Anda di halaman 1dari 5

Faktor internal penyebab korupsi

a. Aspek Perilaku Individu


 Sifat tamak/rakus manusia.
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan
makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri.
Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri,
yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib
hukumnya.
Menurut Nursyam (2000) dalam Kemendikbud (2011) bahwa penyebab
seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau
kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya
tidak mampu ditahan, sementara akses kearah kekayaan bisa diperoleh melalui cara
berkorupsi, maka jadilah sesorang akan melakukan korupsi.
Contoh kasus : seorang pegawai suatu institusi ditugaskan atasannya untuk
menjadi panitia pengadaan barang. Pegawai tersebut memiliki prinsip bahwa
kekayaan dapat diperoleh dengan segala cara dan dia harus memanfaatkan
kesempatan itu. Karena itu, ia pun sudah memiliki niat dan mau menerima suap
dari rekanan (penyedia barang). Kehidupan mapan keluarganya dan gaji yang lebih
dari cukup tidak mampu menghalangi untuk melakukan korupsi.
 Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), etika adalah nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika
merupakan ajaran tentang moral atau norma tingkah laku yang berlaku dalam suatu
lingkungan kehidupan manusia. Seseorang yang menjunjung tinggi etika atau
moral dapat menghindarkan perbuatan korupsi walaupun kesempatan ada. Akan
tetapi kalau moralnya tidak kuat bias tergoda oleh perbuatan korupsi, apalagi ada
kesempatan. Sebetulnya banyak ajaran dari orang tua kita mengenai apa dan
bagaimana seharusnya kita berperilaku, yang merupakan ajaran luhur tentang
moral. Namun dalam pelaksanaannya sering dilanggar karena kalah dengan
kepentingan duniawi.
Contoh kasus : Seorang mahasiswa yang moralnya kurang kuat, mudah
terbawa kebiasaan teman untuk menyontek, sehingga sikap ini bias menjadi benih-
benih perilaku korupsi.
 Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang
wajar. Apabila hal itu tidak terjadi, seseorang akan berusaha memenuhinya dengan
berbagai cara. Akan tetapi, apabila segala upaya yang dilakukan ternyata sulit
didapatkan, keadaan semacam ini akan mendorong tindak korupsi, baik korupsi
waktu, tenaga, maupun pikiran.
Menurut teori GONE dari Jack Boulogne, korupsi disebabkan oleh salah
satu faktor atau lebih dari keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan kelemahan
hokum. Karena adanya tuntutan kebutuhan yang tidak seimbang dengan
penghasilan, akhirnya pegawai yang bersangkutan dengan keserakahannya akan
melakukan korupsi.
Contoh kasus: Seorang tenaga penyuluh kesehatan yang bekerja di suatu
puskesmas mempunyai seorang istri dan empat orang anak. Gaji bulanan pegawai
tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Pada saat memberi
penyuluhan kesehatan di suatu desa, dia menggunakan kesempatan untuk
menambah penghasilannya dengan menjual obat-obatan yang diambil dari
puskesmas. Ia berpromosi tentang obat-obatan tersebut sebagai obat yang manjur.
Penduduk desa dengan keluguannya memercayai petugas tersebut.
 Kebutuhan hidup yang mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas, di antaranya dengan melakukan korupsi.
Kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan seseorang terdesak dalam segi
ekonomi. Orang bisa mencuri atau menipu untuk mendapatkan uang. Disamping
itu, untuk mencukupi kebutuhan keluarga orang mungkin juga mencari pekerjaan
dengan jalan yang tidak baik. Untuk mencari pekerjaan orang menyuap karena
tidak ada jalan lain untuk mendapatkan pekerjan kalau tidak menyuap, sementara
tindakan menyuap justru malah mengembangkan kultur korupsi (Wattimena,
2012).
Contoh kasus: Seorang bidan membuka jasa aborsi wanita hamil dengan
bayaran yang tinggi karena terdesak oleh kebutuhan sehari-hari. Disisi lain,
suaminya telah di-PHK dari pekerjaannya. Tidak ada pilihan lain baginya untuk
melakukan malpraktik karena mendapatkan bayaran tinggi.
 Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan
untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan
korupsi.
Menurut Yamanah (2009) dalam Kemendikbud (2011), ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
mendewakan materi berkembang, hal itu akan memaksa terjadinya permainan uang
dan korupsi.
Contoh kasus: seorang perawat sebuah rumah sakit berbaur dengan
kelompok ibu-ibu modis yang senang berbelanja barang-barang mahal. Perawat
tersebut berusaha mengimbangi. Karena penghasilan perawat tersebut kurang, ia
pun coba memanipulasi sisa obat pasien untuk dijual kembali, sedangkan kepada
rumah sakit dilaporkan bahwa obat tersebut habis digunakan.
 Malas atau tidak mau bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar
keringat atau malas bekerja. Sifat semacam ini berpotensi melakukan tindakan
apapun dengan cara-cara mudah dan cepat atau jalan pintas, di antaranya
melakukan korupsi.
Contoh kasus: seorang mahasiswa yang malas berpikir, tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Untuk mendapatkan nilai yang
tinggi, mahasiswa tersebut menyuruh temannya untuk mengerjakan tugas.
 Ajaran agama yang kurang diamalkan
Indonesia dikenal sebagai bangsa religious yang tentu melarang tindak
korupsi dalam bentuk apapun. Agama apapun melarang tindakan korupsi seperti
agama islam yang juga mengecam praktik korupsi. Istilah riswah terdapat dalam
agama Islam yang bermakna suap, lalu di Malaysia diadopsi menjadi rasuah yang
bermakna lebih luas menjadi korupsi.
Apa yang dikecam agama bukan saja perilaku korupnya, melainkan juga
setiap pihak yang ikut terlibat dalam tindakan korupsi itu. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa korupsi masih berjalan subur ditengah masyarakat. Situasi
paradoks ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diamalkan dalam kehidupan.
Contoh kasus:
- Sebagian mahasiswa tetap mengusahakan jalan pintas dengan cara mengpah
seseorang untuk membuatkan laporan tugas akhir. Tindakan ini jelas-jelas
melakukan kebohongan pada institusi Pendidikan dan ganjaran bagi sebuah
kebohongan dalam agama adalah dosa.
- Seorang petugas kesehatan mempersulit pasiennya yang dalam keadaan kritis,
padahal agama menyuruh penganutnya memudahkan siapa pun yang
memerlukan pertolongan.

b. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi
orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Teori solidaritas sosial yang dikembangkan oleh Emile Durkheim (1858-1917)
memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh
masyarakatnya. Emile Durkheim berpandangan bahwa individu secara moral adalah netral
dan masyarakatlah yang menciptakan kepribadiannya.
Contoh kasus: Seorang karyawan baru di suatu institusi pelayanan kesehatan sangat
dihargai oleh atasan dan teman-temannya karena perilakunya yang baik dan saleh. Secara
cepat kariernya pun naik. Setelah menikah karyawan tersebut mengalami perubahan
perilaku karena dorongan istri dan anak-anaknya. Ia mulai menyalahgunakan jabatan dan
wewenangnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang bersifat konsumtif, seperti
rumah, mobil, serta usaha atau bisnis di luar tugasnya sebagai PNS.

Anda mungkin juga menyukai