Anda di halaman 1dari 4

TANTANGAN DAN PELUANG DAKWAH

Abdi Kurnia johan (Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar Jakarta dan Dosen Agam Islam UI), dalam
surveynya;

Kronologis Perjalanan Dakwah


1. Pada 1970-an sampai dengan 1990-an fungsi dakwah di Indonesia dijalankan sebagaimana dakwah
yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an
 Tayangan-tayangan dakwah di televisi seperti “Mimbar Agama Islam” TVRI
 Tahun 80-an menampilkan sosok-sosok dai dan muballigh yang memahami konsepsi dakwah
yang sesungguhnya, meskipun dengan berbagai tekanan dan represi politik masa itu.
2. Memasuki tahun 2000-an dakwah mengalami stagnasi
 Krisis ekonomi yang sangat dahsyat memutar arah realitas kehidupan masyarakat
 Sikap pragmatisme masyarakat dalam menyikapi persoalan dan kebutuhan hidup
 Pragmatisme akhirnya menyisakan ruang kekosongan spiritual yang justeru membuat mereka
kangen terhadap dakwah yang menyejukkan kegersangan jiwa, semestinya dakwah hadir
memainkan fungsi tilawah (informatif) dan tazkiyah (penyucian diri).
 Dakwah tampil dengan wajah yang relatif baru heart oriented, menata pengelolaan hati atau
qalbun salim (tentunya dengan “terpaksa” mengesampingkan tema-tema dakwah lainnya
seperti akidah dan lain-lain karena tuntutan “pasar”)
 Dakwah heart oriented diam-diam mengkonstruksi opini publik dalam menentukan idola
yang sarat dengan nuansa “selebritis” (budaya pop)
 Masyarakat tidak peduli lagi dengan hakekat dan ke mana dakwah diarahkan, terpenting ialah
kekaguman terhadap personifikasi dakwah yang diidealisasi tanpa ‘ukuran’ yang jelas telah
terwujud.
 Pada titik inilah kemudian dakwah, secara sadar ataupun tidak, dipahami oleh masyarakat
sebagai sebuah hiburan belaka (entertainment) yang kemudian disitilahkan sebagai
“dakwahtainment”
 Dakwahtainment membawa dakwah yang luhur itu ke bawah kungkungan “budaya pop” yang
tidak lagi mandiri dan independen, tetapi menggantungkan diri pada selera publik
 Membangun konsep diri seorang da’i atau muballigh yang baru dalam khzanah dakwah Islam
: “Berlomba-lomba meningkatkan kapasitas seni dan action guna mempertahankan eksistensi
dan popularitasnya”
 Bobot muatan dakwah di Indonesia dapat disejajarkan dengan komedi slapstick (dagelan)
yang berakibat pada hilangnya kemuliaan (muru’ah) dakwah itu sendiri.
 Sebuah wawancara pagi di sebuah stasiun televisi tahun 2006, seorang penceramah dengan
bangga menyebut bahwa esensi dakwah itu sendiri adalah hiburan atau dakwahtainment

Jalaluddin Rahmat (pakar ahli komunikasi dan retorika dakwah) berpendapat;


Dakwah di Indonesia tidak memerlukan:
 Kapasitas ilmu atau intelektual dari seorang da’i atau muballigh

1
 Karena masyarakat kebanyakan hanya menghendaki penampilan yang artifisial (tidak alami
atau buatan) dalam bentuk kepiawaian dalam bernyanyi dan berakting

PELUANG DAKWAH GENERASI MILENIAL

Konten
Saat ini masyarakat dunia khususnya Indonesia berada pada:
 Revolusi industri keempat yang juga disebut dengan zaman digital, maka dakwah melalui
teknologi internet begitu canggih termasuk kehadiran robot-robot pengganti peran manusia
yang sudah sangat maju. Kondisi ini tentu saja tidak hanya mengubah pola fikir masyarakat,
tetapi juga mengubah budaya dan peradaban manusia
 Dunia virtual kini telah menciptakan dunianya sendiri, dengan karakteristik yang khas
 Masyarakat kini terkoneksi dalam ruang maya yang tidak terlihat kasat mata, tetapi memiliki
pergerakan yang sangat cepat dan dampak yang lebih kongkrit.
 Berdampak pada pola keberagamaan masyarakat dari mulai mencari rujukan hingga
menyebarkan konten-konten keagamaan
 Kondisi perubahan masyarakat dengan segala dampaknya ini, merupakan realitas yang tidak
bisa dibendung
Virtual
 Memasuki realitas virtual bukan hal yang tabu
 Dapat memanfaatkan untuk mengisinya dengan konten-konten yang baik, nilai-nilai
keagamaan, dan akhlakul karimah demi kebaikan ummat
 Memfokuskan bahasannya pada aspek dengan mengangkat tema “keadaban digital”

BERDAKWAH KEPADA NON MUSLIM


Skala prioritas dalam berdakwah, bahwa ajaran agama Islam itu keutamaannya beranekaragam dan
bertingkat-tingkat, ada yang termulia dan paling mendasar, ada pula yang tidak demikian, namun
keyakinan yang pasti adalah semua ajaran Islam itu mulia dan penting.
Dahulukan perkara yang terpenting dan termulia sebelum perkara yang penting dan
mulia. Dahulukan perkara yang mendasar sebelum perkara yang terbangun di atas dasar tersebut.

Ketika seorang da’i menghadapi dua pilihan dan keadaan yang menuntut harus dipilih salah
satunya, maka dahulukan perkara yang wajib sebelum perkara yang sunnah, karena perintah Allah
itu ada yang wajib dan ada pula yang sunnah untuk dikerjakan.

Ummatul Ijabah (Umat yang menerima dakwah)

Ummatul Ijabah adalah kaum muslimin. Mereka ini adalah orang-orang yang menerima agama
Islam, tunduk kepada Rabbil ‘alamin, dan beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mulia. Ummatul Ijabah (kaum muslimin) ini terbagi lagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

2
1. Sabiqun bil khairat (orang-orang yang lebih dahulu melakukan kebaikan), kelompok ini
adalah kelompok yang mendapatkan ganjaran berupa masuk kedalam surga, tanpa hisab dan
tanpa adzab.

2. Muqtashidun (orang-orang yang pertengahan), kelompok ini pun mendapatkan ganjaran


berupa masuk kedalam surga, tanpa hisab dan tanpa azab pula.

3. Zhalimun linafsihi (orang-orang yang menzalimi (aniaya) diri mereka sendiri), nasib
kelompok ini tergantung kepada Allah, jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka,
maka Allah akan azab mereka namun tidak sampai kekal selamanya di dalam neraka. Akan
tetapi, jika Allah menghendaki untuk mengampuni mereka, maka Allah akan mengampuni
mereka.

ADA 6 CARA BERDAKWAH KEPADA NON MUSLIM

1. Berdakwah dengan Akhlak

Cara yang paling mudah iaitu dengan menunjukkan akhlak molek dan terpuji. Sudah menjadi
lumrah, manusia mudah terpikat akan sesuatu barang yang cantik, bermutu dan berharga
seperti permata, berlian, dan emas. Begitu juga tanggapan non-Muslim yang mudah tertarik
dengan tingkah laku orang Islam yang sopan santun, berbudi pekerti dan memiliki sifat-sifat
berhikmah.

2. Dakwah dengan Penulisan

Hidayah Allah SWT sangat luas dan hadir dalam pelbagai bentuk termasuk dalam bentuk
penulisan. Misal buku-buku karya Ahmad Deedat seperti Journey to Faith, atau tulisan-tulisan
ilmiah pendakwah berpengaruh lain seperti Cat Steven, penyanyi rock yang berhijrah kerana
tertarik akan kalimah Allah, Muhammad Ali peninju yang memeluk Islam dan terkenal dalam
kalangan non-Muslim dan lain-lain.

3. Dakwah dengan Perkataan

Perkataan mencerminkan hati sanubari dan akal fikiran seseorang. Baik perkataan maka
baiklah segala-galanya. Kita dituntut menjaga mulut dari mengeluarkan perkataan yang
berbentuk celaan dan sensitif kepada agama-agama yang lain. Allah SWT berfirman :
“Janganlah kamu memaki tuhan-tuhan mereka kerana mereka mungkin kembali memaki
Allah atas kejahilan.” (QS. Al-An’am: 108)

4. Dakwah dengan Harta

Dakwah dengan harta biasaannya dilakukan oleh para aghniya (orang kaya) dan
berkemampuan. Cara ini agak sulit namun sekali berhasil dijalankan, ia mampu menarik
banyak golongan non-Muslim untuk memeluk agama Islam.
Misal sering kita dengar dan lihat: Pihak Gereja sering membagi-bagikan makanan dan
bantuan keuangan kepada fakir miskin dan alangkah mulianya jika langkah ini diikuti pihak
para aghniya.

5. Dakwah denga Sukarelawan


3
Adalah dakwah dalam kelompok masyarakat. Melibatkan diri dalam street dakwah, menjadi
sukarelawan kepada orang-orang yang tertimpa bencana alam ditempat yang mayoritas non
Muslim adalah langkah terbaik dalam menyeru kebaikan kepada non Muslim.

6. Dakwah dengan Perbandingan Agama

Pendekatan yang terakhir adalah dengan berdialog kepada non-Muslim dalam forum atau
diskusi maupun program-program tertentu. Pendekatan ini kebiasaannya dikhususkan bagi
ahli-ahli yang memumpuni dalam ilmu perbandingan agama.

Anda mungkin juga menyukai