Anda di halaman 1dari 50

ARTIKEL : KEMISKINAN

Solusi Turunkan Angka Kemiskinan di Indonesia


Pemerintah melalui sejumlah kementeriannya selalu berupaya mengatasi masalah
kemiskinan. Salah satunya dilakukan oleh Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Dalam mengurangi angka
kemiskinan, dikatakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo, dengan program sertifikasi lahan yang
membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan dan kawasan
transmigrasi. "Banyak transmigran yang berpuluh tahun menjadi transmigran tidak
mendapatkan sertifikat, sekarang bisa dapat sertifikat," ujarnya Senin (15/4).
Eko mengatakan sertifikat lahan yang diberikan tersebut banyak dimanfaatkan
masyarakat untuk meminjam uang di bank. Uang tersebut kemudian digunakan
untuk permodalan usaha.
"Masyarakat di desa terpencil sekarang bisa menggunakan sertifikat mereka untuk
membuka usaha atau membangun desanya masing-masing," ujarnya.
Dia mengatakan, angka kemiskinan di kota mengalami penurunan cukup signifikan,
yaitu dari 1,82 juta menjadi 1,2 juta jiwa penurunan kemiskinan di Indonesia. Hal
ini berbanding jauh dengan penurunan kemiskinan di perkotaan yang mencapai 580
ribu jiwa. Eko meyakini, reforma agraria akan membantu mempercepat penurunan
angka kemiskinan tersebut
"Pendapatan masyarakat desa mengalami peningkatan dari Rp572 ribu per kapita
pada 2013 menjadi Rp804 ribu per kapita pada 2018. Diharapkan sertifikasi ini bisa
terus meningkatkan pendapatan masyarakat di desa. Kerja ini bukan hanya dari
Kemendes PDTat saja, tapi juga hasil dari kerja keras Kementerian ATR/BPN,
kementerian/lembaga lain dan swasta," ujarnya.
Terkait hal tersebut, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil mengatakan, keberhasilan
program sertifikasi lahan adalah bukti bahwa birokrasi mampu menyelesaikan hal
yang awalnya dianggap tidak mungkin. Ia menargetkan, sebanyak 11-12 juta
sertifikat lahan selesai tahun ini.
"Kemarin saya pernah membagikan sertifikat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Salah satu perwakilannya dari transmigran mengambil sertifikat itu cucunya,
karena kakeknya yang dulu transmigran sudah meninggal, dan ayahnya juga sudah
meninggal. Karena selama ini tidak pernah mendapatkan perhatian berupa
pemberian sertifikat dari pemerintah," ungkapnya.
Untuk diketahui, hari ini Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Eko P Sandjojo dan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil menandatangani Nota
Kesepahaman antara Kementerian ATR/BPN dengan Kemendes PDTT tentang
Reforma Agraria di Gedung Kementerian ATR/BPN, Jakarta.
KEIN: Program Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Berjalan Efektif
Program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan pada pemerintahan Joko
Widodo (Jokowi) terbukti efektif karena mampu membebaskan 2,06 juta jiwa dari
zona kemiskinan dalam kurun waktu empat tahun.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada
September 2014 sebesar 27,73 juta jiwa. Adapun jumlah penduduk miskin pada
September 2018 kian turun menjadi 25,67 juta jiwa.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta
mengatakan, penurunan tingkat dan jumlah orang miskin per September 2018
merupakan bukti komitmen pemerintah dalam rangka mensejahterakan rakyat.
Usaha untuk melepaskan kemiskinan untuk seluruh rakyat Indonesia menunjukan
hasil yang positif. Penurunan kesenjangan pendapatan pun akan mendekatkan pada
kehidupan yang berkeadilan,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Rabu
(16/1/2019).
Seperti yang diketahui, BPS mengumumkan tingkat kemiskinan sebesar 9,66
persen per September 2018. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan
kondisi September 2017 yakni 10,12 persen.
Arif melanjutkan pemerintah bertekad kuat untuk mengentaskan kemiskinan
dengan terus meningkatkan besaran anggaran perlindungan sosial, sebagai
komitmen pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada 2015 anggaran perlindungan sosial sebesar Rp249,7 triliun. Sementara itu,
pada 2018, anggaran perlindungan sosial dialokasikan Rp291,7 triliun, atau
meningkat sebesar 16,82 persen.
Anggaran tersebut disalurkan melalui beragam program, seperti Program Keluarga
Harapan (PKH), Rastra (bantuan pangan non-tunai), Kartu Indonesia Pintar, Kartu
Indonesia Sehat, Bantuan Operasional Sekolah dan Kesehatan dan Kredit Usaha
Rakyat.
Angka Kemiskinan Kembali Turun, Ini Kata Menko Darmin
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia pada September 2018
mencapai 25,26 juta orang atau sebesar 9,66 persen. Angka ini menurun 0,28 juta
orang dibandingkan Maret 2018.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan,
menurunnya angka kemiskinan ini tidak lepas dari campur tangan pemerintah. Di
mana, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sepanjang 2018 mulai dari dana
bantuan sosial hingga dana desa.
"Itu hasil hitungan. Hasil hitungan bukan kita yang hitung. Dengan pengeluaran
pemerintah bantuan sosial apapun itu kombinasinya bagus hasilnya. sehingga
tingkat kemiskinannya turun. Bayangkan kalau naik?," kata dia di Jakarta, Selasa
(15/1/2019).
Dia mengaku optimis tingkat kemiskinan ke depan dapat kembali ditekan. Sebab,
pemerintah tidak akan mengubah berbagai kebijakan yang sudah dijalankan.
Termasuk juga konektifitas terhadap pembangunan infrastruktur yang tengah
berjalan.
"(Penurunan akan berlanjut?) Kenapa tidak, emangnya kita mendadak mengubah
kebijakan kita secara drastis kan enggak. Mungkin malah ke depan kalau
infrastruktur itu sebenarnya apalagi kalau lihat infrastruktur strategis saja yang ada
itu yang selesai sampai akhir tahun 2019 itu mungkin ya 50-60 persen masih jalan
dia tidak berarti belum dimulai yang lain. sudah mulai tapi infrastruktur itu kan
proyeknya 3 tahun 4 tahun," jelas dia.
"Intinya tingkat kemiskinan sudah turun seberapa besar. Sudah bisa jawab lah mana
yang disebakan oleh infrastruktur dan bansos," dia menambahkan.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin
pada September 2018 sebesar 9,66 persen menurun 0,16 persen poin dibandingkan
Maret 2018.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan persentase penduduk miskin pada periode
Maret hingga September 2018 di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar
13,1 ribu orang. Sedangkan penduduk miskin di pedesaan tercatat turun sebesar
261,1 ribu orang.
"Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 7,02 persen menjadi 6,89 persen.
Sementara di pedesaan turun dari 13,20 persen menjadi 13,10 persen," katanya.
Sementara itu, apabila melihat persentase dari jumlah penduduk miskin
berdasarkan kepulauan pada September 2018, terlihat bahwa penduduk miskin
terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua yaitu sebesar 20,94 persen.
Kiprah PGN Entaskan Kemiskinan Lewat Energi Baik
Sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Perusahaan Gas
Negara (PGN) berperan untuk memberantas kemiskinan di Indonesia. Salah satu
upaya dengan menyediakan energi gas pada sektor industri yang dapat menyerap
banyak tenaga kerja.
Direktur Keuangan PGN, Said Reza Pahlevi mengtakan, Indonesia masih
mengalami ketimpangan pembangunan dan perlu pemerataan ekonomi. Kehadiran
kawasan industri menjadi keharusan untuk mengatasi hal tersebut.
"Setidaknya, kehadiran kawasan industri yang bisa mengembangkan potensi lokal
serta keunggulan komoditas di daerah bisa mengikis kesenjangan tersebut," kata
Said, di Jakarta, Jumt (14/12/2018).
Pemerintah pun telah menjalankan program untuk merealisasikan pemerataan
pembangunan, serta mengikis ketimpangan tersebut, melalui pembangunan
kawasan industri.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pemerintah menargetkan
pembangunan 10 kawasan industri baru pada 2019. Namun sebelum target waktu
yang ditentukan berakhir, pada tahun ini telah beroperasi sebanyak 10 kawasan
industri. Kemudian ada tambahan tiga kawasan industri yang akan rampung hingga
akhir tahun.
“Tentunya kinerja itu patut diapresiasi, dan sejalan dengan program Nawacita yang
diusung pemerintah guna membangun perekonomian nasional yang lebih
berkualitas,” tutur Said.
Menurut dia untuk mendukung keberlangsungan kawasan industri, PGN pun ikut
ambil peran dengan memasok gas.
Selain berkomitmen menopang kebutuhan energi kawasan industri dengan pasokan
gas yang stabil, PGN juga menjanjikan nilai lebih penggunaan gas, sehingga
industri bisa berkembang dan lebih banyak menyerap pekerja dan berujung pada
pengentasan kemiskinan dan ketimpangan.
Salah satu pelanggan yang mendapatkan banyak manfaat dari penggunaan gas PGN
yaitu PT Tomoe Valve Batam yang bergerak di bidang industri katup atau valve.
Perusahaan tersebut, mendapat manfaat dari penggunaan gas PGN, berupa
penghematan.
Produsen katup yang berlokasi di Latrade Industrial Park, Tanjung Uncang, Batam
itu menggunakan gas bumi yang dipasok PGN untuk menggerakkan mesin produksi
seperti die casting dan painting.
Ini Data Kemiskinan di RI Versi Bank Dunia
Lead Economist World Bank Indonesia, Vivi Alatas membantah pernyataan Calon
Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto Prabowo terkait angka kemiskinan di
Indonesia. Menurutnya data yang disampaikan oleh Prabowo tersebut bukan
berasal dari Bank Dunia.
"Itu bukan perhitungan kita, saya tidak tahu perhitungan siapa," kata Vivi saat
ditemui di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (12/11/2018).
Vivi menegaskan, data Bank Dunia sendiri menyebutkan sebanyak 22 persen
masyarakat Indonesia berada di kelas menengah. Sementara lima persen berada di
kelas atas. Sehingga tidak memungkinkan apabila sebanyak 99 persen masyarakat
Indonesia berada dalam kondisi pas-pasan.
Sebelumnya, Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sempat
menyinggung mengenai angka kemiskinan di Indonesia. Prabowo mengatakan,
sekitar 99 persen rakyat Indonesia hidup dalam kategori pas-pasan.
Hal itu disampaikannya saat berdialog dengan ratusan emak-emak pendukungnya,
Prabowo memaparkan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat
ini. Menurut Prabowo, setelah 73 tahun Indonesia merdeka masih banyak rakyat
yang hidup kelaparan serta sulit mendapatkan pekerjaan.
"Kita melihat sekarang adalah keadaan yang saya sebut keadaan paradoks, keadaan
yang janggal setelah 73 tahun merdeka yang kaya semakin sedikit dan segelintir
orang saja dan ini bukan saya karang, ini adalah data fakta yang diakui oleh bank
dunia oleh lembaga lembaga internasional," ujar Prabowo.
"Bahwa yang menikmati kekayaan di Indonesia adalah kurang dari 1 persen bangsa
Indonesia dan yang 99 persen mengalami hidup pas-pasan bahkan bisa dikatakan
sangat sulit," lanjut dia
Melihat Program Pengentasan Kemiskinan Sejak Pemerintahan Soeharto
hingga Jokowi
Pemerintahan Jokowi-JK menurunkan angka kemiskinan menjadi 9,82 persen pada
2018. Pencapaian ini dinilai bukan merupakan hanya hasil kerja keras pemerintah
masa kini, tetapi juga kontribusi dari pemerintahan sebelumnya.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengatakan setiap
pemerintahan menginginkan tingkat kemiskinan yang rendah. Hal ini pun telah
ditanggulangi melalui berbagai program dari pemerintahan Presiden Soeharto
hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya tidak mengatakan pemerintah mana yang lebih cepat. Saya cuma ingin
memberi pesan, program pengurangan kemiskinan jadi komitmen dari semua
pemimpin negara. Makanya, dari waktu ke waktu, dari masa orde baru kemiskinan
turun, ada angkanya," ujar Erani di Kampus STIS, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Erani menuturkan, setiap kepemimpinan memiliki cara untuk menekan kemiskinan,
meskipun hasilnya tidak selalu sama. Sebab selain efektivitas program, jumlah
penduduk juga menjadi penghalang dalam memberantas kemiskinan.
"Keberhasilan penurunan kemiskinan tidak bisa diketahui siapa yang paling cepat.
Kenapa? Karena setiap pemerintahan itu jumlah penduduknya selalu berubah. Jadi
tidak apple to apple kalau membandingkan sekarang dan masa lalu," tutur dia.
Erani menambahkan, secara keseluruhan, kemiskinan yang sekarang pada level
9,82 persen merupakan keseluruhan komitmen para pemimpin Indonesia sejak awal
merdeka, sampai saat ini. Oleh karena itu, dia berharap program pengurangan
kemiskinan masih menjadi salah satu agenda pokok pemerintahan ke depan.
Kemiskinan Tantangan Besar Berbagai Bangsa
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan kemiskinan
merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh bangsa di dunia baik negara maju
maupun negara berkembang.
Hal ini disampaikan saat mengisi seminar nasional official statistics 2018 dengan
tema Kajian Kemiskinan dari Perspektif Pengeluaran dan Perilaku Menabung.
"Kemiskinan merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh berbagai bangsa.
Termasuk Indonesia mempunyai tangtangan besar soal kemiskinan. Di negara maju
kemiskinan pun momok mengerikan," ujar Suhariyanto di Auditorium Politeknik
Statistika STIS, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Suhariyanto menjelaskan, kemiskinan ini memiliki beberapa kriteria di antaranya
ketidakmampuan mencukupi biaya hidup sehari-hari baik pangan, sandang dan
tempat tinggal. Selain itu, miskin juga erat kaitannya dengan hidup tidak sehat dan
sanitasi yang kurang memadai.
"Ketika miskin dia berjuang mencari makan. Kemiskinan berarti mereka tidak bisa
pergi ke sekolah. Kemiskinan juga berarti hidup tidak sehat dan sanitasi tidak layak.
Kemiskinan tidak punya pendapatan cukup seperti seharusnya. Lingkaran
kemiskinan ini biasanya diturunkan dari generasi ke generasi," ujar dia.
Di Indonesia, kemiskinan ditanggulangi dengan berbagai program. Beberapa di
antaranya melalui program padat karya dan pembangunan infrastruktur di seluruh
Indonesia. Pemerintah, juga membangun sekolah-sekolah untuk menciptakan
sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.
"Di Indonesia, kemiskinan juga salah satu target pembangunan yang dievaluasi dari
waktu ke waktu. Banyak yang sudah diterapkan. Banyak terobosan. Misalnya
pemerintah berupaya menciptakan padat karya. Pemerintah sekarang dengan sigap
perlu membangun infrastruktur supaya akses dari satu ke tempat lain lebih mudah,"
ujar Kecuk.
Apresiasi Dubes AS Indonesia Mampu Turunkan Angka Kemiskinan
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr
mengungkapkan bahwa cukup banyak kesuksesan yang dicapai Indonesia paska
reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut terjadi baik dalam aspek politik
maupun ekonomi.
"Sejarah Indonesia sejak periode reformasi adalah cerita sukses tentang
perkembangan sosial dan ekonomi, dan Amerika Serikat bangga bisa berkontribusi
terhadap kesuksesan tersebut. Perkembangan ini adalah sesuatu yang dekat dengan
keseharian kami, dan kadang hal ini tidak disadari. Jika dipikirkan kembali betapa
kontrasnya kondisi Indonesia saat ini dengan beberapa waktu yang lalu," kata dia
dalam Pembukaan 'US-Indonesia Investment Summit (USIII) 2018' di Hotel
Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Menurut Donovan, salah satu perkembangan positif yang berhasil dicetak Indonesia
adalah upaya pengentasan kemiskinan.
"Dua puluh tahun yang lalu, kemiskinan dialami hampir 25 persen dari penduduk
Indonesia. Saat ini, tingkat kemiskinan kurang dari 10 persen, tingkat kemiskinan
terendah dalam sejarah Indonesia," jelas dia.
Selain itu, capaian di sektor layanan umum seperti transportasi pun perlu
diapresiasi. Perkembangan pesat sektor transportasi, salah satunya MRT
menunjukkan upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan.
"Dua puluh tahun lalu, tidak ada kota di Indonesia yang memiliki sistem
transportasi masal yang modern, dan Jakarta termasuk kota besar di dunia yang
tidak memiliki kereta bawah tanah. Sekarang, kita melihat kemajuan proyek MRT
dan jalur layang rel kereta api yang sedang dibangun di beberapa ruas jalan," ujar
dia.
Perkembangan teknologi digital Indonesia pun mesti diapresiasi. Dia mengatakan
pertambahan jumlah masyarakat Indonesia yang mengakses internet menjadi
peluang besar bagi berkembangnya ekonomi digital di Indonesia.
"Dua puluh tahun lalu, kurang dari satu juta penduduk Indonesia, kurang dari 1
persen jumlah populasi, menggunakan internet," jelas dia.
"Saat ini, Indonesia dengan cepat menjadi tempat berkembangnya ekonomi digital,
dengan proyek-proyek swasta baru dan kemitraan pemerintah dan swasta seperti
Palapa Ring yang memberikan akses internet kepada lebih dari setengah jumlah
penduduk di Indonesia, lebih dari 143 juta orang, menurut data dari Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia," imbuhnya.
Prabowo dan BPS Beda Pendapat soal Kemiskinan, Ini Kata Indef
Kondisi kemiskinan di Indonesia dikritisi beberapa pihak, salah satunya Ketua
Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyebut angka kemiskinan
Indonesia naik 50 persen dalam lima tahun terakhir.

Ini berbeda dengan klaim Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut jika
berdasarkan data kemiskinan di Indonesia telah turun dalam lima tahun terakhir.

Menanggapi ini, Direktur Institute for Development of Economics and Finance


(INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, Prabowo dan BPS punya cara pandang yang
berbeda dalam melihat kemiskinan.

Dia berpendapat, BPS menghitung standar kemiskinan dengan acuan nilai


pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang sebesar 2.100 kalori per kapita per
hari. Sedangkan Prabowo mungkin memakai rujukan standar ketenagakerjaan
internasional (International Labour Organization/ILO) tentang kesetaraan
pendapatan.

"Mengenai BPS enggak ada yang salah, karena BPS itu metodologinya menghitung
angka kemiskinan dari 2.100 kalori. Nah sekarang mungkin pak Prabowo atau
misalnya orang lain bukan pak Prabowo menghitung angka kemiskinan
berdasarkan standar ILO," ujar dia di Jakarta, Selasa (31/7/2018).

Enny kembali menegaskan, ucapan Prabowo serta data keluaran BPS itu bukanlah
suatu perbedaan, melainkan hanya sebuah perbedaan sudut pandang saja.

Namun, dia pun mengimbau BPS agar dapat menyampaikan metodologi yang
dipakai untuk menghitung angka kemiskinan. Sebab, setiap lembaga punya tiga
rumusan untuk menganalisis kasus tersebut.

"Sebenarnya BPS juga ada tiga pembanding, yakni angka kemiskinan mutlak, ada
indeks keparahan, ada indeks kedalaman. Itu sebenernya bisa diperbandingkan.
Nah mungkin juga metodologinya itu yang penting dibuka kepada pemerintah,
bahwa ini loh hanya pakai 2.100 kalori. Yang penting di situnya, jadi enggak hanya
main sekedar klaim mengklaim," tandasnya.
Kemiskinan Masih Bakal Menggerogoti Ekonomi Indonesia
Kemiskinan masih akan akrab dengan ekonomi Indonesia, meski pemerintah
mengklaim tingkat kemiskinan saat ini sudah dibawah 10% atau dibawah
kemiskinan kronis.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko
Listiyanto, menilai kemiskinan akan menjadi tantangan di tahun 2019 dan tahun
mendatang. Pendorongnya adalah pergerakan harga bahan pokok yang cenderung
meninggi, terutama beras sebagai makanan pokok rakyat Indonesia.
Eko memperkirakan tingkat kemiskinan di Indonesia pada 2019 ini akan mencapai
level 8,5% hingga 9%.
“Kenaikan harga bahan pokok sangat signifikan memengaruhi angka kemiskinan.
Di pedesaan, beras berkontribusi 25% dan di perkotaan sebesar 19%,” ujar Eko
kepada SINDOnews di Jakarta.
Sementara itu, untuk tahun 2020 mendatang, pertumbuhan di sektor pertanian
diprediksi hanya 3,9%, relatif sama dengan tahun 2018 kemarin.
"Hal ini menggambarkan kesejahteraan petani belum bergerak signifikan. Mungkin
sedikit akan terbantu oleh dana desa," jelasnya.
ARTIKEL : KESEHATAN
Komitmen Pemuda untuk Pembangunan Kesehatan Indonesia
Kementerian Kesehatan RI dan Word Health Organization (WHO) memberikan
ruang bagi anak muda dalam menunjukkan peran sentral mereka sebagai penggerak
pembangunan, khususnya di bidang kesehatan saat pelaksanaan Youth Town Hall
tingkat nasional, Maret lalu.
Kegiatan Nasional Youth Town Hall menjadi forum diskusi bagi pemuda, tokoh
inspiratif, dan pemangku kepentingan menyuarakan permasalahan isu kesehatan
serta berbagi pengalaman dan solusi untuk menjawab tantangan tersebut.
Youth Town Hall menjadi titik balik bagi pemuda dan pemangku kebijakan untuk
mengkaji ulang pelibatan pemuda secara lebih strategis. Pembangunan kesehatan
yang strategis dan inklusif menjadi visi yang perlu diwujudkan dalam memastikan
generasi muda yang berkualitas menuju tahun emas 2030.
Sebagai bentuk komitmen untuk mendukung kontribusi pemuda dalam pencapaian
Sustainable Development Goals, khususnya di pencapaian tujuan No.3 yang
berfokus di bidang kesehatan, Center for Indonesia’s Strategic Development
Initiatives (CISDI) menginisiasi sebuah diskusi yang melibatkan pemuda
perwakilan peserta Nasional Youth Town Hall.
Menlu Retno: Bangsa Tidak Sehat adalah Bangsa yang Lemah
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa kesehatan merupakan
aspek penting yang menentukan kekuatan suatu bangsa.
“Kalau sebuah bangsa tidak sehat maka bangsa tersebut akan lemah,” kata dalam
Youth Town Hall, Kamis (21/3/2019) di Balai Sarbini, Jakarta seperti dikutip rilis
yang diterima Health-Liputan6.com.
Retno pun mengingatkan anak-anak muda untuk memiliki kesehatan yang optimal
agar bisa mendapatkan bonus demografi yang akan terjadi pada 2020-2030 di
Indonesia. Dengan kesehatan yang optimal, pemuda bisa lebih produktif dan bisa
melakukan banyak hal.
Tak cuma kesehatan saat ini, nanti saat sudah menjadi orangtua juga perlu
memperhatikan asupan makanan. Jangan sampai perempuan mengalami
kekurangan gizi karena nanti akan hamil. Menurut banyak studi, ibu dengan
cakupan gizi optimal akan melahirkan anak yang sehat.
Gejala Tipes yang Perlu Dikenali, Waspadai Agar Tak Membahayakan
Nyawa
Kamu pasti sudah tidak asing dengan penyakit tipes. Kasus penyakit tipes memang
sering ditemui di tengah masyarakat Indonesia. Penyakit tipes ini merupakan
penyakit yang unik karena penyebaran bakteri tipes ini bisa ditularkan dari
seseorang yang justru tidak sakit tipes.
Penyebaran dan perkembangan penyakit tipes biasanya kerap ditemui di negara-
negara berkembang. Negara berkembang sebagian besar memiliki proses sanitasi
yang masih kurang dan berjalan tidak baik. Jika dibandingkan di negara maju,
penyakit tipes ditemukan kasus dengan angka yang kecil.
Penyakit tipes yang menyerang anak-anak maupun orang dewasa biasanya tidak
didukungnya sanitasi di daerah tersebut atau kebiasaan dari orang itu sendiri. Bisa
juga akibat orang yang menderita tipes belum mendapatkan imunisasi sehingga
rentan akan penyakit akibat kekebalan tubuhnya tidak kuat.
Lingkungan, Faktor yang Paling Menentukan Kesehatan Masyarakat
Liputan6.com, Jakarta Derajat kesehatan masyarakat sesungguhnya bukan hanya
soal pelayanan kesehatan, tetapi juga faktor lingkungan. Bahkan, hal itu memiliki
pengaruh hingga 40 persen.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek dalam
Rapat Kerja Nasional Indonesia Bersih yang di Gedung Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan pada Kamis (21/2/2019). Adapun, acara tersebut digelar oleh
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian LHK.
Nila mengungkapkan mengenai Teori H.L. Blum dalam kesempatan tersebut.
Seperti dikutip dari rilis di sehatnegeriku.kemkes.go.id pada Jumat (22/2/2019),
derajat kesehatan ditentukan oleh 40 persen faktor lingkungan, 30 persen faktor
perilaku, 20 persen pelayanan kesehatan, dan 10 persen genetika atau keturunan.
Sehingga, demi mencapai kesehatan yang baik, menjaga kebersihan lingkungan dan
sanitasi adalah faktor penentu tertinggi demi meningkatkan kesehatan masyarakat.
Masalahnya, yang terjadi di masyarakat Indonesia saat ini faktor pelayanan
kesehatan dianggap yang paling menentukan.
"Kalau betul-betul memperhatikan lingkungan, faktor pelayanan kesehatan hanya
20 persen," kata Nila.
Gejala Virus Zika, Cara Penularan dan Pencegahan yang Perlu Diwaspadai
Ibu Hamil
Liputan6.com, Jakarta Pada 2016 yang lalu informasi mengenai virus Zika yang
'mengamuk' di Amerika Tengah dan Selatan menjadi topik hangat akibat
keberadaan virus tersebut.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, virus Zika ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes. Nyamuk jenis Aedes Aegypti untuk daerah tropis, Aedes
africanus di Afrika, dan juga Aedes albopictus pada beberapa daerah lain. Meskipun
saat ini virus Zika sudah jarang terdengar namun tidak ada salahnya untuk
mengetahui gejala virus Zika, cara penularan dan pencegahan.
Pasalnya, para ilmuwan melaporkan bahwa dari 70 anak-anak dengan microcephaly
Zika bisa menimbulkan gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan
telinga bagian dalam atau kerusakan saraf yang menghubungkan telinga ke otak.
Selain itu, pada beberapa kasus Zika dilaporkan terjadi komplikasi autoimun.
Gejala penyakit ini menyebabkan kesakitan tingkat sedang yang berlangsung 2-7
hari.
Bagi siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui ada virus Zika
memiliki risiko terinfeksi. Namun tidak semua orang yang terinfeksi virus Zika
menunjukkan gejala. Hanya satu di antara lima orang yang menunjukkan gejala.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengetahui gejala virus Zika, cara
penularan dan pencegahan, sebagai langkah antisipasi. Anda pun juga bisa
mengedukasi kepada kerabat mengenai gejala virus Zika cara penularan dan
pencegahan tersebut. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber gejala
virus Zika, cara penularan dan pencegahan, Minggu (17/3/2019).
Jumlah Anak Rabun Jauh di Indonesia Meningkat Drastis pada 2050
Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 500 juta anak usia sekolah di dunia akan
mengalami rabun jauh atau miopi di 2050. Sebuah data terbaru yang dikumpulkan
oleh Clearly yang dipresentasikan dalam konferensi di London mengungkapkan hal
ini.
Mengutip Pharmacy Business pada Selasa (11/6/2019), peningkatan rabun jauh
atau mata minus di 2050 hampir 200 juta dari saat ini.
Masalah pada mata ini diperkirakan akan meningkat pesat pada anak-anak di dua
negara: Tiongkok (65,7 persen) dan India (22,3 persen).
Selain dua negara tersebut, mereka yang menghadapi masalah peningkatan angka
rabun jauh pada anak usia sekolah di 2050 adalah: Amerika Serikat (27,6 persen),
Meksiko (18,6 persen), Indonesia (17,2 persen), Nigeria (16,4 persen), Pakistan
(12,3 persen), Bangladesh (9,3 persen), Brasil (8,5 persen), dan Jepang (8,0 persen).
IPB: Cacar Monyet Belum Pernah Dilaporkan Terjadi di Indonesia
Monkeypox atau cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan virus
monkeypox. Virus ini masuk genus Orthopoxvirus, famili Orthopoxviridae.
Penyakit ini seperti smallpox pada manusia, disebabkan variola atau smallpox virus
yang berkerabat dekat dengan monkeypox tetapi bersumber pada hewan.
"Hewan yang peka terhadap monkeypox virus di antaranya monyet, kera, rodensia,
dan mamalia kecil. Sumber virus di hewan bisa berasal dari lesio kulit, urin, feses,
eksudat dari mulut, hidung, dan konjungtiva, serta semua jaringan hewan
terinfeksi," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (FKH
IPB), Prof Dr drh Srihadi Agungpriyono ketika dihubungi, Kamis (16/5/2019).
Lebih lanjut dia menyampaikan, penularan dari hewan ke hewan melalui kontak
langsung dengan sumber virus misalnya gigitan, cakar, dan endusan. Penularan
diduga terjadi juga melalui aerosol atau kontak dekat.
Penularan dari hewan ke manusia bisa melalui kontak langsung dengan lesio (kulit),
darah, dan cairan (eksudat) hewan terinfeksi, gigitan dan cakaran, melalui aerosol
saat kontak dekat dengan hewan terinfeksi, serta konsumsi daging hewan liar yang
dikenal 'bush meat'. Kasus 'bush meat' merupakan kasus pada manusia di Afrika.
"Penyakit monkeypox belum pernah dilaporkan terjadi di Indonesia baik pada
hewan maupun manusia, sehingga penyakit ini dalam istilah kesehatan hewan
dikategorikan eksotik," katanya.
Dari aspek kesehatan hewan, maka otoritas veteriner perlu membuat kebijakan
tentang tindakan-tindakan preventif terkait masuknya hewan-hewan, terutama
rodensia dan ‘exotic pet’ dari negara endemik monkeypox.
Mengingat ini penyakit zoonotik, maka perlu ada koordinasi antara bidang
kesehatan, kesehatan hewan, satwa liar, dan instansi terkait, untuk segera membuat
serta mengambil langkah-langkah tindakan preventif termasuk kesiapsiagaan
darurat atau emergency preparedness terkait masuknya virus Monkeypox,"
paparnya.
Selain itu, ia menambahkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
masyarakat harus segera disusun dalam rangka meredam keresahan dan
kekhawatiran masyarakat. "Kita sepakat agar masyarakat tidak perlu khawatir
berlebihan dan tetap memperhatikan imbauan dan saran yang disampaikan oleh
pemerintah melalui instansi terkait,
Butuh Peran Aktif Masyarakat untuk Cegah Penyakit DBD
JAKARTA - Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) bisa segera
ditanggulangi dan dicegah, jika ada peran aktif dari masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungannya.
Hal ini pun sudah diaplikasikan oleh sejumlah pengurus lingkungan di Kelurahan
Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan melakukan
penyemprotan atau fogging.
Kegiatan ini dimotori oleh komunitas masyarakat yang tergabung dalam Alumni
SMA dan Perguruan Tinggi. "Kami sebagai warga tentunya sangat senang dan
mengapresiasi kegiatan fogging yang bermanfaat untuk penanggulangan dan
pencegahan wabah DBD," kata M Raffiudin, Ketua Pelaksana, di sela-sela kegiatan
Rabu (20/3/2019).
Dia menjelaskan, pihaknya tidak mempermasalahkan jika kegiatan fogging yang
dilakukan gabungan alumni SMA 60, SMA 28, SMA 97, SMA 55, SMA 13, PSKD,
SMP 19 dan ITB, dibarengi dengan sosialisasi kampanye untuk Paslon 01, Joko
Widodo (Jokowi)-KH Maruf Amin.
"Warga tidak ada masalah. Karena kegiatan ini melalui prosedur yang baik. Mereka
sudah memberi tahu Panwas dan Polsek Pasarminggu," ucapnya.
Hal senada dikatakan Nasir, Anggota Panwas dari Kecamatan Pasarminggu. Ia
mengaku senang ada pemberitahuan kegiatan fogging yang diisi dengan kampanye.
"Ini menunjukkan adanya kesadaran yang tinggi dari para relawan ataupun timses
paslon dalam hal kampanye untuk terhindar dari berbagai pelanggaran pemilu, "
ujarnya.
Sekadar diketahui, para alumni SMA dan perguruan tinggi ini, selain melakukan
fogging juga mensosialisasikan Paslon 01 Pilpres 2019 secara simpatik dengan
membagikan kaos, kalender dan pin.
Pemerintah Dinilai Tak Boleh Korbankan Kualitas Layanan Kesehatan
JAKARTA - Kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat diminta tidak boleh
dikorbankan oleh ketidakmampuan pemerintah menyiapkan anggaran untuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Hal tersebut dikatakan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno, Gamal Albinsaid, dalam diskusi Rabu Biru bertajuk
'Memerdekakan Sektor Kesehatan, Sejahterakan Ekonomi Rakyat' di Media Center
Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu
(13/3/2019).
Gamal memandang, posisi BPJS Kesehatan serba salah. Di lain sisi, BPJS
Kesehatan tidak memiliki anggaran, namun kebutuhan yang harus ditanggung
begitu besar. Sehingga kata dia, pemerintah atau negara harus hadir.
Sehingga, menurut dia, negara ini butuh pemimpin yang menjadikan kesehatan
sebagai prioritas pembangunan. Dia berpendapat, presiden tidak boleh lepas tangan
dari masalah defisit BPJS Kesehatan.
"Kalau kita lihat Undang-undang dijelaskan di Pasal 7 Ayat 1 itu tertulis BPJS
Kesehatan bertanggung jawab kepada Presiden, bahkan premi dan lain sebagainya
dikeluarkan oleh Perpres," ungkapnya.
Obat Kanker Usus Tak Lagi Ditanggung BPJS, Ini Respons Dewan
JAKARTA - Keputusan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor HK.01.07/
Menkes/707/2018 tentang Formulairum Nasional tertanggal 19 Desember 2018
terkait obat kanker usus yang tak lagi ditanggung BPJS menuai tanggapan dari
Okky Asokawati, Anggota Komisi IX DPR 2014-2018.
Menkes memutuskan dua jenis obat kanker yakni obat yang menghambat
pertumbuhan kanker (bevasizumab) tidak masuk dalam daftar obat yang
ditanggung BPJS. Kemudian obat untuk pengobatan kanker usus besar/kolorektal
(cetuximab) yang hanya masuk dalam peresapan maksimal enam siklus atau hingga
terjadi efek samping yang tidak ditoleransi mana yang terjadi lebih dahulu.
Keputusan ini efektif per 1 Maret 2019 mendatang. (Baca Juga: Ketahui Gejala
Awal Kanker Usus)
Keputusan Menkes ini berbasis hasil rekomendasi tim penilai yang berbasis pada
efektifitas harga (cost effectivness) dengan membandingkan antara obat mahal dan
obat generik yang sebenarnya memiliki manfaat yang sama.
Mestinya pemerintah memberi penjelasan secara komprehensif atas kebijakan
tersebut. Saya melihat, Kemenkes kerap menyampaikan informasi yang sepotong-
potong dan tidak komprehensif di publik. Akibatnya, persepsi negatif muncul dari
informasi kebijakan yang tidak utuh tersebut,” kata Okky Asokawati dalam
keterangan tertulisnya, Minggu (24/2/2019).
Terkait keputusan itu, Okky menilai ada kebiasaan yang kerap dikesampingkan
oleh Kemenkes saat membuat kebijakan baru yakni mengenyampingkan uji publik
serta pelibatan berbagai stakeholder. Ketiadaan uji publik dan kurangnya partisipasi
publik dalam perumusan suatu kebijakan memunculkan protes dari publik.
ARTIKEL : KEHUTANAN
Menteri LHK Berharap Hutan Bisa Sejahterakan Rakyat Indonesia
JAKARTA - Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia,
pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
memberikan pengakuan resmi tentang masyarakat hukum adat dan hutan adat
sebagai mandat UUD 1945 Pasal 18B.
Pengakuan terhadap masyarakat hukum adat dan hutan adat tersebut ditindaklanjuti
oleh Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar dengan
meluncurkan Peta Hutan Adat dan Wilayah Indikatif Hutan Adat Fase I di Jakarta,
Senin (27/5/2019).
Penetapan ini untuk menjamin usulan-usulan di daerah yang telah memiliki subjek
dan objek masyarakat hukum adat.
"Alhamdulillah, menindaklanjuti arahan Bapak Presiden Joko Widodo, telah
ditetapkan Peta Hutan Adat dan Wilayah Indikatif Hutan Adat Fase I. Semua ini
dilakukan tidak lain untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia," ujar Siti.
Siti menegaskan, peluncuran Peta Hutan Adat Ini bentuk nyata kehadiran Negara
sejak Indonesia merdeka, yang secara resmi mengakui masyarakat hukum adat dan
hutan adat sebagai pengejawantahan UUD 1945 Pasal 18B.
Luas Peta Hutan Adat dan Wilayah Indikatif Hutan Adat Fase I sesuai Permen LHK
tentang Hutan Adat dan Hutan Hak yang ditetapkan pada 29 April 2019 mencapai
471.981 hektare (ha) yang berasal dari hutan negara seluas 384.896 ha, Areal
Penggunaan Lain (APL) seluas 68.935 ha dan Hutan Adat seluas 19.150 ha.
Peta wilayah indikatif Hutan Adat, menurut Siti, perlu dicatat sehingga tidak bisa
dipakai atau diminta lagi untuk atau oleh siapapun. Karena jika dalam tiga bulan
sudah bisa memenuhi persyaratan perundangan maka statusnya bisa menjadi
definitif.
Hutan adat merupakan salah satu bentuk dari Perhutanan Sosial, yang sampai saat
ini secara keseluruhan telah dilakukan penetapan seluas lebih kurang 3.073.675,98
Ha.
Lebih lanjut dikemukakan Siti Nurbaya, penetapan hutan adat ini menegaskan
secara nyata pengakuan secara resmi oleh begara yang harus diwujudkan alam kerja
birokratis.
KLHK Ungkap 18 Perusahaan Ilegal Terlibat Penyelundupan Kayu
JAKARTA - Dirjen Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), Rasio Ridho Sani bersama staf dan jajarannya menyambangi
Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk berdiskusi.
Salah satu yang dibahas dalam pertemuan tersebut soal adanya dugaan keterlibatan
18 perusahaan dalam penyelundupan kayu ilegal yang ditemukan KLHK dalam
satu bulan terakhir.
"Kami dalam satu bulan ini sudah melakukan tindakan hukum berkaitan dengan
kayu ilegal yang ada di Papua. Dimana kami melakukan penindakan terhadap 384
kontainer kayu dalam 1 bulan terakhir ini Desember sampai dengan Januari," ujar
Rasio di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Rasio mengaku didukung lembaga antirasuah untuk memuntaskan kasus tersebut.
Karena menurutnya, nilai kerugian penyelundupan kayu ilegal itu mencapai Rp105
miliar.
"Ini proses terus berlangsung. KPK mensupervisi kami, termasuk hari ini kami
diskusi dengan KPK dalam rangka penegakan hukum terhadap kayu-kayu ilegal
asal Papua," jelasnya.
Rasio mengungkapkan 384 kontainer berisikan kayu ilegal asal Papua ditindak
KLHK di Pelabuhan Makassar dan Surabaya. Dirinya berharap kasus ini bisa
dituntaskan bersama-sama dengan tim KPK.
"Tim kami sedang berkerja di sana kami juga siapkan penyidik ada 70 penyidik
yang dapat supervisi dari KPK. Dan kami bertemu dengan pimpinan Pak Saut,"
tutupnya.
LIPI Dorong Pengelolaan SDA Berkelanjutan
PALEMBANG - Kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya sangat krusial dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA).
Ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030
(SDG’s)
“Peran setiap pemangku kepentingan sangat krusial sehingga perlu untuk terus
diperkuat,” kata Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Bambang Subiyanto saat membuka "The 2018 International Conference on
Biosphere Reserve: Engaging Stakeholders towards Community Empowerment di
Palembang, Sumatera Selatan. Senin (23/7/2018).
Konferensi internasional ini merupakan side-event dari sidang ke 30 “International
Coordinating Council of The Man and The Biosphere (ICC MAB) UNESCO, 23-
28 Juli 2018. Hadir dalam kesempatan ini lebih dari 300 partisipan dari lebih 50
negara anggota MAB UNESCO.
Bambang secara khusus menyoroti peran sektor swasta. Menurut dia peran pelaku
usaha di Indonesia dan juga di banyak negara lain perlu ditingkatkan untuk
mengimplementasikan hasil penelitian dalam mendukung industrilisasi. Hal ini
akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
LIPI sebagai focal point program manusia dan biosfer UNESCO di Indonesia
bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan
Pemerintah Daerah akan terus mempromosikan cagar biosfer untuk mendorong
pengelolaan SDA berkelanjutan.
Sejak tahun 1977 hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 11 cagar biosfer.
Indonesia sudah mengajukan tiga lokasi lagi kepada UNESCO untuk mendapat
pengakuan sebagai cagar biosfer yaitu Berbak-Sembilang, Betung Kerihun-Danau
Sentarum, dan Gunung Rinjani-Lombok.
Dirjen Konservasi SDA dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Wiratno menyatakan ada perubahan arah kebijakan dimana
masyarakat sekarang dijadikan subyek dalam pegelolaan dan konservasi SDA.
KTT Hutan Hujan Asia Pasifik Bahas Mangrove dan Blue Carbon
JAKARTA - KTT Hutan Hujan tingkat Asia Pasifik atau atau Asia-Pacific
Rainforest Summit (APRS) III yang diselenggarakan selama tiga hari, 23-25 April
2018 di Yogyakarta telah merekomendasikan sejumlah sektor. Salah satunya soal
mangrove dan hutan sosial.
Dalam urusan mangrove dan blue carbon, panel diskusi menyimpulkan bahwa
mangrove dan blue carbon merupakan calon potensial untuk dimasukkan dalam
NDC Indonesia sebagai sarana untuk mitigasi perubahan iklim. Selain itu, dari dua
hal tersebut juga merupakan kandidat yang baik sebagai insentif keuangan untuk
mencegah deforestasi di bawah mekanisme pembayaran untuk Payment for
Ecosystem Services (PES).
Untuk menerapkan blue carbon, harus dimasukkan ke dalam sistem perencanaan
tata ruang pesisir dan mekanisme viabilitas ekonomi masyarakat lokal. Pencegahan
kehilangan bersih hutan mangrove yang merupakan manfaat utama bagi karbon
biru, akan bergantung pada peningkatan pengelolaan akuakultur serta mengurangi
dan menghentikan tekanan terhadap ekosistem bakau.
Seperti kita ketahui, KTT Hutan Hujan tingkat Asia Pasifik atau Asia-Pacific
Rainforest Summit (APRS) III yang diselenggarakan selama tiga hari, 23-25 April
2018 di Yogyakarta. APRS III yang mengangkat tema ‘Protecting Forests and
People, Supporting Economic Growth’ ditutup Rabu (25/4) dilanjutkan dengan
studi lapangan ke Taman Nasional Gunung Merapi dan ke Perhutanan Sosial
tanaman dan penyulingan kayu putih di Wanagama Gunung Kidul.
Sedangkan untuk masalah Perhutanan Sosial (PS)/Hutan Adat (HA), didapati
kesimpulan bahwa Pergeseran paradigma PS/HA dari masyarakat hanya ke masalah
yang lebih luas yang terkait dengan lembaga keuangan dan pasar.
Di tingkat dasar, beberapa contoh menunjukkan bahwa PS/HA juga bisa menjadi
jawaban untuk masalah kepemilikan lahan. Meskipun beberapa pertanyaan masih
ada, seperti bagaimana PS dapat mengembangkan kasus bisnis, cara inovatif harus
dipertimbangkan dan dibina model bisnis inklusif untuk memastikan keadilan,
proporsi keuntungan yang adil (pembagian manfaat). Penting untuk
mempertimbangkan dampak sosial dan konservasi.
Menteri Siti Klaim Tata Kelola Lahan Gambut Indonesia Sudah Baik
YOGYAKARTA - Memiliki lahan gambut yang begitu luas, Indonesia sangat
rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Dalam tiga tahun terakhir,
pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan berbagai langkah
koreksi dan terbukti mampu membawa Indonesia pertama kalinya keluar dari
bencana Karhutla yang biasanya rutin terjadi.
Pengalaman tata kelola gambut Indonesia ini menjadi salah satu bahasan dalam
pertemuan bilateral antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya
dengan Menteri Lingkungan dan Energi Australia Josh Frydenberg, rangkaian
Konferensi Tingkat Tinggi Hutan Hujan Asia Pasifik (Asia Pacific Rainforest
Summit KTT APRS) ke-3, di Yogyakarta, Senin (23/4/2018). KTT ini akan
berlangsung hingga Rabu (25/4) besok.
Menteri Siti mengatakan, Indonesia telah banyak belajar dari pengelolaan gambut
di masa lalu. Melalui berbagai pengalaman, penelitian dan pengembangan serta
pengaturan kelembagaan, kini tata kelola gambut Indonesia menjadi lebih terarah.
Indonesia kini fokus dalam konservasi dan pengelolaan berkelanjutan lahan
gambut," ujarnya.

Berbagai kebijakan telah dilahirkan oleh Pemerintah Indonesia seperti komitmen


politik, moratorium, kebijakan perlindungan gambut, mendirikan badan khusus
merestorasi gambut, penegakan hukum lingkungan, hingga bekerja sama dengan
semua level pemerintah dan stakeholder.
Semua hal tersebut memengaruhi secara signifikan pengelolaan gambut yang
berdampak pada berkurangnya degradasi dan kejadian kebakaran pada lahan
gambut. Untuk pertama kalinya setelah hampir dua dekade, Indonesia berhasil
mengatasi Karhutla dan mencegah terjadinya bencana asap lintas batas.
"Hal ini mencerminkan tata kelola lahan gambut Indonesia yang lebih baik," kata
Menteri Siti.
Indonesia juga berkolaborasi dengan internasional untuk mengimplementasikan
target dan ambisi mencapai manajemen gambut yang berkelanjutan. “Indonesia dan
Australia akan bekerja sama di bawah kendali UN Environment dengan
mengandeng CIFOR (Centre for International Forestry Research)," jelas Siti.
Menteri Siti juga mengungkapkan pada pada akhir Juni nanti, menteri dari dua
negara Kongo yaitu Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo akan
mengunjungi Indonesia. Menteri dari dua negara yang memiliki lahan gambut
terluas di dunia ini datang untuk memelajari keberhasilan Indonesia dalam
pengelolaan lahan gambut.
Jokowi Ingin Lahan Hutan Hadirkan Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Konferensi Tenurial
Reformasi Penguasaan Tanah dan Pengelolaan Hutan Indonesia tahun 2017 di
Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/10/2017).
Dalam sambutannya, Jokowi menegaskan awal tahun 2017 ini pemerintah fokus
terhadap pemerataan ekonomi salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
reformasi agraria dan perhutanan sosial.
"Semangat reforma agraria bagaimana lahan hutan yang merupakan bagian SDA
dapat diakses rakyat dan menghadirkan keadilan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat," tutur Jokowi dalam sambutannya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengaku perlu menyampaikan bahwa setiap
tahunnya sertifikat lahan diberikan dari Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)
sebesar 400-500 ribu sertifikat lahan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menugaskan kepada BPN untuk memberikan 5
juta sertifikat untuk tahun ini, kemudian 7 juta untuk tahun 2018 dan tahun 2019
sebesar 9 juta sertifikat.
"Untuk apa? Supaya masyarakat memiliki pegangan status hukum hak atas tanah
dan tidak lagi terjadi sengketa lahan, sengketa tanah di mana-mana," tutur dia.
"Ini yang saya dengar setiap saya ke daerah ke provinsi ke desa selalu yg
disampaikan sengketa lahan antara masyarakat adat dengan pemerintah, masyarakat
adat dengan perusahaan, antara masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
perusahaan," tandasnya.
Ada 666 Aduan Kasus Konflik Pemilikan Lahan Masuk dalam 3 Tahun
Jakarta - Pemerintah melalui Kantor Staf Presiden membentuk Tim Percepatan
Penyelesaian Konflik Agraria (TPPKA) untuk menyelesaikan kasus konflik agraria
atau konflik kepemilikan dan penguasaan lahan. Selama tiga tahun sejak dibentuk,
ada 666 aduan yang masuk.
Menurut Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, 666 aduan yang masuk setara tanah
seluas 1.457.084 hektar. Aduan tersebut diterima melalui surat, surat elektronik,
dan pengaduan langsung.
"Sedikitnya 176.132 kepala keluarga terdampak," jelas dia dalam konferensi pers
di KSP, Komplek Istana, Jakarta, Rabu (12/6/2019)'.
Lebih lanjut, dari 666 aduan tersebut sebanyak 413 kasus memiliki informasi yang
lengkap sehingga bisa ditindaklanjuti. Sedangkan 253 kasus sisanya belum
memiliki informasi pendukung sehingga tak dapat ditindaklanjuti.
Lantas, guna mempercepat penyelesaian terhadap kasus yang dapat ditindaklanjuti
Moeldoko berserta Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, dan Menteri
Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menggelar rapat tingkat menteri.
Dalam rapat tersebut, Moeldoko meminta agar setiap kementerian saling
bertanggungjawab membantu menyelesaikan masalah tersebut. Hal itu dilakukan
dengan menunjuk salah satu penanggungjawab dari setiap kementerian untuk
koordinasi.
Dengan begitu harapannya, setiap aduan yang masuk dapat diselesaikan sesegera
mungkin sesuai dengan prioritas Presiden Joko Widodo, yakni pelaksanaan reforma
agraria.
"Langkah koordinasi dilakukan dengan cara penunjukan pejabat penanggungjawab
dari masing-masing kementerian atau lembaga untuk koordinasi," tutup dia.
Diperlukan Ilmuwan Kehutanan untuk Merawat Hutan RI
JAKARTA - Indonesia yang sebagian besar daratannya kaya dengan sumber daya
alam, salah satunya hutan, maka diperlukan untuk mengelola dan merawat hutan
tersebut.
Pendiri Tanoto Foundation, Sukanto Tanoto mengatakan, tentu, untuk mengelola
dan merawat hutan tersebut, diperlukan ilmuwan yang paham dan menguasai ilmu
kehutanan. Dalam konteks itu, Tanoto Forestry Information Center digagas.
"Swasta, terutama korporat punya tanggung jawab untuk ikut memajukan dunia
ilmu pengetahuan di Indonesia. Apalagi Indonesia, kaya akan sumber daya alam.
Salah satunya hutan," kata Tanoto dalam siaran pers, Selasa (8/11/2016).
"Hutan adalah aset terbesar bangsa ini. Tentu perlu dikelola dan rawat oleh orang
yang memang paham dan menguasai ilmu kehutanan," imbuhnya.
Menurutnya, agar keberadaan Tanoto Forestry Information Center bisa maksimal,
pihaknya menggandeng perguruan tinggi yang memang spesialis di bidang
kehutanan. Salah satu perguruan tinggi yang digandeng adalah Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Dia berharap, kerja sama dengan lembaga pendidikan bisa menghasilkan sesuatu
yang sangat bermanfaat, tidak hanya bagi ilmu pengetahuan, tapi juga bagi bangsa
secara keseluruhan.
"Tidak hanya dengan IPB, pihaknya akan menggandeng perguruan tinggi lainnya.
Untuk itu, kita harapkan IPB bekerja sama dengan perguruan tinggi lain serta
lembaga penelitian bidang kehutanan lainnya, untuk dapat mengembangkan pusat
informasi yang mendukung riset bidang kehutanan serta pengembangan ilmu
kehutanan," ungkapnya.
"Pada akhirnya, berbagai aktivitas dalam lembaga ini sebagai jalan bagi lahirnya
ilmuwan dan praktisi kehutanan yang unggul di tingkat internasional," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir
mengatakan, Tanoto Forestry Information Center sangat tepat dalam menjadi
instrument utama penelitian, analisis, dan menyusun langkah strategis yang
diperlukan.
Pemerintah Diminta Perlu Berikan Amnesti Lingkungan
JAKARTA - Karut marutnya masalah kehutanan dan perkebunan, terutama
menyangkut peristiwa kebakaran hutan yang akhirnya menimbulkan prokontra di
masyarakat ketika masalah itu dibawa ke pengadilan, maka langkah yang perlu
dipertimbangkan pemerintah adalah memberikan amnesti lingkungan.
“Salah satu cara paling efektif untuk melakukan rekonsiliasi dan harmonisasi dalam
sisa waktu empat tahun masa Kabinet Kerja Presiden Jokowi, adalah dengan
mengambil kebijakan Amnesti Lingkungan,” ujar pengamat lingkungan dan
kehutanan IPB Bogor, Ricky Avenzora, Minggu (10/1/2016)
Menurut Ricky, memberikan Amnesti Lingkungan untuk semua pihak agar bisa
memulai suatu kinerja yang harmonis secara bersama adalah jauh lebih efisien,
efektif dan bermartabat, daripada menggadaikan harga diri bangsa serta
menghancurkan negara melalui pengharapan.
"Atas dana lingkungan global yang jumlahnya pasti akan sangat kecil sekali dan
membebani bangsa pula dalam banyak hal," ucap Ricky.
Ricky menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah, soal mekanisme dan perangkat
hukum apa yang akan dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan Amnesti
Lingkungan.
"Yang jelas beban pekerjaan Kabinet Kerja yang sesungguhnya adalah bukan hanya
terkait masalah 2 juta hektare areal KarhutLa 2015, melainkan mencakup 37 juta
hektare kawasan hutan yang rusak dan terbengkalai akibat kekeliruan kebijakan di
masa lalu," tuturnya.
Diakuinya, negara dan LSM tidak akan pernah sanggup menyediakan pembiayaan
yang dibutuhkan untuk merehabilitasi hutan-hutan yang rusak tersebut.
Sementara menyinggung keputusan Hakim PN Palembang atas PT Bumi Mekar
Hijau (BMH), Ricky mengatakan, kita harus menghormati dan menjaga
kewibawaan Majelis Hakim serta PN Palembang.
"Perlu untuk kita bentengi dari berbagai serangan fitnah serta pelecehan yang
sedang digerakkan oleh berbagai LSM yang tidak berdasar dan penuh kebohongan
serta dramatisasi,
dalam konteks terjadinya suatu peristiwa kebakaran di Kawasan Hutan Produksi,"
ungkapnya.
Jokowi Minta Kemenhut Libatkan UGM Kelola Lahan Gambut
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan melibatkan para ahli gambut Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta untuk merancang tata kelola lahan gambut.
Hal itu disampaikannya dalam rapat kabinet terbatas membahas tindaklanjut
penanganan kebakaran hutan dan lahan gambut di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu
(4/11/2015).
Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan telah mendapatkan masukan yang
komprehensif dari kelompok kerja gambut UGM Yogyakarta. "Saya minta
Kementerian Kehutanan terus melibatkan mereka, ahli gambut untuk merancang
tata kelola lahan gambut, ke depan itu sudah jelas apa yang harus kita lakukan,"
ujar Jokowi.
Dirinya juga menyampaikan jumlah titik panas pada kebakaran hutan dan lahan
sudah mulai berkurang saat ini. Berdasarkan laporan terakhir yang diterimanya, 53
titik di Sumatera dan 124 titik di Kalimantan.
Jumlah tersebut, lanjut dia, jelas sangat jauh berkurang dibanding sebelumnya yang
melebihi 1.000 titik panas (Hotspot). "Dan momentum ini terus akan kita gunakan,
kita akan fokus dalam pencegahan terutama masa mendatang. Oleh karena itu kita
akan melakukan review terhadap beberapa peraturan perundangan mulai dari
undang-undang dan peraturan pemerintah sampai Pergubyang membuka ruang bagi
pembakaran hutan dan lahan gambut," ungkapnya.
Kemudian, meninjau ulang semua perizinan terkait, terutama semua pemberian
konsensi di lahan gambut. Oleh sebab itu, tambah Jokowi, pihaknya akan
membicarakan institusi atau badan atau satuan tugas yang akan dibentuk lewat
Perpres.
ARTIKEL : PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT

People Centered Development


(Penduduk Sebagai Titik Sentral Pembangunan)

Perkembangan penduduk di Negara Indonesia dari tahun ketahun memang


tidak dapat dipungkiri lagi. Setiap tahunnya negara ini terus mengalami kepadatan
(kenaikan jumlah) penduduk. Apabila hal tersebut tidak diatur dengan rinci, maka
akan berdampak sistematis kepada kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa. Hasil
Sensus Penduduk Indonesia dari Tahun 1971 – 2010 menyatakan jumlah penduduk
Indonesia selalu mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk di setiap
daerahnya (Sumber BPS Nasional, 2016). Tingkat pertumbuhan tersebut
dipengaruhi langsung oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Peristiwa kelahiran di
suatu daerah menyebabkan perubahan jumlah dan komposisi penduduk, sedangkan
peristiwa kematian dapat menambah maupun mengurangi jumlah penduduk di
suatu daerah. Sedangkan migrasi (perpindahan penduduk) berarti mengurangi
jumlah penduduk bagi daerah yang ditinggalkan dan menambah jumlah penduduk
bagi daerah yang didatangi. Selain penyebab langsung seperti kelahiran, kematian
dan migrasi terdapat penyebab tidak langsung, seperti keadaan sosial, ekonomi,
budaya, lingkungan serta politik.
BPS (Badan Pusat Statistik) Nasional merilis Proyeksi Penduduk Indonesia
Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, yang mana proyeksi (perkiraan)
tersebut memperkirakan jumlah penduduk di Negara Indonesia dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2035. Jumlah penduduk di Negara Indonesia berdasarkan
hasil sensus penduduk pada tahun 2010 tersebut berjumlah sebanyak 238.518.800
jiwa, baik itu laki-laki maupun perempuan, sedangkan proyeksi (perkiraan)
penduduk Negara Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 tersebut
pada tahun 2035 penduduk di Negara Indonesia diperkirakan berjumlah
sebanyak 305.652.400 jiwa baik itu laki-laki maupun perempuan (Sumber BPS
Nasional, 2016). Dari proyeksi hasil sensus penduduk tersebut dapat diperkirakan
bahwa ada penambahan penduduk sebanyak 67.133.600 jiwa dalam rentang 25
(dua puluh lima) tahun kedepan dari tahun 2010 sampai dengan 2035 dengan rata-
rata pertahun bertambahnya penduduk sebanyak 2.685.344 jiwa. Meningkatnya
jumlah pertumbuhan penduduk berarti meningkatnya pula kebutuhan akan
ketersediaan sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal).
Oleh karena itu, dalam konteks kebijakan kependudukan, pengukuran tidak hanya
bersifat pada aspek kuantitas penduduk dengan komponen pada upaya
pengendalian angka kelahiran (fertilitas), penurunan angka kematian (mortalitas)
serta pengarahan mobilitas penduduk (migrasi), tetapi juga harus memperhatikan
komponen tentang kualitas penduduk dengan parameter ketersediaan sandang
(pendidikan, pekerjaan, kemandirian, tingkat sosial), pangan (kesehatan,
produktivitas, kecerdasan) serta papan (ketahanan, kemandirian).
Konsep People Centered Development (Penduduk Sebagai Titik Sentral
Pembangunan
Strategi Pembangunan Desa Terpadu : Suatu Pilihan Paradigma People
Centered Development
Penggunaan paradigma pertumbuhan dan kesejahteraan telah menimbulkan
dampak yang cukup memprihatinkan, dimana telah menghasilkan adanya distorsi
atau krisis lingkungan dengan menipisnya daya dukung alami, meningkatnya
ketergantungan rakyat yang luar biasa dengan proyek pembangunan atau kepada
birokrasi dan menjadi kendala pada pembangunan berkelanjutan (sustained
development), di samping partisipasi yang tumbuh lebih merupakan mobilisasi
partisipasi dalam implementasi, bukan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Kelemahan-kelemahan dari paradigma tersebut selanjutnya memunculkan
paradigma people centered development. Adapun logika yang mendominasi
paradigma ini adalah keseimbangan ekologi manusia, dengan didukung sumber
pembangunan utamanya adalah informasi dan prakarsa yang kreatif yang tak akan
pernah habis, dengan tujuan utamanya adalah perkembangan manusia dengan
aktualisasi yang optimal dari potensi manusia. Paradigma ini memberi tempat yang
penting bagi prakarsa dan keanekaragaman lokal, dan menekankan pentingnya
masyarakat lokal yang mandiri. (Korten dalam Tjokrowinoto, 1999:217).
Kemudian manajemen pembangunannya mengubah peranan birokrasi pemerintah
dari merencanakan dan melaksanakan pembangunan untuk rakyat, berubah menjadi
aktor dalam menciptakan kondisi yang menimbulkan kemandirian rakyat atau
dengan kata lain, sebagai katalis dalam mempercepat proses pembangunan yang
berpusat kepada kemandirian lokal. (Korten dalam Tjokrowinoto, 1999:214).
Pembangunan yang berorientasi dengan menempatkan rakyat sebagai aktor utama,
yang memiliki kekuatan di dalam merencanakan, merumuskan dan melaksanakan
pembangunan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, dalam
mewujudkan keterkaitan (interlinkages) yang tepat antara alam, aspek sosio-
ekonomis dan kultur dengan melihat saat ini dan di masa datang, tentunya dengan
pendekatan pembangunan desa terpadu (integrated rural development) yang
menekankan multi sektoral, dengan mengedepankan partisipasi lokal dan
perencanaan dari bawah. Hal ini merupakan model pembangunan yang tepat untuk
dilaksanakan seiring dengan semakin kuatnya tuntutan daerah akan otonomi yang
luas.
Dana Desa tahun 2017: Optimalkan untuk Pembangunan yang Berpusat
pada Rakyat Desa
Pertama. Sebagaimana yang telah diarahkan oleh Presiden Joko Widodo kepada
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro
Sandjoyo, yaitu dana desa yang berjumlah Rp. 60 Triliun di tahun 2017 ini
ditekankan untuk pemberdayaan. Sekretariat Pemberdayaan Desa tentu saja
menyambut baik upaya pemerintah tersebut. Kami melihat pemberdayaan yang
dimaksud sejatinya pemberdayaan pada upaya – upaya dan strategi menuju
pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centred development) desa yang
juga berdimensi kerakyatan.
Pembangunan yang berpusat pada rakyat desa sejatinya memberikan peran yang
besar rakyat desa bukan hanya sebagai subyek melainkan lebih sebagai aktor yang
akan menentukan tujuan – tujuan mereka sendiri dan menguasai berbagai sumber
daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Sehingga daya saing
manusia – manusia di desa menjadi meningkat.
Pembangunan yang berpusat di desa juga akan mengurangi peran birokrasi.
Pemerintah desa hanya akan berperan sebagai fasilitator saja. Sebab, rakyat desa
akan membentuk berbagai komunitas yang lebih terjamin keberlanjutannya.
Pembangunan embung di desa, misalnya. Pemerintah jangan hanya melihat pada
embungnya saja sebagai alat produksi. Pemerintah harus mendorong partisipasi
para petani di desa baik sebagai individu maupun komunitas petani untuk
mengambil keputusannya sendiri bahwa embung merupakan kebutuhan lokal yang
akan membantu mereka memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar dan keluar dari
masalah klise di desa yaitu kemiskinan.
Kedua. Sekretariat Pemberdayaan Desa menghimbau kepada pemerintah agar
tenaga pendamping desa di tahun 2017 ini lebih banyak ditugaskan untuk
mendampingi komunitas – komunitas warga desa. Tenaga pendamping desa tentu
saja harus memiliki pemahaman yang memadai tentang strategi pembangunan yang
berpusat pada rakyat. Hal ini sejalan dengan arah dana desa tahun 2017 yang
ditekankan untuk pemberdayaan
Ketiga. Dalam pelaksanaan dana desa tahun 2017 tidak boleh lagi ada kesan
Pemerintah Kabupaten seperti sengaja mempersulit kepentingan masyarakat desa
melalui berbagai persyaratan yang rumit dalam penyaluran dana desa dari RKUD
ke Rekening Kas Desa. Oleh karena itu, di tahun 2017 nanti Sekretariat
Pemberdayaan Desa meminta DPRD Kabupaten untuk lebih proaktif mengawasi
Pemerintah Kabupatennya dalam penyaluran dana desa. Dalam penyaluran dana
desa dari RKUD ke Rekening Desa pada tahun – tahun sebelumnya, tidak terlihat
fungsi pengawasan dari DPRD.
Pengembangan Kawasan Agropolitan Sebagai Bentuk Pengembangan
Wilayah Kabupaten Padang Pariaman
Secara filosofis pembangunan suatu daerah merupakan “ upaya yang sistematik
untuk menciptkan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternative yang sah
bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Rustiadi, 2011).
Sementara itu UNDP mendefinisikan pembangunan khususnya pembangunan
manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a
process of enlarging people’s choice). Dalam konsep tersebut penduduk
ditempatkan sebagai tujuan akhir. Jadi dapat dilihat bahwa telah terjadi pergeseran
paradigma pembangunan yang selama ini dikenal dengan pembangunan
konvensional (Production Centered Development) menuju pembangunan yang
berfokus pada pembangunan kualitas manusia, pemerataan, berkelanjutan
disamping dimensi pertumbuhan (People centered development)
Konsep teori dan praktek pembangunan konvensional sangat mengutamakan
pemusatan perhatian terhadap kebutuhan produksi. Ini merupakan suatu
kekurangan dari model-model teori dan praktek paradigma pembangunan, dimana
pandangan konvensiaonal ini tidak memperhatikan dan memikirkan apa yang
disebut dengan inspirasi dan inisiatif masyarakat sebagai pembangunan yang paling
utama. Seperti yang dikatakan oleh corten dan corner dalam corten dan sjahril
(1988), bahwa kekurangan pokok atau yang subtansial dari pola-pola pembanguan
konvensiaonal baik yang beraliran sosialis dan kapitalis adalah bahwa pemusatan
utama mereka kepada produksi (Production Centered Development). Dengan kata
lain tujuan kepentingan produksi mendapatkan tempat utama dan menjadi anak
kandung yang keluar dari rahim sistem pembangunan konvensional ini. Sedangkan
dipihak lain perhatian terhadap masyarakat dalam perencanaan dimana
pengakomodasian kepentingan masyarakat terabaikan.
Pelaksanaan dan praktek dari teori pembangunan konvensional ini,
belakangan ini telah mendapatkan kritik yang tajam terkait dengan ketidak puasan
teori dalam menjelaskan realita yang ada. Berdasarakan teori ini perkembangan
atau pembangunan suatu Negara hanya dinilai dengan indikator dan prasyarat yang
telah mereka tetapkan dan penilaian dari kesejahteraan masyarakat hanya
didasarkan kepada sistem capital yang menyatakan “Development Equals
Monetary Wealth”. Konsekwensi dari pardigma pembangunan yang berbasis utama
pada peningkatan produksi adalah hanya akan dinikmati oleh sebagian orang,
dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Seperti yang
dikatakan oleh Wahyudianto (2011) bahwa dalam kenyataannya, teori
konvensional ini justru hanya membuat yang kaya semakin kaya dan si miskin
semakin miskin. Selai itu semua hasil distribusi sumber daya bukan mengalir.
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai dimensi (1)
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) (2)
Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Kelompok Usaha Bersama
(KUBE). Penelitian ini dilakukan di Desa Dawuhan dengan Obyek penelitian 10
Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Jenis
kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Desa Dawuhan adalah peternakan sapi yang sifatnya adalah usaha sampingan
karena pekerjaan mayoritas masyarakat adalah buruh tani, sementara untuk
perawatan dan pengembangbiakkannya dilakukan secara terpisah (2) Untuk
penguatan kelembagaan yaitu dengan jalan meningkatkan intensitas pertemuan dan
pembinaan kepemimpinan kelompok, sedangkan dalam administrasi keuangan
sudah bersifat transparan dan mempunyai akuntabilitas. Saran yang dapat diberikan
untuk peningkatan usaha ekonomi produktif kelompok usaha bersama adalah
memperbaiki sistem perawatan dan pengembangbiakan serta pemasaran hasil
produksi, sementara untuk kelembagaannya adalah membuat unit pengelola
keuangan kelompok sebagai sarana pengembangan modal usaha sehingga bisa
digunakan untuk memvariasikan jenis usaha.
Pemerintah Perlu Gerakkan Ekonomi Kerakyatan
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon meminta pemerintah untuk menggerakkan ekonomi
kerakyatan bila ingin mencapai target-target asumsi makro dalam Rancangan
Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
Tahun Anggaran 2017. "Apabila pemerintah ingin mengejar target, pembangunan
harus berpusat pada rakyatnya," kata Fadli Zon ditemui selepas acara penyampaian
keterangan pemerintah atas RAPBN 2017 beserta Nota Keuangannya di Gedung
MPR/DPR/DPD RI Senayan Jakarta, Selasa (16/8/2016). Menurut dia, fokus pada
pembangunan ekonomi kerakyatan tersebut akan membuat rakyat memiliki
kekuatan ekonomi, pendapatan, dan daya beli. Fadli juga mengkritisi proyeksi
pembangunan pemerintah yang lebih menekankan pada pembangunan
infrastruktur. "Infrastruktur bukan rakyat, infrastruktur itu benda. Orientasi
pembangunan seharusnya people centered development. Lapangan pekerjaan,
sektor pertanian, sektor perikanan, dan UMKM dan koperasi yang harus diperkuat,"
kata Fadli. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam pidato penyampaian RAPBN
2017 menyatakan pemerintah akan merumuskan kebijakan strategis meningkatkan
belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah.
Pemerintah menilai pembangunan infrastruktur diperlukan untuk memperbaiki
kualitas pembangunan dan terwujudnya kedaulatan pangan. Fadli berpendapat
pemerintah selama ini menganggap infrastruktur seolah-olah hanya terkait dengan
pembangunan jembatan dan jalan saja. "Ini menurut saya terjadi pengecilan definisi
terhadap infrastruktur. Itu tidak ada dampaknya pada ekonomi rakyat. Yang
diuntungkan dalam pembangunan infrastruktur semacam itu adalah industri
otomotif, kapal besar, dan perusahaan multinasional. Rakyat tetap susah," kata dia.
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pedesaan

Ada tiga variasi dalam pelaksanaan partisipasi. Pertama, pendapat bahwa


perencanaan ekonomi harus dilaksanakan oleh para ahli. Konsumsi pada waktu
sekarang perlu dikorbankan demi penanaman modal di masa datang, dan karena
itu kebijaksanaan yang paling tepat untuk mencapai itu haruslah dilaksanakan
oleh suatu pemerintahan yang otoriter tapi progresif, yang bebas dari tekanan
umum. Partisipasi masyarakat diperlukan disini, tetapi lebih dalam bentuk
mobilisasi untuk mendukung program pemerintah. Kedua, partisipasi
dibangkitkan oleh pemerintah tetapi secara terbatas (limited political
participation). Untuk mendukung program perdesaan partisipasi perlu didorong,
tetapi partai politik tetap tidak diizinkan. Pemerintah membutuhkan dukungan
rakyat, tetapi membatasi partisipasi mereka. Ketiga, partisipasi dilaksanakan
dalam skala penuh (full scale participation). Dalam partisipasi skala penuh ini
rakyat diperbolehkan untuk ikut dalam pembangunan di berbagai tingkatan
(Weiner dalam Rahardjo, 1989).
Salah satu bagian penting dari aspek strategis partisipasi masyarakat, bahwa
masyarakat memiliki pengalaman tersen-diri berupa kearifan yang timbul dari
proses interaksi terus menerus dengan sumber alam dan lingkungannya,
merespon dan mendinamisasi sekaligus mengen-dalikan hubungan-hubungan
antar kelompok untuk mewujudkan sistem jaringan sosial yang kuat dan saling
melindungi serta saling memberi manfaat (Susantyo, 2002). Sebagaimana sejarah
mencatat, bahwa pengalaman-pengalaman masyarakat dalam bekerjasama secara
internal maupun eksternal dalam kelom-pok, kurang mengalami ketegangan-
ketegangan yang berlangsung lama dan berakibat pada pengurasan sumber
ekonomi, dominasi kekuatan atas sumber-sumber agraria, tetapi justru
sebaliknya, terlihat adanya penghormatan terhadap batas-batas teritorial di antara
penyebaran komunitas-komunitas lokal. Sebagaimana dicontohkan oleh Korten
pada ketiga studi kasusnya tersebut di atas.
Pembangunan Berwawasan HAM Menuju Pembangunan Berpusat Pada
Rakyat
Pada hakekatnya, bahwa pembangunan yang berwawasan HAM merupakan
perencanaan pembangunan sampai dengan perwujudan pembangunan dengan
menjadikan nilai-nilai HAM sebagai rambu-rambu dalam proses pembangunan.
HAM harus dipatuhi oleh negara atau pemerintah dalam menjalankan misinya
sehingga tidak menjadikan pembangunan sebagai tujuan dengan mengorbankan
manusia demi pembangunan, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan
penegakkan hak atas pembangunan.
Jika dianalisis dari sisi pembangunan hukum, hukum yang relevan untuk
dikembangkan sejalan dengan nilai-nilai HAM adalah model humanis
partisipatoris. Manifestasi dari model pembangunan hukum ini adalah memberi
perhatian pada aspek dan dimensi manusiawi sebagai tujuanutama pembangunan
yang memberi akses kepada warga negara untuk ikut serta dalam pengambilan
keputusan di berbagai bidang kehidupan. Hukum memberi alokasi wewenang yang
lebih besar kepada warga negara untuk menentukan realisasi dirinya sebagai subjek,
bukan objek yang dibentuk dan dikontrol oleh subjek lain.
Menelusuri perjalanan sejarah panjang perjuangan kemanusiaan di berbagai
kawasan menunjukkan bahwa untuk membangun peradaban barudengan dasar
kemanusiaan tidaklah mudah. Pelanggaran terhadap hak asasi masih terus terjadi di
berbagai belahan dunia karena adanya pihak-pihak yang bekerja sama dengan para
pelaku, baik langsung maupun tidak langsung. Struktur yang ada, baik lokal,
nasional maupun internasional belum benar-benar menjadikan prinsip hak asasi
sebagai dasar yang ditaati secara konsisten.
Apabila kita berpedoman dari berbagai instrumen hak asasi manusia (HAM) telah
disepakati sebagai panduan bersama penegakkan HAM. Perkembangan wacana
konsep HAM melalui instrumen-instrumen tersebut kadangkala memunculkan isu-
isu sulit, seperti kedaulatan nasional, universalisme dan partikularisme, gender, hak
anak sampai pada isu tentang mana yang lebih penting antara hak-hak sipil dan
politik dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
Sesungguhnya pencarian konsep hak asasi manusia mengalami perdebatan yang
panjang disebabkan oleh adanya polarisasi pemikiran di antara para penganjur hak
asasi manusia, yaitu antara yang berpaham liberalis dan sosialis. Paham liberalis
(konsep Barat) lebih menekankan pada hak-hak individu, yaitu hak-hak sipil dan
politik (kepemilikan dan kemerdekaan), sedangkan paham sosialis lebih
mengedepankan hak-hak masyarakat atau kewajiban individu terhadap masyarakat,
seperti dianjurkan oleh Karl Marx dengan mendahulukan kemajuan ekonomi
daripada hak-hak sipil dan politik.
Apabila kita analisis di negara-negara dunia ketiga, menurut Gros (Masyhur
Effendi, 1994: 23) terdapat tiga kelompok pendukung konsep hak asasi manusia.
Pemberdayaan Masyarakat Desa Sebagai Upaya Penanggulangan
Kemisikinan
Pembangunan haruslah menempatkan rakyat sebagai pusat perhatian proses
pembangunan harus menguntungkan semua pihak. Masalah kemiskinan yang
merupakan kelompok rentan dan meningkatnya pengangguran perlu mendapat
perhatian utama karena bisa menjadi penyebab instabilitas yang akan membawa
pengaruh negative seperti bangsanya ikatan-ikatan sosial dan melemahnya nilai-
nilai serta hubungan antar manusia. Karena itu untuk meningkatkan pertumbuhan
yang adil tanpa mengecualikan rakyat miskin diperlukan kemandirian dengan cara
membudayakan masyarakat dengan potensi yang dimiliki agar dapat
dikembangkan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap Pendekatan utama dalam konsep
pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek
pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri.
Subejo dan Narimo (2004) mengartikan proses pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam
merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki
melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial”. Dalam bidang
pendidikan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya keaksaraan atau
pemberantasan 3-buta (buta huruf, buta angka, buta pengetahuan dasar) dan
pelatihan yang lain, sehingga mereka mampu menggali kearifan tradisional
(indigenoustechnology), dan mudah mengadopsi inovasi yang bermanfaat bagi
kehidupan keluarga dan masyarakatnya. Pemberdayaan dalam bidang pendidikan,
juga berarti kemampuan dan keberanian untuk melakukan perubahan sosial,
ekonomi, politik, maupun budaya untuk terus- menerus memperbaiki kehidupan.
Dalam bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai
penyediaan layanan kesehatan dasar (terutama bagi kelompok miskin) yang mudah,
cepat, dan murah dengan memanfaatkan pengobatan “modern” dan atau
pengobatan tradisional yang teruji kemanjuran dan keamanannya.
ARTIKEL : GROWTH CENTERED DEVELOPMENT
Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia Berdasarkan Pancasila : Menuju
Bangsa Mandiri Di Era Globalisasi
menganalisa pembangunan karakter bangsa Indonesia berdasarkan pada pancasila
untuk menjadi bangsa mandiri di era globalisasi. Argumen utama dari jurnal ini
adalah pembangunan karakter bangsa Indonesia lebih berfokus pada peningkatan
kesadaran generasi muda Indonesia akan pentingnya menjadi generasi penerus
bangsa yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai dasar pancasila.
Pemerintah Indonesia bersama seluruh elemen masyarakat lainnya terus berusaha
untuk membangun karakter bangsa Indonesia terutama bagi generasi muda agar
Indonesia menjadi bangsa mandiri di era globalisasi. Jurnal ini akan membuktikan
hipotesis bahwa pembangunan karakter bangsa Indonesia berdasarkan pancasila
bertujuan untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri sesuai
dengan cita-cita pancasila. Pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa
yang mandiri dalam menghadapi era globalisasi tersebut berfokus pada penanaman
nilai-nilai pancasila terhadap generasi muda penerus bangsa yang secara aktif
dilakukan oleh seluruh komponen bangsa bekerjasama dengan pemerintah.
Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik
saja tetapi dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar
atau pondasi pembangunan karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari
pembangunan berawal pada internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada
pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada
tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio-
kemasyarakatan dan budaya. Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan pancasila
sebagai dasar untuk melakukan pembangunan karakter bangsa Indonesia.
Pembangunan Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Ekonomi
Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap struktur perekonomian nasional
tidak terlepas dari adanya beberapa titik lemah dalam kebijakan dan implementasi
yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah
telah melakukan berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti
pembangunan pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan,
dan pembangunan pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut
sampai saat ini belum menghasilkan pencapaian yang menggembirakan.
Menempatkan pembangunan pertanian sebagai penggerak utama pembangunan
ekonomi nasional (agricultural-led development) dengan segala tantangan yang
harus dihadap,i baik yang sifatnya internal maupun eksterna,l diharapkan mampu
memecahkan persoalan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi dengan perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, percepatan
pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian
lingkungan hidup. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang
mempengaruhi corak berpikir petani, konsumen dan pelaku pembangunan
pertanian yang lain, maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan, termasuk
didalamnya reorientasi peran pemerintah.
Peranan Pertanian Dalam pembangunan Perekonomian Indonesia
Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan
pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat
perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor
lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alas an yang mendasari pentingnya
pertanian di Indonesia:
(1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,
(2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,
(3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan
(4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan
Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang
termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani
tetapi sektor pertanian keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam
pertanian yang dilakukan oleh investor PMA dan PMDN yang berorientasi pada
pasar ekspor umumnya padat modal dan perananya kecil dalam penyerapan tenaga
kerja atau lebih banyak menciptakan buruh tani.
Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya
aksesibilitas pada investor asing /swasta besar dibandingkan dengan petani kecil
dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia.
Poros Maritim Dan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Potensi Sektor Kelautan
Sebagai salah satu negara yang memiliki geografis gugusan kepulauan terbesar di
dunia dengan tiga-perempat wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi
ekonomi kelautan yang sangat besar. Perkiraan potensi ini mencapai 1,2 triliun
dolar AS per tahun (tujuh kali APBN 2016) dan tentunya memiliki potensi
penyediaan lapangan pekerjaan untuk 40 juta jiwa dengan prosentase 33% dari total
angkatan kerja (Dahuri, 2014). Dalam jangka pendek dan menengah (periode akhir
2014-2019), Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia memiliki target agar sebelas
sektor kelautan (perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil
perikanan, industri bioteknologi kelautan, ESDM, pariwisata bahari, perhubungan
laut, industri dan jasa maritim, kehutanan pesisir, sumber daya wilayah pulau-pulau
kecil, serta SDA kelautan non konvensional) di bawah koordinasi Kemenko
Maritim mampu memecahkan berbagai masalah dari masing-masing sektor
kelautan tersebut. Lebih dari itu, ekonomi kelautan juga dapat berkontribusi
signifikan pada pemecahan masalah pengangguran, kemiskinan, disparitas antar
wilayah dengan tingkat ketimpangan yang tinggi serta pada permasalahan
rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan daya saingnya.
PROSPEK POROS MARITIM DUNIA
Transformasi besar sedang terjadi di abad ke-21, terjadi pergeseran pusat gravitas
geo-ekonomi dan geo-politik dunia dari Barat ke Asia Timur. Negara-negara Asia
mulai bangkit dan dinamis ekonominya dengan 40% perdagangan dunia ada di
kawasan ini. Dinamika ini menunjukkan bahwa peran laut kedepan semakin
penting, terlebih dengan posisi geografis Indonesia yang sangat strategis. Lalu
lintas perdagangan dunia melintasi Indonesia dengan peran tiga alur laut kepulauan
Indonesia (ALKI). Indonesia berada ditengah-tengah proses perubahan strategis
secara geografis, geo-politik, geo-ekonomi sebagai poros maritim dunia.
Posisi maritim dunia membuka peluang Indonesia dalam membangun kerjasama
regional dan internasional yang ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Terdapat
lima pilar utama dalam agenda mewujudkan poros maritim dunia, yaitu: pertama,
kesadaran penuh bangsa Indonesia akan besarnya potensi kekayaan kelautan dan
pesisirnya sehingga menggeser reorientasi dari daratan menuju laut sebagai masa
depan bangsa. Kedua, masyarakat pesisir menjadi pilar utama terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dengan mengelola sumberdaya laut
dan pengembangan industri perikanan. Ketiga, prioritas pembangunan
infrastruktur dan konektivitas antar pulau dengan membangun pelabuhan, industri
perkapalan dan fasilitas penunjang pendorong petumbuhan sebelas sektor ekonomi
kelautan.
Ekonomi Kerakyatan Penopang Pertumbuhan
JAKARTA - Ekonomi kerakyatan dinilai mampu menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi nasional. Karena itu, pemerintah akan meningkatkan
program ekonomi kerakyatan untuk mendorong target pertumbuhan ekonomi
dalam negeri dan mengantisipasi dampak krisis yang melanda Amerika Serikat dan
Eropa.

"Indonesia pernah sukses mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen


ketika AS dan Eropa dilanda krisis," kata Menteri Pembangunan dan Perencanaan
Nasional dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
Armida Alisjahbana, pada acara Forum Pengembangan Bambu Nasional di Jakarta,
Selasa (23/10).

Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, menurut Armida, pengembangan


industri kreatif dan produk ramah lingkungan seperti kerajinan bambu harus
ditingkatkan.

"Dalam APEC Economic Leaders Meeting (AELM) ke-20 di Rusia, bambu


disepakti sebagai salah satu komoditas yang masuk dalam ramah lingkungan.
Apalagi, peluang pasar ekspor kerajinan bambu terbuka lebar," paparnya.

China, lanjut Armida, sudah membuka pasar 53 jenis produk ramah lingkungan
yang memiliki total perdagangan mencapai 186 miliar dollar AS. "Indonesia dapat
memanfaatkan peluang ini karena potensi bambu dalam negeri sangat besar,"
ujarnya.

Dia berpendapat peningkatan pemanfaatan bambu sebagai komoditas akan


memberikan nilai tambah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia
berbasis kerakyatan.

Bambu merupakan komoditas yang dapat diolah menjadi berbagai produk seperti
furnitur dan kerajinan. Keleluasaan pemanfaatan bambu memudahkan masyarakat
mengolahnya menjadi berbagai macam produk sesuai skala usaha.

Komoditas Unggulan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian


Perindustrian, dan Kementerian Perhutanan mendeklarasikan komitmen untuk
mengembangkan industri bambu nasional."Kami bertekad untuk menggali manfaat
bambu menjadi komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi" kata
Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM), Kemenperin, Euis Saedah.
Pengembangan Infrastruktur Berbasis Pengembangan Wilayah Dongkrak
Pertumbuhan Ekonomi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) fokus pada
pembangunan infrastruktur berbasis pengembangan wilayah, terutama di kawasan-
kawasan strategis sebagai pusat pertumbuhan. Hal tersebut dilakukan untuk
mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Demikin disampaikan Kepala Badan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Hermanto Dardak
pada talkshow Metro Plus Siangdengan tema “Pembangunan Infrastruktur PUPR
Dorong Pertumbuhan Ekonomi”, di Jakarta, Jumat(13/5).
Dardak mencontohkan salah satu kawasan pusat pertumbuhan yaitu pada WPS
Medan – Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru. Didalam WPS tersebut,
kawasan Kuala Tanjung akan menjadi pintu barat Indonesia melalui Hub
(pelabuhan internasional). Sedangkan Sei Mangke telah disepakati menjadi
hilirisasi produk sawit. Artinya, akses jalan akan difokuskan untuk mendukung
wilayah hilirisasi produk sawit tersebut. Sebagai dukungan
konektivitas, Kementerian PUPR juga berkoordinasi dengan Kementerian
Perhubungan dalam pembangunan jalur kereta api.
Terkait dengan dukungan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Dardak
menjelaskan bahwa saat ini dalam pengembangan kawasan pariwisata Danau Toba,
Kementerian PUPR merencanakan akan membangun ‘The New Bali’. “Kami akan
mendukung akses menuju Danau Toba berupa jalan tol dan jalur kereta api yang
berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan. Hal tersebut akan menjadi tulang
punggung pusat pertumbuhan Danau Toba sehingga bisa lebih kompetitif,” ujar
Dardak.
Dalam mendukung Kawasan Industri, Dardak menjelaskan bahwa saat ini di Pulau
Jawa, seperti Jakarta, Cirebon dan Semarang, Kementerian PUPR sudah
membangun tulang punggungnya berupa jalan tol. Hal tersebut dapat mendukung
alur distribusi Kawasan Industri di sepanjang utara.
“Kita harus koordinasikan apa yang akan dibangun oleh masing-masing instansi
terkait dalam Kawasan Industri. Kita koordinasikan dengan Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten. Misalkan, di Cikarang terdapat Cikarang Dry Port,
Kementerian PUPR telah memberikan akses untuk ke jalan tol, kemudian
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten memberikan jalan akses di
dalamnya. Kemudian, melalui Kanal Cikarang - Bekasi – Laut atau CBL akan
dimanfaatkan untuk konektivitas peti kemas langsung menuju Tanjung Priok,”
terang Dardak.
Mengenai program pembangunan di wilayah perbatasan dan tertinggal, Dardak
menuturkan bahwa Kementerian PUPR saat ini membangun wilayah perbatasan
melalui wilayah pertumbuhan.
Pembangunan Infrastruktur Transportasi untuk Menunjang Pembangunan
Berkelanjutan Berbasis Ilmu Pengetahuan
Isu kebijakan pengembangan sistem transportasi sekarang dan ke depan adalah
bagaimana setiap negara memainkan perannya dalam bingkai sistem transportasi
berkelanjutan (sustainable transportation). Wacana ini berawal dari keprihatinan
akan interaksi antara transportasi dan lingkungan. Kesadaran bahwa kualitas
lingkungan telah terpengaruh secara luar biasa oleh aktivitas transportasi, yang
terus berakumulasi dengan berjalannya waktu, membangkitkan perhatian banyak
kalangan akan “kekeliruan” yang telah dipraktekkan selama ini dalam penentuan
kebijakan dan perencanaan. Praktek pengelolaan infrastruktur transportasi di satu
pihak serta kebutuhan masyarakat untuk melaksanakan aktivitasnya di pihak lain
tidak mungkin diteruskan seperti sebelumnya, melainkan perlu diamati dengan
“kacamata” yang berbeda. Biaya yang harus ditangggung oleh masyarakat dalam
melakukan perjalanan tidak hanya sekedar out-of-pocket costs, melainkan juga
dampaknya terhadap lingkungan. Ide pengembangan transportasi berkelanjutan
merupakan bagian esensial dari masalah pembangunan berkelanjutan (sustainable
debevelopment). Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa membangun
terus infrastruktur yang dibutuhkan tidak selalu menjadi solusi yang terbaik. Setiap
pembangunan infrastruktur transportasi membawa dampak lingkungan, namun
wilayah memiliki batas kapasitas lingkungan tertentu untuk menerima dampak
yang muncul. Di samping itu pembangunan jaringan jalan, khususnya, yang hanya
mengikuti tuntutan kebutuhan cenderung mendorong peningkatan penggunaan
kendaraan pribadi yang tidak efisien. Pertumbuhan kebutuhan transportasi
(demand) perlu dikendalikan agar seimbang dengan kemampuan penyediaan
jaringan (supply) serta kendala lingkungan. Makalah ini membahas permasalahan
transportasi yang berkaitan dengan kebijakan dan strategi pengembangan sistem
transportasi, isu-isu pembangunan keberlanjutan (sustainability) yang perlu
diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur
transportasi, serta usulan langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan
transportasi ke depan.
Konsep Pembangunan Berbasis Kelestarian Lingkungan
Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha perubahan dan pertumbuhan yang
terencana untuk mewujudkan hasil yang lebih baik. Sedangkan kelestarian
lingkungan merupakan kegiatan perlindungan kemampuan lingkungan hidup
terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan dalam suatu
kegiatan. Pembangunan yang berbasis kelestarian lingkungan diperlukan suatu
pengelolaan lingkungan yang baik. Pengelolaaan lingkungan yang baik dapat
mencegah kerusakan lingkungan akibat suatu aktivitas pembangunan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah kelangkaan sumber daya alam dan lingkungan yang ada,
serta mencegah pencemaran yang dapat membahayakan. Pengelolaan lingkungan
merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena tindakan dalam
pengelolaan diawali dengan penyusunan rencana, tahap pelaksanaan yang berupa
pemanfaatan, pengendalian, dan pengawasan, serta tahap pemulihan dan
pengembangan lingkungan untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan.
Pencemaran lingkungan berkaitan erat dengan kualitas lingkungan. Kualitas
lingkungan yang baik memiliki potensi dalam perkembangan kualitas hidup yang
tinggi. Pembangunan yang berbasis pada kelestarian lingkungan dapat dicontohkan
seperti pembangunan yang tetap memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau
dan hutan kota. Selain itu, pembangunan yang berbasis pada kelestarian lingkungan
juga perlu memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan didefinisikan sebagai “Pembangunan yang mengusahakan
dipenuhinya kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka” (WCED, dalam Otto
Soemarwoto). Pembangunan harus berwawasan lingkungan, yaitu dengan
memperhatikan aspek lingkungan sejak pembangunan tersebut direncanakan
hingga pembangunan telah selesai dilaksanakan. Dalam hal ini, suatu pembangunan
harus berjalan selaras dengan kepentingan umum sehingga pertumbuhan ekonomi
tidak hanya memenuhi kepentingan generasi sekarang tetapi juga generasi yang
akan datang.
Maksud dan tujuan dari pembangunan yang berbasis kelestarian lingkungan ini
diharapkan supaya dalam proses pembangunan memiliki kesadaran dan
perencanaan pembangunan yang bijaksana. Kebijaksanaan yang dimaksud yaitu
dalam menggunakan dan mengelola sumber daya secara baik untuk meningkatkan
kualitas hidup dan lingkungan.
Pertumbuhan Berbasis Wilayah Jadi Solusi Pemerataan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri
Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengingatkan agar pemerintah mendorong
pertumbuhan ekonomi berbasis wilayah, sehingga tercipta pemerataan.
Arief menilai kebijakan dan program pemerintah harus lebih disesuaikan dengan
potensi dan kondisi di daerah.
"Orientasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tidak terfokus pada pusat lebih
memikirkan kesesuaian dengan daerah," ujar Arief di acara sumbang saran 100
ekonomi tentang Menuju Ketangguhan Ekonomi, Selasa (4/4/2017).
Arif mengingatkan bahwa model pertumbuhan ekonomi berbasis wilayah ini sudah
menjadi konsep perekonomian Presiden Joko Widodo.
Karena itu, dia menegaskan agar konsep yang sudah baik tersebut tidak berhenti
pada jargon, tetapi harus dilaksanakan.
Dalam penuturannya disampaikan bahwa KEIN telah melakukan kajian yang
sejalan dengan keinginan Presiden tersebut, yang disebut dengan regional growth
strategy.
Dari hasil kajian tersebut tampak banyak daerah atau provinsi yang pertumbuhan
ekonominya tidak stabil.
Dari analisis data yang dilakukan, ada 24 persen provinsi yang pertumbuhan
ekonominya di bawah rata-rata nasional. Sementara yang mengalami pertumbuhan
tidak stabil atau mengalami volatilitas tinggi ada 44 persen atau 15 provinsi.
“Ketimpangan dan stabilitas ekonomi yang bervariasi antarwilayah ini menjadi
tantang bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” papar Arif.
Hasil kajian KEIN tersebut, lanjut Arif, telah disosialisasikan setidaknya pada tiga
provinsi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Aceh.
Tiga daerah ini memiliki tantangan yang relatif mirip, yaitu bergantung pada
komoditas yang belum terdiversifikasi dan masalah pada pengembangan sumber
daya manusia, walaupun ketiganya memiliki karakter persoalan khas yang berbeda.
Karena itulah, Arif mengingatkan bahwa mendorong pertumbuhan ekonomi
berbasis wilayah menjadi sangat penting. “Pemerintah pusat bukan berarti tidak
terlibat, melainkan ikut mendorong dan membantu untuk menjaga stabilitas
pertumbuhan ekonomi di daerah,” tegasnya.
Sabang Perlu Percepat Pembangunan Infrastruktur Berbasis Wisata
TEMPO.CO, Jakarta -Rasanya tak lengkap jika melancong ke Provinsi Aceh tapi
tak menyeberang ke Kota Wisata Sabang, Pulau Weh, yang berjarak sekitar 45
menit berlayar dengan kapal cepat dari pelabuhan Ulee Lhue Kota Banda Aceh.
Akan lebih lengkap lagi jika Sabang sebagai andalan wisata di gerbang Barat
mempercepat pembangunan infrastruktur berbasis pariwisata Kenapa harus
Sabang? Keindahan alam dan perairan laut Pulau Weh sebutan lain untuk Kota
Sabang itu cukup indah, bahkan sebagian wisatawan menyebutkan panorama
perairan laut di pulau tersebut ibarat sepenggal "surga" di dunia.
Bongkahan-bongkahan terumbu karang aneka warna dan ditambah ragam jenis ikan
hias unik, begitu mudah dipandang mata dengan hanya menyelam sekitar 2 sampai
tiga meter seperti di perairan Iboih dan Gapang.
Masih banyak lagi spot-spot untuk menyaksikan keindahan "surga bawah laut"
kawasan Kota Sabang, seperti perairan Pulau Rubiah, yang membuat puas
wisatawan yang kerap menghabiskan masa liburannya di "titik nol" bagian barat
Indonesia itu.
Bagi yang tidak bisa menyelam, dapat menyewa kapal motor khusus yang
dilengkapi dengan "lantai" kaca dan dengan modal sekitar Rp 400 ribu dapat
berkeliling Pulau Rubiah untuk menyaksikan warna warni terumbu karang dan
ragam ikan hias di parairan "nol kilometer" itu.
Sementara yang memiliki hobi menyelam atau diving dengan kedalaman antara 15
sampai 40 meter dari permukaan laut, dapat menyewa perlengkapan alat
penyelaman berupa pakaian, tabung oksigen, dan sepatu dengan harga sewa sekitar
Rp 500 ribu per hari.
Namun khusus untuk diving, pesertanya harus menunjukkan sertifikat berlisensi
internasional, dan minimal empat orang untuk satu regu.
Pembangunan Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi petumbuhan pendidikan. Di negara-negara
maju, perhatian pemerintahnya terhadap pembangunan sektor pendidikan sangat
besar, misalnya komitmen politik anggaran sektor pendidikan tidak kalah dengan
sektor lainnya, sehingga keberhasilan investasi pendidikan berkorelasi dengan
kemajuan pembangunan makronya. Belajar dari beberapa negara maju pemerintah
Indonesia harus mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya membangun
pendidikan nasional. Investasi di bidang pendidikan secara nyata akan mendorong
kemajuan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Hubungan Pendidikan dengan Kehidupan Ekonomi
Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang ajeg dan positif antara
derajat pendidikan dengan kehidupan ekonomi, dalam arti makin tinggi derajat
pendidikan makin tinggi pula derajat kehidupan ekonomi. Meskipun demikian,
tidak jelas faktor mana yang muncul lebih dulu, apakah perkembangan pendidikan
yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi ataukah sebaliknya. Terhadap
permasalahan ini ternyata banyak bukti yang menunjukkan bahwa antara keduanya
terdapat hubungan saling mempengaruhi, yaitu bahwa pertumbuhan pendidikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi petumbuhan pendidikan (Bowles dan Gintis 1976, Adiwikarta
1988, Saripudin 2005). Dalam kebijaksanaan pembangunan kita gunakan asumsi
bahwa keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dapat digunakan untuk
pembangunan bidang lain, termasuk pendidikan.
Selanjutnya, para penganut teori konsensus dan penganut teori konflik sepakat
bahwa fungsi utama institusi pendidikan dalam kaitan dengan kehidupan ekonomi
ini adalah mempersiapkan pemuda pemudi untuk mengisi lapangan kerja produktif
(Parelius, 1978 : 50). Dalam hal mengenai pendidikan orang dewasa, tujuan yang
hendak dicapai tentu bukan lagi mempersiapkan kemampuan, melainkan
meningkatkannya agar peserta didik dapat mampu menghadapi permasalahan yang
ada pada saat itu (Knowles, 1982 : 53). Untuk itu mereka mendapat pendidikan
mental, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat. Proses tersebut
terjadi pada semua masyarakat mulai dari yang paling tradisional sampai pada yang
paling modern.
Ketiga lembaga penyelenggara pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat,
masing-masing melakukan peran yang berlainan tetapi saling melengkapi. Fungsi
tiap lembaga tersebut pada masyarakat yang masih tradisional tentu berbeda pula
pada masyarakat yang telah maju, karena tuntutan masyarakat yang dilayaninya
telah lain pula.
Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu Dan
Berkelanjutan
Tidak ada yang meragukan, fakta fisik menunjukan wilayah pesisir dan lautan
Indonesia dengan luas areal mencakup 5,8 juta km2 kaya dengan beragam
sumberdaya alamnya. Sumberdaya alam tersebut terbagi dua, yaitu : pertama
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), seperti :
sumberdaya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove dan terumbu
karang, dan kedua sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable
resources), seperti : minyak bumi, gas dan mineral dan bahan tambang lainnya.
Selain menyediakan dua sumberdaya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki
berbagai fungsi, seperti : transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis
dan agroindustri, jasa lingkungan, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan
permukiman dan tempat pembuangan limbah. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
lautan oleh bangsa Indonesia telah dilakukan sejak berabad-abad lamanya, sebagai
salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Sementara itu,
kekayaan minyak bumi, gas alam dan mineral lainnya yang terdapat di wilayah ini
telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional sejak awal
Pelita I. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan sudah selayaknya dikelola
dengan baik dan optimal untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional dalam
rangka mengatarkan bangsa ini menjadi makmur, adil dan sejahtera. Dalam
kaitannya dengan sumberdaya pesisir dan lautan, pemerintah dan bangsa Indonesia
di era reformasi mulai sadar untuk menjadikan pembangunan berbasis kelautan
menjadi pijakan yang kuat dan strategis. Ini tercermin dalam GBHN 1999 yang
menyatakan bahwa pembangunan perekonomian yang berorientasi global sesuai
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan komperatif sebagai negara
kelautan dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis
sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Arti strategis ini
dilandasi empat hipotesa pokok, yaitu :
Pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia memiliki
sebanyak 17.508 pulau (pulau besar dan kecil) dengan kekayaan lautan yang luar
biasa besar dan beragam, maka sudah seharusnya arus utama pembangunan
berbasis pesisir dan lautan akan memberikan manfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.
Kedua, Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk, serta
semakin menipisnya sumberdaya alam daratan, maka sumberdaya pesisir dan
lautan akan menjadi tumpuan harapan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi
nasional di masa mendatang.
Ketiga, dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan merupakan
prioritas utama untuk pusat pengembangan industri, pariwisata, agribisnis,
agroindustri.

Anda mungkin juga menyukai