Anda di halaman 1dari 11

HERPES ZOSTER OFTALMIKUS DALAM

PENGOBATAN ASIKLOVIR
Anastasia Febrianti, Kadek Ratna Istari Putri, Lia
Priscilia, Lyly Nura Sombolinggi, Pandu Haryo
Jatmiko
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia /
RSUD Budi Asih, Jakarta

Abstrak
Pendahuluan: Virus Varicella Zoster (VVZ)
merupakan famili human (alpha) herpes virus, dpada
orang dewasa banyak ter-reaktivasi akibat daya
tahan tubuh yang menurun, terutama pada pasien
imunokompromais.1 Manifestasi klinis berupa rasa
nyeri dan parestesia unilateral bentuk lesi papula
dalam 24 jam pertama kemudian menjadi vesikel-
bula dalam waktu 48 dan dapat meenjadi pustul
dalam 96 jam setelah itu berkembang menjadi krusta
dalam 7 - 10 hari.2

Kasus: Seorang laki-laki usia 49 tahun berobat ke


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budi Asih
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada mata
kanan bawah sejak 1 minggu. Nyeri pada mata
disertai muncul bintil berisi cairan pada kelopak mata
bawah bagian dalam dan menyebar ke sekitar mata
dan dahi. Diberikan terapi dengan asiklovir oral
5x800mg selama 7 hari, dan mecobalamin 500 mg
perhari mulai memberikan perbaikan klinis.
Prognosis ad vitam bonam, ad sanationam bonam
dan ad funtionam bonam.

Pembahasan: Pada kasus ini asiklovir diberikan


sebagai lini pertama dalam terapi herpes zoster
oftalmikus yang sudah mencapai blefaritis namun
menimbulkan reaksi yang berbeda terhadap pasien,
dimana lesi yang muncul berkurang namun gejala
subjektif masih timbul.

Kata kunci: herpes zoster, asiklovir


HERPES ZOSTER OPHTALMICCUS ON
ACYCLOVIR THERAPY
Anastasia Febrianti, Kadek Ratna Istari Putri, Lia
Priscilia, Lyly Nura Sombolinggi, Pandu Haryo
Jatmiko
Faculty of Medicine of Christian University of
Indonesia / Budi Asih General Hospital, Jakarta

Abstract
Introduction: Varicella zoster virus (VZV) is a
human (alpha) herpes virus family, which reactivate
in many adults due to decreased immune system,
especially in immunocompromised patients. 1 Clinical
manifestations of unilateral pain and paresthesias
precede the form of papular lesions within the first 24
hours and then vesicles in 48 hours afterwards and
become pustules in 96 hours and will develop into
crusts within 7-10 days.2

Case: In our case of a 49-year-old man went to Budi


Asih General Hospital with complaints of pain and
swelling in the lower right eye for 1 week. Eye pain
accompanied by red nodules on the lower eyelid that
spread around the eye and forehead after 3 days.
The patient therapy are 5x800mg of oral acyclovir for
7 days, 1x500 mg of mecobalamin began to provide
clinical improvement. Prognosis quo ad bonam and
quo ad bonam ad bonam.

Discussion: In this case acyclovir is given as a first-


line in the therapy of ophthalmic herpes zoster that
has reached blepharitis but gives rise to different
reactions to the patient, where the lesion appears
less but subjective symptoms still occur.

Keywords: herpes zoster, acyclovir


PENDAHULUAN3
Herpes zoster adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh reaktivasi virus Varisela Zoster
(VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel
neuronal dan kadang-kadang di dalam sel satelit
ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik saraf
kranial yang dapat menyebar ke dermatom atau
jaringan saraf yang sesuai dengan segmen yang
dipersarafinya, salah satunya adalah herpes zoster
oftalmikus. Kejadian HZ meningkat secara dramatis
seiring dengan bertambahnya usia. Sebanyak 30%
populasi (1 dari 3 orang) akan mengalami HZ
selama masa hidupnya, bahkan pada usia 85 tahun,
50 % (1 dari 2 orang) akan mengalami HZ.

Herpes zoster oftalmikus adalah HZ yang


menyerang cabang pertama nervus trigeminus.
Erupsi kulit terbatas pada mata sampai verteks,
penyebarannya tidak melalui garis tengah dahi. Bila
mengenai anak cabang nasosilaris (adanya vesikel
pada puncak hidung yang dikenal sebagai tanda
Hutchinson, sampai dengan kantus medialis) harus
diwaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi pada
mata. Penyebab reaktivasi belum sepenuhnya
dipahami tetapi diperkirakan terjadi akibat gangguan
imunitas selular.

Manifestasi klinis yang ditimbulkan dapat


berupa gejala prodromal, erupsi pada kulit dan
gejala pada mata. Gejala prodromal dapat berupa
nyeri pada area dermatom yang terkena, sebelum
muncul lesi dan dapat berlangsung dalam waktu
yang bervariasi. Nyeri bersifat segmental dan dapat
berlangsung terus-menerus atau sebagai serangan
yang hilang timbul. Keluhan subjektif bervariasi mulai
dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri
tekan, hiperestesi sampai seperti rasa ditusuk-tusuk
yang dapat muncul saat hari pertama sampai hari
kelima. Keluhan pada mata dapat berupa blefaritis,
konjungtivitis, episkleritis, skleritis, keratitis, uveitis,
dan iridosiklitis hingga komplikasi terberat
Glaukoma.

Diagnosa herpes zoster oftalmikus dapat


ditegakan berdasarkan anamnesis dan manifestasi
klinis yang sudah khas namun perlunya pemeriksaan
penunjang agar mendukung diagnosis herpes zoster
oftalmika. Pemeriksaan khusus yang dapat
dilakukan yaitu Tes morfologi yang sederhana
adalah tes Tzank. Selain itu pemeriksaan khusus
menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR) merupakan pemeriksaan yang cepat dan
sensitive.

Pengobatan herpes zoster oftalmikus adalah


terapi antiviral oral masih menjadi lini pertama bagi
penyakit ini. Antiviral oral dapat diberikan Asiklovir
800 mg diberikan 5 kali dalam sehari selama 1
minggu atau Valasiklovir Selain itu perlunya
pemberian terapi antidepressant seperti gabapentin
dapat mengurangi komplikasi khususnya Neuralgia
Pasca Herpetik (NPH).

KASUS

Seorang pasien laki laki datang ke RSUD


Budi Asih dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
mata kanan sejak 7 hari yang lalu. Awalnya sejak 6
hari yang lalu muncul bintil berisi cairan dibagian
dalam kelopak mata bawah kanan dan terasa nyeri
yang dirasa makin hari makin bertambah berat,
sehingga menimbulkan bengkak pada kelopak mata
kanan. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk dan
terasa panas, lalu muncul bintil merah pada kelopak
bawah kanan, menyebar hingga wajah sisi kanan.
Keluhan ini sudah diobati sebelumnya 2 hari yang
lalu ke dokter mata dan kulit diberikan terapi
Cendolyteers 6x1 gtt OD, Hervis oint 3x OD, Cendo
xytrol 5x1 gtt OD, Acyclovir 5x800 mg, Mecobalamin
1x500 mg, dan Neurosanbe 1x1. Keluhan lain yang
dirasa pasien tampak merah pada wajah sisi kanan
pasien namun tidak ditemukan gangguan
penglihatan.

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya


disangkal. Pasien baru pertama kali mengalami
keluhan seperti ini, namun pasien pernah mengalami
sakit cacar saat berusia 13 tahun. Riwayat hipertensi
dan kencing manis disangkal.

Riwayat hidup pasien, akhir akhir ini pasien


makan hanya 2 kali sehari dan bekerja sebagai
pedagang, pasien merasa kurang istirahat.

Status generalisata tidak ditemukan


kelainan, keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, denyut jantung 85 kali/menit,
frekuensi nafas 22 kali/menit, suhu aksila 36,7
derajat, berat badan 93 Kg.

Status dermatologikus, pada regio


supraorbitalis dextra terdapat makula eritema yang
melebar hingga regio frontalis dextra mengikuti
cabang pertama nervus trigeminal (oftalmika) yang
diikuti oleh papul dan vesikel berkelompok serta
terdapat lesi berbentuk krusta pada kantus medialis.

Diagnosis kerja pasien in adalah herpes


zoster oftalmikus. Penatalaksanaan pada pasien ini
adalah terapi asiklovir oral 5x800 mg. setelah
diterapi 5 hari, bintil berisi cairan pada skeitar mata
berkurang namun keluhan subkektif seperti nyeri
makin bertambah hebat.

PEMBAHASAN

Diagnosis herpes zoster oftalmikus pada


penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan
keluhan nyeri dan bengkak pada mata kanan.

Sejak 6 hari sebelum berobat ke RSUD Budi


Asih, pasien mengeluh muncul bintil berisi cairan
dibagian dalam kelopak mata bawah kanan dan
terasa nyeri yang dirasa makin hari makin
bertambah berat, hingga menimbulkan bengkak
pada kelopak mata kanan. Kepustakaan
menyebutkan bahwa manifestasi klinis berupa rasa
nyeri dan parestesia unilateral yang mendahului
bentuk lesi papula dalam 24 jam pertama kemudian
menjadi vesikel-bula dalam waktu 48 jam setelahnya
berupa pustul dalam 96 jam dan akan berkembang
menjadi krusta dalam 7 - 10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas.
Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga
menghilang. Lesi baru dapat terus muncul sampai
hari ketiga dan kadang-kadang sampai hari ketujuh.
4,6

Faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan


reaktivasi adalah: pajanan VVZ sebelumnya (cacar
air, vaksinasi), usia lebih dari 50 tahun, keadaan
imunokompromais, immunoessence, obat-obatan
imunosupresif, HIV/AIDS, transplantasi sumsum
tulang atau organ, keganasan, terapi steroid jangka
panjang, stres psikologis, trauma dan tindakan
pembedahan.4,7

Selain gejala prodromal dan erupsi pada


kulit gejala tersering yang dapat timbul adalah gejala
pada mata. Pada mata, Herpes zoster ini dapat
menyerang bagian kelopak mata hingga ke retina.
Gejala pada mata pada awalnya mengenai kelopak
mata. Hal ini ditandai dengan adanya
pembengkakan kelopak mata, dan akhirnya timbul
radang kelopak, yang disebut blefaritis, dan bisa
timbul ptosis.5,6
Infeksi sekunder akibat S. aureus bisa
berkembang di kemudian hari. Lesi pada kornea
sering disertai dengan keratouveitis yang bervariasi
beratnya sesuai dengan kekebalan tubuh pasien.
Komplikasi pada kornea bisa berakibat kehilangan
penglihatan secara signifikan. Gejalanya adalah
nyeri, fotosensitif, dan gangguan visus. Hal ini terjadi
jika terdapat erupsi kulit di daerah yang disarafi
cabang-cabang N. nasosiliaris kehilangan sensasi
pada kornea selalu merupakan ciri mencolok dan
sering berlangsung berbulan-bulan setelah lesi
kornea tampak sudah sembuh.6,7

Pengobatan herpes zoster oftalmikus dapat


diberikan terapi antiviral oral masih menjadi lini
pertama bagi penyakit ini. Antiviral oral yang
direkomendasikan oleh FDA yaitu Asiklovir 5x800
mg, Valasiklovir 3x1 g, dan Famsiklovir 3x500 mg
selama 1 minggu, serta asiklovir topical yang di olesi
pada lesi. Kepustakaan menyebutkan penggunaan
valasiklovir dan famsiklovir juga dapat mengurangi
keluhan nyeri yang timbul. Selain itu perlunya
pemberian terapi antidepressan seperti gabapentin
dapat mengurangi komplikasi khususnya NPH5,7

Setelah pemberian asiklovir 5 x 800 mg


selama 5 hari, keluhan bintil pasien sudah mulai
berkurang, namun keluhan nyeri masih ada. Maka
dari itu diberikan terapi analgetik jenis AINS seperti
Ibuprofen 3x400 mg. secara klinis pasien mengalami

Pada pasien ini, setelah pemberian asiklovir


5x800 mg, keluhan subjektif masih timbul oleh
karena itu perlu ditambahkan analgetik AINS seperti
ibuprofen 3x1. Secara klinis pasien mengalami
perbaikan. Prognosis ad vitam bonam, ad
sanationam bonam dan ad funtionam bonam..
Prognosis baik, karena pada pasien ini tidak
didapatkan tanda komplikasi pada mata.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mustafa BS, Eylem S, Ismail HN, et al.


Herpes Zoster Ophtalmicus. Journal of
Academic Emergency Medicine JAEMCR
2012; 3:74-6

2. Klaus W, Richard AJ, Arturo PS. Herpes


Zoster. Fitzpatrick’s Color Atlas And
Synopsis of Clinical Dermatology. 7th ed.
New York: McGraw-Hill 2013; 27:677

3. Erdina HDP, Hanny H, Hans L, et al. Herpes


Zoster. Buku Panduan Herpes Zoster Di
Indonesia 2014; 1-32

4. Cohen. Jeffrey I, M.D.N. Herpes Zoster. Engl


J Med 2013; 369:255-263

5. Idrees Sana. The George Washington


University, Washington, DC, USA

6. Davies Emma, James Chodosh, and


Deborah Pavan-Langston. Herpes Zoster
Ophtalmicus. Herpes zoster : post Herpetic
Neuralgia and other Complication Focus on
Treatment and Prevention. 2017. 45-59.

7. Bader. Mazen S, MD, MPH. Herpes Zoster:


Diagnostic, Therapeutic, and Preventive
Approaches. Hamilton Health Sciences and
the Department of Medicine, Division of
Infectious Diseases, Juravinski Hospital and
Cancer Centre, Hamilton, Ontario, Canada.
2013. 78-91
Lampiran

Foto pasien datang pertama kali


keterangan :

Regio supraorbitalis dextra terdapat makula


eritema yang melebar hingga regio frontalis
dextra mengikuti cabang pertama nervus
trigeminal (oftalmika) yang diikuti oleh papul
dan vesikel berkelompok serta terdapat lesi
berbentuk krusta pada kantus medialis

Anda mungkin juga menyukai