PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan Napoleon merupakan nama ikan yang tidak asing lagi ditelinga kita,
namun keberadaannya memang sulit kita temui di beberapa wilayah laut. Hal ini
dikarenakan ikan ini cenderung hidup pada wilayah terumbu karang yang baik
dengan kata lain habitatnya memiliki perairan yang jernih. Menurut Sadovy et al.
(2007) Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus Rüppell, 1835) merupakan jenis ikan
karang yang hidup di daerah tropis. Ikan ini disebut sebagai humphead wrasse atau
maori wrasse di daerah Sinjai. Atau disebut juga ikan Langkowe (Sulawesi
Selatan). Ikan Napoleon termasuk dalam famili Labridae, berumur panjang dan
dapat mencapai usia 25 tahun bagi yang berkelamin jantan dan 32 tahun bagi yang
berkelamin betina. Panjang ikan ini dapat mencapai 2 m dan bobot tubuh 190 kg.
Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki berbagai macam nama seperti ikan
Maming di Maluku, ikan bele-bele di Pulau Derawan, ikan Mengait di pulau
Anambas dan masih banyak lagi. Ikan Napoleon merupakan ikan komoditas
bernilai tinggi karena salah satu negara asing yakni Hongkong mempercayai bahwa
dengan memakan ikan Napoleon dapat membuat wajah lebih awet muda.
Permintaan pasar luar negeri turut menjadi sasaran untuk penjualan ikan Napoleon
secara besar. Permintaan inilah yang akhirnya membuat penangkapan di alam
terkait ikan tersebut menjadi tak terhingga (over fishing) yang akhirnya membuat
keberadaan ikan Napoleon dialam menjadi berkurang. Budidaya ikan Napoleon
perlu dilakukan untuk mengatasi permintaan pasar yang tinggi dan untuk menjaga
kelestarian ikan Napoleon di alam. Maka dari itu, diperlukan kajian lebih lanjut
mengenai karakteristik dan teknik budidaya ikan Napoleon yang dapat dilakukan.
C. Habitat
Ikan Napoleon memiliki dua habitat yang berbeda sesuai dengan fase usia
ikan ini. Perbedaan tersebut lebih kepada masalah dangkal atau dalamnya perairan
tempat tinggal atau habitat ikan tersebut. Sepanjang hidup ikan Napoleon mulai dari
penetasan, juvenil hingga dewasa, selalu berasosiasi dengan terumbu karang atau
di habitat- habitat yang berdekatan terumbu karang, seperti padang lamun (seagrass
beds) dan mangrove. Ikan Napoleon yang berusia muda (juvenile) hidup pada
kedalaman ± 2-3 meter. Benih-benih ikan tersebut hidup di paparan terumbu yang
dipenuhi oleh karang keras (hardcoral) dari genus Acropora dan Porites dan karang
lunak (soft coral) dari jenis Sacrophyton spserta tumbuhan laut lainnya seperti
algae(macroalgae) dan lamun (seagrass) dari jenis Enhalus acoroides. Benih-
benih ikan tersebut berasosiasi dengan karang bercabang (branching coral) dari
marga Acropora yang dijadikan habitat pada bagian bawah atau pangkal cabang
yang di tumbuhi macroalgae. Makroalga yang disukai oleh benih ikan Napoleon
adalah dari genus Turbinaria. Juvenil yang berukuran 3- 20 cm atau lebih dijumpai
di daerah terumbu di dalam goa (mendiami daerah goa) dengan karang yang
subur (inner reef), terutama dari karang bertanduk dan Acropora spp, perairan yang
keruh di terumbu karang, perairan dangkal berpasir dekat goa dan daerah mangrove
yang berdekatan dengan terumbu karang.
Berbeda dengan anakan, induk atau ikan Napoleon dewasa umumnya hidup
pada tempat-tempat yang dalam, mereka menyukai hidup di tepi lereng terumbu
yang curam (outer reef slopes) pada kedalaman 1-60 m atau di tebing-tebing karang
(reefs drop-offs), dengan kedalaman sampai lebih dari 100 meter. Ikan Napoleon
juga menyukai hidup di perairan yang berarus kuat dan sedikit bergelombang
dengan habitat yang memiliki batu vulkanik yang ditumbuhi biota karang. Susunan
batu-batu vulkanik tersebut membentuk rongga- rongga yang menyerupai goa-goa
kecil di bawah laut. Goa-goa batu tersebut merupakan tempat ikan Napoleon
dewasa bersembunyi jika dalam keadaan terancam.
D. Persebaran
Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan Napoleon dapat hidup di perairan
Indo-Pasifik dengan kondisi karang yang cukup baik, dengan tutupan karang hidup
berkisar antara 50 sampai 70 % dan kecerahan (visibilitas) ±15 hingga 20 meter.
Ikan Napoleon biasa hidup pada lereng-lereng terumbu, dimana rataan dibawahnya
banyak dijumpai gorgonian dari kelompok akar bahar (Rumpella sp.) dan cambuk
laut (Juncella sp.) (KKJI, 2012). Secara garis besar, kepadatan ikan Napoleon
sangat berkaitan erat dengan persentase tutupan karang, sementara ukuran ikan
berbanding terbalik dengan tutupan karang (ikan yang berukuran kecil berlimpah
di wilyah terumbu karang dengan persentase tutupan karang yang tinggi (Sadovy et
al 2003). Ikan ini dijumpai hidup soliter, berpasangan jantan-betina atau dalam
kelompok kecil antara 2-7 ekor (Donaldson, 1995 dan Donaldson & Sadovy, 2001).
F. Status Biota
Tingkat eksploitasi ikan Napoleon sangat tinggi di berbagai wilayah.
Akibat penangkapan yang berlebihan, dikhawatirkan populasi ikan tersebut akan
semakin rendah dan rentan mengalami kepunahan (Sadovy et al. 2007). Dalam
rangka penyelamatan jenis ikan tersebut dari ancaman kepunahan diperlukan upaya
konservasi. Pada CoP 13 CITES di Bangkok, Thailand pada tanggal 2–14 Oktober
2004 negara-negara anggota CITES telah menyepakati untuk memasukan jenis ikan
ini ke dalam Appendiks II CITES yaitu boleh diperdagangkan secara terbatas dan
selanjutnya dalam pemanfaatannya harus sesuai dengan ketentuan CITES.
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi CITES sesuai
Keputusan Presiden Nomor : 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on
International Trade In Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora.
Salah satu daerah yang masih melakukan usaha penangkapan ikan Napoleon adalah
Kabupaten Sinjai dan Bone (Sulawesi Selatan). Ukuran ikan yang ditangkap sesuai
dengan ketentuan ekspor yaitu 1 –3 kg dan sesuai dengan kuota yang tersedia di
daerah tersebut.
BAB 3. TEKNIK PEMBENIHAN DAN PENANGKARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa uraian tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Ikan Napoleon memiliki morfologi yang unik dimana bentuk tubuh dan warna
tubuh ikan selalu berubah mengikuti petumbuhan dan perkembangan ikan itu
sendiri. Anatomi ikan ini tidak berbeda dengan ikan pada umumnya. Sepanjang
hidup ikan Napoleon mulai dari penetasan, juvenil hingga dewasa, selalu
berasosiasi dengan terumbu karang dan daerah sekitar terumbu karang. Ikan
Napoleon merupakan ikan yang tergolong terancam keberadaannya dan
termasuk kedalam Apendiks II CITES.
2. Buididaya ikan Napoleon masih budidaya berbasis-tangkapan yakni dimana
bibit diambil di alam dan selanjutnya di besarkan di penangkaran dengan
menggunakan keramba jaring apung. Teknik pembesaran sendiri tidak terlalu
sulit yakni dengan memberikan pakan ikan seperti biasa dan menjaga kualitas
air agar tetap stabil untuk ikan ini hidup.
B. Saran
Sebaiknya kedepannya makalah ikan Napoleon juga membahas tentang
pemijahan yang dilakukan dalam skala laboratorium dan dapat memperbanyak
referensi agar dapat diketahui budidaya mengenai ikan Napoleon.
DAFTAR PUSTAKA
Donaldson, T.J. & Y. Sadovy. 2001. Threatened Fishes of The World : Cheilinus
undulates Ruppell 1835 (Labridae). Env. Biol. Fish. 62 – 428.
Sadovy, Y., AE. Punt, W. Cheung, M. Vasconcellos, S. Suharti. & BD. Mapstone.
2007. Stock assessment approach for the Napoleon fish, Cheilinus
undulatus, in Indonesia. A tool for quota-setting for data-poor fisheries
under CITES Appendix II non-detriment finding requirements. FAO
Fisheries Circular No. 1023. Rome, FAO. 71 pp.
Kelompok 1
Nama Anggota Kelompok :
1. Linda Apriliani
2. Jefry Jaya Maleh