Anda di halaman 1dari 6

PP RI No.25 Thn. 1980 Tentang Perubahan Atas PP No.26 Thn.

1965
Tentang Apotik
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25
TAHUN 1980 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26
TAHUN 1965 TENTANG APOTIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang :
a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional bidang
kesehatan perlu dikembangkan iklim yang baik mengenai pengelolaan
apotik sehingga pemerintah dapat menguasai, mengaturt dan
mengawasi persediaan, pembuatan , penyimpanan, peredaran , dan
pemakaian obat dan perbekalan Farmasi lainnya ;
b. bahwa herhubung dengan hal tersebut di at.as perlu diadakan
perubahan atas peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 ;

Mengingat :
1. Pasa1 5 ,ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembuktian Apotik
(Lembaran Negara Tahun 1953.Nomor 18) ;
3. Undang-undanga Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131 Tambahan Lembaran
Negara NomoT 2068) ;
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran
Negara Tahun 1963 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2580) ;
5. Peraturan Pemerintah. Nomor 20. Tahun 1962 tentang Lafal
Sumpah/Janji Apoteker (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 69) ;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1964 tentangg Pendaftaran Ijazah
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
dan Pemberian Ijin menjalankan Pekerjaan Dokter / Dokter .Gigi/
Apoteker ( Lembaran Negara Tahun 1964 Nornor 98, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2691) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik. (Lembaran
Negara Tahun 1965 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nornor
2742) ;
M EM UTUS KAN:
Menetapkan : PURATURAN PEMERINTAH TENTANG
PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1965 TENTANG
APOTIK.

Pasal I
Mengubah. ketentuan-ketentuan Pasal, Pasal 2, pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 6
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 , sehingga berbunyi sebagai
berikut :

1. Pasal 1
Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan apotik adalah suatu
tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
obat kepada masyarakat.
2. Pasa1 2
Tugas dan fungsi apotik ada1ah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apotek.er telah rnengucapkan
sumpah jabatan ;
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat ;
c. Sarana penyalur perbekalan farrmasi yang harus menyebarkan obat yang
diper1ukan masyarakat secar a meluas dan merata.
3. a. Judul Kepala di atas Pasa]. 3 diubah., sehingga berbunyi :
PENGELOLAAN APOTIK ;
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN

b. Pasa1 3
Setelah mendapat izin Menteri Kesehatan Sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 apotik dapat diusahakan oleh :
a. Lembaga atau Instansi Pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di
Pusat.
Dan di Daerah. ;
b. Perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah;
c. Apotekei yang telah .mengucapkan sumpah. dan telah memperoleh izin
kerja dari. Menteri Kesehatan .

4. Pasa1 4 :
(1) Pengelolaan apotik menjadi tugas dan tanggung jawab seorang
Apoteker dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi..
(2) Tatacara pelaksanaan tugas dan tanggung Jawab apoteker sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Kesehatan.
(3) Tugas dan tanggung jawab seorang apoteker sebagaimana dirnaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan tanpa rnengurangi tugas dan
tanggung jawab seorang dokter berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

5. Pasal 6
Pelaksanaan Peraturan Pernerintah ini dan hal-hal teknis lainnya yang
belurn diatur dalam Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut oleh
Menteri Kesehatan

Pasal II
Apotik yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatan pada saat
Peraturan Pemerintah ini diundangkan, diwajibkan menyesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini selarnbatlambatnya
dalam waktu 3 (tiga) tahun.

Pasal III.
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan& Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Ju1i 1980.-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1980 NOMOR 40.
Disalin sesuai aslinya oleh

SEKRETARIAT NEGARA R.I.


P E N J E LA S A N ATA S
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1980
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
NOMOR 26 TAHUN 1965 TENTANG APOTIK

U MUM
Peraturan Pemerintah tentang Apotik merupakan pelaksanaan dari Pasal 4
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi.
Menurut Undang-undang Farmasi tersebut, apotik adalah alat distribusi
perbekalan farmasi yang tidak lepas dari pengawasan Pemerintah dan harus
bekerja sesuai dengan rencana dan
pimpinan Pemerintah (Pasal 14 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Kesehatan).
Sebagai alat distribusi perbekalan farmasi, apotik merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk menyediakan dan
menyalurkan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Apotik harus dapat mendukung dan membantu terlaksananya usaha
Pemerintah untuk menyediakan obat-ohat secara merata dengan harga yang
dapat terjangkau oleh masyarakat,terutama yang berpenghasilan Tendah.
Kedudukan dan cara pengelolaan apotik sebagai suatu usaha dagang
sebagaimana yang terlihat selama ini, sudah kurang sesuai ,dengan fungsi
apotik sebagai sarana pelayanan kesehatan
masyarakat.
Dalam bentuk seperti sekarang ini, apotik lebih mendahulukan usahanya
dalam mengejar keuntungan dari pada usaha penyediaan penyediaan dan
penyaluran obat yang dibutuhkan oleh
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga fungsi, sosial
yang harus dipenuhi oleh usaha farmasi swasta tidak dapat terlaksana
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 1965 tentang Apotik yang memberi
kesempatan kepada apotik sebagai usaha dagang perlu diubah, dan
apotik.dikembalikan kepada fungsi semula sehagai sarana penyalur
perbekalan farmasi, dan sebagai sarana tem~at Lilakukan pekerjaan
k,efamasian oleh. tenaga-tenaga farmasi dalam rangka pengabdian profesi
kepada masyarakat.
Dengan perubahan penyempurnaan terhadap beberapa pasal Peraturan
Pemerintah Nomor 26. Tahun 1965 tentang Apotik ini, maka pasal -pasal.
lainnya tetap seperti semula.
PASAL DEMI PASAL
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN

Pasal 1
Angka 1 pasal 1
Pekerjaan . kefarmasian adalah pembuatan, pengolahan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau
bahan obat .

Angka 2 Pasa1 2
Huruf b
Dalam pengertian peracikan termasuk. juga melaksanakan pembuatan dan
atau pengolahan terbatas yaitu berdasarkan permintaan dengan resep.

turuf b Pasal 3
Huruf b
Perusahaan Milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah maksudnya ialah.
Perusahaan Milik Negara yang dalam aanggaran dasarnya telah ditentukan
bahwa perusahaan tersebut bergerak dalam bidang kesehatan atau obat-
obatan.

Angka 4 Pasa1 4
Ayat (3)
Tugas dan. Tanggug jawab apoteker dan dokter sesuai profesinya masing -
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
masing berdiri sendiri pada bidangnya, tidak saling mengurangi atau tidak
saling bertentangan.

Pasal II
Masa waktu penyesuaian 3 (tiga) tahun dimaksudkan .agar apotik rang
telah ada mendapat kesempatan yang cukup untuk menyesuaikan diri
dengan ketentuan baru, untuk perubahan bentuk usaha,
dan penyiapan apoteker yang akan .menjadi pengelola apotik; sementara itu
pelayanan kepada masyarakat tidak boleh terganggu .

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 3169.

http://www.yanfar.go.id/yanfar/images_data/image_193_1.pdf

UU 3/1953, PEMBUKAAN APOTIK

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor:3 TAHUN 1953 (3/1953)

Tanggal:2 PEBRUARI 1953 (JAKARTA)

_________________________________________________________________
Tentang:PEMBUKAAN APOTIK
Presiden Republik Indonesia,
Menimbang: bahwa sangat perlu mengadakan peraturan sementara tentang
penempatan apotik-apotik, di samping peraturan tentang hal ini dalam
"Reglement op den Dienst van de Volksgezondheid" (Staatsblad 1882
Nomor 97, yang telah diubah dan ditambah. paling akhir dengan
Staatsblad 1949 Nomor 228);

Mengingat: Pasal 42 Undang-undang Dasar. Sementara Republik Indonesia;


Dengan persetujuan: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG PEMBUKAAN APOTIK.

Pasal 1
(1)Dilarang membuka apotik termasuk juga membuka kembali apotik yang
telah menghentikan pekerjaannya sekurang-kurangnya selama setahun di
tempat-tempat atau/dan daerah-daerah yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan, kecuali bila diizinkan. (2)Larangan di atas tidak berlaku
bagi apotik yang akan dibuka atau/dan yang akan dibuka kembali oleh
Penguasa militer atau sipil.
Pasal 2.
Dalam tiap-tiap surat-izin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
ditentukan jangka waktu, yang menetapkan bilamana apotik itu harus
memulai menjalankan pekerjaannya.
Pasal 3.
(1)Barang siapa yang melanggar larangan yang tersebut dalam Pasal 1,
dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau dengan
denda. sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah. (2)Bilamana hal yang
diancam hukuman tersebut dalam ayat (1) dilakukan oleh atau atas nama
sesuatu badan hukum, maka pengusutan hukum dan hukumannya sendiri
dijatuhkan kepada pengurus atau wakil badan hukum itu di daerah/tempat
itu. *403 (3)Hal yang ditentukan dalam ayat (2) di atas, berlaku pada
terhadap badan hukum yang bertindak sebagai pengurus atau wakil dari
pada badan hukum lain.
Pasal 4.
(1)Perbuatan (hal) yang diancam hukuman dalam Pasal 3 dianggap sebagai
pelanggaran. (2)Untuk mengusut perbuatan (hal) yang diancam dengan
hukuman menurut Undang-undang ini, juga turut berkewajiban pegawai
yang bertugas mengawas-awasi keadaan kesehatan rakyat.
Pasal 5.
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Disahkan di Jakarta, pada tanggal 2 Pebruari 1953. Wakil Presiden


Republik Indonesia, MOHAMMAD HATTA.
Menteri Kesehatan, J. LEIMENA.
Diundangkan, pada tanggal 21 Pebruari 1953. Menteri Kehakiman, LOEKMAN WIRIADINATA
(www.tempo.co.id)

tentang APOTIK
UMUM
Hingga kini belum ada suatu peraturan khusus mengetahui apotik:
perihal apotik terdapat ketentuan-ketentuan sisipan dalam peraturan
mengenai apoteker (D.V.G. Reglement pasal 58 dan selanjutnya). Kini
Undang-undang No. 7 tahun 1963 tentang Parmasi (Lembaran-Negara tahun
1963 No. 81) menghendaki supaya dikeluarkan peraturan-peraturan
tertentu perihal "distribusi Farmasi". Maka Peraturan Pemerintah
tentang APOTIK ini adalah pelaksanaan daripada pasal 4 Undang-undang
Farmasi tersebut. Menurut Undang-undang Farmasi, apotik adalah "alat
distribusi perbekalan farmasi" yang tak terlepas dari pada pengawasan
Pemerintah (pasal 11 Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan dan pasal 4 Undang-undang Farmasi). Dalam tugas
Pemerintah untuk berusaha mencukupi keperluan rakyat akan obat, maka
masalah distribusi obat-obat, dalam hal ini distribusi obat-obat
melalui apotik, diatur dengan suatu peraturan yang dapat dilaksanakan
kini dan dimasa yang akan datang. Maka oleh sebab itu perlu ditegaskan
bahwa fungsi apotik bukanlah Suatu obyek usaha mata pencaharian
seorang apoteker, akan tetapi "alat penyalur perbekalan farmasi", yang
harus menyebarkan obat yang diperlukan rakyat secara meluas dan
merata. (kambing.vlsm.org)

Anda mungkin juga menyukai