Anda di halaman 1dari 10

AMANDEMEN UUD 1945

 Pengertian Amandemen UUD 1945


Amandemen adalah proses perubahan terhadap ketentuan dalam
sebuah peraturan. Berupa penambahan maupun pengurangan/penghilangan
ketentuan tertentu. Amandemen hanya merubah sebagai ( kecil ) dari
peraturan. Sedangkan penggantian peraturan terhadap ketentuan dalam UUD
1945.
Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali. Keempat tahap
amandemen tersebut adalah sebagai berikut:
 Amandemen pertama: dalam sidang umum MPR oktober 1999
 Amandemen kedua: dalam sidang tahunan MPR tahun 2000
 Amandemen ketiga: dalam sidang tahunan MPR oktober 2001
 Amandemen keempat: dalam siding tahunan MPR Agustus 2002

 Apa dasar pemikiran untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945?


Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan
UUD 1945 antara lain :
a) UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar pada Presiden yang
meliputi kekuasaan eksekutif dan legislatif, khususnya dalam membentuk
undang-undang.
b) UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes (fleksibel)
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsir (multitafsir).
c) Kedudukan penjelasan UUD 1945 sering kali diperlakukan dan
mempunyai kekuatan hukum seperti pasal-pasal (batang tubuh) UUD
1945.
 Apa Tujuan Perubahan UUD 1945?
Perubahan UUD 1945 memiliki beberapa tujuan, antara lain :
a. menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai
tujuan nasional dan memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan
kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi;
c. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan
HAM agar sesuai dengan perkembangan paham HAM dan peradaban
umat manusia yang merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang
tercantum dalam UUD 1945;
d. menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern.
e. melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan ne-
gara bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan
demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum;
f. menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa dan
negara.

Dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945, terdapat beberapa


kesepakatan dasar yang penting kalian pahami. Kesepakatan tersebut adalah :
a. tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
b. tetap mempertahankan NKRI
c. mempertegas sistem pemerintahan presidensial
d. penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan
ke dalam pasal-pasal (batang tubuh)

 Hasil Amandemen UUD 1945?


Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena
mendahulukan pasal-pasal yang di-sepakati oleh semua fraksi di MPR,
kemudian dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit
memperoleh kesepakatan. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan
sebanyak empat kali melalui mekanisme sidang MPR yaitu:
a. Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Perubahan UUD Negara RI 1945 dimaksudkan untuk


menyempurnakan UUD itu sendiri bukan untuk mengganti. Secara umum
hasil perubahan yang dilakukan secara bertahap MPR adalah sebagai berikut :

o Perubahan Pertama. Perubahan pertama terhadap UUD 1945 ditetapkan


pada tgl. 19 Oktober 1999 dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang
berhasil mematahkan semangat yang cenderung mensakralkan atau
menjadikan UUD 1945 sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh
disentuh oleh ide perubahan. Perubahan Pertama terhadap UUD 1945
meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu :
Pasal yang Diubah :
1. 5 ayat 1
2. Pasal 7
3. Pasal 9 ayat 1 dan 2
4. Pasal 13 ayat 2 dan 3
5. pasal 14 ayat 1
6. pasal 14 ayat 2
7. pasal 15
8. Pasal 17 ayat 2 dan 3
9. Pasal 20 ayat 1 - 4
10. Pasal 21
Isi Perubahan :
1. Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
2. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
3. Sumpah Presiden dan Wakil Presiden“
4. Pengangkatan dan Penempatan Duta
5. Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
6. Pemberian amnesty dan abolisi
7. Pemberian gelar, tanda jasa dan kehormatan lain
8. Pengangkatan Menteri
9. Hak DPR untuk mengajukan RUU

o Perubahan Kedua. Perubahan kedua ditetapkan pada tgl. 18 Agustus


2000, meliputi 27 pasal yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu:
Bab yang Diubah :
1. Bab VI
2. Bab VII
3. Bab IXA
4. Bab X
5. Bab XA
6. Bab XII
7. Bab XV
Isi Perubahan :
1. Pemerintahan Daerah
2. Dewan Perwakilan Daerah
3. Wilayah Negara
4. Warga Negara dan Penduduk
5. Hak Asasi Manusia
6. Pertahanan dan Keamanan
7. Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan

o Perubahan Ketiga. Perubahan ketiga ditetapkan pada tgl. 9 November


2001, meliputi 23 pasal yang tersebar 7 Bab, yaitu:
Bab yang Diubah :
1. Bab I
2. Bab II
3. Bab III
4. Bab V
5. Bab VIIA
6. Bab VIIB
7. Bab VIIIA
Isi Perubahan :
1. Bentuk dan Kedaulatan
2. MPR
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara
4. Kementerian Negara
5. DPR
6. Pemilihan Umum
7. BPK

o Perubahan Keempat, ditetapkan 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal


yang terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam
naskah perubahan keempat ini ditetapkan bahwa:
a. UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama,
kedua, ketiga, dan keempat adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
b. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9
tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
c. Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya kedalam Bab III
tentang “Kekuasaan Peme-rintahan Negara”.

Hasil perubahan UUD 1945 yang berupa pengubahan atau


penambahan pasal-pasal ini! Yakni :
- pasal 2 ayat 1,
- pasal 6A ayat 4,
- pasal 8 ayat 3,
- pasal 11 ayat 1,
- pasal 16,
- pasal 23B,
- pasal 23D,
- pasal 24 ayat 3:
- bab XIII,
- pasal 31 ayat1-5,
- pasal 32 ayat 1-2 : Bab XIV,
- pasal 33 ayat 4-5,
- pasal 34 ayat1-4,
- pasal 37 ayat 1-5,
- aturan Peralihan Pasal I,II dan III.
- aturan Tambahan Pasal I dan II UUD 1945

 Berikut ini dipaparkan perubahan UUD 1945 hasil amandemen :


1. Bentuk Kedaulatan

Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh


Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sedangkan isi pasal 1 ayat (2) UUD 45
hasil amandemen adalah sebagai berikut:

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut


Undang-Undang Dasar.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik dua
unsur/pokok pikiran dari isi pasal 1 ayat (2), yaitu:

1. kedaulatan rakyat; dan

2. implementasi kedaulatan rakyat.

2. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)

MPR adalah majelis (tertinggi) yang merupakan penjelmaan dari


seluruh rakyat Indonesia. Karena merupakan sebuah majelis, maka
kekuasaan MPR, kewenangankewenangan MPR baru muncul ketika
semua anggota-anggotanya berkumpul dan bersidang (dalam majelis).
Sidang MPR ini paling sedikit sekali dalam lima tahun.
Siapa saja anggota MPR? Menurut UUD 1945 hasil amandemen,
anggota MPR terdiri seluruh anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang dipilih rakyat melalui Pemilu.
Jumlah anggota DPR menurut ketentuan ada 550 orang. Sedang anggota
DPD di setiap provinsi ada 4 orang, dan tidak lebih dari 1/2 anggota DPR.
Ketentuan tentang keanggotaan MPR ini diatur dalam UU
No. 23 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD.
Apa saja wewenang MPR? Menurut UUD 1945 hasil amandemen
wewenang MPR adalah sebagai berikut.
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

2. Melantik presiden dan/wakil presiden.

3. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya


menurut Undang-Undang Dasar.

3. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).


Kedudukan DPR sebagai lembaga negara diatur dalam Bab VII
pasal 19 UU 1945 hasil amandemen. Keanggotaan DPR seperti sudah
disinggung di depan, berasal dari partai politik yang dipilih melalui Pemilu
setiap lima tahun sekali.
Selain DPR, ada pula DPRD. Adakah perbedaannya? Ada, yakni
DPR berkedudukan di ibu kota. Anggota DPR secara otomatis juga
menjadi anggota MPR. Sementara itu DPRD berkedudukan di provinsi dan
kabupaten/kota.
Secara umum tugas/wewenang DPR memegang kekuasaan
legislatif, artinya sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-
undang (pasal 20 A UUD 1945).

4. Presiden

Menurut Bab III pasal 4 UUD 1945, Presiden adalah pemegang


kekuasaan tertinggi pemerintahan. Selanjutnya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai kepala pemerintahan, presiden dibantu oleh seorang
Wakil Presiden. Presiden dan Wakil Presiden diajukan oleh partai politik
atau gabungan partai politik, dan dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui Pemilu (lihat kembali pada pembahasan tentang Pemilu).
Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu
masa jabatan saja (pasal 7 UUD 1945 hasil amendemen).
Kedudukan presiden meliputi dua macam

5. Kementerian Negara

Menteri-menteri negara adalah pembantu-pembantu Presiden (Bab


V pasal 17 UUD 1945). Para menteri itu duduk dalam kabinet yang
dibentuk oleh Presiden. Kita tahu, seorang Presiden tidak mungkin dapat
mengatasi segala bidang yang dibutuhkan dalam kehidupan kenegaraan.
Oleh karena itu dalam kerjanya ia dibantu oleh para menteri-menteri itu.
Mereka para menteri itu ada yang memimpin sebuah departemen ada juga
yang tidak memimpin departemen. Menteri dalam negeri, Menteri Luar
Negeri, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, misalnya, adalah contoh-
contoh dari menteri-menteri yang memimpin sebuah departemen.
Sementara menteri-menteri seperti kepariwisataan, lingkungan hidup,
kesekretariatan negara/kabinet, misalnya merupakan contoh dari
menteri-menteri yang tidak memimpin departemen.
Jumlah menteri-menteri yang duduk dalam kabinet tentu saja
merupakan bagian dari kewenangan serta hak prerogatif (hak khusus)
Presiden. Semua disesuaikan dengan tingkat tuntutan-tuntutan
perkembangan yang dihadapi. Berapakah jumlah menteri-menteri yang
duduk dalam kabinet sekarang?

6. DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru


dalam sistem ketatanegaraan RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada.
Setelah UUD 1945 mengalami amandemen lembaga ini tercantum, yakni
dalam Bab VII pasal 22 C dan pasal 22 D.
Anggota DPD ada dalam setiap provinsi, dipilih langsung oleh
rakyat melalui Pemilu (lihat kembali Bab Pemilu). Anggota DPD ini bukan
berasal dari partai politik, melainkan dari organisasi-organisasi
kemasyarakatan.
Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan
wewenang sebagai berikut.
1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya, juga yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat daerah.

2. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-


undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama.

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di


atas tadi, serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR
untuk ditindaklanjuti. DPD ini bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.

7. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

BPK merupakan lembaga pemeriksa keuangan yang bersifat


mandiri. Artinya dalam menjalankan tugasnya badan ini terlepas dari
pengaruh pemerintah. Tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan
keuangan dan bertanggung jawab tentang keuangan negara.
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memerhatikan pertimbangan-
pertimbangan dari DPD. Hasil kerja dari BPK ini diserahkan kepada DPR,
DPD, juga DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Badan ini berdomisili di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi. Lembaga ini juga dikenal sebagai lembaga eksaminatif.

8. MA (Mahkamah Agung)

MA (Mahkamah Agung) merupakan salah satu pemegang


kekuasaan kehakiman (Bab IX pasal 24 ayat 2). Keberadaan lembaga ini
sebagai pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan.
Mengapa MA disebut sebagai lembaga tertinggi? Tidak lain karena
merupakan lembaga peradilan tingkat terakhir. Jika misalnya seseorang
berpekara di peradilan pertama (Pengadilan Negeri) kurang puas terhadap
keputusan yang diperoleh, maka ia akan naik banding ke peradilan di
atasnya lagi (Pengadilan Banding). Jika masih kurang, maka ia dapat
mengajukan lagi ke peradilan MA ini.
MA diketuai oleh seorang Hakim Agung dibantu oleh hakim-hakim
agung. Menurut UU No. 5 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 5
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Jumlah Hakim Agung paling
banyak 60 orang. Adapun Hakim Agung merupakan pejabat tinggi negara
setingkat menteri negara yang diangkat oleh Presiden atas usul DPR.
Hakim Agung yang diusulkan oleh DPR tersebut berasal dari usulan
Komisi Yudisial.

9. MK (Mahkamah Konstitusi)

MK (Mahkamah Konstitusi) merupakan pemegang kekuasaan


kehakiman sesudah MA (Bab IX pasal 24 ayat 2). Lembaga negara ini
termasuk baru. Lembaga ini mempunyai wewenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir serta putusannya bersifat final untuk :
1. menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar,

2. memutus sengketa kewenangan,

3. memutus perselisihan hasil pemilu, dan

4. memberi putusan atas pendapat dpr mengenai dugaan terhadap


presiden/wakil presiden terhadap UUD.

MK memiliki 9 hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden.


Masing-masing hakim tersebut terdiri atas : 3 orang diajukan oleh MA, 3
orang diajukan oleh DPR, dan 3 orang diajukan oleh Presiden.

10. KY (Komisi Yudisial)

Seperti MK, KY (Komisi Yudisial) juga merupakan lembaga


negara yang termasuk baru. Dasar hukum: UU No. 22 Tahun 2004
Lembaga ini dibentuk untuk mengawasi perilaku para hakim. Selain itu
lembaga ini dibentuk untuk mengawasi praktik kotor
penyelenggaraan/proses peradilan. Lembaga ini juga punya kewenangan
mengusulkan calon Hakim Agung.
Dalam UUD 1945 hasil amandemen, kedudukan KY ini diatur
dalam pasal 24 B. Lembaga ini bersifat mandiri, yang keberadaannya
dibentuk dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Adanya komisi ini, diharapkan penyelenggaraan peradilan terhindar dari
praktik-praktik kotor.

Anda mungkin juga menyukai