DAN BANGUNAN
PENDAHULUAN
Kebakaran adalah api yang tidak terkendali yang meluap dan menyebabkan
kerugian. Kerugian yang ditimbulkan dari kebakaran yaitu kerugian jiwa, kerugian materi,
menurunnya produktivitas, gangguan bisnis serta kerugian sosial (Ramli, 2010). Salah satu
diantanya adalah banyaknya korban jiwa dari kalangan anak-anak juga menjadi kerugian
yang perlu mendapat perhatian. Untuk menekan kerugian yang ditimbulkan, dibutuhkan
mintigasi bencana kebakaran yang baik. Mitigasi adalah serangkaian upaya mengurangi
resiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana, baik melalui pembangunan fisik
(mitigasi structural) maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
Tercapainya keselamatan evakuasi dari bahaya kebakaran pada bangunan gedung
merupakan salah satu tujuan dari pemenuhan sertifikat layak fungsi bangunan (SLF). SLF
telah diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(disingkat UUBG) dan wajib dipenuhi mulai tahun 2010. Namun demikian, meski telah
diamanatkan dalam UUBG, hingga saat ini masih sering ditemui kejadian kebakaran pada
bangunan gedung dan masih ditemukan bangunan yang sudah beroperasi tapi belum
sepenuhnya memenuhi persyaratan SLF tersebut. (Sujatmiko, 2016)
TK BAI Khairu Ummah merupakan salah sau lembaga pendidikan pra dasard di
Kecamatan Banyumanik. Didalamnya terdapat taman pendidikan kanak kanak dan Play
Group. Saat ini (thn. 2019) TK BAI Khairu Ummah memiliki …. Siswa Play Group dan
…. Siswa Taman kanak kanak yang kemudian di bagi menjadi 2 kelas.
Berdasar hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan FK Undip
dalam program praktik manajemen asukan keperawatan komunitas di TK BAI Khairu
Ummah , didapatkan data bahwa di TK tersebut sudah terdapat 1 APAR namun belum
terdapat jalur evakuasi, hydrant dan kebijakan terkait mitagasi dan kesiapsiagaan terhadap
pencegahan kebakaran.
Musyawarah sekolah pada tanggal 2 Mei 2019 di TK BAI Khairu Ummah
menghasilkan keputusan bahwa perlu dilakukan langkah mitigasi dan pencegahan
kebakaran. Dalam musyawarah tersebut disampaikan bahwa tahun 2020 akan dilakukan
renovasi dan pembangunan ulang TK sehingga perlu dibuat petunjuk ini sebagai gambaran
kecil untuk guru dan pihak komite dalam merencanakan bangunan dan system kelola yang
memenuhi standar.
AKSES DAN PASOKAN AIR
A. Lingkungan gedung
1. Lingkungan tersebut di atas harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia
sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau reservoir air dan
sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya,
sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat dijangkau oleh pancaran air unit
pemadam kebakaran dari jalan di lingkungannya.
2. Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi
pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan gedung harus tersedia jalan
lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran.
3. Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, harus disediakan
jalur akses mobil pemadam kebakaran dan ditentukan jarak minimum antar bangunan
gedung dengan memperhatikan Tabel berikut :
Gambar 2 - Tanda Bukaan (gambar dan tulisan berwarna merah) ditempel disisi
sebelah dalam.
3. Ukuran akses petugas pemadam kebakaran tidak boleh kurang dari 85 cm lebar dan
100 cm tinggi, dengan tinggi ambang bawah tidak lebih dari 100 cm dan tinggi ambang
atas tidak kurang dari 180 cm di atas permukaan lantai bagian dalam.
SARANA PENYELAMATAN
A. FUNGSI
Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan ke luar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh keadaan
darurat.
B. PENANDAAN SARANA JALAN KE LUAR
Eksit, selain dari pintu eksit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
di identifikasikan sebagai eksit, harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui
yang mudah terlihat dari setiap arah akses eksit.
Akses Eksit
Akses ke eksit harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah terlihat di semua
keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya tidak tampak langsung oleh para
penghuni.
Penempatan tanda yang baru haruslah sedemikian sehingga tidak ada titik di dalam akses
eksit koridor melebih jarak pandang atau 30 m, atau kurang dari tanda terdekat.
Gambar 5. - Jarak maksimum yang diizinkan dari ujung tanda arah di atas dan ke sisi
bukaan jalan ke luar
4. Tanda arah
Suatu Tanda arah yang memenuhi kriteria indikator arah menunjukkan arah lintasan harus
ditempatkan di setiap lokasi apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas.