Anda di halaman 1dari 22

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di

tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:
“Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu
yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang
benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat
dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para
Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

B. SYIRIK

Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan mahkluk-Nya, baik dalam dimensi rubiyah. Mulkiyah
maupun ilabiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata atau terselubung. Dalam dimensi rubiyah
misalnya meyakini bahwa ada mahkluk yang mampu menolak segala kemudharatan dan meraih segala
kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat seperti meyakini kesaktian para Wali Allah, sehingga dia
minta meminta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka atau meraih keuntungan-apalagi wali
tersebut meninggal dunia.

Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.

1. Pembagian Tauhid

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang,
mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan
Tauhid Al Asma Was Shifat.

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang
hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja,
dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid
Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan
mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah
yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang,
dll.

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir
maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai
oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala
sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan
kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga
berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya
meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain
Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya,
mendakwahkan tauhid uluhiyyah.

Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat
Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat
Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari
diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul).

C. Jenis-Jenis Syirik

Syirik ada dua jenis: Syirik Besar dan Syirik Kecil.

1. Syirik Besar

Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain
Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah,
baik untuk kuburan, jin atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang
(dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain
Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu
kepada selain Allah, di mana tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti
memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam bentuk ibadah yang tidak
boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah saja.[9] Allah Ta’ala berfirman:

‫ب اَملوعاَلوفميِون‬
‫ك اَللمههمم ووتوفحيِمتهههمم ففيِوهاَ وسولمم ۚ ووآَفخهر ودمعوواَههمم أوفن اَملوحممهد فملف ور ب‬
‫ودمعوواَههمم ففيِوهاَ هسمبوحاَنو و‬

“Do’a mereka di dalamnya adalah, ‘Subhanakallahumma,’ dan salam penghormatan mereka adalah:
‘Salaamun.’ Dan penutup do’a mereka adalah: ‘Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.’” [Yunus: 10]

Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka,
jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum bertaubat daripadanya.

Syirik besar ada banyak [10], sedangkan di sini akan disebutkan empat macamnya saja:[11]
Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selain-
Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫صيِون لوهه اَلبديِّون فولومماَ نومجاَههمم إفولىَ اَملبوبر إفوذاَ ههمم يِّهمشفرهكوون‬ ‫فوإ فوذاَ ورفكهبواَ ففيِ اَملفهمل ف‬
‫ك ودوعهواَ م‬
‫او هممخلف ف‬

“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah).” [Al-‘Ankabuut: 65]

Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫صنوهعوا‬
‫ط وماَ و‬ ‫س لوههمم ففيِ اَملفخورفة إفمل اَلمناَهر ۖ وووحبف و‬ ‫ف إفلوميِفهمم أومعوماَلوههمم ففيِوهاَ ووههمم ففيِوهاَ ول يِّهمبوخهسوون هأو للوئف و‬
‫ك اَلمفذيِّون لوميِ و‬ ‫وممن وكاَون يِّهفريِّهد اَملوحويِاَةو اَلددمنويِاَ ووفزيِّنوتووهاَ نهوو ب‬
‫ه‬
‫ففيِوهاَ وووباَفطمل وماَ وكاَهنواَ يِّومعوملوون‬

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Huud: 15-16]

Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫اف وواَملومفسيِوح اَمبون وممريِّووم وووماَ أهفمهرواَ إفمل لفيِومعبههدواَ إف للوبهاَ وواَفحبداَ ۖ ول إف للوهو إفمل ههوو ۚ هسمبوحاَنوهه وعمماَ يِّهمشفرهكوون‬
‫اَتموخهذواَ أومحوباَورههمم ووهرمهوباَنوههمم أومروباَبباَ فممن هدوفن م‬

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan
(juga mereka menjadikan rabb) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh beribadah
kepada Allah Yang Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia. Mahasuci
Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31]

Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal
kecintaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ب أومن اَملقهموةو فملف وجفميِبعا‬‫ظلوهمواَ إفمذ يِّوورموون اَملوعوذاَ و‬


‫اف ۖ وواَلمفذيِّون آَومهنواَ أووشدد هحبباَ فملف ۗ وولومو يِّوورىَ اَلمفذيِّون و‬ ‫اف أومنوداَبداَ يِّهفحدبونوههمم وكهح ب‬
‫ب م‬ ‫س وممن يِّوتمفخهذ فممن هدوفن م‬
‫ووفمون اَلمناَ ف‬
‫و‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫م‬
‫ووأن او شفديِّهد اَلوعذاَ ف‬
‫ب‬ ‫م‬ ‫و‬

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar
cintanya kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).” [Al-Baqarah: 165]

2. Syirik Kecil

Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan
merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik besar.

Syirik kecil ada dua macam:

Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan
misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ف بفوغميِفر اف فوقومد وكفوور أومو أومشور و‬


‫ك‬ ‫وممن وحلو و‬.
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik.” [12]

Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil.

Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang
datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan
perbuatan syirik. Engkau mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan mengucapkan:
‘Demi Ka’bah.’” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para Sahabat apabila hendak
bersumpah agar mengucapkan:

‫ وماَوشاَوء اه ثهمم فشمئ و‬:َ‫ِ ووأومن يِّوقهمولهموا‬،‫ب اَملوكمعبوفة‬


‫ت‬ ‫ووور ب‬.

“Demi Allah, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu.’”
[13]

Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan:

‫وماَ وشاَوء اه ووفشمئ و‬.


‫ت‬

“Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”

Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah:

‫وماَ وشاَوء اه ثهمم فشمئ و‬.


‫ت‬

“Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.”


Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ت‬ ‫ وماَ وشاَوء اه ووفشمئ و‬:‫ف أووحهدهكمم فولو يِّوقهمل‬


‫ وماَ وشاَوء اه ثهمم فشمئ و‬:‫ِ وولوفكمن لفيِوقهمل‬،‫ت‬ ‫إفوذاَ وحلو و‬.

“Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan
kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:

‫وماَ وشاَوء اه ثهمم فشمئ و‬.


‫ت‬

‘Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.’” [14]

Kata ‫( هثـُمم‬kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti
kehendak Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ب اَملوعاَلوفميِون‬ ‫وووماَ تووشاَهءوون إفمل أومن يِّووشاَوء م‬


‫اه ور د‬

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb
semesta alam.” [At-Takwir: 29]

Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai
pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah [15]) karena takut dari
‘ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai
penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar,
karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun
jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau
mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar), karena ia menggantungkan
diri kepada selain Allah.[16]
Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin dipuji orang) dan
sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan
diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya
(karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam membaca (Al-
Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya.

Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut tertolak, karena itu Allah
memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:

‫يِ أونموماَ إف للوهههكمم إف للوهم وواَفحمد ۖ فووممن وكاَون يِّومرهجو لفوقاَوء ورببفه فومليِومعوممل وعومبل و‬
َ‫صاَلفبحاَ ووول يِّهمشفرمك بففعوباَودفة ورببفه أووحبدا‬ ‫قهمل إفنموماَ أووناَ بووشمر فممثلههكمم هيِّووحلىَ إفلو م‬

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa
sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah Yang Esa.’’ Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan
Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]

Maksudnya, katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada orang-orang musyrik
yang mendustakan ke-Rasulanmu: “Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti juga dirimu.” Maka
barangsiapa yang menganggap diriku (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) adalah pendusta,
hendaklah ia mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui yang ghaib, yaitu tentang perkara-
perkara terdahulu yang pernah disampaikan beliau, seperti tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul
Qarnain, atau perkara ghaib lainnya, melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta’ala kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ilah (sesembahan) yang mereka
seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya
-yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yang
sesuai dengan syari’at-Nya, serta tidak menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-
nya. Amal perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala semata, yang tidak
ada sekutu bagi-Nya.
Kedua hal tersebut (amal shalih dan tidak menyekutukan Allah) merupakan rukun amal yang maqbul
(diterima). Yaitu harus benar-benar tulus karena Allah (menjauhi perbuatan syirik) dan harus sesuai
dengan syari’at (Sunnah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [17]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ك ماَلو م‬
‫ واَلبرويِّاَهء‬:‫ِ ويِّاَ ورهسموول اف؟ِهلل قاَ وول‬،‫صوغهر‬ ‫ك ماَلو م‬
‫ وووماَ اَلبشمر ه‬:َ‫ِ فووقاَلهموا‬،‫صوغهر‬ ‫ف وماَ أووخاَ ه‬
‫ف وعلوميِهكهم اَلبشمر ه‬ ‫إفمن أومخوو و‬.

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para Sahabat) bertanya:
“Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’.”
[18]

Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk kepentingan duniawi, seperti
orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad untuk mendapatkan harta benda.

Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ِ إفمن أهمعفطويِ ور ف‬،‫س وعمبهد اَملوخفمميِلوفة‬


‫ضويِ ووإفمن لومم يِّهمعطو وسفخطو‬ ‫س وعمبهد اَملوخفمميِ و‬
‫ِ توفع و‬،‫صفة‬ ‫ِ توفع و‬،‫س وعمبهد اَلبدمرهوفم‬ ‫توفع و‬.
‫ِ توفع و‬،‫س وعمبهد اَلبدوناَفر‬

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah, celakalah hamba
khamilah [19]. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.”[20]

Sumber: https://almanhaj.or.id/3262-syirik-dan-macam-macamnya.html

Pengaruh Tauhid Dalam Kehidupan


Oleh - 18 Maret 2013 1491 0

alhikmah.ac.id – Tauhid adalah harta termahal yang dimiliki oleh seroang hamba. Karena tauhid memiliki
banyak pengaruh dalam kehidupan nyata, berikut adalah banyak pengaruh tauhid dalam kehidupan
muslim:

Pertama, orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti tahu mengapa Allah SWT
menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia mengetahui dari mana awal dan ke mana
akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan kesesatan.

‫﴾أوفوومن يِّوممفشيِ همفكبباَ وعلولىَ وومجفهفه أومهودلىَ أوممن يِّوممفشيِ وسفوبيِّاَ وعلولىَ ف‬
٢٢ٍ﴿‫صوراَطط دممستوفقيِطم‬

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk
ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al-Mulk: 22).

Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab, satu risalah, dan
satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan bersaudara seperti firman Allah
SWT :

‫صلفهحواَ بوميِون أووخووميِّهكمم ۚ وواَتمهقواَ م‬


١٠ٍ﴿‫او لووعلمهكمم تهمروحهموون‬ ‫﴾إفنموماَ اَملهممؤفمهنوون إفمخووةم فوأ و م‬

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-
Hujuraat: 10).

Rasulullah SAW bersabda:

‫ومثوهل اَلهممؤفمنفميِون ففيِ تووواَبدفهمم ووتووراَهحفمفهمم ووتووعاَطهفففهمم ومثوهل اَلوجوسفد إفوذاَ اَمشتووكىَ فممنهه هع م‬
‫ضمو تووداَوعىَ لوهه وساَئفهر اَلوجوسفد فباَلمسهوفر وواَلهح مومىَ )وروواَهه هممسلفمم وعفن‬
(‫اَلدنمعوماَفن مبفن بوفشميِطر رضيِ ا عنه‬.
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling bersikap
lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka semua
anggota tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam.” (HR. Muslim dari An-Nu’man bin Basyir RA).

Masyarakat beriman adalah masyarakat yang melakukan ta’awun (saling bekerja sama) dalam kebaikan
dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan,
semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah, individunya merasa takut untuk berbuat zhalim,
mencuri, menipu, membunuh, berzina, menyuap atau menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau
perbuatan jahat lain karena ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan
dengan Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.

Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang yang terbaik
seperti firman-Nya:

‫ب لووكاَون وخميِبراَ لمههم ۚ بممنهههم اَملهممؤفمهنوون‬ ‫س توأمهمهروون فباَملوممعهرو ف‬


‫ف ووتومنهوموون وعفن اَملهمنوكفر ووتهمؤفمهنوون فباَملف ۗ وولومو آَومون أومههل اَملفكوتاَ ف‬ ‫هكنتهمم وخميِور أهممطة أهمخفروج م‬
‫ت فللمناَ ف‬
١١٠ٍ﴿‫﴾ووأومكثوهرهههم اَملوفاَفسهقوون‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)

Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan amal shalih yang
diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan mendatangkan pertolongan Allah
dalam menghadapi musuh-musuh mereka.

٩٦ٍ﴿ ‫ض وو للوفكن وكمذهبواَ فوأ ووخمذوناَههم بفوماَ وكاَهنواَ يِّومكفسهبوون‬


‫ت بمون اَلمسوماَفء وواَملومر ف‬
‫﴾وولومو أومن أومهول اَملقهورلىَ آَومنهواَ وواَتمقومواَ لوفوتومحوناَ وعلوميِفهم بووروكاَ ط‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, Pastilah kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

‫ت أومقوداَومهكمم‬
‫صمرهكمم وويِّهثوبب م‬ ‫ويِّاَ أوديِّوهاَ اَلمفذيِّون آَومهنواَ فإن وتن ه‬
‫صهرواَ م‬
‫او ويِّن ه‬
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah dan miskin, namun
mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka pintu-pintu keagungan di dunia untuk
mereka, Allah cukupkan mereka dengan karunia-Nya, dan Allah tolong mereka dari musuh-musuh
mereka dengan pertolongan yang gilang-gemilang

2.2 BAHAYA SYIRIK BAGI KEHIDUPAN MANUSIA2.2.1 Mengakibatkan Kehinaan ManusiaMasalah ini
timbul karena manusia beribadah kepada selain Allah, yaitusesama mahkluk, menjadikanya ma’bud
(yang disembah) dan ditaati, padahal diatidak bisa memberi manfaat atau mudharat. Dia hanya sesama
mahkluk yangtidak mempunyai kekuasaan sedikit pun. Bahkan, kadang-kadang
merekamenyembah sesuatu yang lebih rendah daripada mereka, seperti sapi, pohon, danbatu. Hal ini
yang menyebabkan kehinaan bagi manusia yang melakukanya. 2.2.2 Menyuburkan KhurafatMasalah ini
timbul karena manusia meyakini bahwa dari kalangan mahklukada yang bisa memberikan manfaat dan
mudharat. Dari keyakinan ini terjadilahkhurafat dan lahirlah cerita-cerita palsu yang tidak masuk
akal.2.2.3 Merupakan Kezhaliman TerbesarHai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian darirezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itutidak ada
lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at[160]. Dan orang-orang kafiritulah orang-orang yang zalim.. (Al-
Baqarah:254).dan disebutkan juga dalam firman Allah :sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman

Dari kedua firman Allah di atas menjelaskan bahwa tidak ada kezhalimanyang lebih besar daripada
menyembah selain Allah, padahal Dia telahmenciptakan kita(manusia) dan memberikan rezekinya
kepada kita (manusia.Akan tetapi bersyukur kepada yang lain.Tindakan ini termasuk kezhaliman
terhadap diri sendiri serta dapat mendatangkanazab yang tidak tertahankan.Allah tidak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya dirimereka sendiri.(Ali-Imran :117)2.2.3 Menimbulkan
Rasa TakutOrang yang melakukan perbuatan syirik tidak percaya kepada Allah dantidak bertawakal
kepada-Nya. Ia terombang-ambing diantaranya keragu-raguandan khurafat. Ia takut tentang
hidupnya, rezekinya, serta tentang segalasesuatunya. Keadaan jiwa demikian merupakan
kesengsaraan hidup.2.2.4 Menyebabkan Keburukan dalam Kehidupan ManusiaSyirik menjadikan
pelakunya bergantung kepada orang lain sebagaimanakaum Nashara kepada Almasih a.s. Mereka tidak
bergantung kepada diri sendiridisamping kepada Allah, tetapi kepada Yesus yang dianggap Tuhan.2.2.5
Mengakibatkan Seseorang Masuk NerakaSyirik merupakan penyebab utama seseorang masuk neraka.
Allah berfirman:

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allahialah Al Masih putera
Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai BaniIsrail, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu."
Sesungguhnya orang yangmempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkankepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orangzalim itu
seorang penolongpun (Al-Ma’idah: 72)”.Sebaliknya, tauhid merupakan penyebab utama seseorang
masuk surga. Denbgandemikian tidak ada tempat untuk orang musyrik kecuali neraka karena
dosanyatidak akan diampuni selamanya. Allah berfirman :“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik....” (An Nisaa’: 48)Itulah sebagian bahaya syirik dan dampak negatifnya bagi diri
manusiadidunia dan di akhirat. Syirik harus dijauhi karena merupakan perbuatan yangpaling batil seperti
banyak disebutkan dalam ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an melaknatsetiap pelakunya dan menetapkan hukum
neraka secara qath’i bagi mereka. Sumber : Syirik dan Sebabnya ( Dr. Muhamad Bin Abdurrahman Al
Khumayyis), Gema Insani Press, Jakarta2.3 CARA MENANGGULANGI SIFAT SYIRIK2.3.1 Menanam dan
Menambah Kualitas ImanSifat syirik dapat di tanggulangi dengan Iman yang artinya adalah
percayakepada Allah, percaya bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang maha berkuasaatas segala yang
ada di bumi dan dilangit. Dan dengan menambah kualitas Imankita, maka Insyallah kita akan terhindar
dari sifat syirik, karena arti dari iman itusendiri adalah percaya kepada Allah, bukan hanya dalam ucapan
tapi juga dalamperbuatan.2.3.2 Mempelajari Agama Islam lebih Luas

/4

BAHAYA SYIRIK BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Documents

on Jul 02, 2015 2,290 views

DESCRIPTION

TRANSCRIPT

Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial

Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara peranan tauhid dalam
kehidupan sosial muslim di era modern adalah:

a. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.

Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan
keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu
saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya pikir kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal
Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin
mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.[3]

Firman Allah SWT SWT :


tPöqtƒ Ü=¯=s)è? öNßgèdqã_ãr ’Îû Í‘$¨Z9$# tbqä9qà)tƒ !$uZoKø‹n=»tƒ $oY÷èsÛr& ©!$# $uZ÷èsÛr&ur
hwqß™§9$# ÇÏÏÈ (#qä9$s%ur !$oY/u‘ !$¯RÎ) $uZ÷èsÛr& $uZs?yŠ$y™ $tRuä!#uŽy9ä.ur $tRq =|Êr'sù
gŸx‹Î6¡¡9$# ÇÏÐÈ

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya,
andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan ( yang benar ). ". ( QS. Al- Ahzaab : 66 - 67)

Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “Laailaahaillallah ” ( tidak ada Tuhan selain Allah ). Kalimat ini
merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”
berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya.
Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “ tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad
ila ‘ibadatillahi ” atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah
Allah SWT semata.

b. Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila
kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka[4]

Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan
dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an
menyindir orang-orang seperti ini.

|M÷ƒuäu‘r& Ç`tB x‹sƒªB$# ¼çmyg»s9Î) çm1uqyd |MRr'sùr& ãbqä3s? Ïmø‹n=tã ¸x‹Å2ur ÇÍÌÈ ÷Pr& Ü=|
¡øtrB ¨br& öNèduŽsYò2r& šcqãèyJó¡o„ ÷rr& šcqè=É)÷ètƒ 4 ÷bÎ) öNèd žwÎ) ÄN»yè÷RF{$%x. ( ö@t/ öNèd
‘@|Êr& ¸x‹Î6y™ ÇÍÍÈ

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah
kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al- Furqon : 43 - 44).

c. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran
mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang
konkret. Namun, kenyataannya umat muslim sekarang berada dalam suatu ironi

( keterbalikan) dimana kemiskinan, kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi, jarak antara si kaya
dengan si miskin semakin tajam, keadilan dan kejujuran semakin langka, serta kebenaran semakin
mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan ilmu
pengetahuan dan teknologi justru demi upaya pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim
khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup mereka.

d. Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia

Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam tumbuh sebagai
kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah - wilayah peradaban lokal menjadi
peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu
pengetahuan umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia islam dan karya-
karyanya telah menjadi landasan bagi kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.

e. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat
manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten[5]

Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada,
maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di
tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Illahirabbi.

f. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual
mereka

Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas
kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh
isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi
maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.

PENGARUH SYIRIK DALAM KeHIDUPAN SOSIAL

1. Syirik memecah belah umat

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang
memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32)

Itulah berbagai kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas Syirik
merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina dan paling rendah.
Karena itu Wahai hamba Allah, yang beriman … Marilah kita bertaubat atas segala perbuatan syirik yang
telah kita perbuat dan marilah kita peringatkan dan kita jauhkan masyarakat di sekitar kita, anggota
keluarga kita, sanak famili kita, dari syirik kerusakan dan bahayanya. Agar kehinaan dan kerendahan yang
menimpa ummat Islam segera berakhir, agar kehinaan dan kerendahan ummat Islam diganti menjadi
kemuliaan.
2. Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat

Syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga
mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa dengan keyakinan
bahwa para perantara akan memberinya syafa’at di sisi Allah. Begitu pula orang-orang kristen melakukan
berbagai kemungkaran, sebab mereka mempercayai Al-Masih telah menghapus dosa-dosa mereka ketika
di salib. Sebagian umat Islam mengandalkan syafaat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam tapi mereka
meninggalkan kewajiban dan banyak melakukan perbuatan haram. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa
Sallam berkata kepada putrinya:

‫ت لو أهمغنفميِ وعمن ف‬
(‫ )رواَه اَلبخاَري‬.َ‫ك فمون اف وشميِبئا‬ ‫ويِّاَ وفاَفطومةه بفمن و‬.
‫ِ وسلفميِنفميِ فممن وماَلفميِ وماَ فشمئ ف‬،‫ت هموحممطد‬

“Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu (tetapi) aku tidak
bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah”. (HR. Al-Bukhari).

TAuHId SeBAGaI PAnDANgAN DUNIA

Isma’il Raji al-Faruqi , memasukkan tauhid sebagai pandangan dunia. Artinya, segala keberagaman,
kekayaan dan sejarah, kebudayaan dan pengetahuan, kebijaksanaan dan peradaban Islam diringkas
dalam kalimat yang sangat pendek yakni : La illaha illa Allah .

Isma’il Raji al-Faruqi,Atlas Budaya Isam,hlm,74

Dari prinsip Tauhid sebagai pandangan dunia itu Faruqi membagi Tauhid menjadi beberapa prinsip , yaitu
:

1. Prinsip Dualitas

2. Prinsip Ideasionalitas

3. Prinsip Teleologis

Isma’il Raji al-Faruqi,Tauhid, hal 10.

Murthada Muthahari,Mengenal Epistemologi,hlm 20.

Murthada Muthahari,Pandangan-Dunia Tauhid,hlm 5.


B. Prinsip Dualitas

Prinsip pertama dalam Tauhid sebagai pandangan dunia menurut Isma'il Raji al-Faruqi adalah
Dualitas.Prinsip Dualitas dalam pandangan Faruqi berarti bahwa reealitas ini terdiri dari dua jenis.

Realitas pertama,adalah Tuhan (Allah sang Kholiq).

Realitas kedua, adalahh selain tuhan (Mahluk).

Realitas yang pertama hanya memiliki satu anggota , yakni Allah Swt. Sedangkan realitas yang kedua
mencangkup seluruh mahluk yang memliki keberagaman dari realitas yang pertama. Dengan kata lain,
jenis yang pertama tidak bias di samakan dengan jenis yang kedua. Dalam pandangan Isma'il Raji al-
Faruqi, kedua jenis realitas ini sama sekali dan mutlak berbeda sepanjang dalam wujud dan antologinya,
maupun dalam eksistensinya (keberadaannya). Sebagai contoh, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah,
sejak zamannya Nabi Adam As, tidak ada salah seorang pun yang bias menjadi Tuhan.Sementara itu,
Allah Swt yang menempati posisi sebagai Tuhan, sampai hari ini pun masih tetap sebagai Tuhan.

Prinsip yang ditawarkan oleh Isma'il Raji al-Faruqi ini, sejalan dengan “dualitas” pemikiran Ibn Arabi.
Dualitas Ibn Arabi yaitu berkaitan dengan 2 (dua) pandangan manusia terhadap Allah Swt. Dua
pandangan manusia terhadap Allah yaitu :

a) Manusia memandang Tuhan sebagai Dia dalam Diri-Nya sendiri, dimana manusia mengsampingkan
kosmos (jagat raya; alam semesta), yakni segala sesuatu selain Tuhan.

b) Manusia memandang Tuhan yang “hadir” dan memiliki hubungan dengan kosmos (jagat raya; alam
semesta).

Dari pandangan Ibn Arabi itu, baik cara pandang yang pertama ataupun kedua, kedua pandangan itu
tidak dapat dibiarkan berdiri sendiri. Artinya, apabila hendak menegakkan pandangan kedua, maka
pandangan yang kedua tersebut harus mendukung pandangan yang pertama.Kedua posisi itu mesti
dipertahankan jika pengetahuan manusia ingin di dapatkan dan bila tauhid ingin ditegakkan.
Dari dua prinsip dualitas di atas itu, baik Ibn Arabi maupun Isma'il Raji al-Faruqi, terlihat prinsip dualitas
Faruqi lebih universal. Bila Faruqi berbicara mengenai dualitas, ia mengatakan “realitas ini terdiri dari
dua jenis: realitas tuhan dan realitas bukan Tuhan.”Realitas pertama, adalah Tuhan. Tuhan dalam agama
Islam adalah Sang Khalik yang maha pencipta , Allah Swt. Hanya Dia-lah Tuhan yang kekal, pencipta yang
Transendan. Dia selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu.Sementara dalam realitas yang kedua adalah
realitas yang kedua adalah realitas selain yang pertama, atau disebut dengan mahluk.

Isma'il Raji al-Faruqi , Tauhid, hlm 10.

Mohammad Bahrul Ulum, Dualitas dalam pemikiran Ibn Arabi,Skripsi Fakultas Ushululuddin UIN Sunan
Kalijaga ,2009,hlm. 102 - 103.

C. Prinsip Ideasionalitas

Prinsip kedua yaitu Ideasionalitas.Melanjutkan prinsip yang pertama, yaitu prinsip dualitas. Prinsip ini
dapat dipahami ketika sudah memahami prinsip dualitas.Menurut Isma'il Raji al-Faruqi, prinsip
ideasionalitas adalah jalinan penghubung antara kedua tatanan realitas.Prinsip ini merupakan hubungan
ideasionalitas antara makhluk dengan Tuhan.sebagai contoh, apabila makhluk ingin berhubungan
dengan Tuhan, maka Ideasionalitas adalah sebuah jalan penghubung yang dapat menghubungkan antara
makhluk dengan Tuhan. tak ada jalan lain yang dapat menghubungkan antara makhluk dengan Tuhan
selain Ideasionalitas.

Bagi Faruqi, titik acuan dari prinsip ideasionalitas ini adalah pemahaman yang ada dalam diri manusia.
Setiap manusia dianugrahi pemahaman. Anugrah ini cukup kuat untuk memahami kehendak Tuhan
melalui salah satu atau kedua cara berikut ini: pertama, manakala kehendak tersebut diungkapkan
dengan kata – kata, secara langsung oleh Tuhan keada manusia dan yang kedua, manakalah hukum alam
atau kehendak Ilahi dapat disimpulkan melalui pengamatan atas penciptaan.

Dalam prinsip ideasionalitas ini, terdapat hubungan yang bersifat maknawi, yang mensyaratkan adanya
kekuatan pemahaman pada diri manusia untuk memahami kehendak mutlak Tuhan yang tertulis di
dalam wahyu (Al-Qur’an) maupun yang hanya dapat diketahui melalui pengamatan terhadap alam
semesta.

Isma'il Raji al-Faruqi, Tauhid, hm.10.

http://Ippbi-fiba.blogspot.com/2009/03/blog-spot.htlm di unduh 01 Agustus 2010

D. Prinsip Teleologis

Prinsip selanjutnya adalah prinsip Teleologis.Dalam pandangan Faruqi, prinsip ini bersifat kosmos, yaitu
prinsip yang bertujuan untuk melayani tujuan penciptaannya, dan melakukan semua itu dalam
rancangan-Nya.Bisa dikatakaan bahwa dalam prinsip ini, Faruqi tidak menjelaskan antara (berbagai)
makhluk dengan Tuhan.Faruqi lebih menfokuskan pada (sifat) kosmos dan yang berkaitan dengannya.

Kosmos berasal dari bahasa Yunani artinya dunia teratur, bentuk atau susunan benda.Istilah ini dalam
bahasa sederhananya adalah keteraturan alam. Kosmologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kosmos
(dunia,alam semesta). Sementara teleologi berasal dari kata Yunani “Telos” yang berarti tujuan, sasaran,
akibat dan hasil.Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa
akibat yang baik dan berguna.

Hukum alam telah terbawa sejak lahir dengan cara yang ditetapkan oleh-Nya. Prinsip teleologis ini, bagi
seorang muslim merupakan kehendak Tuhan yang tertulis dalam firman-Nya ataupun yang terbentang di
alam raya ini, diharapkan bagi orang muslim, ia dapat menangkap hakekat makro-kosmos yang tidak lain
adalah adanya tujuan (teleologis) yang mendasari keberadaannya. Dengan demikian, kaum Musliimin
harus pula sadar bahwa: pemahaman terhadap hukum kosmos pada prinsipnya merupakan suatu
keniscayaan guna menangkap pola-pola tujuan, kehendak, dan keadilan Tuhan yang menyatu dalam
hakikat segala sesuatu di alam raya. Dalam pandangan Faruqi, tanpa adanya prinsip teleologis tersebut
maka tidak mungkin adanya segala sesuatu di ala mini berada pada kondisinya yang teratur.

Isma'il Raji al-Faruqi, Tauhid, hlm.11

http://blog.unila.ac.id/agushadiawan/files/2009/07/etika51.ppt#14 di unduh tanggal 01 Agustus 2010.

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya Departemen Agama RI, hlm.502

FILOSOFI ADZAN

Adzan merupakan seruan atau panggilan yang menandakan bahwa waktu salat telah tiba dan sekaligus
mengajak kaum muslimin atau umat islam untuk menunaikan salat fardhu. Dalam sehari adzan terdengar
lima kali dalam sehari. Seorang yang mengumandangkan adzan adalah kaum adam atau laki-laki yang
biasa disebut muadzin. Sebenarnya dari yang benar adzan itu memiliki makna tersendiri bagi umat islam
selain sebagai panggilan salat tetapi juga panggilan untuk menghadap ALLAH SWT tuhan yang maha esa
sebagai bentuk ketaattannya dalam menjalankan perintah ALLAH dan juga sebagai media mediasi
pertemuan secara batin antara hambanya dan sang pencipta.

Menurut Said Jibair, bahwa Ibnu Abbas seringkali menangis ketika mendengar adzan. sampai sampai
surbannya basah oleh airmata. Ketika ada yang menanyakan mengapa begitu? Ibnu Abbas menjawab, ”
Seandainya semua orang tahu makna seruan muadzin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak
akan dapat tidur nyenyak.”

Selanjutnya Ibnu abbas menjelaskan makna satu persatu dari kalimat adzan tersebut. Dikatakan bahwa
seruan Allahu Akbar mengandung makna seakan akan ada kalimat, “Wahai sekalian manusia yang
sedang sibuk mengurusi harta duniawi, berhentilah sejenak. sambutlah seruan ini. Istirahatkanlah
badanmu dan segeralah beramal baik demi kepentingan dan keuntungan dirimu sendiri.”
Ada tujuh kalimat yang biasa diucapkan oleh seorang muazzin dan merupakan susunan kalimat azan
yang sudah popular di kalangan umat Islam; yiatu pertama;

‫ا أكبر‬

Ungkapan ini memberikan arahan kepada umat Islam yang hendak mencari dan mencapai kemenangan,
bahwa hendaklah dia memulai gerak, aktifitas dan usahanya dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Besar. Ketika hendak memulai aktifitas, hendaklah dia mengingat bahwa ada Dzat Yang Maha Besar yang
selalu akan membantu dan menolongnya dalam mencapai maksud dan tujuan itu. Memulai sesuatu
dengan nama Allah dan meyakini Allah Maha Besar, akan berdampak pada munculnya rasa optimisme
yang tinggi dalam diri seseorang. Sekalipun di tengah perjalanan, dia menghadapi berbagai macam
bentuk hambatan dan rintangan, namun dengan keyakinan akan adanya pertolongan Allah yang Maha
Besar, dia akan tetap teguh dalam mencapi tujuannya.

Ungkapan kedua;

‫أشهد اَن ل إله إل ا‬

Ungkapan ini berarti persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah selain Allah. Ungkapan ini
memberikan panduan kepada seseorang yang hendak memulai sesuatu agar memurnikan niatnya karena
Allah, dan apapun yang dilakukannya adalah untuk tujuan ibadah. Sebab, tidak ada satupun pekerjaan
yang dikerjaan manusia, kecuali bernilai ibadah. Begitulah yang ditegaskan dalam surat al-Bayyinah
[98]:5

‫ك فديِّهن اَملقويِبومفة‬
‫صولةو وويِّهمؤهتواَ اَلمزوكاَةو وووذلف و‬ ‫وووماَ أهفمهرواَ إفمل لفيِومعبههدواَ م‬
‫او هممخلف ف‬
‫صيِون لوهه اَلبديِّون هحنووفاَوء وويِّهفقيِهمواَ اَل م‬

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Hal ini menjadi amat penting bagi seseorang yang hendak meraih sukses, bahwa sebesar apapun
usahanya jika tidak untuk niat beribadah akan bernilai sia-sia. Memurnikan niat dan tujuan untuk
beribadah, akan menjadikan seseorang bekerja dengan sungguh-sungguh. Karena, kalaupun kemudian
usahanya mengalami kegagalan, setidaknya dia sudah mendapatkan bagian pahala dari Allah swt.

Ungkapan ketiga,

‫أشهد أن محمداَ رسول ا‬

Ungkapan ini memberikan petunjuk kpeda manusia akan adanya sosok manusia agung dan sempurna
yang mesti dijadikan contoh dan teladan. Nabi Muhammad saw. adalah sosok pekerja yang sangat sukses
dalam mencapai setiap tujuan dan maksudnya. Dengan menyebutkan nama nabi Muhammad. saw,
manusia diperintahkan untuk menjadikan beliau sebagai panutan, teladan dalam setiap aktifitas dan
perbuatan mencapai kesuksesan. Nabi Muhammad saw. adalah pekerja yang ulet, cerdas, tangguh,
sabar, ikhlas dan sebagainya.

Adalah hal yang sudah biasa bagi setiap manusia, bahwa untuk bekerja dia memerlukan contoh.
Tentunya, yang mesti dijadikan contoh adalah yang terbaik dan paling sukses. Tipe sepeti itu hanyalah
ada pada diri Rasulullah saw.

Ungkapan keempat,

‫حيِ علىَ اَلصلة‬

Panggilan untuk segera melaksanakan shalat memberikan arahan kepada setiap yang akan memulai
sesuatu, bahwa hendaklah mengawalinya dengan ibadah; shalat. Ibadah akan mendatangkan keredaan
Allah kepada seseorang, dan jika Allah sudah meredhainya tentulah semua keinginanya akan terwujud
dengan sempurna dan kesuksesan dengan mudah akan diraih. Begitulah yang diingatkan Allah dalam
surat al-Jum’ah [62]: 10

‫اف وواَمذهكهرواَ م‬
‫او وكفثيِبراَ لووعلمهكمم تهمفلفهحوون‬ ‫ضفل م‬ ‫صولةه وفاَمنتوفشهرواَ ففيِ اَملومر ف‬
‫ض وواَمبتوهغواَ فممن فو م‬ ‫ت اَل م‬ ‫فوإ فوذاَ قه ف‬
‫ضيِو ف‬

Artinya: “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Di siamping itu, shalat sebagai salah satu bentuk zikir kepada Allah, adalah hal yang bisa mendatangkan
ketenangan jiwa bagi pelakunya. Jika seseorang bekerja dengan hati yang tenang dan fikiran yang jernih,
tentulah kesukesan akan mudah diraih.

Ungkapan kelima;

‫حيِ علىَ اَلفلحا‬

Ajakan ini adalah tujuan akhir dari usaha manusia; yaitu kesuksesan. Akan tetapi, kesuksesan ini baru
akan diperoleh jika sebelumnya di awali dengan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya; memulai
dengan nama Allah, memurnikan niat untuk ibadah, mencontoh yang terbaik (Rasulullah), serta
mengawalinya dengan ibadah (Shalat). Jika hal itu sudah dipenuhi anda pasti sukses. Akan tetapi, setelah
kesuksesan di raih, mesti diikuit oleh ungkapan keenam;

‫أل أكبر‬

Dengan ungkapan Allah Maha Besar setelah meraih kemenangan, akan menyadarkan manusia bahwa
kesuksesan dan keberhasilan yang diperolehnya adalah berkat bantuan dan pertolongan Allah swt. Tidak
satupun yang bisa terwujud di alam ini tanpa izin dari Allah. Pengakuan ini, akan menjadaikan manusia
untuk selalu rendah hati dengan keberhasilannya, dan tidak berubah menjadi manusia yang angkuh dan
sombong.

Akhir dari ungkapan azan adalah


‫ل إله إل ا‬

Dengan ungkapan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah setelah meraih sukses, akan
menjadikan manusia sadar bahwa kesuksesan yang telah diraihnya mestilah dipergunakan kembalai
untuk tujuan ibadah dan pengabdian kepada Allah. Betapa banyak, manusia yang sukses mencapai
tujuannya, namun kesuksesan itu tidak banyak mendatangkan manfaat kepada manusia lain, bahkan
tidak juga untuk dirinya sendiri.

Dengan ungkpan ini yang menjadi penutup kesuksesan, diharapkan bahwa setiap kesuksesan akan
menjadikan pemiliknya menjadi manusia yang semakin berguna, bermanfaat serta semakin dekat
dengan Allah melalui intensitas ibadahnya, baik secara kuntitas maupun kualitas.

Namun hal hal seperti itu jarang kita pikirkan. Kita memandang bahwa shalat adalah kegiatan rutinitas
yang dilaksanakan lima kali dalam dua puluh empat jam. Tak ada esensi yang menarik hati kita. shalat
yang kita kerjakan hanya semata-mata pelengkap identitas bahwa kita adalah orang Islam. Dimana salah
satu ciri orang Islam adalah menjalankan sholat lima waktu. Inilah pikiran yang keliru. Kalau kita
menganggap sholat sekedar demikian itu, maka akan membahayakan agama kita.

sumber : http://baiturrahmanvni.wordpress.com

http://mediaamirulindonesia.blogspot.com

http://syofyanhadi.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai