Anda di halaman 1dari 63

1

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KELAUTAN


DALAM PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU KARAJAAN
DAN SEKITARNYA
KABUPATEN KOTABARU

LAPORAN PRAKTEK LAPANG SIG KELAUTAN

Linda Apriliani
1610716120003

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019

1
2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sistem informasi tidak bisa lepas dari kehidupan manusia saat ini.
Teknologi yang semakin canggih membuat sistem informasi diperlukan untuk
berbagi informasi yang nantinya digunakan untuk berbagai kepentingan salah
satunya sistem informasi geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem yang
didalamnya mencakup informasi geografis untuk mengambarkan kondisi geografis
sesuai dengan kenyataan. Dengan bantuan sistem ini, kita mampu menggambarkan
kenampakan yang terlihat dilapangan agar dapat dituangkan kedalam bentuk 2
dimensi dalam hal ini berupa peta. Atau dengan kata lain SIG adalah kumpulan
yang terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi
dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan,
mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk
informasi yang bereferensi geografis.
Fungsi SIG dalam kehidupan kita sangat beragam dan dapat dirasakan untuk
berbagai bidang ilmu. Aplikasi SIG dapat digunakan untuk pengelolaan
penggunaan lahan di bidang pertanian, kehutanan serta pembangunan pemukiman
penduduk dan fasilitasnya (transportasi). Peranan SIG dalam bidang kelautan juga
tak kalah pentingnya, yakni mampu memetakan ekosistem yang terdapat diperairan
maupun di pesisir, membuat peta sebaran daerah tangkapan ikan, serta mampu
membangun basis data untuk keperluan lainnya. Manfaat lainnya ialah untuk
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Karakteristik dan potensi yang beragam dari wilayah pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil umumnya menjadikan wilayah ini menjadi salah satu prioritas
pembangunan khususnya di bidang Kelautan dan Perikanan serta dapat dijadikan
sebagai orientasi kebijakan perencanaan pembangunan ke depan. Menurut UU RI
No. 27 tahun 2007 pasal 1 menyebutkan bahwa wilayah pesisir sendiri merupakan
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
darat dan laut sedangkan pulau-pulau kecil adalah pulau yang memiliki luas lebih
kecil atau sama dengan 2.000 km persegi beserta ekosistemnya. Peranan SIG
kelautan untuk pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga memiliki
pengaruh yang signifikan, pasalnya, dengan adanya SIG kondisi pesisir dan potensi
yang dimiliki sebuah pulau mampu terpetakan dengan baik sehingga dapat
digunakan untuk pengambilan kebijakan.
Pulau Karajaan merupakan pulau kecil dengan luas sekitar 2,5 km2,
berpenduduk 1660 jiwa yang secara administratif termasuk kedalam wilayah
kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan
Selatan. Wilayah ini memiliki keindahan alam yang indah dan sumberdaya alam
yang melimpah. Sumberdaya yang ada ini harus termanfaatkan dengan optimal agar
memberikan keuntungan yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya sendiri. Namun sayangnya hingga saat ini, sebaran sumberdaya
yang ada di Pulau Karajaan belum terpetakan dengan baik serta minimnya data
tentang sumberdaya pulau membuat pengembangan belum dilakukan dengan baik
sehingga perlu adanya kajian lebih lanjut tentang besarnya potensi yang dimiliki
pulau ini. Data dan informasi potensi sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil

2
3

sekaligus memberikan informasi awal mengenai arah pemanfaatan ruang pesisir,


laut dan pulau-pulau kecil yang rasional dan berkelanjutan.
Penerapan SIG sangat diperlukan untuk membangun data base di wilayah
Pulau Karajaan untuk menentukan pengambilan kebijakan. Dengan adanya data
base juga dapat melihat seberapa besar potensi yang dimiliki pulau ini, untuk itu
diperlukan peta-peta tematik sebaran sumberdaya wilayah pesisir dan laut. Peta-
peta tematik yang dihasilkan berupa peta kondisi tutupan lahan, fisik-kimia
perairan, bio-ekologi perairan dan daerah-daerah yang dapat dikembangkan untuk
tujuan pembangunan kedepannya.

1.2.Tujuan dan Kegunaan


Maksud dan tujuan dari penelitian SIG ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan menginterpretasi citra satelit
2. Mampu menentukan titik GCP (Ground Control Point)
3. Membuat data base
4. Mampu mengolah dan mengaplikasikan data menjadi peta tematik dan peta
kesesuaian lahan yang sesuai dengan kaidah kartografi.

1.3.Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek terdiri dari ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup
materi:
1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang lingkup lokasi pada penelitian ini adalah wilayah Pulau Karajaan,
Kecamatan Pulau Laut Kepulauan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Ruang lingkup darat meliputi sepanjang garis pantai pulau Karajaan sedangkan
ruang lingkup perairan sejauh 800 meter dari pesisir.

1.3.2. Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi pada penelitian ini ialah memetakan sumberdaya
yang ada di Pulau Karajaan dengan mengumpulkan titik-titik GCP (Ground Control
Point) ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove, tutupan lahan serta sarana dan
prasarana sebagai informasi. Selain titik GCP, data-data lain yang dikumpulkan
yaitu berupa kelerengan pantai, kedalaman, parameter kualitas air dan pasang surut.
Data-data tersebut selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan peta-peta tematik dan
kesesuaian lahan.

3
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian SIG
Sistem Informasi Georafis atau Geographic Information System (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Sistem ini mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada
kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database,
seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang
unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG
dengan Sistem Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai
kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi
apa yang terjadi (Aini, STIMIK).

Gambar 1. Komponen SIG

Menurut Wibowo dkk (2015) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan


suatu sistem informasi berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan
menganalisis, serta memanggil data bereferensi geografis yang berkembang pesat
pada lima tahun terakhir ini. pengaplikasian Geographic information system (GIS)
menggunakan perangkat lunak Arcview yang merupakan salah satu perangkat
lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terkemuka hingga saat ini dengan
kehandalan ESRI.
Menurut Prahasta (2002:55) SIG adalah sistem komputer yang digunakan
untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-
informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi. Pada dasarnya, istilah sistem
informasi geografi merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem,
informasi, dan geografi. SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur
informasi geografi. Istilah “geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan).
Kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul
istilah yang ketiga, geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama
di dalam konteks SIG. Penggunaan kata “geografis” mengandung pengertian suatu

4
5

persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Istilah “informasi
geografis” mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang
terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek
terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan
(atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan satu sistem yang banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Sistem ini telah berkembang menjadi satu
ilmu dan teknologi yang mapan sejalan dengan perkembangan bidang ilmu lain
khususnya teknologi informasi (Liu dan Mason, 2009).
Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta
digital yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam
data peta digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi,
atribut data, dan hubungan antar item data. Kerincian data dalam SIG ditentukan
oleh besarnya satuan pemetaan terkecil yang dihimpun dalam basis data. Dalam
bahasa pemetaan kerincian tergantung dari skala peta dan dasar acuan geografis
yang disebut sebagai peta dasar (Budiyanto, 2002).

2.2. Ruang Lingkup SIG


Ruang lingkup Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa komponen
yaitu sebagai berikut :
1. Input Data
Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan dan menyimpan
data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang
bertanggungjawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan format-
format data aslinya ke dalam format (native) yang dapat digunakan oleh perangkat
SIG yang bersangkutan.
2. Data Manajemen
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut
terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil
kembali atau di-retrieve (di-load ke memori), di-update, dan di-edit.
3. Data Manipulasi dan Analisis
Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.
Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan
fungsi-fungsi dan operator matematis & logika) dan permodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
4. Data Output
Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk
mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data
(spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik,
report, peta, dan lain sebagainya.

5
6

Gambar 2. Bagan Alir Ruang Lingkup SIG


Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang
bekerja secara terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perangkat Keras (hardware)
Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan
bagian dari sistem komputer yang mendukung analisis goegrafi dan pemetaan.
Perangkat keras SIG mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan
resolusi dan kecepatan yang tinggi serta mendukung operasioperasi basis data
dengan volume data yang besar secara cepat. Perangkat keras SIG terdiri dari
beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan mencetak hasil proses.
Berikut ini pembagian berdasarkan proses :
• Input data: mouse, digitizer, scanner
• Olah data: harddisk, processor, RAM, VGA Card
• Output data: plotter, printer, screening.
2. Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan,
menganalisa, memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial.
Perangkat lunak yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah:
• Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG
• Data Base Management System (DBMS)
• Alat untuk menganalisa data-data
• Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa
3. Data
Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu data
spasial dan data non spasial (atribut). Data spasial adalah data yang mengacu pada
posisi permukaan bumi (georeference ), diperoleh dari peta dasar rupa bumi. Data
atribut merupakan data deskriptif dari data spasial. Data atribut dan data spasial
bersifat saling melengkapi, sehingga menjadi satu kesatuan data/informasi yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk merancang basis data, data spasial
dikelompokkan menjadi dua macam layer, yaitu layer dasar dan layer tematik.
Misalnya layer dasar terdiri dari data wilayah administrasi (ADMIN), jaringan jalan
(JALAN), hidrologi (HIDRO), dan infrastruktur minyak (INFRA). Sedangkan

6
7

layer tematik merupakan layer landuse, yang terbagi ke dalam layer mangrove,
tambak, perairan terbuka, tegalan, pemukiman, sawah dan pantai berpasir.
4. Manusia
Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah
perencana dan pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti
pada sistem informasi lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan
mengelola sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu
pekerjaannya sehari-hari.
5. Metode
Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap
permasalahan. SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek
realnya.Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG).

2.3. Manfaat dan Aplikasi SIG dalam Pemetaan Ruang Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Manfaat SIG dalam pemetaan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
diantaranya :
a. Memetakan Daerah Tangkapan Ikan
Salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan adalah
tersedianya informasi daerah penangkapan ikan yang potensial (potential fishing
ground). Nelayan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari
gerombolan ikan sehingga trip operasi menjadi lebih lama dan biaya operasi
menjadi lebih mahal. Lokasi keberadaan ikan dapat diduga dari kondisi perairan
yang merupakan habitat suatu spesies ikan, yang biasanya digambarkan dengan
sebaran parameter oseanografi. Suhu permukaan laut merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui keberadaan spesies ikan pelagis. Pada umumnya setiap
spesies ikan contohnya tongkol memiliki kisaran suhu optimum untuk
penyebarannya. Ikan memilih suhu tertentu untuk hidup sehingga akan
mempengaruhi penyebaran dan keberadaannya. Oleh karena itu suhu optimum
sangat disenangi ikan pada umumnya yang mungkin bervariasi sesuai dengan
perubahan temporal dan spasial perlu diketahui.

7
8

Gambar 3. Peta Hubungan SPL dengan Hasil Tangkapan Ikan

b. Pemetaan Ekosistem
Pesisir merupakan transisi antara ekosistem dan laut dengan ekosistem
kehidupan darat. Pengelolaan dan pemanfaatan daerah pesisir belum dilaksanakan
oleh pemerintah daerah secara optimal karena hal ini sangat berhubungan dengan
kewenangan yang dimilikinya. Sejalan dengan kewenangan daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakatnya, maka daerah akan mengelola dan
memanfaatkan daerah pesisir secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat daerah. Saat ini, penerapan teknologi informasi semakin berkembang
pada segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya dimanfaatkan untuk
memberikan informasi dan pemetaan mengenai potensi daerah pesisir dalam bentuk
sistem informasi geografis. Penerapan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
untuk pemetaan potensi daerah pesisir dapat membantu memetakan ekosistem
mangrove di suatu wilayah.

8
9

Gambar 4. Peta Ekosistem Mangrove

c. Analisis Kesesuaian Lahan


Penggunaan SIG sebagai teknik untuk analisis sumberdaya dan pemilihan
lokasi berperan penting dalam pengembangan budidaya (Aguilar-Manjarrez dan
Ross 1993). SIG telah banyak diterapkan untuk sektor budidaya skala regional atau
nasional. Sejumlah penelitian telah mengeksploitasi kapasitas pemodelan dari SIG,
yaitu pembangunan model lokasi budidaya ikan kerapu di Kalimantan Timur dan
beberapa daerah di luar negeri seperti di Red River Delta, Vietnam, pembangunan
model lokasi budidaya udang di Meksiko. Manajemen sumberdaya perairan suatu
area yang belum terintegrasi dengan ekonomi pedesaan, dapat dibangun untuk
memenuhi peningkatan permintaan terhadap protein ikan di suatu area. Dalam hal
tersebut, pembentukan berdasarkan suatu pengambilan keputusan s dan skema
perencanaan dapat dilayani dengan baik oleh SIG.

Gambar 5. Peta Analisis Kesesuaian Budidaya Kerapu

9
10

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi


Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan April-Mei
2019. Pada kurun waktu tersebut pengambilan data dimulai pada tanggal 21 – 25
April 2019 yang berlokasi di wilayah pesisir Pulau Kerajaan, Kecamatan Pulau
Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan seperti pada
Gambar 6. Analisis sampel dilakukan selama 2 minggu setelah pengambilan data
di Laboratorium Oseanografi, Laboratorium SIG dan Inderaja dan Laboratorium
Kualitas Air di Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Gambar 6. Lokasi Penelitian

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan selama penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan pada saat pengambilan dan pengolahan data
No. Alat Kegunaan
1. Hand GPS Memberi tanda posisi dan GCP
2. Alat Tulis Mencatat data
3. Perangkat Komputer Analisis data
4. Software Surfer 15 Analisis data
5. Software Google Earth Analisis data
6. Software Global Mapper 15 Analisis data
7. Software ArcMap 10.5 Analisis data
8. Software Microsoft Office Analisis data

10
11

3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian ini disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk pengolahan data
No. Bahan Kegunaan
Citra Satelit Sentenel 2A tahun Data dasar pemetaan sebaran ekosistem
1
2019 tahun 2018
2 Citra Drone Pembanding citra satelit
3 Hasil Analisis Data yang diolah menjadi peta

3.3. Metode Perolehan Data


3.3.1. Pengambilan GCP
Penentuan titik sampel didasarkan atas kondisi lokasi praktik. Sebelum
melakukan penentuan titik sampel uji lapangan diperlukan pengolahan awal citra
satelit. Pengolahan ini bertujuan untuk menentukan jumlah class yang terdapat di
lapangan, seperti lokasi-lokasi yang akan di amanti nantinya. Setelah mengetahui
jumlah class yang terdapat pada lokasi praktik maka titik sampel dapat ditentukan
dan dapat diambil pada saat dilapangan dengan mengguanakan Hand GPS.

3.3.2. Pembuatan Peta


1. Pembuatan Peta Ekosistem Mangrove
Tahapan pengolahan awal agar peta yang dihasilkan lebih baik adalah
koreksi radiometric citra sateklit (Image preprocessing) untuk memperbaiki data
citra asli (raw data) menjadi citra yang siap untuk diinterpretasi dengan cara
masking dan cropping serta komposit warna. Setelah melakukan hal-hal tersebut
maka akan dilakukan klasifikasi unsupervised (tidak terbimbing) dengan cara
mengkelaskan kembali vegetasi yang berada di lokasi penelitian dengan dibantu
data GCP yang telah didapatkan. Setelah itu hasil peta sebaran mangrove dapat
dihasilkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:
Masking
Koreksi Komposit Warna Klasifikasi
and
Radiometrik (RGB 573) Unsupervised
Cropping

Reclass
(Mangrove dan Validasi Data
Non Mangrove) GCP

Sebaran
Mangrove
Gambar 7. Bagan Alir Pengolahan Citra Sebaran Mangrove
2. Pembuatan Peta Ekosistem Terumbu Karang
Tahapan pengolahan awal agar peta yang dihasilkan lebih baik adlah koreksi
radiometrik citra satelit (Image preprocessing) untuk memperbaiki data citra asli
(raw data) menjadi citra yang siap untuk diinterpretasi masking dan cropping serta
komposit warna. Setelah melakukan hal-hal tersebut maka akan dilakukan
klasifikasi unsupervised (tidak terbimbing) dengan cara mengoreksi dengan metode
Lyzenga dan mengkelaskan kembali substrat dasar yang berada di lokasi penelitian

11
12

dengan dibantu data GCP yang telah didapatkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 8 berikut:
Masking
Koreksi Komposit Warna Penajaman Citra
and
Radiometrik RGB 532 Metode PCA
Cropping

Koreksi Kolom Air Klasifikasi Reclass


Metode Lyzenga* Unsupervised (Substrat Dasar)

Validasi
Sebaran
DATA GCP Terumbu Karang

Gambar 8. Bagan Alir Pengolahan Citra Sebaran Terumbu Karang

*Algoritma Lyzenga (if i3/i2 <= 1 then log(i1) + (1*log(i2)) else null)

3. Pembuatan Basemap Peta (Penggunaan Lahan)


Tahap awal pembuatan basemap penggunaan lahan adalah mendigitasi peta
lokasi yang ingin diedit. Setelah itu masukan topologi dan atribut data yang
dibutuhkan. Lalu alur transformasi koordinat data, hal ini juga bisa dilakukan
sebelum mendigitasi peta. Langkah terakhir yaitu layouting, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 6., sebagai berikut:
Digitasi peta yang diambil dari citra

Masukkan topologi data

Masukkan atribut yang dibutuhkan

Transformasi koordinat data

Layouting
Gambar 9. Bagan Alir Pembuatan Basemap Peta (Penggunaan Lahan)

4. Pembuatan Peta Kualitas Air


Tahap awal pengolahan data yaitu menginput data mentah ke dalam Ms.
Excel. Data dari Ms. excel diubah ke dalam bentuk *.dat*. Kemudian proses data
dengan metode kriging pada software Surfer 15. Setelah itu simpan dalam bentuk
*.shp*, lalu input dan analisis pada software Arcgis 10.5. Adapun tahapan-tahapan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. sebagai berikut:
Input dan
Krigging
Simpan analisis
Data dalam pada
dalam pada Layouting
bentuk grd. software
bentuk shp. software
Surfer 15
Arcgis 10.5
Gambar 10. Bagan Alir Pengolahan Peta Kualitas Air

12
13

5. Pembuatan Layout Peta


Input data shp yang dibutuhkan lalu sesuaikan warna berdasarkan
ketentuan. Setelah itu atur warna dan layout sesuai kaidah kartografi. Pembuatan
layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data dan analisis data telah
dilakukan. Melalui fasilitas layout dapat membuat dan mengatur data mana saja
yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis yang digunakan
serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan. Adapun tahapan-tahapan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 7. sebagai berikut:
Input data
basemap dan shp. Ubah warna yang
Layout sesuai
yang dibutuhkan sesuai dengan
kaidah kartografi
ke software Arcgis ketentuan
10.5
Gambar 11. Bagan Alir Pembuatan Layout Peta

Berikut ini adalah keterangan mengenai komponen layout peta.


1. Judul Peta
Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas
tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakan
di kanan atas.
2. Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah
legenda.
3. Orientasi / Tanda Arah
Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah kea rah atas peta.
Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat
sebagai petunjuk arah.
4. Koordinat/grid
Sistem koordinat yang biasa digunakan adalah Universal Transverse Mercator
(UTM) dan sistem koordinat geografis yang menunjukan suatu titik di bumi
berdasarkan garis lintang dan bujur.
5. Legenda
Legenda adalah keterangan dari symbol-simbol yang merupakan kunci untuk
memahami peta.
6. Simbol Peta
Simbol Peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada
permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-jenis symbol
peta antara lain :
a. Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional.
b. Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak.
c. Simbol area, digunakan untuk mewakili suatau area tertentu dengan symbol yang
mencakup area tertentu.

13
14

3.4. Analisis Data SIG


3.4.1. Perhitungan Luas Sebaran Ekosistem dan Kualitas Air
Luas sebaran ekosistem dan kualitas air yang dihitung merupakan hasil
analisis data yang telah diproses sebelumnya. Hasil klasifikasi tersebut berupa data
polygon. Perhitungan luasan menggunakan software ArcGis 10.5. Data polygon
harus dalam sistem proyeksi UTM. Buka tabel attribute kemudian tambahkan field
untuk hitungan luasan. Kalkulasi geometri menggunakan tool yang tersedia pada
software tersebut.
3.4.2. Analisis Data Spasial
Analisis data spasial yang dilakukan SIG adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi, fungsi ini mengklasifikasikan data spasial menjadi data spasial
yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Misalnya data spasial
ketinggian di permukaan bumi dapat diturunkan menjadi data spasial
kemiringan yang dinyatakan dalam nilai kemiringan. Kegunaan klasifikasi
menjadi data spasial baru adalah data tersebut dapat dipakai dalam merancang
perencanaan pengembangan wilayah.
b. Network, fungsi ini merujuk pada data spasial titik atau garis sebagai suatu
jaringan yang tidak terpisahkan. Penerapan fungsi network biasanya dilakukan
dalam jaringan kabel listrik, telepon, pipa minyak dan gas, pipa air minum,
serta saluran pembuangan.
c. Overlay, fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data
spasial yang dimasukkan. Sebagai contoh adalah overlay dari peta tanah,
geologi, lereng, dan penggunaan lahan akan menghasilkan peta satuan lahan.
d. Buffering, fungsi ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon.
Data titik akan menghasilkan data spasial baru berupa lingkaran-lingkaran
yang mengelilingi pusat.
e. Analisis tiga dimensi, fungsi ini terdiri atas subfungsi yang berhubungan
dengan presentasi data spasial dalam ruang tiga dimensi.
f. Selain fungsi di atas masih banyak fungsi lain dari analisis data seperti digital
image processing dan lain sebagainya.

3.4.3. Analisis Data Atribut


Analisis data atribut yang dapat dilakukan SIG sebagai berikut:
a. Membuat dan menghapus basis data baru
b. Membuat dan menghapus tabel basis data
c. Mengisi dan menyisipkan data
d. Membaca dan mencari data dari tabel basis data
e. Mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data
f. Membaca dan menulis basis data dalam sistem basis data yang lain

14
15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Parameter Kualitas Air


Peta tematik berupa sebaran kualitas air di perairan Pulau Karajaan dan
sekitarnya disajikan dibawah ini :
4.1.1. Salinitas

Gambar 12. Peta Sebaran Salinitas


Salinitas air laut di lokasi penelitian berkisar antara 28,8 -33, 2 ppm. Hal ini
bila merujuk pada baku mutu air laut yakni sebesar 33-34 ppm maka dapat
dikatakan rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi musim, pada umumnya
pada saat musim barat dengan curah hujan yang tinggi maka salinitas di perairan
cukup rendah, sedangkan pada musim tenggara pada saat curah hujan rendah maka
salinitasnya akan naik. Terlihat pada gambar bahwa nilai salinitas dibagian utara
yang sedikit jauh dari daratan bernilai cukup tinggi sekitar 33 ppm, hal ini dapat
terjadi karena pengaruh air dari daratan yang kurang sedangkan di daerah tepi pantai
salinitas cenderung rendah karena masukkan masa air dari daratan atau air tawar
dalam hal ini dapat berupa hujan tinggi sehingga kadar salinitas menurun.

15
16

4.1.2. Suhu

Gambar 13. Peta Sebaran Suhu


Pada gambar diatas terlihat suhu di lokasi penelitian cukup bervariasi yakni
berkisar antara 25,8֯ – 30,6֯ C. Jika berdasarkan baku mutu sesuai Permen LH no.
51 tahun 2004 maka suhu perairan yang cocok untuk kehidupan biota laut adalah
28֯ - 32֯ C. Dari baku mutu tersebut maka kondisi suhu di perairan pulau Karajaan
cukup normal. Di wilayah Timur Laut kondisi suhu berada di angka 25,8֯ - 26֯ maka
hal ini tidak sesuai baku mutu, hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh aktivitas
masyarakat sekitar. Kondisi suhu perairan juga berhubungan dengan kecerahan
suatu perairan, dimana kecerahan berkaitan dengan penetrasi cahaya matahari yang
dapat menembus kolom perairan. Semakin jernih perairan maka sinar matahari
semakin jauh menembus badan air sehingga suhu akan semakin meningkat di
permukaan.
Sebaran suhu di perairan terbuka seperti perairan pulau Karajaan dapat
disebabkan oleh arus dan turbulensi hal ini sesuai dengan pernyataan Romimoharto
(1985) yang menyatakan bahwa suhu perairan terbuka terutama disebabkan oleh
gerakan air seperti arus dan turbulensi. Suhu pada suatu perairan dapat dipengaruhi
oleh lintang, ketinggian permukaan laut, waktu dalam satu hari, penutupan awan,
aliran dan kedalaman air.

16
17

4.1.3. Kecerahan

Gambar 14. Peta Sebaran Kecerahan


Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan
dinyatakan dengan persen, dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum
yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada
permukaan air. Nilai kecerahan di lokasi penelitian berkisar antara 0,4 – 6. Standar
baku mutu yang telah ditetapkan sesuai Permen LH no. 51 tahun 2004 maka
kecerahan untuk biota lamun ialah >3 m dan >6 m biota untuk karang.
Daerah yang mampu menyerap sinar matahari lebih banyak berada disekitar
pulau Karajaan terutama di bagian selatan karena pengaruh dari aktivitas manusia
yang sedikit dan juga kondisi ekosistem yang masih asri. Kecerahan perairan
berkaitan dengan keberadaan fitoplankton yakni semakin tinggi tingkat kecerahan
air maka semakin tinggi pula kelimpahan fittoplankton yang berada di perairan
tersebut begitu juga sebaliknya. Tingkat kecerahan di tepi pantai itu dipengaruhi
oleh proses pengadukan oleh gelombang di wilayah perairan tersebut sehingga
kecerahanya kurang dari 3,0 m, bentuk dasar perairan yang landai serta TSS yang
berasal dari tinggi juga berpengaruh terhadap tingkat kecerahan.

4.1.4. Kedalaman
Hasil pengukuran kedalaman di perairan Pulau Karajaan menunjukkan
perairan yang cukup dalam. Kedalaman di perairan ini memiliki interval 2-20 m.
Kedalaman yang variatif ini dikarenakan pada sisi utara Pulau Karajaan yang
langsung berhadapan dengan Selat Makassar yang memiliki kedalaman >20 m dan

17
18

kedalaman antara Pulau Karajaan dengan Pulau Tepian Mataja mencapai 13 m,


sebagaimana disajikan pada gambar berikut:

Gambar 15. Peta Sebaran Kedalaman


Terlihat pada gamabr diatas sebaran kedalam perairan di Pulau Karajaan
cukup bervariasi dengan daerah tepi patai memiliki nilai sebesar 2 meter sedanglan
kedalaman perairan tertinggi sebesar 20 meter yang berada jauh dari pesisir pantai.
Kedalaman pantai dapat menentukan tipa pantai ini yang termasuk landai. Profil
kedalaman di perairan lokasi sangat dipengaruhi oleh proses sedimentasi dan erosi.
Proses tersebut sangat tergantung oleh dinamika hidroosenografi baik dari laut
maupun dari sungai.

18
19

4.1.5. pH

Gambar 16. Peta Sebaran pH


Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa kondisi pH di Pulau Karajaan dan
sekitarnya sangat bervariasi yakni antara 7,1 – 9,5. Derajat keasaman (pH)
merupakan suatu indeks ion hidrogen yang mencirikan keseimbangan asam dan
basa. pH di perairan baik hewan maupun tumbuhan sehingga sering dipakai sebagai
petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Tingkat
pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih besar dari 9,2 sudah dianggap tercemar. Kondisi
pH pada sekitar Pulau Karajaan dapat dikatakan normal namun memang di Barat
Daya memiliki nilai pH yang meningkat hingga 9,5.
Derajat keasaman atau pH merupakan indikator dalam penggukuran
besarnya konsentrasi Ion Hidrogen (H+) yang terdapat disuatu perairan. Nilai pH
juga menunjukan kondisi asam atau basa dari suatu perairan, nilai pH rendah atau
kurang dari 7 mengindentifikasikan bahwa suatu perairan asam, pH 7 netral, dan
jika pH lebih besar dari 7 maka basa. secara alami pH dipengaruhi oleh CO2 dan
juga senyawa senyawa yang bersifat asa, pada malam hari, fitoplankton dan
tanaman air lainnya mengonsumsi oksigen dalam proses respirasi dan
menghasilkan CO2 hal itu menyebabkan pH menurun, semakin tinggi konsentrasi
CO2 nilai pH akan semakin rendah, dan hal itu dapat menyebabakan organisme mati
lemas.

19
20

4.1.6. TSS (Total Suspended Solid)

Gambar 17. Peta Sebaran TSS


TSS di Pulau Karajaan dan sekitarnya berkisar antara 0 - 18 mg/l.
Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa berdampak positif apabila tidak
melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu kualitas perairan Menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang baku
mutu air laut untuk biota laut, diperoleh nilai baku mutu TSS untuk kehidupan coral
dan lamun < 20 mg/L, sedangkan untuk mangrove < 80 mg/L. dari standar tersebut
dapat diketahui bahwa kadar TSS di perairan Pulau Karajaan dan sekitarnya tidak
melebih baku mutu artinya padatan yang ada berkurang dikarenakan tidak adanya
pengaruh sungai yang dapat membuat peningkatan TSS.

20
21

4.1.7. BOD5

Gambar 18. Peta Sebaran BOD5


Dari grafik diatas dapat terlihat hasil analisis yang telah dilakukan di
laboratorium, menunjukkan peta hasil interpolasi dari sebaran BOD5 yang
bertempat di perairan desa Bunati, berdasarkan hasil analisis BOD5 dari pengukuran
beberapa stasiun di perairan tesebut diperoleh nilai BOD5 yang memiliki nilai 0,8–
3,4 mg/l, nilai ini menunjukan bahwa perairan Bunati bagian Barat tidak mengalami
pencemaran. Hal ini ditunjukkan pada apabila nilai tersebut masih berada pada
angka 1 - 3 ppm, apabila nilai tersebut lebih dari 3 ppm, maka air tersebut bisa
dikatakan telah mengalami pencemaran.
BOD atau BOD5 adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan
untuk mendesain sistem pengolahan secara biologi.

21
22

4.1.8. DO

Gambar 19. Peta Sebaran DO


Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa DO di Perairan sekitar Pulau
berkisar di angka 6,1 – 8,5 mg/l. Menurut Ismail (1994) bahwa kandungan oksigen
terlarut 2 mgr/l adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung
kehidupan organisme perairan secara normal. Agar kehidupan dapat layak dan
kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh
kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mg/l oksigen pada suhu
20 – 30 oC masih dipandang sebagai air yang cukup baik utuk kehidupan ikan
sedangkan standar DO yang berlaku yaitu 4 mg/l. maka jika dilihat kondidi
perairan di sekitar Pulau Karajaan memiliki nilai DO yang cukup tinggi atau
melibih baku mutu yang telah ditetapkan. Kadar oksigen yang terlalu banyak ini
dapat menyebabkan terjadinya kematian pada biota laut terutama ikan karena
didalam insang ikan terdapat pembuluh darah yang tertutupi akibat adanya emboli
gas.

22
23

4.1.9 Nitrat

Gambar 20. Peta Sebaran Nitrat


Gambar di atas merupakan hasil intepolasi dari analisis nitrat di perairan
Pulau Karajaan dan sekitarnya. 1,2-2,4 Berdasarkan Gambar 20 dapat dilihat bahwa
kandungan nitrat tertinggi ada pada daerah laut perairan dengan nilai 2,4 mg/l
sedangkan nilai terendah ialah 1,2 untuk Barat Laut dan Utara. Hal ini disebabkan
karena proses oksidasi yang kurang sempurna oleh senyawa nitrogen di perairan.
Nitrogen organik mula-mula diourai menjadi ammonia, kemudian
dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Dalam air bawah tanah dan air yang terdapat
di permukaan, nitrat menjadi senyawa yang paling sering ditemukan. Hal ini terjadi
karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat. Pencemaran oleh
pupuk nitrogen, termasuk amonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan
maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi.

23
24

4.1.10. Fosfat

Gambar 21. Peta Sebaran Fosfat


Hasil analisis kadar fosfat di perairan Pulau Karajaan dan sekitarnya
berkisar antara 0,05 - 1,55. Berdasarkan Kepmen LH nomor 51 tahun 2004
menyatakan standar baku mutu kadar fosfat untuk biota laut adalah sebesar 0,015
mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kadar fosfat di perairan Pulau cukup tinggi
sehingga kadar nitrat dan fosfat yang tinggi ini menjadi petunjuk bahwa Perairan
tersebut kaya dengan unsur hara yang menjadi sumber makanan utama fitoplankton.

24
25

4.1.11. COD

Gambar 22. Peta Sebaran COD


Pada gambar 22 terihat sebaran kadar COD di Perairan ini. Kadar COD di
daerah tersebut berkisar antara 13,1 – 13,8 mg/l kadar ini menunjukkan bahwa
perairan Pulau Karajaan dan sekitarnya memiliki oksigen yang cukup baik. Kadar
COD ini berbanding lurus dengan kadar BOD5 dan berbanding terbalik dengan
kadar DO.

25
26

4.1.14 Nitrit

Gambar 23. Peta Sebaran Nitrit


Telihat pada gambar 23 nilai nitrit di bagian Barat lebih tinggi disbanding
nitrit disekitar Pulau. Nilai nitrit berkisar antara 0,0034 – 0,014 dengan perairan
Barat cenderung lebih tinggi. Kadar nitrit yang sesuai standar baku mutu Kepmen
LH No. 51 Tahun 2004 ialah <0,008 mg/l sehingga kadar nitrit di perairan tersebut
lebih tinggi karena nutrien yang terdapat di perairan juga tinggi.

26
27

4.1.15. Logam Berat (Fe)

Gambar 24. Peta Sebaran Logam berat (Fe)


Faktor yang menyebabkan logam tersebut dikelompokkan ke dalam zat
pencemar yaitu logam berat tidak dapat terurai melalui biodegradasi seperti
pencemar organik, logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama
sedimen sungai dan laut, karena dapat terikat dengan senyawa organik dan
anorganik, melalui proses adsorpsi dan pembentukan senyawa komplek (Susiati
dkk, 2009). Dapat terlihat pada gambar 24 sebaran Fe yang oaling tinggi berada di
utara pulau lebih tepatnya didekat dermaga utama.yakni 0,19 mg/l sedangkan
disekitar Timur memiliki kadar Fe yang rendah yakni 0,001 mg/l.
Aktivitas pelabuhan dapat menjadi salah satu sumber pencemaran logam
berat di perairan sekitarnya. Besi merupakan logam berat yang dibutuhkan dimana
zat ini dibutuhkan dalam proses untuk menghasilkan oksidasi enzim cytochrome
dan pigmen pernapasan (haemoglobin). Logam ini akan menjadi racun apabila
keadaannya terdapat dalam konsentrasi di atas normal (Hasbi, 2007). Keberadaan
besi dalam air laut juga dapat bersumber dari perkaratan kapalkapal laut dan tiang-
tiang pancang pelabuhan yang mudah berkarat. Kegiatan atau aktivitas di laut yang
berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan laut antara lain: perkapalan, dumping
di laut, pertambangan, eksplorasi dan eksploitasi minyak, budidaya laut, dan
perikanan (Sugara, 2012).

27
28

4.1.16. TDS

Gambar 25. Peta Sebaran TDS

Total zat padat terlarut (Total Dissolved Solids, sering disingkat dengan
TDS) adalah suatu ukuran kandungan kombinasi dari semua zat-zat anorganik dan
organik yang terdapat di dalam suatu perairan. Umumnya kadar TDS yang
terkandung dalam air antara 20-1000 mg/L. Sumber utama yang mempengaruhi
perairan adalah limpahan yang berasal dari rumah tangga masyarakat.

28
29

4.1.17. Amonia

Gambar 26. Peta Sebaran Amonia


Amonia merupakan senyawa yang tidak berwarna, bersifat gas dan cair dan
memiliki bau yang khas. Ammonia di perairan berasal dari ekskresi hewan dan dari
bahan organik yang terdekomposisi. Kadar amonia di perairan Pulau Karajaan tidak
melewati baku mutu yang ditetapkan oleh PerMen LH no. 51 Tahun 2004 yakni
sebesar 0,2 mg/l karena kadar diperairan tersebut berkisar antara 0-0,11 mg/l.

4.2. Parameter Fisik


4.2.1. Geomorfologi
Pulau Karajaan memiliki tipe pantai berpasir, pasir berbatu, pasir pecahan
karang dan pasir berlumpur. Tipe pantai sebelah utara yaitu pantai berpasir dan
sebagian kecil bertipe pantai pasir berbatu. Tipe pantai sebelah timur yaitu pantai
pasir dan pasir dengan pecahan karang. Tipe pantai sebelah selatan yaitu pantai
berbatu dan pantai pasir dengan pecahan karang. Pada pantai bagian barat memiliki
tipe pantai berupa pasir dan pasir berlumpur. Hal ini dipengaruhi karena di pantai
barat terdapat ekosistem mangrove. Peta geomorfologi Pulau Karajaan dapat dilihat
pada Gambar 27 sebagai berikut:

29
30

Gambar 27. Peta Geomorfologi Pulau Karajaan

4.2.2. Kelerengan
Berdasarkan hasil pengukuran kelerengan di Pulau Karajaan menggunakan
waterpass dan theodolite didapatkan kelerengan pantai dengan interval 2-11%
seperti yang terlihat pada Gambar 28.

30
31

Gambar 28. Peta Kelerengan di Pulau Karajaan

4.2.3. Gelombang
Gelombang merupakan salah satu faktor utama dalam penentuan morfologi
dan komposisi pantai serta penentuan proses perencanaan dan desain pembangunan
pelabuhan, terusan (waterway), struktur pantai, alur pelayaran, proteksi pantai dan
kegiatan pantai lainnya. Di tempat-tempat tertentu terjadi konsentrasi energi
gelombang sehingga akan meningkatkan intensitas erosi atau abrasi pada tempat-
tempat tersebut.

31
32

Gambar 29. Gelombang Barat


Berdasarkan peta diatas maka diketahui bahwa tinggi gelombang maksimal
berkisar 0,81 - 1,02 meter ditandai dengan panah berwarna biru yang dominan
pergerakan gelombang di bagian selatan pulau Karajaan. Tinggi gelombang
minimum terjadi di bagian barat laut, timur dan utara pesisir Pulau Karajaan dengan
tinggi gelombang berkisar 0,01 - 0, 36 meter.

32
33

Barat daya

Berdasarkan peta diatas maka diketahui bahwa tinggi gelombang maksimal


berkisar 1,21 -1,46 meter ditandai dengan panah berwarna biru muda yang dominan
pergerakan gelombang dari arah barat daya dan selatan menuju ke arah timur.
Tinggi gelombang minimum terjadi di bagian barat laut dan sekitar pesisir pulau
Karajaan ditandai dengan panah berwarna merah dengan kisaran tinggi gelombang
0,01 – 0,52 meter.

33
34

Selatan

Berdasarkan peta diatas maka diketahui bahwa tinggi gelombang maksimal


berkisar 1,21 -1,46 meter ditandai dengan panah berwarna biru muda yang dominan
pergerakan gelombang dari selatan dan barat daya Pulau Karajaan. Tinggi
gelombang minimum terjadi di bagian seluruh bagian kecuali bagian selatan pesisir
Pulau Karajaan ditandai dengan panah berwarna merah dengan kisaran tinggi
gelombang 0,01 – 0,52 meter.

34
35

Tenggara

Berdasarkan peta diatas maka diketahui bahwa tinggi gelombang maksimal


berkisar 1,21 -1,46 meter ditandai dengan panah berwarna biru yang dominan
pergerakan gelombang dari selatan – barat laut – tenggara pulau Karajaan. Tinggi
gelombang minimum terjadi di bagian barat laut – tenggara pesisir pulau Karajaan
ditandai dengan panah berwarna merah dengan kisaran tinggi gelombang 0,01 –
0,52 meter.

35
36

Timur

Berdasarkan peta diatas maka diketahui bahwa tinggi gelombang maksimal


berkisar 1,4-1,02 meter ditandai dengan panah berwarna biru yang dominan
pergerakan gelombang dari selatan – tenggara pulau Karajaan. Tinggi gelombang
minimum terjadi di bagian barat laut – tenggara pesisir pulau Karajaan ditandai
dengan panah berwarna merah dengan kisaran tinggi gelombang 0,01 – 0,26 meter.

4.2.4. Abrasi dan Sedimentasi


Pantai di Pulau Karajaan mengalami dinamika yang disebabkan oleh proses
marin. Faktor yang paling mempengaruhi di pulau ini adalah gelombang dan juga
pengaruh dari geomorfologi pantainya. Pada Gambar 30. dapat terlihat bahwa Pulau
Karajaan mengalami perubahan garis pantai. Bagian selatan pulau yang ditandai
dengan dengan warna hijau. Hal ini dikarenakan tipe pantai dibagian selatan Pulau
ini merupakan pantai berbatu sehingga tidak mudah terjadi perubahan garis pantai.
Pada bagian timur laut Pulau Karajaan terjadi sedimentasi ringan. Hal ini
dikarenakan tipe pantai dibagian selatan Pulau ini merupakan pantai berpasir

36
37

sehingga mudah terjadi perubahan garis pantai. Sebagian besar dari pulau ini
mengalami abrasi dikarenakan tipe pantainya merupakan pantai berpasir.

Gambar 30. Perubahan Garis Pantai (2006-2016)


Besaran Luas Yg Terabrasi (18,5 Ha) Sedimentasi (1,5 Ha). Hal yang sudah
dilakukan untuk mengatasi perubahan garis pantai di Pulau Karajaan adalah
membuat seawall. Perubahan garis pantai ini dapat disebabkan oleh banyak faktor.

37
38

4.2.3. Arus

Gambar 31. Peta Sebaran Kecepatan dan Arah Arus Saat Surut

38
39

Gambar 31. Peta Sebaran Kecepatan dan Arah Arus Saat Surut

39
40

Gambar 32. Peta Sebaran Kecepatan dan Arah Arus Saat Pasang

40
41

Gambar 32. Peta Sebaran Kecepatan dan Arah Arus Saat Pasang

Berdasarkan peta sebaran kecepatan dan arah arus (Gambar 32) diketahui
bahwa hasil pengukuran arah arus di perairan Pulau Karajaan arah arus menuju arah
tenggara. Semakin dekat dengan daratan semakin kecil kecepatan arus, sedangkan
semakin jauh dari daratan semakin besar kecepatan arus. Hal ini akan
mempengaruhi kondisi pantai di daerah tersebut.

41
42

4.3. Parameter Bio-Ekologi


4.3.1. Sebaran Mangrove

Gambar 33. Peta Sebaran Mangrove


Sebaran mangrove dapat dilihat pada gambar diatas, dimana lokasi
mangrove sendiri hanya berada di wilayah Barat Daya Pulau Karajaan. Spesies
mangrove yang dapat ditemukan di wilayah ini adalah jenis Sonneratia casiolaris
dan Rhizopora apiculata. Luasan mangrove di pulau ini sebesar 1,56 Ha. Pada
wilayah ini sangat sedikit ditumbuhi spesies mangrove, hal ini dapat dipengaruhi
oleh kondisi substrat di pesesir tersebut yang tidak cocok untuk pertumbuhan
mangrove.
Tipe Luasan (Ha)
Mangrove 1.56
Non Mangrove 167.49

42
43

4.3.2. Terumbu Karang

Gambar 34. Peta Sebaran Terumbu Karang


Pengamatan yang dilakukan di pulau Karajaan didapatkan peta sebaran
terumbu karang dengan tutupan karang hidup sebesar 46,01 ha, karang campuran
sebesar 74,51 ha, pasir sebesar 33,11 ha sedangkan pasir campuran sebesar 45,96
ha. Di lokasi tersebut terdapat beberapa jenis terumbu karang yang ditemukan
diantaranya.
Tipe Tutupan Luasan (Ha)
Karang Hidup 46.01
Karang
74.51
Campuran
Pasir Campuran 45.96
Pasir 33.11

43
44

4.3.3. Biota Terancam Punah

Gambar 35. Peta Sebaran Biota Terancam Punah


Berdasarkan peta sebaran diatas diketahui bahwa di Pulau Karajaan terdapat
biota terancam punah diantaranya penyu dan hiu. Titik penemuan Penyu berjumlah
6 titik yang meliputi perairan bagian utara Pulau Karajaan, di sekitar Pulau Tepian
Martaja dan di bagian utara dari Pulau Kerasian. Lokasi penemuan Lumba-lumba
berjumlah 5 titik yang meliputi perairan bagian utara dan selatan Pulau Karajaan,
bagian tenggara dari Pulau Kerumputan dan perairan bagian utara dan selatan dari
Pulau Kerasian. Sedangkan ikan hiu ditemukan di 4 titik yaitu di bagian selatan,
barat dan utara dari Pulau Karajaan dan perairan bagian selatan dari Pulau
Kerumputan.

4.4. Tutupan Lahan

44
45

Gambar 36. Peta Tutupan Lahan


Berdasarkan Gambar diatas, didapatkan luasan tutupan lahan di Pulau
Karajaan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Jenis Tutupan Luas (ha) Persentase
Berbatu 0.3148 0.31
Belukar 20.2732 19.65
Dermaga 0.1868 0.18
Hutan 4.2066 4.08
Kebun 17.2424 16.72
Kebun Kelapa 35.0375 33.97
Lapangan 0.8285 0.80
Makam 0.4491 0.44
Mangrove 1.5653 1.52
Pasir 3.3211 3.22
Pemukiman 19.7273 19.12
Total 103.1525 100
Tutupan lahan di Pulau Karajaan terdiri dari permukiman, kebun kelapa,
makam, lapangan, daerah berbatu, pantai berpasir, kebun, dermaga, daerah belukar
dan hutan. Lahan yang mendominasi daerah ini adalah kebun kelapa dengan
persentase sebesar 33,97%.

45
46

4.4. Kesesuaian Lahan


4.4.1. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan

Gambar 37. Peta Kawasan Konservasi Perairan


Berdasarkan Gambar 37 didapatkan peta zonasi kawasan konservasi di
Pulau Karajaan yang dimana zona pemanfaatan yang ditandai dengan warna kuning
kehijauan. Zona ini merupakan suatu zona dikatakan sebagai zona pemanfaatan jika
kondisi nya terjaga dengan baik untuk dimanfaatkan dalam berbagai tujuan. Zona
perikanan berkelanjutan yang ditandai dengan warna oren yang ditentukan berdasar
pada kondisi ekosistem biota yang masih terjaga baik dan kelimpahan ekosistem
biota yang masih melimpah. Dalam hal ini dimanfaatkan dala bidang perikanan.
Zona lainnya yang ditandai dengan warna merah, zona ini merupakan zona yang
kondisi ekosistem yang tidak sesuai atau bahkan rusak baik karena ulah manusia
ataupun alami. Maka dengan itu umumnya zona ini disebut dengan zona
rehabilitasi. Luasan zona kawasan konservasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Kelas Luasan (Ha)
Zona inti 47.93
Zona pemanfaatan 149.09
Zona perikanan berkelanjutan 72.37
Zona lainnya 470.61
Jumlah 740.00

46
47

4.4.2. Wisata Bahari

Gambar 38. Peta Kawasan Wisata Bahari


Kesesuaian kawasan wisata bahari dapat dilihat pada Gambar 38 dengan
warna yang beragam. Warna merah menandakan daerah tersebut tidak sesuai
apabila dibangun kawasan wisata bahari sedangkan warna kuning dan jingga
menandakan bahwa daerah tersebut memiliki kesesuaian untuk dibangun sebagai
kawasan wisata bahari. Warna kuning menandakan sesuai dan untuk warna jingga
menandakan sesuai bersyarat artinya daerah tersebut cocok untuk kawsan wisata
bahari namun tetap memiliki syarat tertentu untuk bisa dipenuhi. Luasan yang
dapat digunakan untuk pengembangan wisata bahari dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Kelas Presentase (%)
Tidak Sesuai 13,87
Sesuai Bersyarat 10,81
Sesuai 75,31
Sangat Sesuai 0
Jumlah 100
Berdasarkan tersebut diketahui bahwa luasan wilayah untuk kesesuaian
wisata bahari di Pulau Karajaan terbagi kedalam 3 kelas dimana 13,88% berada ke
dalam kelas tidak sesuai dan 10,81% tergolong dalam kelas sesuai bersyarat serta
75,31% tergolong kedalam kelas sesuai dan untuk kelas sangat sesuai tidak terdapat
di perairan Pulau Karajaan.

47
48

4.4.3. Wisata Pantai

Gambar 39. Peta Kawasan Wisata Pantai


Gambar 39 merupakan kawasan wisata pantai yang dapat dikembangkan di
Pulau Karajaan.Warna hijau merupakan daerah yang sangat sesuai apabila
dikembangkan wisata pantai sedangkan daerah yang berwarna kuning merupakan
daerah yang sesuai artinya seluruh wilayah pesisir pantai Pulau Karajaan dapat
dikembangkan untuk wisata pantai.
Kelas Presentase (%)
Tidak Sesuai 52
Sesuai 18
Sangat Sesuai 30
Jumlah 100

48
49

4.4.4. Mitigasi Bencana

Gambar 40. Peta Kawasan Rawan Bencana


Gambar 40 menunjukkan kawasan rawan bencana di Pulau Karajaan.
Daerah yang berwarna merah merupakan kawasan yang paling rawan atau memiliki
tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana sedangkan daerah yang berwarna
kuning adalah daerah yang memiliki tingkat kerentanan pantai yang rendah. Dari
peta tersebut dapat diketahui daerah yang rawan bencana sehingga masyarakat
dapat dengan sigap untuk mengantisipasi adanya bencana pesisir.
Kelas Panjang Garis Pantai (m) Persentase (%)
3 3.404,6864 49,239
4 3.120,2457 45,125
5 389,7499 5,637
Jumlah 6.914,6820 100

49
50

4.4.5. Pelabuhan Perikanan

Gambar 41. Kawasan Pelabuhan Perikanan


Gambar 41 menunjukkan kawasan pelabuhan perikanan yang dapat
dibangun di wilayah Pulau Karajaan. Kawasan yang berwarna jingga merupakan
daerah yang sangat sesuai untuk dibangun pelabuhan perikanan sedangkan yang
berwarna kuning adalah daerah yang sesuai dibangun pelabuhan perikanan namun
memiliki syarat tertentu artinya daerah ini sesuai bersyarat. Warna merah sendiri
menunjukkan kawasan tersebut tidak sesuai apabila dibangun pelabuhan perikanan
karena kondisi hidrooseanografinya yang tidak mendukung.

50
51

4.4.6. Budidaya Laut

Gambar 42. Peta Kawasan Budidaya Laut


Kesesuaian kawasan budidaya di bagi menjadi 3 kelas yakni sangat sesuai,
cukup sesuai dan tidak sesuai. Area yang dapat digunakan untuk kawasan budidaya
dapat dilihat pada gambar diatas. Warna kuning pada gambar tersebut merupakan
area yang cukup sesuai untuk dibangun kawasan budidaya sedangkan yang
berwarna merah tidak sesuai apabila di bangun kawasan budidaya.
Kelas Presentase (%)
S1 0
S2 52
N 48
Jumlah 100
Gambar diatas merupakan peta hasil overlay atau tumpang susun dari 9
parameter yang telah dianalisis sebelumnya yakni salinitas, DO, kecepatan arus,
ketinggian gelombang, suhu, pH, substrat dasar, kecerahan dan kedalaman. Setelah
dilakukan overlay didapatkan daerah yang cukup sesuai untuk dijadikan sebagai
lahan budidaya ialah di wilayah Barat dan bagian Utara Pulau Karajaan. Sedangkan
di daerah Selatan dan beberapa daerah di wilayah Timur berada pada kondisi tidak
sesuai jika dilakukan kegiatan budidaya. Luasan area yang dapat dilakukan
budidaya sekitar 52% dari keseluruhan perairan sedangkan yang tidak dapat
dilakukan budidaya rumput laut adalah sebesar 48%. Pada Pulau Karajaan tidak
terdapat lahan yang sangat sesuai.

51
52

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian sebelumnya adalah
dapat menganalisis sekaligus menginterpretasi data dari citra satelit dengan
menggunakan aplikasi tertentu, mampu membuat data base berdasarkan GCP dan
data yang ada dilapangan. Data base tersebut selanjutnya digunakan untuk membuat
peta tematik dan peta kesesuaian lahan di wilaya Pulau Karajaan yang sesuai
dengan kaidah kartografi. Selain itu, data base juga dapat digunakan untuk
kepentingan lainnya yang bertujuan untuk memberikan informasi geografis
mengenai potensi yang ada di Pulau Karajaan.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya ialah pengambilan
sampel dilapangan lebih banyak dan waktu penelitian lebih lama sehingga akan
banya data lapangan yang terkumpul dan membuat penelitian lebih akurat.

52
53

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Eko, 2002, Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arcview Gis,


Andi : Yogyakarta.

Hasbi, R. (2007). Analisis polutan logam tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam
sedimen laut pelabuhan Pantoloan berdasarkan kedalamannya (skripsi).
UNTAD Press, Palu.

Liu, J.G., Mason, P.J., 2009. Essential image processing and GIS for remote
sensing, John Willey & Sons, Hoboken, USA.

Nugraha, A. L., Firdaus, H. S., & Sukmono, A. (2018). Analisis Kesesuaian Lahan
Tambak Terhadap Produktivitas Budidaya Udang Menggunakan Sig (Studi
Kasus: Kabupaten Kendal) (Doctoral Dissertation, Universitas
Diponegoro).

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar


Informasi Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung.

Sugara, G. (2012, Januari 1). Pencemaran laut.

Susiati, H., Arman, A., & Yarianto. (2009). Kandungan logam berat (Co,Cr, Cs,
As, Sc, dan Fe) dalam sedimen di kawasan pesisir I semenanjung Muria.
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 11(1).

Sejati, A. W. (2007). Model Penentuan Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Wilayah


Pesisir Dengan Sistem Informasi Geografis (Sig)(Studi Kasus: Wilayah
Pesisir Kota Semarang) (Doctoral Dissertation, Universitas Diponegoro).

53
54

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Kualitas Air Insitu di Perairan


Kedalaman (m)
Suhu Kecerahan
x y Map pH
(°C) (m)
Batu Duga Sounder
116.199
8 -4.08975 29 1 1.1 8.73 1
116.195
8 -4.08975 28 1 1 8.14 1
116.192
9 -4.08961 28 0.8 0.8 8.2 0.8
116.192
9 -4.08664 28 1.1 1.2 8.2 1.1
116.196
5 -4.08706 28 - 11.1 8.8 3.5
116.199
7 -4.08786 27 0.7 0.8 8 0.7
116.2 -4.08711 27 0.6 0.8 8.2 0.6
116.197
5 -4.08478 28 4 4.4 8.77 4
116.194
7 -4.08247 28 - 10.8 8.17 4
116.196
9 -4.08069 28 - 17 8.2 4
116.198
4 -4.08314 28 4 4.2 8.06 4
116.2 -4.08586 27 1 1 8.2 1
116.199
8 -4.08539 28 6 6 8.5 4
116.200
1 -4.08275 28 - 11.3 8.29 5
116.200
4 -4.079 28 - 14.7 7.86 5
116.202
9 -4.07836 28 - 14.6 8.23 5
116.203
1 -4.08217 28 8 8 8.7 5
116.205
4 -4.08261 28 - 12.3 8.04 5
116.205
5 -4.07775 28 - 14.1 8.5 5
116.208
3 -4.07739 28 - 14 7.83 5
116.208
3 -4.08083 28 - 5.9 7.87 5
116.208
3 -4.08456 28 0.7 - 8.4 0.7

54
55

Kedalaman (m)
Suhu Kecerahan
x y Map pH
(°C) (m)
Batu Duga Sounder
116.211
1 -4.08125 28 2 2 8.22 2
116.211
4 -4.07853 28 - 11 8 6
116.214
3 -4.07917 28 - 13 8 5
116.213
4 -4.08239 28 0.5 0.6 8.9 0.5
116.217
2 -4.08175 28 - 13.2 7.11 5
116.218
5 -4.08408 28 - 12.5 8.02 5
116.22 -4.08875 28 - 12.4 7.89 5
116.220
1 -4.09147 28 - 10.9 8.2 5
116.199
3 -4.09155 28.1 1.2 1.1 8.37 1.2
116.193
2 -4.09341 29.8 1.2 1.3 9.14 1.2
116.193
5 -4.09588 29.1 1.3 1.3 9.19 1.3
116.200
1 -4.09308 29.1 1 0.8 9.3 1
116.200
8 -4.09445 29.1 1 0.8 9.24 1
116.201
5 -4.0958 29.1 1 0.9 9.24 1
116.198 -4.09831 29.1 10.2 10.1 8.65 3
116.195
7 -4.10039 29 9.9 9.7 9.15 3
116.198
1 -4.10062 29 11.6 11.2 9.06 3
116.197
3 -4.10232 29.1 10.5 10.4 9.98 3.3
116.199 -4.1005 29.2 2.2 2.1 9.21 2.2
116.200
5 -4.09935 29 5.7 5.5 9.09 4
116.202
6 -4.10148 29 18 17.9 8.77 3.8
116.201 -4.10671 29.1 18.7 18.6 8.99 4.3
116.203 -4.10784 29 10.6 10.5 9.04 4.7
116.204
4 -4.10275 29 3.7 3.6 8.76 3.5

55
56

Kedalaman (m)
Suhu Kecerahan
x y Map pH
(°C) (m)
Batu Duga Sounder
116.206
7 -4.1025 29 16.1 16 9.12 4
116.21 -4.10803 29.1 17.2 17.1 9.13 4
116.212
4 -4.10708 29 2 2 9.01 2
116.208
8 -4.10266 29 10.1 10 8.85 4
116.213
2 -4.10241 29 10.3 10.2 8.94 4
116.214
9 -4.10116 29.1 15.5 15.4 9.04 4
116.216 -4.10413 29.2 15.3 15.2 9.02 4
116.217
8 -4.10257 29.1 11.3 11.2 9.02 4
116.216
2 -4.1009 29.1 11.2 11.1 8.09 4
116.217
8 -4.09854 29.2 16.7 16.6 8.96 4.7

Arus
DO Salinitas
x y Waktu Arah Kecepatan
(mg/l) (ppm)
(s) (°) (m/s)
116.199
8 -4.08975 7.2 34 28 152 0.179
116.195
8 -4.08975 7.1 34 41 112 0.122
116.192
9 -4.08961 6.4 31 69 109 0.072
116.192
9 -4.08664 6.9 31 101 112 0.050
116.196
5 -4.08706 7 34 90 243 0.056
116.199
7 -4.08786 7.4 33 20 210 0.250
116.2 -4.08711 6.8 34 90 59 0.056
116.197
5 -4.08478 7.6 31 36 52 0.139
116.194
7 -4.08247 7.2 34 20 113 0.250
116.196
9 -4.08069 7.1 31 26 219 0.192
116.198
4 -4.08314 6.9 34 78 322 0.064
116.2 -4.08586 7 32 80 12 0.063

56
57

Arus
DO Salinitas
x y Waktu Arah Kecepatan
(mg/l) (ppm)
(s) (°) (m/s)
116.199
8 -4.08539 7.2 32 90 340 0.056
116.200
1 -4.08275 7.3 33 10 260 0.500
116.200
4 -4.079 7 31 23 180 0.217
116.202
9 -4.07836 7.2 34 85 260 0.059
116.203
1 -4.08217 7.4 34 70 292 0.071
116.205
4 -4.08261 7.2 34 60 278 0.083
116.205
5 -4.07775 7 31 41 140 0.122
116.208
3 -4.07739 7 33 82.53 139 0.061
116.208
3 -4.08083 7 33 51 139 0.098
116.208
3 -4.08456 7.5 34 90 131 0.056
116.211
1 -4.08125 7.3 31 15 122 0.333
116.211
4 -4.07853 6.5 33 45 151 0.111
116.214
3 -4.07917 7 30 10 160 0.500
116.213
4 -4.08239 7.8 34 54 189 0.093
116.217
2 -4.08175 7.3 34 37 161 0.135
116.218
5 -4.08408 7.8 30 30 191 0.167
116.22 -4.08875 7.9 31 39 129 0.128
116.220
1 -4.09147 8.6 30 35 158 0.143
116.199
3 -4.09155 6.5 30 97 119 0.052
116.193
2 -4.09341 8 31 25 104 0.200
116.193
5 -4.09588 8.3 30 13.76 354 0.363
116.200
1 -4.09308 7.4 30 15.13 310 0.330

57
58

Arus
DO Salinitas
x y Waktu Arah Kecepatan
(mg/l) (ppm)
(s) (°) (m/s)
116.200
8 -4.09445 6.2 31 9.65 330 0.518
116.201
5 -4.0958 7.1 31 17.7 323 0.282
116.198 -4.09831 7 32 49.19 134 0.102
116.195
7 -4.10039 6.3 32 36.48 202 0.137
116.198
1 -4.10062 6.8 31 130 130 0.038
116.197
3 -4.10232 6.2 31 70 218 0.071
116.199 -4.1005 6.1 31 46.27 326 0.108
116.200
5 -4.09935 6.6 31 64 314 0.078
116.202
6 -4.10148 7.8 31 105 98 0.048
116.201 -4.10671 6.3 31 110 148 0.045
116.203 -4.10784 7.3 31 76 280 0.066
116.204
4 -4.10275 7.7 31 72 70 0.069
116.206
7 -4.1025 8.2 32 30 216 0.167
116.21 -4.10803 8.3 30 33 216 0.152
116.212
4 -4.10708 7 32 21 160 0.238
116.208
8 -4.10266 7.5 32 40 232 0.125
116.213
2 -4.10241 6.9 31 21.34 44 0.234
116.214
9 -4.10116 7.9 33 26.43 316 0.189
116.216 -4.10413 7.7 32 26.14 224 0.191
116.217
8 -4.10257 6.9 31 23.12 124 0.216
116.216
2 -4.1009 7.7 31 20 180 0.250
116.217
8 -4.09854 8.2 32 18 288 0.278

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air Insitu di Pantai Bagian Utara


Salinitas DO Suhu
x y pH
(ppm) (mg/l) (°C)
116.1993 -4.08898 31 8.85 7.9 30.6

58
59

Salinitas DO Suhu
x y pH
(ppm) (mg/l) (°C)
30 8.96 5.2 30.2
30 9.01 7.9 30.5
116.1993 -4.089
31 9.04 8 30.4
31 9.03 7 30.3
116.1995 -4.08854
30 9.06 8 30.2
30 9.06 8 30.2
116.1995 -4.08551
31 9.05 6.7 30.2
31 9.06 8 30.2
116.1997 -4.0883
30 9.06 8.1 29.8
30 8.97 8.1 29.9
116.2014 -4.0865
32 9.09 8.2 29.8
30 9.11 8.3 29.7
116.2026 -4.0905
30 9.13 8.3 29.6
30 9.09 8.3 29.3
116.2026 -4.0951
31 9.16 8.3 29.4
30 9.16 8.3 29.6
116.2022 -4.08622
31 9.17 8.3 29.5

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air Insitu di Pantai Bagian Timur


Suhu
X Y DO (mg/l) Salinitas (ppm) pH (°C)
116.2082 -4.08531 8.6 33 8.85 26
116.2083 -4.08519 8.3 33 8.95 27
116.2086 -4.08531 8.4 32 8.8 26
116.2088 -4.08517 8.3 32 9.01 26
116.2096 -4.08553 8.3 32 9 26
116.2097 -4.08517 8.3 31 8.91 26
116.2103 -4.08594 8.4 32 8.85 26
116.2106 -4.08564 8.4 31 8.5 26
116.2108 -4.08633 8.5 32 8.97 26
116.2111 -4.08606 8.4 32 9 26
116.2112 -4.08669 8.4 32 9.05 26
116.2116 -4.08619 7.9 33 9.16 26
116.2115 -4.08706 7.7 33 9.19 26
116.212 -4.08689 7.8 33 9.21 26
116.2115 -4.0875 7.7 33 9.23 26
116.2118 -4.08737 7.7 32 9.22 26
116.2113 -4.08758 7.8 33 9.12 26.5
116.2117 -4.08778 7.6 33 9.18 26
116.2119 -4.08813 7.7 33 9.14 26
116.2121 -4.0881 7.7 33 9.21 26

59
60

Suhu
X Y DO (mg/l) Salinitas (ppm) pH (°C)
116.2118 -4.08847 7.7 31 9.12 26
116.212 -4.08842 7.6 33 9.21 26
116.2119 -4.08882 7.7 33 9.22 26
116.212 -4.08883 7.5 33 9.16 26
116.2119 -4.08957 7.6 33 9.11 26
116.2121 -4.08958 7.6 32 9.19 26

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air Insitu di Pantai Bagian Selatan


x y Suhu (°C) DO (mg/l) Salinitas (ppm) pH
4'05'50,09'
116'12'35'' 28,5 8,5 30 8,33
'
116'12'35,05' 4'05'50,25'
28,8 8,2 29 8,03
' '
116'12'37,18' 4'05'50,37'
29,1 8,0 30,2 8,07
' '
116'12'36,93' 4'05'50,79'
29,2 7,5 29 8,45
' '
116'12'43,77'
4'05'48,95 29,3 8,1 30 8,12
'
116'12'43,98'
4'05'49,77 29,4 8,1 30 8,05
'
116'12'46,25' 4'05'47,89'
29,4 8,1 30 8,22
' '
116'12'46,79' 4'05'48,52'
29,5 8,1 30,2 8,11
' '
116'12'48,10' 4'05'46,54'
29,5 8,0 30 8,01
' '
116'12'48,56' 4'05'46,36'
29,5 7,4 30 8,15
' '

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kualitas Air Insitu di Pantai Bagian Barat


Salinitas DO
x y (ppm) pH (mg/l) Suhu (°C)
116.2039 4.093333 31 8.18 8.2 28.5
116.2039 4.093333 31 8.68 8.2 28.5
116.2036 4.093056 31 8.08 8.3 28.4
116.2033 4.093333 32 8.95 8.2 28.5
116.2033 4.093056 31 9.07 8.3 29.0
116.2033 4.093056 32 9.17 8.4 29.3
116.2031 4.092778 31 9.04 8.2 28.0
116.2031 4.092778 31 8.6 8.3 28.2
116.2025 4.0925 31 8.5 7.0 28.3
116.2025 4.0925 30 9.0 6.6 28.0

60
61

Salinitas DO
x y (ppm) pH (mg/l) Suhu (°C)
116.2025 4.0925 31 9.17 8.0 28.5
116.2025 4.0925 31 8.88 6.7 28.2
116.2019 4.0925 31 8.25 7.5 28.3
116.2019 4.092222 31 9.13 8.4 28.4
116.2017 4.092222 31 9.12 8.3 28.5
116.2019 4.092222 31 9.12 8.4 28.5
116.2014 4.091944 31 8.8 8.2 29.3
116.2014 4.091944 32 9.10 8.6 29.4
116.2011 4.091944 32 8.83 8.4 29.3
116.2011 4.091944 32 8.83 8.4 29.4
116.2008 4.091667 32 8.73 8.3 29.5
116.2008 4.091667 32 8.26 8.0 29.5

Lampiran 6. Hasil Pengukuran Kualitas Air Eksitu


DO DO
BOD5 TSS Nitrat Nitrit Fosfat TDS Amoniak
x y Awal Akhir
(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
(mg/l) (mg/l)
116.206 -4.078 7 6.5 0.5 4 2.5 0.005 0.18 1239 <0.01
116.219 -4.084 7.8 6.1 1.7 6 1.4 0.005 0.51 1150 0.04
116.198 -4.085 7.6 5.4 2.2 5 2 0.011 0.1 1065 <0.01
116.193 -4.090 6.4 5.5 0.9 1 2.2 0.014 0.21 1058 <0.01
116.220 -4.091 8.6 6.7 1.9 5 1.2 0.004 0.08 1217 0.05
116.198 -4.098 7 5.8 1.2 3 2.3 0.01 1.51 1182 0.12
116.207 -4.103 7.7 5.7 2 8 2.2 0.006 0.48 1213 0.03
116.220 -4.099 8.2 5.3 2.9 19 1.7 0.006 0.11 1297 0.07

x y Sulfat (mg/l) COD (mg/l) Fe (mg/l)


116.206 -4.078 46 diencerkan 2x 13.9 0.02
Tidak
116.219 -4.084 63 diencerkan 13.65 0.04
116.198 -4.085 45 diencerkan 3x 13.4 0.01
116.193 -4.090 53 diencerkan 2x 13.14 0.02
116.220 -4.091 58 diencerkan 1x 13.14 0.04
116.198 -4.098 39 diencerkan 3x 13.65 0.02
116.207 -4.103 63 diencerkan 1x 13.65 0.05
116.220 -4.099 54 diencerkan 1x 13.4 0.21

Lampiran 7. Ukuran Butir Sedimen


GPS Awal Ayakan
Jumlah
X Y (g) 2 1 0.5 0.25 0.125 0.063 <0,063
116.1929 -4.08961 100 5.27 13.35 41.98 38.47 0.53 0.02 0.02 99.64
116.1975 -4.08478 100 3.94 7.09 42.37 22.24 21.15 2.4 0.06 99.25

61
62

GPS Awal Ayakan


Jumlah
X Y (g) 2 1 0.5 0.25 0.125 0.063 <0,063
116.2203 -4.09904 33.32 2.85 3.26 19.8 6.37 1.01 0.02 0.01 33.32
116.1993 -4.09155 32.33 3.49 3.03 11.16 6.04 7.23 0.79 0.18 31.92
116.2067 -4.1025 100 34.64 7.86 26.45 21.72 8.67 0.61 0.01 99.96
116.2132 -4.10241 100 7.76 13.9 63.52 12.67 1.63 0.12 0.02 99.62
116.198 -4.09831 100 4.63 18.41 51.79 14.29 7.74 2 0.47 99.33
116.201 -4.10671 100 25.78 11.4 24.59 21.56 14.36 1.88 0.35 99.92

X Y D50 Tekstur
116.1929 -4.08961 547,1 Pasir Berkerikil
116.1975 -4.08478 515,9 Pasir Berkerikil Halus
116.2203 -4.09904 589 Pasir Berkerikil
116.1993 -4.09155 527,8 Pasir Berkerikil
116.2067 -4.1025 643 Kerikil Berpasir
116.2132 -4.10241 607,8 Pasir Berkerikil
116.198 -4.09831 592,9 Pasir Berkerikil Halus
116.201 -4.10671 591,7 Pasir Berkerikil

Lampiran 8. Prediksi Gelombang Permusim


Arah Uz Fetch Hmo Tp
Angin Barat T 3.64 - 10.94 96807 0.49 - 1.61 3.19 - 4.75
(Desember -
BL 7.22 8140 0.30 1.79
Februari)
T 4.60 - 8.37 96807 0.16 - 1.20 1.35 - 4.30
Peralihan 1 (Maret
B 4.50 - 7.68 4999 0.13 - 0.24 1.28 - 1.55
- Mei)
B 4.75 - 6.62 8140 0.18 - 0.26 1.54 - 1.73
T 6.26 96807 0.87 3.88
Angin Timur (Juni
B 6.13 - 9.04 4999 0.21 - 0.37 1.49 - 1.94
- Agustus)
BL 5.48 - 8.84 8140 0.18 - 0.36 1.42 - 1.92
Peralihan 2 T 4.59 - 6.61 96807 0.20 - 0.92 1.58 - 3.95
(September- B 4.94 - 6.60 4999 0.15 - 0.26 1.32 - 1.73
November) BL 4.46 - 8.23 8140 0.17 - 0.99 1.50 - 4.04

Lampiran 9. Foto Kegiatan Analisis Sampel

62
63

63

Anda mungkin juga menyukai