SAP Otot Progresif Yunda
SAP Otot Progresif Yunda
(SAP)
Pokok Bahasan : Teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah
Hari/tanggal : Jumat, 10 Mei 2019
A. LATAR BELAKANG
Data survey dari Tim Kesehatan Pada tanggal 24 Januari 2005 jumlah pasien 5 rumah
sakit di Kota Banda Aceh Menunjukkan Tingkat Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya
ISPA 30%, Gatal-gatal 25%, Nyeri lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%, Malaria
5%, Diare 3%, Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %. Penggunaan
teknik relaksasi untuk menurunkan tekanan darah merupakan salah satu cara yang mudah
untuk dilakukan. Salah satu teknik relaksasi yang dapat dilakukan oleh lansi hipertensi adalah
teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif adalah suatu latihan dan olah
pernafasan yang dilakukan untuk menghasilkan respon yang dapat memerangi respon stres
sehingga dapat menurunkan kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah (Smeltzer
&Bare, 2002).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan teknik relaksasi otot progresif ini adalah pasien hipertensi yang
memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg dan tidak memiliki hambatan dalam
melakukan kegiatan.
D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
4. Tanya Jawab
a. Leaflet
G. KEGIATAN PENYULUHAN
2. Pelaksanaan 30 menit
- Pemateri mengkaji pengetahuan -Mengemukakan
audiens tentang hipertensi pendapat
- Memberi reinforcement (+)
- Meluruskan konsep tentang - Mendengarkan
pengertian hipertensi - Mendengarkan dan
- Pemateri mengkaji pengetahuan memperhatikan
audiens tentang penyebab hipertensi
- Memberi reinforcement (+) -Mengemukakan
- Meluruskan konsep tentang pendapat
penyebab hipertensi
- Mendengarkan
- Pemateri mengkaji pengetahuan - Mendengarkan dan
audiens tentang tanda gejala hipertensi memperhatikan
- Memberi reinforcement (+)
- Meluruskan konsep tentang tanda -Mengemukakan
gejala hipertensi pendapat
- Pemateri mengkaji pengetahuan
audiens tentang teknik relaksasi otot - Mendengarkan
progresif - Mendengarkan dan
- Memberi reinforcement (+) memperhatikan
- Meluruskan konsep tentang
pengertian teknik relaksasi otot -Mengemukakan
progresif pendapat
- Mengkaji pengetahuan audien
tentang tujuan teknik relaksasi otot - Mendengarkan
progresif - Mendengarkan dan
- Memberi reinforcement (+) memperhatikan
- Menjelaskan tujuan teknik relaksasi
otot progresif -Mengemukakan
- Mengkaji pengetahuan audien pendapat
tentang manfaat teknik relaksasi otot
progresif - Mendengarkan
- Memberi reinforcement (+)
- Menjelaskan tentang manfaat teknik - Mendengarkan dan
relaksasi otot progresif memperhatikan
- Menjelaskan langkah-langkah teknik
relaksasi otot progresif -Mengemukakan
- Memberi kesempatan audiens untuk pendapat
bertanya
- Memberi reinforcement (+) - Mendengarkan
- Menjawab pertanyaan - Mendengarkan dan
memperhatikan
-Mengemukakan
pendapat
-Mengajukan
pertanyaan
- Mendengarkan
- Mendengarkan
LAMPIRAN
HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg,
sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan
tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana
tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang
sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh
TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah
sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Terdapat
perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu
pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring
diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan
hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah
diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS
Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140
mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih
dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua
kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).
Menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi esensial
kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target
seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala
dengan sakit kepala, epitaksis. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu :
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
C. PENYEBAB HIPERTENSI
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran
pembuluh darah. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
A. PENGERTIAN
Teknik relaksasi otot progresif nerupakan teknik relaksasi yang berfokus pada
perlahan tegang dan santai otot.
B. TUJUAN
Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi pada tubuh,
sehingga dapat mengurangi ketegangan dan dapat melanjutkan kegiatan.
C. MANFAAT
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi berbagai macam
yaitu:
- Stres
- Kecemasan
- Insomnia
Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang dengan
cara mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang
Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Letakkan
kedua tangan di belakang kepala, kemudian dorong kepala ke belakang sambil tangan
menahan dorongan kepala.
Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian
klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
Gerakan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara
kedua tangan diletakkan di belakang sambil menyentuh lantai dan menahan badan.
Kemudian busungkan dada.
Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien diminta untuk menarik nafas
panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada kemudian diturunkan ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapan
bernafas normal.
Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-
kuat perut ke dalam, kemudia menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras.
Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal
untuk peru ini.
Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Gerakan ini dilanjkan dengan mngunci lutut sedemikian sehingga ketegangan pindah
ke otot-otot betis
Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10
detik baru sete;ah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua
kali.
E. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan dengan berdiri
e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudia bagian kiri dua kali
g. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat
DAFTAR PUSTAKA
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Friedman, M. M.
(1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Alih Bahasa: Debora R. L & Asy.
Y, Jakarta: EGC.
Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler.
Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta
Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner and
Sudarth, vol. I (edisi 8 ). Alih Bahasa : Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta: EGC.