Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAK SUGENG

KELOMPOK :

AMANAH

DEVI

DEZA

LIDYA

MARLINA

RITA

DIARE

Diare adalah suatu kondisi ketika gerak peristaltik usus lebih cepat dari biasanya sehingga
pengeluaran buang air besar (BAB) lebih encer dan frekuensinya lebih banyak. Terkadang,
diare bukanlah suatu penyakit yang berbahaya.

Namun, diare merupakan kondisi yang menimbulkan dampak serius jika


mengakibatkan dehidrasi, karena menyebabkan syok hipovolemik (dropnya tubuh karena
kekurangan cairan).

Penyebab Diare

Pada dasarnya, penyebab diare bisa bermacam-macam. Beberapa di antara penyebab diare
adalah keracunan makanan, infeksi kuman, dan stres.

Penyakit diare biasanya dapat sembuh sendiri karena sebenarnya diare sendiri adalah
mekanisme tubuh untuk membuang racun dan kuman yang ada di usus. Penyebab diare
pada anak kecil yang terbanyak adalah karena virus sehingga dapat sembuh dengan
sendirinya.

Meskipun penyebab diare pada orang dewasa maupun pada anak-anak terkadang bisa
sembuh tanpa obat, penderita diare tetap harus diperhatikan karena jika cairan tubuh
banyak yang terbuang, penderita diare harus minum banyak cairan dan obat antidiare
apabila penyakit ini sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pada kasus penyakit diare berkepanjangan (lebih dari 2 minggu) kemungkinan ada penyakit
lainnya yang mendasari dan menjadi penyebab diare tersebut.

Ketika seseorang mengalami penyakit diare, tinja menjadi encer karena banyaknya cairan
yang disekresikan ke dalam usus. Atau sebaliknya, cairan di dalam usus tidak dapat diserap
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga bisa
menjadikan penyakit diare berlangsung singkat atau lama.

Untuk penyakit jangka pendek, penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak biasanya
adalah:

 Infeksi bakteri bisa menyebabkan keracunan makanan (campylobacter,


clostridum difficile, escherichia coli, salmonella, dan shigella).
 Radang usus buntu.
 Alergi makanan juga bisa menjadi penyebab diare.
 Kerusakan lapisan usus akibat radioterapi.
 Masalah psikologi (misalnya gangguan kecemasan).
 Makanan yang mengandung pemanis buatan.
 Infeksi virus (rotavirus dan norovirus) adalah penyebab diare lainnya.
 Parasit giardia intestinalis.

Sementara itu, penyebab diare yang berlangsung jangka panjang biasanya adalah:

 Penyakit Crohn, yaitu radang pada lapisan sistem pencernaan.


 Kolitis ulseratif, yaitu suatu kondisi yang berdampak kepada usus besar.
 Sindrom iritasi usus atau terganggunya fungsi normal usus.
 Ada pula kasus diare disebabkan oleh kanker usus..
 Radang pankreas kronis.

Gejala Diare
Pada tiap penderita, gejala diare bisa berbeda-beda. Salah satu gejala diare adalah
mengeluarkan feses yang sangat encer. Namun, tidak semua penderita diare menunjukkan
gejala ini. Bisa saja penderita diare lainnya mengeluarkan feses yang tak terlalu encer.

Berikut ini adalah tanda-tanda atau gejala diare yang Anda alami bertambah parah.

 Air kencing kental dan berwarna kuning, frekuensi berkemih kurang dari 4 kali per
hari disertai demam, mata cekung, dan kulit kering.
 Diare tetap bertahan di atas 2 minggu.
 Kram.
 Sakit perut
 Kembung.
 Mual.
 Demam.

Gejala diare yang parah seperti ini bisa jadi merupakan tanda-tanda kondisi seperti infeksi,
penyakit iritasi usus, pankreatitis, kanker usus, atau penurunan kondisi kekebalan tubuh.
Meski begitu, penyakit diare dapat hilang dengan sendiri dalam waktu 48 jam.

Hal yang paling penting yang dapat dilakukan saat diare adalah tetap terhidrasi dengan baik,
menghindari makanan-makanan pemicu penyakit diare seperti makanan pedas dan
berserat.

Perlu diketahui, pengeluaran cairan melalui feses yang berlebihan ditambah dengan
hilangnya nafsu makan dapat berdampak dehidrasi. Kondisi ini harus segera ditangani
karena bisa berakibat fatal. Dehidrasi sendiri lebih mudah terjadi pada anak-anak. Hal ini
dikarenakan ketahanan anak-anak terhadap dehidrasi yang lebih rendah ketimbang orang
dewasa.

Diagnosis Diare

Setelah mengetahui berbagai penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak. Anda juga
perlu mengetahui tentang diagnosis diare. Terdapat beberapa pemeriksaan yang bisa
dilakukan untuk mendiagnosis penyakit diare, antara lain:
1. Analisa feses

Dokter akan meminta Anda untuk menyerahkan sampel feses untuk dianalisa. Hal ini
bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi yang mungkin terjadi. Analisa ini dilakukan apabila
Anda sudah mengalami diare lebih dari dua minggu, ada darah atau nanah pada feses.

Selain itu, pemeriksaan ini juga perlu dilakukan jika Anda mengalami penyakit diare usai
dirawat di rumah sakit atau karena sistem imun yang lemah (penderita HIV). Dengan
mengetahui penyebab diare, dokter bisa menyarankan cara yang tepat untuk mengobati
diare.

2. Tes darah

Dokter akan meminta Anda melakukan tes darah apabila terdapat kecurigaan bahwa gejala
diare yang Anda alami adalah gejala dari penyakit lain. Contohnya, hasil tes darah
menunjukkan adanya peradangan. Ini adalah salah satu gejala penyakit radang usus dan
bukan hanya sakit diare biasa.

3. Pemeriksaan rektum

Jika pasien berusia di atas 50 tahun atau mengalami gejala diare yang sulit sembuh, dokter
akan melakukan pemeriksaan rektum digital. Metode pemeriksaannya dilakukan dengan
memasukkan jari ke dalam rektum untuk memeriksa kondisi abnormal.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosis penyakit yang berhubungan dengan rektum
dan usus. Jadi, dokter bisa saja mencurigai bahwa gejala diare yang ditunjukkan pasien
sebenarnya bukan hanya sakit diare biasa.

Pengobatan Diare

Jika tidak segera diberikan pengobatan, diare bisa berujung pada dehidrasi. Dehidrasi
memiliki konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderita, terutama jika
terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap dehidrasi jauh
lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
Obat diare yang bisa Anda konsumsi adalah oralit atau banyak minum air putih dalam
jumlah banyak. Asupan air adalah sesuatu yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
dehidrasi.

Berikut ini adalah beberapa jenis obat diare lainnya yang bisa Anda gunakan, di antaranya:

 Pengobatan diare dengan obat untuk mengikat air sehingga tinja lebih padat,
seperti obat attalpulgit.
 Pengobatan diare dengan obat untuk menghentikan peristaltik usus seperti
papaverin atau antiparasimpatik.
 Pengobatan diare dengan antibiotik atau antiparasit dikonsumsi ketika hasil
pemeriksaan tinja menunjukkan adanya infeksi bakteri atau infeksi parasit seperti
amoeba.

Obat antidiare biasanya tidak terlalu dibutuhkan, kecuali bagi mereka yang memiliki
aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak jauh. Salah satu obat antidiare untuk
pengobatan diare yang efektif dan cepat dalam menghentikan diare adalah loperamide.
Meski begitu, loperamide tidak boleh diberikan kepada anak-anak.

Sebagian besar penderita diare dapat sembuh setelah beberapa hari tanpa melakukan
usaha penyembuhan untuk mengobati diare. Pada orang-orang dewasa, diare biasanya
sembuh setelah 2-4 hari. Sedangkan pada anak-anak, diare biasanya berlangsung lebih lama
yaitu antara 5-7 hari.

DAMPAK YANG DITIMBULKAN

Secara finansial

Misal yang menderita diare adalah guru honorer yang gajinya dihitung dari jumlah jam perminggu

Beban mengajar : 22 jam /minggu

Honor : Rp 20.000 /jam

Honor perbulan bila dia masuk full adalah 22 jam x Rp. 20.000 = Rp. 440.000 /minggu

Rp. 440.000 x 4 minggu = Rp. 1.760.000 /bulan

Namun apabila dia sakit diare kemudian berdampak dia tidak bisa masuk kerja selama 4 hari kerja
dan dalam 4 hari kerja itu dia memiliki beban kerja 17 jam mengajar maka honor yang hilang adalah
sebesar Rp. 340.000. dan honor bulanan yang dia peroleh tinggal Rp. 1.760.000 – Rp. 340.000 = Rp.
1.420.000

Apabila dia mengalami diare dalam setahun misalnya 8 x dengan lamanya diare rata-rata 4 hari
maka =>

Honor setahun Rp. 1.760.000 /bulan x 12 bulan = Rp. 21.120.000

Honor yang hilang selama sakit diare setahun Rp. 340.000 x 8 kali sakit diare = Rp. 2.720.000

Sumber : https://doktersehat.com/diare/

Anda mungkin juga menyukai