gizi
dinjurkan.Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secaraparenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragi saluran gastrointestinalatas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan
yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab. Untuk menetralisir asam asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas
atau berat dihindari karena bahaya perforasi.

Menurut Brunner dan Suddarth (2001), penatalaksanaan medis pada pasien gastritis
kronik diatasi dengan modifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress
dan farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.

2.8 Pencegahan Gastritis

Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan pencegahan
seperti dibawah ini:

1. Makan yang teratur

2. Hindari alcohol

3. Makan dalam porsi kecil dan sering

4. Menghindari stress

5. Mengunyah 32 kali

6. Menghindari rokok

2.9 Petunjuk Umum untuk Diet pada Penderita Gastritis

a. Syarat diet penyakit gastritis

Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi (± 20-25 % dari total jumlah
energy yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam
menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang
mengandung asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan
secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan
muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang
mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak
jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering,
hindari makan secara berlebihan. Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun
harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, keterbatasan bahan makanan sumber vitamin dan
mineral, biasanya pasien diberikan vitamin, mineral dan bentuk obat.

b. Jenis makanan

Sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat merangsang,


diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan
rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Dan perlu juga
memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik memasak
yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan. Jenis makanan yang
tidak dianjurkan antara lain: beras ketan, mie bihun, jagung, ubi-ubian, cake, dodol, kue-kue
lain yang terlalu manis dari sumber karbohidrat sedangkan dari sumber protein sarden atau
daging yang diawetkan, dari sumber sayaur, mineral dan vitamian adalah makanan yang
merangsang asam lambung diantaranya adalah kol, dan sayuran yang tidak banyak serat juga
tidak menimbulkan gas. Dari buah yang banyak serat dan menimbulkan gas misalnya nanas,
kedondong, durian, dan nangka.

c. Preskripsi Diet

Hindari pemakaian cabe, sambal, saus pedas, minyak, cuka yang bersifat merangsang.
Jangan berikan makanan yang melekat seperti dodol, ketan, makanan yang menimbulkan gas
seperti nangka, durian, kembang kol dan makanan yang banyak mengandung serat kasar
seperti kankung. Pemberian suplemen vitamin C (yang tidak asam seperti ester C atau jus
jambu) bersama protein diperlukan untuk mempercepat kesembuhan jaringan lambung yang
luka. Karena terapi antasid beresiko mengurangi penyerapan zat besi, maka pemberian
suplemen besi yang tidak mengiritasi lambung dapat dilakukan untuk mencegah anemia.
Bahkan pada gastritis kronis yang menggangu faktor intrinsik diperlukan suplemen vitamin B12
untuk mencegah anemia pernisiosa.

Pemberian diet untuk penderita gastritis, antara lain bertujuan untuk:

a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung


b. Menghilangkan gejala penyakit

c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung

d. Mempertahankan keseimbangan cairan

e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung

f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan
tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

3.2 Saran
1. Setiap orang hendaknya mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi untuk
mencegah penyakit gastritis.

2. Selektif dalam memilih makanan, karena tidak semua jenis makanan aman atau
sehat untuk dikonsumsi.

3. Membiasakan pola hidup serta pola pikir yang sehat, untuk menghindari stres.

4. Olahraga teratur.

5. Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat
membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Nurhayati. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Gastriti.

Oktaviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. (http://www.library.upnvj.ac.id/-


pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf). Diakses pada 7 Mei 2014.

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.

Anda mungkin juga menyukai