Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH GEOLOGI LAUT

MINERAL DAN BATUAN

Dosen Pengampu :
Baharuddin S.Kel, M.Si.
Ira Puspita Dewi S.Kel, M.Si.
Nurlina S.Si, M.Sc

Oleh :
Ersa Siswoyo G1F115202
Muhammad Firzatullah G1F115202
Linda Aprilliani 1610716120003
Helma Yanti Kira 1610716120001
Herta Berland Sanjaya 1610716210006
Sarman 1610716310006

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
MINERAL DAN BATUAN

I. Mineral
1.1. Pengertian Mineral
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada
mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah
yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak.
Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentudalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan
padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur.
Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya
bahan padat tersebut dinamakan kristalografi. Pengetahuan tentang “mineral”
merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi
ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfir,
yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil “lithos” dari
bahasa latin yang berarti batu, dan “sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang kitaketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan
benda padat dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan
yang hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu “Karbon”. Garam dapur yang
disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua unsur “Natrium” dan “Chlorit”
dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang
tetapdengan perbandingan tertentu.
Mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi :
1. Mineral utama
Mineral utama sebagai penyusun utama batuan antara lain: kuarsa (SiO2),
felspar (ortoklas KalSiO2 dan plagioklas (Na,Ca) AlSi3O8), mika (muskovit
KAl2(OH)2(AlSi3O10) dan biotit K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), amfibol
(Ca2(MgFeAl)3(OH)2(SiAl14O11)2, piroksen (Ca (MgFe)(SiO3)2((AlFe)2O3),
olivin (FeMg)2SiO4), kalsit (CaCO3), grafit (C).
2. Mineral tambahan
Mineral tambahan merupakan mineral yang berfungsi sebagai tambahan,
berasal dari hasil pelapukan atau metamorfose, antara lain klorit
(Mg5(AlFe)(OH)8(AlSi4O10) yang berasal dari metamorfose mineral biotit,
amfibol dan piroksen.
3. Mineral penyerta
Mineral penyerta berfungsi sebagai penyerta di dalam batuan, terdapat
dalam jumlah sangat sedikit di dalam batuan, antara lain magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3).
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yaitu
1. Melakukan analisa secara kimiawi,
2. Mengenalisis sifat-sifat fisiknya, yaitu :
a. Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa
mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang
khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan,
maka bentu kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral akan
mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan
perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan
kristalnya didalam. Bentuk bentuk kristal antara lain adalah: Triklin,
Monoklin, Tetragonal, Orthorombik, Hexagonal, Kubik, Trigonal dll.
Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang
terdiri dari mineral dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi,
kita contohkan suatu cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium
dan Chlorit. Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi, maka ion-ion
tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu dengan lainnya. Namun
begitu suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan bergeraknya akan
berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat dan
berkelompok untuk membentuk persenyawaan “Natrium Chlorida”.
Dengan semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin,
kelompok tersebut semakin tumbuh membesar dan membentuk mineral
“Halit” yang padat. Mineral “kuarsa”, dapat kita jumpai hampir
disemua batuan, namun umumnya pertumbuhannya terbatas. Meskipun
demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut masih tetap dapat
memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur
kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam.
Tidak perduli apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena
pertumbuhannya yang sempurna, bagian dari prisma segi enam dan
besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali.
Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan
atau “oktahedron” dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih,
meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut
keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal
tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda.
b. Berat Jenis (Specific Gravity):
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnyaditentukan
oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-
unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya “mineral-mineral
pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat
jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas
murniumpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
c. Bidang belah (fracture):
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu
bidangyang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh
susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang
tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.
d. Warna (color):
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk
dapat membedakanantara mineral yang satu dengan lainnya. Namun
paling tidak ada warna-warna yang khas yangdapat digunakan untuk
mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna
gelapdipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi
lain mineral dengan warna terang,diindikasikan banyak mengandung
aluminium.
e. Kekarasan (hardness):
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah
denganmengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi
dari suatu mineral terhadapkemudahan mengalami abrasi (abrasive)
atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat
relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan
lainnya, maka mineralyang tergores adalah mineral yang relatif lebih
lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skalakekerasan mineral
mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10)
diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

Gambar 1. Tabel Skala Kekerasan Mohs


f. Goresan pada bidang (streak):
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya,seperti
pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
g. Kilap (luster):
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari
permukaan suatumineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu
Kilap Logam dan Kilap Non-Logam. Kilap Non-logam antara lain,
yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap
tanah

1.2. Unsur-Unsur Mineral


Beberapa mineral merupakan radioaktif, dan beracun. Mineral mungkin
memiliki sifat seperti logam yang berkilauan atau seperti mutiara dari lilin,
berminyak, atau rupa tumpul.
1. Pembentukan Kristal
Pembentukan kristal tidak terjadi secara normal di alam. Wujud sebuah
kristal dapat ditentukan secara ilmu ukur dengan mengetahui sudut-sudut
bidangnya. Ada 7 macam sistem kristal yang di ketahui hingga saat ini, yaitu
sistem isometric, tetragonal, rombis, heksagonal, trigonal, dan monoklin.
Dasar penggolongan itu ditentukan oleh 3 hal, yaitu : a. Jumlah sumbu
kristal b.Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain c. Parameter yang
digunakan untuk masing-masing sumbu kristal.
2. Kekerasan
Kekerasan mineral adalah ketahanan mineral untuk menggores. Kekerasan
bergantung pada kekuatan ikatan mineral itu sendiri, semakin kuat ikatan
mineral maka semakin keras mineral tersebut. Faktor yang mempengaruhi
kekuatan mineral adalah jumlah ion, ukuran ion/atom, packing. Ketahanan
mineral terhadap goresan secara relative, sifat fisik ini ditentukan dengan
skala Mohs yang dimulai dari skala 1 dari yang paling lunak hingga skala
10 yang paling keras. Skala Mohs meliputi : 1. Talk, 2. Gypsum, 3. Kalsit,
4. Flourit, 5. Apatit, 6. Feldspar, 7. Kuarsa, 8. Topaz, 9. Korundum, 10.
Intan.
3. Belahan dan Pecahan
Kelengkapan fisika selain ditentukan oleh struktur kristal dan kekuatan
ikatan kimia juga di tentukan oleh perpecahan. Sebagai contohnya struktur
atom dari mineral mika. Jika kita memukul sebuah potongan mika dengan
sebuah palu, maka mika akan pecah sepanjang sumbu dengan ikatan lemah.

1.3. Penggolongan Mineral dan Klasifikasi Mineral


Berdasarkan senyawa kimianya, mineral dikelompokkan menjadi mineral
Silikat dan Non-silikat. Dari 2000 jenis mineral yang dikenal, hanya
beberapa yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral
tersebut dinamakan Mineral Pembentuk Batuan atau Rock Forming
Minerals, yang merupakan penyusun utama batuan kerak dan mantel Bumi.
Mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi empat yaitu Silikat,
Oksida, Sulfida, Karbonat dan Sulfat:
1. Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-
Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi
(sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian
utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun
batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
Mineral ferromagnesium: Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam
dan berat jenis yang besar.
1. Olivine: warnanya yang olive. Berat jenis 3.27- 3.37, tumbuh sebagai
mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.
2. Augitite: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. Berat jenis berkisar
antara 3.2 – 3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus.
3. Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; Berat jenis 3.2 dan mempunyai
bidang belah yang berpotongan dengan sudut antara 56° dan 124° yang
sangat membantu dalam cara mengenalnya.
4. Biotite: mineral mika berbentuk pipih yang dengan mudah dapat terkelupas.
Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam. Berat jenis
2.8 – 3.2.
Mineral non-ferromagnesium
1. Muskovit : Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda,
coklat, hijau atau merah. Memiliki Berat jenis 2,8 – 3,1.
2. Felspar : Mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Dalam bahasa
Jerman Feld adalah lapangan, didalam kerak bumi jumlahnya hampir 54%.
Terdapat dua nama yang diberikan kepada felspar yaitu Plagioklas dan
ortoklas. Dari nama Plagioklas tersebut dibagi lagi menjadi dua yaitu albit
dan anorthit. Dimana arti nama Orthoklas mengandung Kalium, albit
mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.
3. Orthoklas : mempunyai warna yang khas yaitu abu-abu atau merah jambu
dengan Berat jenis 2,57.
4. Kuarsa : Dapat disebut dengan silika, terbentuk dari senyawa silikon dengan
oksigen. Terkadang berwarna smooky, atau berwarna ungu. Nama kuarsa
yang seperti itu amethyst. Warna yang bermacam-macam terjadi karena
terdapat unsur yang tidak bersih.
2. Mineral Oksida
Terbentuk dari persenyawaan langsung dari oksigen dan tertentu. Dengan
susunan lebih sederhana lebih sederhana dari silikat kemudian mineral
oksida lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat dan lebih berat
kecuali sulfida. Adapun mineral-mineral oksida yang paling umum adalah
korondum (Al2O3), es (H2O), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
3. Mineral Sulfida
Terbentuk dari persenyawaan antara unsur sulfida seperti perak, tembaga
dan merkuri. Beberapa mineral ini memiliki nilai yang ekonomis seperti
pirit (FeS2), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
4. Mineral-Mineral Karbonat dan Sulfat
Persenyawaan dari ion (CO3)2- atau yang disebut dengan karbonat. Misal
CaCO yang biasa disebut kalsit. Mineral ini merupakan penyusun utama
dari mineral sedimen. Dikenal sebagai mineral “kalsit”.
1.4. Pembentukan Mineral
Pembentukan mineral ada dua macam, yaitu:
1. Kristalisasi
Kristalisasi di mulai dari satu kristal yang membentuk mikroskopikdimana
bentuknya datar, permukaan pipih. Kristal mineral terbentuk dari 2 sumber
utama yaitu magma dan air solusi. Magma berupa cairan panasdengan
tekstur seperti bubur gandum. Magma utama berupa atom yangbergerak
bebas dari kelompok mineral silikat: silicon, oksigen, alumunium,
potassium, sodium, kalium, besi.
2. Kestabilan
Mineral akan stabil jika dan hanya jika kombinasi atom dapat menarik atom
lainnya secukupnya yang di berikan perlakuan kondisi sesuai dengan
lingkungan. Suhu dan tekanan juga berpengaruh besar pada stabilitas
mineral

II. Batuan
2.1. Pengertian Batuan
Batuan adalah sebuah material yang di bentuk atau terbentuk karena
perubahan mineral – mineral dari suatu batuan. Batuan didefinisikan sebagai
agregasi dari satu atau beberapa jenis mineralyang bercampur menjadi satu, tetapi
sifat dasar dari tiap mineral tersebut masihtetap terlihat (lebih sederhana dari
mineral), dimana mineral merupakan campurankimia dan batuan merupakan
campuran fisika. Seringkali biji mineral dijadikan “semen” bersamaan dengan
materiala alami yang bertindak sebagai lem padabatuan lain.

2.2. Siklus Batuan


Seperti material di bumi yang lain, batuan terbentuk dan terhancurkan
melalui sebuah siklus. Siklus batuan adalah sebuah model yang menggambarkan
pembentukan, penghancuran, dan pembentukan kembali dari sebuah batuan sebagai
hasil dari proses sedimentasi (yang diikuti oleh litifikasi), pembekuan, dan
metamorfisme. Siklus batuan merupakan konsep dasar yang menunjukkan transisi
dinamis dari jenis-jenis batuan selama rentang wakut geologi. Siklus batuan
ditunjukkan pada gambar 2 dibawah.
Gambar 2. Siklus Batuan

2.3. Proses terbentuknya batuan:


Siklus batuan dimulai dari batuan beku yang terbentuk dari proses
pendinginan magma. Kemudian batuan - batuan tersebut diangkut (transportasi)
dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya melalui air atau angin dan saling
berikatan satu sama lain dan membentuk batuan sedimen. Apabila batuan sedimen
mengalami peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau
terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen akan
mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan
terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini
masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka iaakan kembali leleh dan
berubah menjadi magma. Siklus batuan adalah model yang menyimpulkan
perubahan, kerusakan, dan reformasi batuan sebagai sebuah hasil dari igneous
(batuan yang keluar dari bumi), sedimentasi dan proses metamorpik.

2.4. Jenis – Jenis Batuan


2.4.1. Batuan Beku
A. Pengertian Batuan Beku
Menurut Nurdin (2009) Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari
hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi.
Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh
bowen reaction series, yaitu cairan silikat pijar yang bersifat mobile dengan suhu
berkisar 1500-2500ºC.

B. Klasifikasi Batuan
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya,
kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama
batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.
Batuan beku dibagi dua berdasarkan cara keterdapatannya atau tempat
terbentuknya yaitu:
1. Batuan beku intrusi (Plutonis)
Merupakan batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam
bumi, disebut juga dengan batuan plutonik, yang dimana proses
terbentuknya jauh di dalam bumi (15 – 50 km). Batuan ini terbentuk dari
pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini
mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).

Gambar 3. Bentuk tubuh intrusi


Ciri-ciri batuan plutonis :
- Pada umumnya berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
a. Konkordan, intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya,
antara lain:
1. Sill: intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar.

Gambar 4. Bentuk Tubuh Sill


(Sumber : https://ilmubatugeologi.blogspot.co.id/2015/05.)
2. Laccolith: sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya.

Gambar 5. Bentuk Tubuh Laccolith


(Sumber: http://adnorthya.blogspot.co.id/2011/12/batuan-beku.html)
3. Lopolith: massa intrusi yang melensa dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12
dari lebar tubuhnya. Bagian tengahnya cekung di sisi atasnya.
4. Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan.

b. Diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara


lain:
1. Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong struktur lapisan
batuan sekitarnya.
2. Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100km2,
berbentuk tak beraturan, dan tak diketahui dasarnya.
3. Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang
tersingkap di permukaan <100km2.
2. Batuan beku ekstrusi (Vulkanis)
Merupakan batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di permukaan
bumi, disebut juga dengan batuan vulkanik. Ketika magma keluar dan
mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundahan
gunung api, maka magma yang keluar sebagai erupsi tersebut akan
mengalami pendinginan dan membeku dalam waktu cepat.
Batuan beku ekstrusi termasuk ke dalam kelompok batuan beku afanitik.
Dimana batuan tersebut mengalami proses pembekuan yang terjadi di atas
permukaan bumi. Selain itu batuan beku ekstrusi juga mempunyai berbagai
macam struktur yang mampu menunjukkan proses yang terjadi ketika ia
mengalami pembekuan.
Struktur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
 Sheeting joint merupakan struktur batuan beku yang nampak seperti
lapisan.
 Columnar joint merupakan struktur batuan yang berwujud batuan
terpisah poligonal atau mirip dengan bentuk batang pensil.
 Pillow lava merupakan struktur batuan yang wujudnya menyerupai
bantal yang bergumpal-gumpal. Hal yang demikian dapat terjadi karena
proses pembekuan terjadi di dalam air.
 Vesikular merupakan struktur batuan yang bentuknya berlubang-
lubang, dimana lubang ini muncul akibat adanya pelepasan gas yang
terjadi ketika proses pembekuan.
 Amigdaloidal merupakan struktur batuan vesikular yang berisikan
mineral-mineral lain seperti kalsit, kuarsa, atau zeolit.
 Struktur aliran merupakan struktur batuan yang mineralnya tersusun
secara sejajar pada arah tertentu akibat adanya aliran.
Ciri-ciri batuan Vulkanis :
- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler

Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi atas:


1. Batuan beku asam: silika > 65%
2. Batuan beku menengah: silika 65-52%
3. Batuan beku basa: silika 52-45%
4. Batuan beku ultrabasa: silika < 45%

Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka


batuan beku terbagi atas:
1. Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%
2. Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60%
3. Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-
90%.
4. Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-
100%.
Tabel 1. Klasifikasi Batuan

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan


kepermukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral -
mineral silikat (magma), oleh N.L. Bowen (Kanada) disusun suatu seri yang dikenal
dengan Bowen’s Reaction Series.
Gambar 6. Deret Reaksi Bowen
Tabel 2. Contoh Gambar Batuan Beku
2.3.2. Batuan Gunung Api
A. Pengertian Batuan Gunung Api
Batuan gunungapi adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas
gunungapi, baik langsung maupun tidak langsung. Aktivitas gunungapi diartikan
sebagai proses erupsi atau keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan,
melalui lubang kawah/kaldera dalam berbagai bentuk dan kegiatannya. Pengertian
langsung disini dimaksudkan bahwa bahan erupsi gunungapi itu setelah mendingin/
mengendap kemudian membatu di tempat itu juga (in situ). Sedangkan pengertian
tidak langsung menunjukkan bahwa endapan/batuan gunungapi tersebut sudah
mengalami perombakan atau deformasi, baik oleh aktivitas volkanisme yang lebih
baru, proses-proses sedimentasi kembali, maupun aktivitas tektonika.
B. Pembentukan batuan gunung api

Gambar 7. Siklus Pembentukan Batuan Gunung Api

2.3.3. Batuan Sedimen


A. Pengertian Batuan Sedimen
Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti
“penenggelaman” atau secara sederhana dapat diartikan dengan “endapan”, yang
digunakan untuk material padat yang diendapkan oleh fluida. Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuan lainnya (batuan
beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan
(weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan, yang pada
akhirnya mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat
membentuk batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran,
erupsi gunungapi (Hutton 1875; dalam Sanders, 1981).
Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi.
Tetapi karena batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi, maka meskipun
jumlahnya relatif sedikit akan tetapi dalam hal penyebaran batuan sedimen hamper
menutupi batuan beku dan metamorf. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di
permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume
seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan
bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Adapun sifat-sifat utama batuan sedimen adalah:
a. Adanya bidang perlapisan, mencerminkan proses sedimentasi, umumnya
yang berperan disini adalah proses sedimentasi yang bersifat fisika dan
kimia.
b. Bersifat klastik/berbutir, yang menandakan butiran-butiran tersebut pernah
lepas atau pecah.
c. Terdapat jejak/bekas kehidupan, terutama pada batuan golongan karbonat
(batugamping, batugamping terumbu).
d. Jika bersifat hablur (tersusun atas kristal-kristal), maka selalu
monomineralik.

B. Proses Terbentuknya Batuan Sedimen


Proses terbentuknya batuan sedimen dimulai dari adanya pengikisan
terhadap batuan beku. Pengikisan ini dapat disebabkan karena pergerakan air,
angin, es atau aktivitas makhluk hidup. Partikel-partikel yang terkikis akan
bergerak mengikuti media pengikutnya. Kemudian pada suatu titik akan berhenti
dan terkumpul di suatu tempat. Kemudian kumpulan partikel ini akan mengalami
proses pengendapan (Sedimentasi). Sedimentasi merupakan proses pengendapan
material batuan secara gravitasi yang dapat terjadi di daratan, garis pantai ataupun
di dasar laut. Setelah mengendap, selanjutnya partikel-partikel tersebut akan
memadat membentuk batuan sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
Proses sedimentasi pada batuan dapat terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Proses Sedimentasi Mekanik
Proses sedimentasi mekanik merupakan proses pengendapan yang
dipengaruhi oleh pergerakan (aktivitas mekanik) banyak hal. Beberapa hal
tersebut seperti air, gravitasi, angin, es, dan bahkan gerakan makhluk hidup.
2. Proses Sedimentasi Kimiawi
Proses sedimentasi kimia merupakan pengendapan yang terjadi karena
perubahan komposisi mineral-mineral pada batuan tertentu secar kimiawi.
Biasanya terjadi karena komponen kimia dari luar menembus pori-pori dan
menjadi bagian dari batuan tersebut. Setelah mineral baru masuk, akan
terjadi reaksi kimia antara mineral baru dengan mineral yang sudah ada,
kemudian terjadi kristalisasi sehingga terbentuklah batuan sedimen.
3. Proses Sedimentasi Biologis (Akibat Makhluk hidup)
Merupakan sedimentasi yang disebabkan karena penghancuran bebatuan
oleh aktivitas makhluk hidup. Setelah bebatuan tersebut hancur, partikelnya
akan terbawa ke tempat baru dan berinteraksi dengan keadaan di lingkungan
baru. Sehingga terjadi perubahan-perubahan pada komponen batuan
tersebut dan terciptalah batuan sedimen.
Batuan sedimen mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan dari
bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini
dinamakan sebagai diagenesa. Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu dan
tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan juga tekanan 1 – 2
kilobar yang berlangsung mulai dari sedimen mengalami penguburan hingga
terangkat dan juga tersingkap kembali di atas permukaan lapisan atmosfer bumi.
Berdasarkah hal ini maka ada 3 macam diagnesa, yakni:
 Diagenesa Eogenik, diagenesa awal pada sedimen di bawah permukaan
air.
 Diagenesa Mesogenik, diagenesi pada waktu sedimen mengalami
penguburan yang lebih dalam.
 Diagenesa Teogenik, yaitu diagenesa yang terjadi ketika batuan
sedimen tersingkap kembali ke permukaan.

C. Ciri – Ciri Dan Karakteristik Batuan Sedimen


1. Warna Batuan Sedimen
Kebanyakan batuan sedimen yang dijumpai berwarna terang, seperti putih,
kuning, atau abu-abu terang. Tetapi ada juga yang dijumpai berwarna gelap
seperti hitam, merah dan coklat. Warna dari batuan sedimen sangat
bervariasi tergantung kepada komposisi mineral penyusunnya.
2. Bentuk Butir Batuan Sedimen
Berdasarkan perbandingan dimensi Tinggi, Panjang dan Lebarnya, terdapat
4 jenis bentuk batuan sedimen, yaitu :
 Oblate, bila ukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama
dengan lebarnya.
 Equant, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya hampir sama.
 Bladed, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya berbeda-beda.
 Prolate, bila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya
berbeda.
3. Kebundaran Batuan Sedimen
Berdasarkan kebundaran atau keruncingannya, batuan sedimen dapat dibagi
menjadi 6 tingkatan, yaitu :
 Sangat meruncing (Very angular)
 Meruncing (Angular)
 Meruncing tanggung (Subangular)
 Membundar Tanggung (Subrounded)
 Membundar (Rouded)
 Sangat Membundar (Well Rounded)
Gambar 7. Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen
(Sumber: http://rizqigeos.blogspot.co.id/2013/05/batuan-sedimen.html )

4. Ukuran Butir Batuan Sedimen


Ukuran butir penyusun batuan sedimen biasanya tidak dapat diamati oleh
mata telanjang. Meskipun demikian, mungkin masih bisa diketahui melalui
perabaan yang seksama. Umumnya penilaian ukuran butir batuan sedimen
mengikuti Skala Wentworth.
Tabel 3. Klasifikasi Besar Butir Menggunakan Skala Wentworth

5. Permukaan Batuan Sedimen


Permukaan sedimen beragam, secara garis besar terbagi 3, yaitu :
 Kasar, permukaan terlihat meruncing (terasa tacam), dengan permukaan
yang dipenuhi butir-butir tidak halus.
 Sedang, permukaan butirnya tidak terlalu meruncing, tetapi juga tidak
terlalu halus. Biasanya memiliki kebundaran yang tanggung
(subrounded) atau keruncingan tanggung (subangular).
 Halus, permukaan sudah halus dan rata. Terbentuk dari proses abrasi
permukaan butir yang sudah lanjut ketika mengalami transportasi.

D. Klasifikasi Batuan Sedimen


Berdasarkan Pembentukannya maka batuan sedimen terbagi menjadi empat
kategori, yaitu :
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan
sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap
batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi,
transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media
proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media
yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan
ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga
bertekstur klastika. Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang
terbentuk dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi (dibawa ke tempat
lain) dan terdeposisi (Beradaptasi dengan lingkuangan) baru dan selanjutnya
mengalami diagenesa (mengalami perubahan-perubahan tertentu sehingga
membentuk batuan baru) (Pettijohn, dkk., 1975).
2. Batuan Sedimen Non-Klastik (Batuan Sedimen Kimiawi dan Organik)
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai
hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu).
Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi
/organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan
terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara
organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-
tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut (Pettijohn, dkk., 1975).
Berdasarkan proses terjadinya, maka batuan sedimen terbagi menjadi empat
kategori, yaitu :
1. Terrigeneous Clastics
Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan,
erosi, transportasi, sedimentasi dan pembatuan (litifikasi). Pelapukan yang
berperan disini adalah pelapukan yang bersifat fisika. Contoh: breksi,
konglomerat, batupasir, batulempung.
2. Biochemical-Biogenic-Organic Deposits
Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-bahan organik (baik
flora maupun fauna) dan proses pelapukan yang terjadi pada umumnya
bersifat kimia. Contoh: batugamping, batubara, rijang, dll.
3. Chemical Precipitates-Evaporates
Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi kristal-kristal dan larutan
kimia yang diendapkan setelah medianya mengalami penguapan. Contoh:
gipsum, batugaram, dll.
4. Volcaniclastics (Pyroclastic)
Batuan sedimen jenis ini dihasilkan dari akumulasi material-material
gunungapi. Contoh: agglomerat, tuf, breksi, dll.

2.3.4. Batuan Metamorf


Secara harfiah metamorfosime berarti perubahan bentuk. Batuan metamorf
(atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan
hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme.
Batuan asal atau protolithyang dikenai panas (lebih besar dari
150°Celsius) dan tekananekstrem (1500 bar)yang terjadi di bawah tanah dengan
kedalaman rata-rata 1 Km di bawahpermukaan sampai batas kulit dan mantel, akan
mengalami perubahan fisikadan/atau kimia yang besar. Protolith dapat
berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.
Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi
dan diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineraldan
susunan kimianya (fasies metamorfik).
1. Pengertian Batuan Metamorf (Malihan)
Secara bahasa kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang
artinya berubah dan “Morph” yang artinya bentuk. Sesuai dengan namanya batuan
metamorf merupakan batuan hasil transformasi atau perubahan dari suatu tipe batu
yang telah ada sebelumnya. Proses terbentuknya batuan metamorf disebut dengan
metamorfisme. Melalui pengamatan batuan metamorf, ilmuwan telah memperoleh
informasi tentang suhu dan tekanan di dalam permukaan bumi. Batuan asal yang
berubah menjadi batuan metamorf disebut protolith. Protolith ini merupakan batuan
panas dengan suhu lebih dari 150 derajat celcius dan tekanan yang sangat tinggi.

2. Proses Terbentuknya Batuan Metamorf (Malihan)


Proses terbentuknya batuan metamorf dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia yang berhubungan dengan batu
yang sudah ada. Berikut adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batuan metamorf.
1. Perubahan Temperatur
Perubahan suhu atau temperatur bisa terjadi karena intrusi magma atau
perubahan gradient geothermal. Atau juga dapat terjadi karena gesekan
antar massa batuan.
2. Perubahan Tekanan
Penyebab dapat terjadinya perubahan tekanan biasanya juga karena aktivitas
vulkanik dan tektonik.Perubahan tekanan juga dapat terjadi karena
bertumpuknya endapan dari jenis batuan yang sudah ada.
3. Aktivitas kimia
Aktivitas kimia baik fluida atau gas pada jaringan batuan yang sudah ada
dapat menjadi penyebab terbentuknya batuan metamorf karena berperan
dalam perubahan komposisi kimianya. Fluida dan gas aktif yang banyak
ditemukan adalah air, karbondioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik.
Biasanya zat kimia ini berperan sebagai katalis yang membentuk dan
menyeimbangkan reaksi kimia.
4. Proses Perubahan Batuan Metamorf dari batuan asal
Batuan metamorf dapat terbentuk dari perubahan yang terjadi kepada batuan
beku atau batuan sedimen, Magma mengalami pendingan sehingga
membeku membentuk batuan beku. Kemudian batuan beku mengalami
pelapukan dan erosi sehingga partikel-partikelnya dibawa ke tempat lain
oleh air, angin, atau es. Nah partikel yang tertumpuk disuatu tempat ini akan
mengalami sedimentasi (pengendapan) sehingga membentuk batuan
sedimen (beberapa batuan beku langsung menjadi batuan metamorf). Lalu
batuan sedimen tadi mengalami perubahan menjadi batuan metamorf karena
adanya peningkatan suhu, tekanan atau aktivitas kimi. Batuan metamorf
kemudian mendekati astenosfer dan berubah lagi menjadi magma baru.
Siklusnya kemudian kembali ke proses terbentuknya batuan beku.

C. Ciri – Ciri Dan Karakteristik Batuan Metamorf (Malihan)


1. Warna Batuan Metamorf
Warna batuan metamorf sangat bervariasi, tergantung kepada batuan
sebelumnya serta penyebab perubahannya, berdasarkan warnanya ada
beberapa batuan metamorf, yaitu :
 Kwarsa, berwarna putih jernih atau putih susu, tidak memiliki belahan.
 Mika, memiliki belahan, apabila berwarna puti diberi nama muskovit,
bila berwarna hitam diberi nama biotit.
 Feldspar, memiliki belahan dengan ciri tertentu, bila belahannya tegak
lurus dan berwarna merah daging disebut ortoklas, sedangkan bila
belahannya seperti kristal kembar berwarna putih atau abu-abu disebut
plagioklas.
2. Tekstur Batuan Metamorf
Penilaian tekstur batuan metamorf berhubungan dengan ukuran, bentuk, dan
susunan butir mineral batuan tersebut. Tekstur umum yang paling sering
dijumpai adalah
 Kristal oblastik, mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi,
kemudian terjadi lagi proses kristalisasi ketika menjadi batuan
metamorf.
 Relik (sisa), tekstur batuan metamorf yang masih terlihat tekstur batuan
asalnya.
3. Struktur Batuan Metamorf
 BerFoliasi, Foliasi adalah lapisan-lapisan pada batuan metamorf yang
berbentuk seperti belahan. Merupakan penjajaran dari komposisi
mineralnya.
 Non-Foliasi, merupakan batuan metamorf yang tidak memiliki lapisan-
lapisan sehingga tidak terlihat penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan tersebut.
4. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan Metamorf
Mineral pembentuk batuan metamorf disebut mineral metamorfik. Mineral
ini hanya terbentuk pada suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa mineral
yang pasti terlibat dalam proses metamorfisme disebut mineral indeks,
antara lain termasuk silimanit, kyanit, stauroli, andalusi, dan beberapa
garnet. Mineral lainnya yang dapat ditemukan dalam batuan metamorf
tetapi belum tentu terlibat dalam proses metamorfisme adalah olivin,
piroksen, amphibol, mika, dan kwarsa.
5. Bentuk Kristal Batuan Metamorf
 Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna, dengan dibatasi oleh bidang
kristal yang ideal (tegas, jelas teratur).
 Subhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak
begitu jelas, sebagian teratur, sebagian tidak.
 Anhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak
teratur.

D. Klasifikasi Macam – Macam Jenis Batuan Metamorf (Malihan)


a. Batuan Metamorf Berdasarkan Metamorfisme (proses pembentukannya)
a. Batuan Tipe Metamorfisme Kontak
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena
terjadinya kontak (interaksi) antara batuan asal dengan magma.
Tentunya dengan magma yang sangat panas akan terjadi peningkatan
suhu dan peningkatan tekanan sehingga dapat membuat batu tersebut
berubah menjadi batuan yang baru. Biasanya batuan yang terbentuk
melalui metamorfisme kontak memiliki ciri lebih keras, berkristal kasa,
dan kompak. Contohnya adalah perubahan batu kapur menjadi batu
marmer.
b. Batuan Tipe Metamorfisme Dinamo (Regional)
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena
mengalami perubahan akibat tekanan tinggi dari tenaga endogen dalam
waktu yang lama. Biasanya terjadi pada batuan dengan massa besar dan
permukaan yang luas. Btuan yang mengalami tipe metamorfisme ini
cenderung lebih keras, berfoliasi, terdiri dari susunan planar mineral
yang sejajar. Contohnya adalah perubahan batu lumpur menjadi batu
tulis.
c. Batuan Tipe Metamorfisme Kataklastik
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk akibat
deformasi mekanis. Contohnya ketika dua tubuh batuan bergeser
melewati satu sama lain sehingga terjadinya gesekan. Gesekan tersebut
akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga tubuh batuan asal akan
berubah.
d. Batuan Tipe Metamorfisme Tindihan
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada
kedalaman beberapa ratus meter dari permukaan. Batuan ini terbentuk
pada daerah yang suhunya lebih besar dari 300 derajat celcius tanpa
adanya stress diferensial. Dikatakan batuan metamorf karena adanya
pembentukan mineral baru walaupun struktur batuan secara fisik tidak
mengalami perubahan.
e. Batuan Tipe Metamorfisme Hidrotermal
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada suhu
tinggi dengan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal. Seringkali
terjadi dalam batuan basalt yang kekurangan mineral hidrat.
2. Batuan Metamorf Berdasarkan Jenisnya
a. Pualam atau Batu Marmer
Batu pualam atau marmer merupakan batu yang berasal dari batu
gamping / batu kapur dan memiliki campuran warna yang berbeda-
beda, mempunyai pita-pita warna, kristal-kristalnya sedang sampai
kasar, Apabila ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi mendesah. Batu
ini akan menjadi keras dan mengkilap jika dipoles. Batu ini terbentuk
karena batu kapur mengalami perubahan suhu dan tekanan tinggi. Batu
ini bisa digunakan sebagai bahan ubin.
b. Batu Sabak
Batu sabak merupakan batu yang berasal dari batu serpih, umumnya
berwarna abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah
menjadi lempeng-lempeng tipis. Batu ini terbentuk apabila batu serpih
terkena suhu dan tekanan tinggi. Batu ini bisa dijadikan sebagai bahan
kerajinan atau bahan bangunan.
c. Batu Gneiss (Ganes)
Batu gneiss atau ganes merupakan batu yang umumnya berwarna putih
keabu-abuan, terdapat goresan-goresan yang tersusun atas mineral-
mineral, mempunyai bentuk bentuk jajaran yang tipis dan terlipat pada
sejumlah lapisan dan terlihat urat-urat tebal yang terdiri dari butiran-
butiran mineral. Batu ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau
batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mendapatkan
tekanan dan temperatur yang tinggi. Batu ini bisa dijadikan sebagai
kerajinan.
d. Batu Sekis
Batu sekis merupakan batu yang umumnya berwarna hitam, hijau dan
ungu, mineralnya umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang berkilau. Batuan
ini terbentuk dari perubahan batuan-batuan yang berubah bentuk pada
taraf menengah. Batu ini dapat digunakan sebagai sumber mika yang
utama (komponen penting dalam industri elektronika).
e. Batu Kuarsit
Batu kuarsit merupakan batu yang umumnya berwarna abu-abu,
kekuningan, coklat, atau merah, sering berlapis-lapis dan dapat
mengandung fosil. Batu ini merupakan perubahan dari batuan pasir
yang mendapatkan suhu yang tinggi. Batu ini dapat digunakan sebagai
bahan kerajinan atau pun kontruksi jalan raya.
f. Batu Milonit
Batu milonit merupakan batuan yang terdapat butir-butir halus, dapat
dibelah, berwarna abu-abu, kehitaman, coklat, atau pun biru. Batu ini
terbentuk oleh terbentuknya mineral-mineral yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan awal. Batu ini dapat digunakan
sebagai bahan kerajinan.
Penuntun Praktikum.2012″Petrologi”UMI;Makassar

Doddy Setya Graha, 1987, Batuan dan Mineral, Nova, Bandung

Penuntun Praktikum.2011″Geologi Fisik”UMI;Makassar

Anda mungkin juga menyukai