Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kausalitas Sir Austin Bradford Hill

2.1.1 Kausalitas Dalam Epidemiologi

Proses mempelajari serangkaian peristiwa yang menyebabkan KLB


penyakit di dalam komunitas melibatkan pengembangan hubungan sebab
akibat yang menghasilkan kesimpulan.kausalitas/hubungan kausal berkaitan
dengan hubungan sebab akibat yang digunakan untuk memastikan bagaimana
kejadian atau lingkungan yang berbeda berhubungan satu sama lain dan /atau
bagaimana kejadian tersebut bisa berhubungan. Contoh : bagaimana satu tipe
pajanan menyebabkan suatu penyakit/bagaimana pajanan tertentu
menyebabkan KLB penyakit dalam sebuah populasi.

2.1.2 Faktor Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Kausalitas


Penyakit

Sir Austin Bradford Hill pada tahun 1965 menerbitkan 9 faktor yang dapat
digunakan untuk mengkaji kausalitas penyakit dan KLB penyakit. Berikut
sepuluh konsep kausalitas penyakit yang sudah dikembangkan dan
diperbaharui.

1. Konsistensi
Jika variabel,faktor/peristiwa yang sama muncul dan muncul lagi dalam
keadaan yang berbeda dan memiliki hubungan yang berulang yang sama
dengan penyakit.
Contoh : pada penyakit Kuru di Papua Nugini dimana penduduk asli tanpa
memandang pria, wanita atau usianya yang selalu memakan otak kerabatnya
yang sudah meninggal akan memperlihatkan gejala penyakit Kuru.
2. Kekuatan
Jika hubungan menunjukkan faktor tertentu menyebabkan beberapa penyakit
atau KLB penyakit lebih mungkin terjadi akibat keberadaan satu faktor
dibandingkan keberadaan faktor atau peristiwa lain dan penyakit itu terjadi
dalam tahap yang lebih parah/dalam jumlah yang lebih besar. (hasil
pengamatan dr.john snow dalam epidemi kolera tahun 1854 memperlihatkan
bahwa semakin banyak bakteri kolera yang ada, semakin parah penyakit yang
diderita atau semakin besar kemungkinan terkena penyakit.
3. Spesifitas
Jika hubungan sebab akibat dari suatu KLB berhubungan secara khusus
dengan satu atau dua penyakit yang saling berkaitan. Hubungan sebab akibat
itu memang memiliki kemampuan untuk mengahasilkan hubungan negatif
sejati, yang dalam sebuah KLB, pengkajian sebab akibat difokuskan pada
mereka yang tidak terjangkit penyakit. Kelompok masyarakat dalam populasi
selama KLB berlangsung tampaknya termasuk dalam mereka yang tidak
terkena penyakit dan dikategorikan sebagai populasi yang tidak terkena
penyakit.
Dalam sebuah studi tentang kanker paru, hampir semua bukan perokok
ditetapkan tidak mengidap kanker paru.
4. Hubungan Waktu
Jika hubungan sebab akibat suatu kejadian atau pajanan secara logis terjadi
sebelum penyakit atau kondisi berkembang, faktor waktu dipertimbangkan.
Contoh : gigitan nyamuk terjadi sebelumnya dan mengakibatkan malaria.
5. Koherensi
Contoh : koherensi dalam istilah yang ada pada awalnya dipakai untuk
menunjukkan hubungan dan bagaimana hubungan itu seharusnya sejalan
dengan riwayat alamiah penyakit dan fakta yang diketahui tentang penyakit
misalnya makan daging ayam mentah yang secara alamiah sering terjadi
kontaminasi bakteri salmonella menyebabkan keracunan makanan
salmonellosis.
6. Sensivitas
Jika terjadi KLB, apakah analisis sebab akibat mengandung kebenaran dan
apakah pengkajian memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dengan
benar bahwa mereka yang sakit karena penyakit pada kenyataannya memang
sakit akibat penyebab yang dicurigai. Contoh : kelompok buruh menjalani
screening kanker paru. Sejumlah 50% kasus mengidap kanker paru dan
disimpulkan bahwa kanker paru berhubungan dengan merokok. Investigasi
selanjutnya mengungkap bahwa 80% pekerja yang mengidap kanker paru
bekerja dalam sebuah gedung yang terisolasi oleh asbestos selama 3 tahun.
Setelah menjalani pemeriksaan asbestosis, dipastikan bahwa kanker paru
berhubungan dengan pajanan asbestos.
7. Biologis/Medis
Jika hubungan didasarkan pada virilitas patogen atau faktor risiko dan pada
kemampuannya untuk menyebabkan penyakit atau suatu kondisi (hubungan
respon dosis) serta tingkat kerentanan pejamu, hubungannya adalah kausal
(orang yang tidak divaksinasi dipajankan pada poliovirus dan kemudian akan
memperlihatkan gejala awal penyakit).
8. Plausabilitas (Kelogisan)
Hubungan harus dibuktikan sebagai hubungan kausal dan didasarkan pada
ilmu pengetahuan biologis, kedokteran, epidemiologi dan pengetahuan
ilmiah.analisis logis yang didasarkan pada pengetahuan yang baru jangan
sampai mencampuri atau membatasi kesimpulan kausal yang jelas dan masuk
akal. Contoh : konsumsi air yang mengandung bibit penyakit kolera akan
menyebabkan munculnya penyakit kolera.
9. Eksperimen dan Penelitian
Pengetahuan dan kesimpulan tentang hubungan sebab akibat yang didasarkan
pada penelitian dan eksperimen menambah bukti pendukung subtansial dan
bobot sifat kausal dari hubungan tersebut. Contoh : demonstrasi ekperimental
yang memperlihatkan bahwa cacar dapat dicegah melalui imunisasi.
10. Faktor Analogi
Jika hubungan yang sama ternyata bersifat kausal dan memperlihatkan
hubungan sebab akibat, transfer pengetahuan harus berguna dan secara
analogis hubungan tersebut dapat dievaluasi sebagai hubungan kausal.
Contoh : pengamatan historis bahwa vaksinasi dengan cowpox dapat
mencegah smallpox.
2.2. UNSUR PENYEBAB PENYAKIT

Pada umumnya, kejadian penyakit disebabkan oleh berbagai unsur yang secara
bersama-sama mendorong terjadinya penyakit. Namun demikian, secara dasar unsur
penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua bagian utama yakni:

2.2.1 Penyebab Kausal Primer

Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal terjadinya penyakit, dengan ketentuan
bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya.
Pada penyakit tertentu, unsur ini dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur
penyebab kausal ini dapat dibagi dalam 5 kelompok utama.

1. Unsur penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong


makhluk hidup termasuk kelompok mikro-organisme seperti virus, bakteri,
protozoa, jamur, kelompok cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada
umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan penyakit menular.
2. Unsur penyebab nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk
golongan zat nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena
kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi tertentu seperti protein, lemak,
hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
3. Unsur penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan
kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu.
Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis
zat racun, obat-obatan keras, berbagai senyawaan kimia tertentu, dan lain
sebagainya. Bentuk senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap,
maupun gas. Ada pula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari
dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum,
kolesterol, dan lain-lain
4. Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan
penyakit melalui proses fisika umpamanya panas (luka bakar), irisan,
tikaman, pukulan (rudapaksa), radiasi, dan lain-lain. Proses kejadian
penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat
menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.

5. Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang bertalian dengan kejadian
penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab
ini belum jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit,
bahkan sekelompok ahli lebih menitikberatkan kejadian penyakit pada
unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-hati terhadap
faktor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal serta lebih menampakkan
diri dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun
gangguan kejiwaan.

2.2.2. Penyebab Nonkausal (Sekunder)

Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses


kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibal terjadinya penyakit.
Dengan demikian, maka dalam setiap analisis penyebab penyakit dan hubungan
sebab ikibat terjadinya penyakit, kita tidak hanya terpusat pada penyebab kausal
primer semata, tetapi harus memperhatikan semua unsur lain di luar unsur
penyebab kausal primer. Hal ini didasarkan pada ketentuan bahwa pada umumnya
kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi
dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Sebagai contoh pada
penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya,
kejadiannya tidak dibatasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus dianalisis
dalam bentuk suatu rantai sebab akibat di mana peranan unsur penyebab sekunder
sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara
bersama-sama menimbulkan penyakit.
2.3 Inferensi Kausal

Hubungan kausal dalam epidemiologi memiliki pengertian yang lebih


mendasar daripada yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya gravitasi
selalu akan menyebabkan benda-benda yang dilepaskan jatuh ke tanah, namun
hanya sebagian kecil di antara mereka yang merokok seumur hidupnya akan
menderita kanker paru, walaupun dikatakan bahwa merokok menyebabkan kanker
paru.

Hubungan antara dua faktor A dan B dapat di-klasifikasikan sebagai:

1. Ada hubungan deterministik: Jika pasti B

2. Ada hubungan statistik

 Ada asosiasi kausal


 Tidak ada asosiasi kausal

3. Tidak ada hubungan statistik antara A dan B

Inferensi kausal dalam epidemiologi adalah hubungan statistik dengan


asosiasi kausal, yang hurus dijelaskan dalam pengertian probabilistik, yaitu bahwa
keberadaan faktor A (pajanan) akan meningkatkan peluang terjadinya faktor B
(timbulnya penyakit).

Sebuah pajanan harus memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat


dinyatakan sebagai faktor kausal bagi suatu penyakit, di antaranya yang terpenting
adalah asosiasi temporal, yaitu pajanan harus ada mendahului terjadinya penyakit.
2.1. Pengertian Hukum Sebab Akibat (Kausalitas)

“Sebab” sebagai sesuatu yang melahirkan akibat mempunyai banyak


pengertian:

a. Dilihat dari kemestian adanya: ada sebab yang mesti (necessary cause)
dan sebab yang menjadikan (sufficient cause).

Sebab yang mestinya (necessary cause) adalah suatu keadaan bila tidak
ada maka akibatnya pun tidak ada.tetapi dengan adanya akibat sebab itu tidak
harus terjadi. contoh: api menyebabkan adanya kebakaran rumah.tanpa adanya
api kebakaran rumah tidak harus terjadi.

Sedangkan sebab yang menjadikan (sufficient cause) adalah adanya


sesuatu menyebabkan timbulnya akibat.tidak adanya sebab akibatpun tidak
ada.atau dengan kata lain,adanya sebab adanya akibat,tidak adanya sebab
tidak adanya akibat. Contoh: adanya api menimbulkan adanya panas.jika api
tidak ada maka panas pun tidak ada.contoh lain adanya lampu menyebabkan
terang ruangan,maka tidak adanya lampu ruangan pun tidak terang.terbitnya
matahari mengakibatkan adanya pagi.tanpa matahari terbit pagipun tidak ada.

b. Dilihat dari jaraknya dengan akibat: ada sebab yang langsung (dekat)
ada sebab yang jauh.

Yang dimaksud dengan sebab yang langsung(dekat) ialah sebab yang


langsung mengakibatkan peristiwa setelah sebab itu terjadi.sedangkan sebab
jauh ialah sebab yang mengakibatkan adanya peristiwa lain setelahnya tapi
diselingi oleh beberapa sebab yang lain.contoh, adanya A mengakibatkan
adanya B,B mengakibatkan adanya C,C mengakibatkan adanya D,D
mengakibatkan adanya E.adanya A mengakibatkan adanya B adalah sebab
yang dekat,adanya B mengakibatkan adanya C adalah sebab yang dekat.tapi
adanya A mengakibatkan adanya D maka a adalah sebab yang jauh begitu
juga adanya B mengakibatkan adanya E,B adalah sebab yang jauh.
c. Dilihat dari akibat yang ditimbulkan.

Ada sebab yang satu menimbulkan akibat yang satu juga seperti: terlau
tegang mengakibatkan pingsan, tekanan darah tinggi menyebabkan penyakit
struk.dan sebagainya. Ada juga sebab yang satu menyebabkan akibat yang
banyak,contoh: kemiskinan bisa menyebabkan kelaparan, kekafiran,
pencurian, kebodohan, pelacuran, dan sebagainya. Ada juga sebab yang
banyak menyebabkan akibat yang satu, contoh: keracunan, tertembak,
penyakit livers, sars. kesemuanya ini menyebabkan akibat yang satu yaitu
kematian.

Berdasarkan definisi kausalitas epidemiologi membedakan lima


definisi kausa (weed, 2001)

Macam-macam kausalitas :

1) produksi,

2) Necessary causa,

3) sufficient component causa,

4) kausa probabilistic,

5) counter factual

1. Produksi
Sesuatu yang menciptakan atau menghasilkan akibat. Kausa
dipandang sesuatu yang memproduksi hasil..

2. Kausa diperlukan dan kausa mencukupi


Merupakan keadaaan yang mutlak diperlukan untuk terjadinya
suatu akubat. Tanpa keadaan tersebut tidak dapat dihasilkan
suatu akibat.
X diperlukan dan mencukupi untuk mengakibatkan Y

X diperlukan tetapi tidak mencukupi untuk mengakibatkan Y


X tidak selalu diperlukan tetapi mencukupi untuk mengakibatkan
Y

E tidak diperlukan dan tidak mencukupi untuk mengakibatkan Y

3. Sufficient component causa


Kausa komponen mencukupi terdiri dari sejumlah komponen,
tak satupun diantaranya secara dini mencukupi terjadinya suatu
penyakit. Tetapi ketika semua komponen hadir maka
berbentuklah suatu mekanisme kausal yang mencukupi.

4. Kausal probabilistic
Merupakan factor yang meningkatkan probabilitas terjadinya
akibat. Menurut definisi probabilistic kejadian suatu penyakit
pada seseorang dapat disebabkan karena kemungkinan
(peluang). Definisi probalistik kausasi lebih inklusif dari pada
definisi kausa komponen mencukupi sebab mampu
menjelasakan konsep kausa yang diperlukan dan mencukupi.

5. Kontra factual
Setiap orang berbeda antara satu dan laiinya dalam banyak hal.
Skuen waktu memainkan peranan yang penting untuk
terjadinya perubahan.

Anda mungkin juga menyukai